Anda di halaman 1dari 21

MELAWAN

PERDAGANGA
N ORANG
LATAR BELAKANG
• Korban trafficking cenderung meningkat, baik nasional
maupun Internasional
• Korban umumnya perempuan dan anak-anak (termasuk
anak laki-laki untuk pedophilia, jermal, dll)
• Data tentang korban trafiking merupakan fenomena
gunung es

• Posisi Indonesia dalam masalah Trafficking sebagai


negara pengirim (medium), transit dan tujuan (low)
MODUS OPERANDI
• Penculikan : Bayi, Anak, dan Gadis remaja
• Bujuk Rayu teman : PRT, Buruh Migran, Pelacur

• Jeratan hutang
• Jeratan jasa
• Duta budaya
• Adopsi ilegal (untuk tujuan eksploitasi)
• Penipuan & Pemalsuan Identitas
BENTUK DAN JENIS EKSPLOITASI

1. Buruh, Café plus-plus, Hiburan plus-plus

2. Pelacuran

3. Pengemis Penyewaan Anak/Bayi, Anak Jalanan

4. Jual Beli anak atau bayi di daerah konflik,


bencana, dan miskin
FAKTOR PENYEBAB TRAFIKING
ORGANISASI KEMISKINAN DEMAND
KEJAHATAN MENINGKAT

BUDAYA
KETIDAK (Kawin muda,Persepsi
mencari kerja
BERDAYAAN urban life style,
“luruh duit”)
BISNIS
LAPANGAN
BURUH
KERJA
PENDIDIKAN MIGRAN
TERBATAS KERENTANAN
RENDAH

DISKRIMINASI
/ PERSOALAN
GENDER
Perusahaan Majikan
Perekrutan TKI

Oknum Aparat PELAKU Suami, Orang tua/


Saudara, Tetangga,
Pemerintah TPPO Teman

Pengelola Agen/Calo
Rumah Bordil Pengantin Pesanan
KOMITMEN PROTOKOL PALERMO
INTERNASIONAL (Indonesia ikut
menandatanganinya
Desember 2000)

1. Mencegah dan memerangi


perdagangan orang
2. Meningkatkan dan mendorong
kerjasama antar negara untuk
memerangi Trafficking
KEWAJIBAN POKOK NEGARA PIHAK
1. PENGAKUAN BAHWA TRAFIKING MANUSIA MERUPAKAN TINDAK
KEJAHATAN

2. KERJASAMA INTERNASIONAL UNTUK IDENTIFIKASI PELAKU DAN


KORBAN SERTA MENGETAHUI CARA DAN SARANA YANG DIGUNAKAN
OLEH PELAKU

3. LANGKAH-LANGKAH LEGISLASI

4. PELATIHAN UNTUK APARAT PENEGAK HUKUM, PETUGAS IMIGRASI


DAN PETUGAS TERKAIT LAINNYA

5. KERJASAMA UNTUK KONTROL PERBATASAN


KEWAJIBAN POKOK NEGARA PIHAK

6. Menjamin integritas dokumen perjalanan

7. Menetapkan kebijakan,program,dan langkah-langkah


pencegahan dan perlindungan terhadap korban agar
tidak menjadi korban kedua kalinya (revictimisasi)

8. Kerjasama semua pihak (Masyarakat Sipil)

9. Kampanye dan pemberdayaan sosial dan ekonomi


untuk mencegah trafiking
KOMITMEN PEMERINTAH PUSAT TENTANG PTPPO

1. KEPPRES NOMOR 88 TAHUN 2002 TENTANG RAN PESKA

2. UU NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK


PIDANA PERDAGANGAN ORANG

3. PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG TATACARA


DAN MEKANISME PELAYANAN BAGI SAKSI DAN / ATAU KORBAN TPPO

4. PERATURAN PRESIDEN NO. 69 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN,


SUSUNAN ORGANISASI, KEANGGOTAAN, ANGGARAN DAN
MEKANISME KERJA GUGUS TUGAS PUSAT DAN DAERAH

5. PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN


NO. 01 TH 2009 TTG PELAYANAN TERPADU BAGI SAKSI DAN / ATAU
KORBAN TPPO DI KABUPATEN / KOTA
KOMITMEN PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG BARAT
TENTANG PTPPO
1. PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NO 3
TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBERDAYAAN
PEREMPUAN DAN ANAK KABUPATEN BANDUNG BARAT

2. PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NO 1 TAHUN 2016 TENTANG


PUSAT PELAYANAN TERPADU PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN ANAK

3. PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NO 2 TAHUN 2016 TENTANG


PEDOMAN TEKNIS PENGARUSTAMAAN GENDER DI LINGKUNGAN
KABUPATEN BANDUNG BARAT.

4. SURAT KEPUTUSAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR


800/Kep.521-BP3AKB/2013 tentang Gugus Tugas Pencegahan dan
Penanganan Korban Kekerasan Korban Kekerasan Terhadap Perempuan,
Korban Kekerasan Terhadap Anak dan Korban Perdagangan Orang
Beberapa jalur keberangkatan
TKI yang disinyalir menjadi
jalur perdagangan orang antar
daerah dan ke Luar Negeri
Kecenderungan Posisi Korban TPPO
Daerah Diposisikan sbg Daerah/Negara Tujuan
NTT 1. PRT 1. Jawa 2. Papua
2. Pelacur 3. Kepri 4. Malaysia
5. Singapura
NTB 1. PRT 1. Kepri
2. Buruh Formal 2. Malaysia
3. Pelacur 3. Singapura
JAWA 1. PRT 1. Seluruh Indonesia 2. Hongkong
2. Buruh Formal 3. Malaysia 4. Singapura
3. Pelacur 5. Jepang 6. Australia
4. Duta Budaya / Seni
7. Taiwan 8. Korea
9. Timur Tengah 10. Eropa
Sumatera 1. PRT 2. Pelacur 1. Malaysia 2. Singapura
3. Buruh Formal 3. Kepri 4. Cina
Sulawesi Utara Pelacur 1. Papua 2. Jawa
3. Malaysia 4. Singapura
Sulawesi 1. PRT 1. Papua
Selatan 2. Buruh Formal 2. Malaysia
3. Pelacur
Kalimantan 1. PRT 2. Pelacur 1. Malaysia
3. Buruh Formal 2. Singapura
Tujuan Umum :
Terhapusnya segala bentuk perdagangan (Trafficking) perempuan dan
anak Indonesia

Tujuan Khusus:
a. Menetapkan norma hukum dan melaksanakan tindakan hukum
terhadap pelaku trafficking
b. Melaksanakan rehabilitasi, repatriasi dan reintegrasi sosial korban
trafficking perempuan dan anak yang dijamin secara hukum
c. Melaksanakan pencegahan segala bentuk praktek trafficking
perempuan dan anak di keluarga dan masyarakat
d. Memperkuat kerjasama dan kemitraan di tingkat nasional, regional
dan internasional
e. Pembentukan Pusat Pelayanan Terpadu Bagi Saksi dan / atau Korban
TPPO
14
STRATEGI :
1. Pengembangan Upaya penguatan
pemenuhan hak-hak korban
2. Pencegahan Timbulnya permasalahan
berkelanjutan dari korban
3. Perlindungan Upaya pemberian rasa
aman & pemenuhan
kebutuhan hak korban
4. Penyelamatan Mempertahankan
kelangsungan hidup dan keberlangsungan
hidup
STRATEGI :
Peningkatan kemampuan
ortu/wali  pemenuhan
5. Pemberdayaan kel. & korban: hak-hak korban

Pengembangan bakat,
minat, potensi korban

6. Pemulihan : gangguan medis dan psikososial/trauma


korban
7. Pendayagunaan kader dan potensi lokal
8. Penegakan hukum yang tegas dan konsisten
9. Optimalisasi kerjasama & pengembangan
jejaring/networking  lokal, nasional, Reg.,
international.
1. Pendekatan keterpaduan lintas sektor, daerah dan
kelembagaan
2. Bottom-up, keterbukaan, transparansi, membuka
akses informasi dan mengembangkan manajemen
berbasis madani
3. Pembentukan Gugus Tugas Trafficking
4. Pendirian PPT pada daerah-daerah yang
diindikasikan adanya TPPO

17
HAMBATAN
Pemahaman dan Kesadaran Masyarakat tentang
bahaya trafiking masih kurang
Belum optimalnya komitmen penanganan trafiking
Dukungan sumber daya dari sektor masih terbatas
Koordinasi dan kerjasama lintas sektor dan Lintas
Daerah belum optimal
Pelaksanaan penegakan hukum secara terintegrasi
belum terlaksana
Belum tersedianya sistem pendataan trafiking
REKOMENDASI
1. Perlunya kampanye peningkatan kesadaran akan bahaya
trafiking bagi masyarakat
2. Memperkuat dan memperluas jaringan kerja terpadu
antara Pemerintah, Masyarakat, dan Swasta ditiap
tingkat wilayah
3. Perlunya peningkatan komitmen para pengambil keputusan
melalui peningkatan intensitas rapat koordinasi
4. Penyediaan anggaran secara khusus untuk penanganan
trafiking yang tercantum dalam RKP kementerian / lembaga,
5. Peningkatan profesionalitas dari para pemangku
kepentingan khususnya peningkatan kapasitas bagi para
penegak hukum, Polisi, Jaksa, Hakim, dan para pengacara
REKOMENDASI
6. Perlunya pengembangan sistem pendataan
7. Perlu pemantapan kerja integrated criminal
justice system (proses penegakan hukum secara
terintegrasi)
8. Perlunya penunjukkan focal point
penanganan trafiking di setiap sektor
9. Perlu ratifikasi Palermo Convention
10. Perlu merinitis kerjasama antar daerah untuk
penanggulangan dan penanganan
pemulangan Korban Perdagangan Orang
11. Menetapkan setiap tanggal 12 Desember
sebagai HARI ANTI TRAFIKING SE DUNIA
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai