Anda di halaman 1dari 21

FIKES UMAHA

1
Titrasi Argentometri

• Penggunaan garam AgNO3 sebagai larutan standar (pereaksi)


• Untuk penentuan ion halogen dan sianida  ion-ion ini dapat
membentuk endapan atau senyawa kompleks dengan ion Ag +.
• Karena larutan pereaksi/standarnya AgNO3 (argentum nitrat)
titrasi argentometri
• Titrasi argentometri adalah salah satu bagian dari banyak
proses pengendapan dan pembantukan kompleks

FIKES UMAHA
2
Larutan Standar
• Garam AgNO3, kecuali yang teknis, mempunyai
kemurnian yang tinggi (99,9%)dapat digunakan sebagai
zat standar primer
• Sebelum dibuat larutan, AgNO3 (A.R) harus dikeringkan
dalam oven pada 120°C selama 2 jam, kemudian
didinginkan dalam eksikator.
• Jika digunakan AgNO3 yang belum dimurnikan atau yang
teknis, maka harus dilakukan pembakuan dengan larutan
standar primer NaCl.
• Sebelum dibuat larutan, NaCl (A.R) harus dikeringkan
dalam oven pada 120°C selama 2 jam, kemudian
didinginkan dalam eksikator

FIKES UMAHA
3
Cara-cara menentukan titik ekivalen
Ada beberapa cara untuk menentukan saat tercapainya titik
ekivalen, yaitu dengan:
• pembentukan endapan berwarna Metoda Mohr
• pembentukan senyawa berwarna yang larut 
Metoda Volhard
• indikator adsorpsi  Metoda Fajans

FIKES UMAHA 4
Pembentukan Endapan Berwarna (Metoda
Mohr)
- Dikemukakan oleh Mohr pada tahun 1856
- Untuk penentuan klorida (Cl-) dan bromida (Br-)
- Indikator: K2CrO4
indikator akan bereaksi dengan sedkit kelebihan dari titran Ag+

CrO2-
4 + 2Ag+

 Ag2CrO 4 ¯
endapan merah

- Saat TAT ini, di dalam larutan akan terdapat dua jenis garam yang
sukar larut, yaitu AgCl dan Ag2CrO4 dengan Ksp masing-masing
Ksp AgCl = 1,2 x 10-10 Ksp Ag2CrO4=1,7 x 10-12

FIKES UMAHA 5
pH larutan
Titrasi argentometri cara Mohr harus dilakukan pada pH
netral atau sedikit basis (pH 6,5 – 9,0)
Apabila larutan bersifat asam, akan terjadi reaksi berikut:
+  - 
CrO2-
4 +2H  2HCrO 4  Cr O 2-
 2 7 +H2O

[CrO42-] berkurangKsp Ag2CrO4 tidak terlampaui


Jika larutan bersifat basa, akan terbentuk endapan AgOH,
Ksp = 2,3 x 10-8

FIKES UMAHA 6
Jadi apabila larutan yang akan dititrasi ternyata:
a. Terlalu asam  dinetralkan dengan menambahkan
CaCO3 murni berlebih, atau Na2CO3 berlebih
b. Terlalu basa,  diasamkan dengan HOAc, kemudian
baru dinetralkan dengan + CaCO3

Titrasi harus dilakukan pada suhu kamar, karena kelarutan


garam Ag2CrO4 menjadi besar dengan kenaikan temperatur

FIKES UMAHA 7
Pembentukan senyawa berwarna yang
larut (Volhard)
- Dikemukan pertama kali oleh Volhard pada th 1878
- Mentitrasi kelebihan Ag+ dalam larutan yang bersifat asam
(HNO3) bebas dengan larutan kalium atau amonium
tiosianat (KSCN atau NH4SCN) standar Metoda Volhard
- Indikator: Fe(NO3)3 atau FeNH4(SO4)2
- Penambahan larutan SCN- ke dalam larutan yang
mengandung kelebihan ion Ag+ akan terbentuk endapan
AgSCN (Ksp 7,1 x 10-13)
Ag+ +SCN-   AgSCN¯

putih
8

FIKES UMAHA
- Setelah reaksi tersebut sempurna, semua ion Ag+ telah
terendapkan semua, maka adanya sedikit kelebihan ion
SCN- akan bereaksi dengan ion Fe3+ menjadi ion kompleks
feritiosianat yang berwarna merah coklat:
 
 
2+
Fe3+ +SCN-  Fe SCN
merah coklat

- Cara volhard ini digunakan untuk penentuan ion klorida


(Cl-), bromida (Br-) dan Iodida (I-) dalam larutan yang
bersifat asam

FIKES UMAHA 9
Indikator Adsorpsi (Metoda Fajans)
- Mula-mula diperkenalkan oleh K. Fajans tahun 1923/1924
sehingga dikenal sebagai titrasi argentometri secara
Fajans.
- Pada titik ekivalen, indikator akan diserap (diadsorp) oleh
endapan. Selama berlangsungnya proses penyerapan
tersebut, akan terjadi perubahan warna dari indikator,
oleh karena itu disebut indikator adsorpsi
- Indikator adsorpsi: senyawa organik berwarna yang
mempunya berat molekul besar, misal garam natrium
dari Fluorescein dan Eosin atau garam halogen dari
Rodamine 6G

FIKES UMAHA 10
Proses penyerapan didasarkan atas sifat-sifat penyerapan
dari zarah-zarah (partikel) koloid.
OH
O O
- Fluorescein kuning kehijauan
- Eosin merah O
C

- Rhodamine 6G orange OH

Fluorescein

Br Br
Cl-
C2H5 NH O N C2H5 OH
O O
H+

O Br O Br
C
C
OH OH

Rhodamine 6G Eosin 11
(tetra bromo fluorencein)
Apabila garam NaCl dititrasi dengan AgNO3 maka:
Sebelum TE
- Di dalam larutan ada endapan AgCl dan sisa (kelebihan) NaCl
yang belum tertitrasi
- Endapan AgCl yang terbentuk akan menyerap ion klorida
pada lapisan pertama, sedangkan lapisan kedua akan
menyerap ion-ion yang bermuatan berlawanan dengan
muatan ion-ion yang teradsorpsi pada lapisan pertama yang
terdapat dalam larutan, dalam hal ini adalah Na+
Setelah TE
- Adanya sedikit kelebihan AgNO3 dalam larutan, endapan AgCl
akan menyerap Ag+ pada lapisan pertama, sedangkan pada
lapisan kedua akan menyerap ion NO3-

FIKES UMAHA 12
Na+ NO3-
Na+ Na+ NO3- NO3-
Cl-
Ag+

Na+ Cl- AgCl Cl- Na Ag+ AgCl Ag+ NO3-


+
NO3 -

Cl- Na+ Ag+


Na+ NO3-
NO3 -
Na+
NO3-
a. Sebelum titik ekivalen b. Sesudah titik ekivalen
tanpa penambahan
indikator adsorpsi

FIKES UMAHA 13
Fl- • Bila di dalam larutan
terdapat ion fluoresence
Fl- Ag+ Fl- (Fl-), maka ion akan
diserap pada lapisan
Ag+ AgCl Ag+ Fl-
Fl- kedua.
Ag+
• Ion Fl- ini memiliki ukuran
Fl- Fl- yang besar sehingga
Fl-
akan diadsorp lebih kuat
daripada ion NO3-.
C Sesudah titik ekivalen
• Akibat penyerapan ion Fl-
dengan penambahan
indikator adsorpsi pada lapisan kedua
endapan AgCl,
endapan berwarna merah

FIKES UMAHA 14
Beberapa jenis indikator adsorpsi, sifta dan kegunaannya
Indikator Digunakan dalam Perubahan warna Keterangan
proses titrasi pada TAT
Fluorescein Cl-, Br-, I-, dan SCN- Hijau Larutan harus
dengan Ag+ kekuningan netral atau basa
merah lemah
Diklorofluore Cl-, Br-, I-, dan SCN- Hijau pH larutan
scein dengan Ag+ kekuningan 4,4 – 7,0
merah
Eosin Br-, I-, dan SCN- merah  ungu Dalam asam
dengan Ag+ merah asetat pH 1-2

Diklorotetra Cl- dan I- dengan Ag+ Merah  Larutan ditambah


iodo kemerah-merahan (NH4)2CO3
fluorescein
Diiodo I- dengan Ag+ Orange  merah pH larutan 4,0-7,0
dimetil biru
fluorescein
Rhodamine Ag+ dengan Br- Orange  ungu Larutan HNO3 15
6G merah 0,3M
FIKES UMAHA 16
Analisa Kualitatif dan Kuantitatif
Kalium Bromida
KUALITATIF
Identifikasi ion Kalium
1. Sampel larutan dikeringkan dulu, sampai didapatkan
kristal dalam cawan porselin berisi alkohol, dibakar
nyala ungu
2. Larutan sampel yang mengandung ion K+ ditambah
larutan Natrium cobaltnitrit, dipanaskan terjadi
endapan kuning
3. Reaksi Kristal amati bentuk kristal di mikroskop
- Zat + Asam pikrat
- Zat ditambah asam tartrat

FIKES UMAHA 17
Analisa Kualitatif dan Kuantitatif
Kalium Bromida
Identifikasi ion Bromida
1. Larutan sampel ditambah argentum nitrat terjadi
endapan kuning muda
2. Larutan sampel ditambah asam nitrat pekat (1:1)
dipanaskan larutan menjadi coklat merah. Kemudian
timbul uap berwarna coklat merah.
Kedalam larutan ditambahkan kloroform maka
lapisan kloroform akan berwarna coklat merah
3. Larutan sampel ditambah larutan Pb asetat, terbentuk
endapan kristalin putih Pb bromida. Endapan larut
dalam air mendidih.

FIKES UMAHA 18
Analisa Kualitatif dan Kuantitatif
Kalium Bromida

KUANTITATIF
1.Standarisasi AgNO3 (MOHR)

mek Titran = mek sampel


(V x N) AgNO3 = (V x N) NaCl
10,20 mL x N AgNO3 = 10,0 mL x 0,1
N AgNO3 = 1 / 10,20
N AgNO3 = 0,0980 N

10,0 mL NaCl + 1 mL K2CrO4


TAT : Endapan merah bata
FIKES UMAHA 19
Analisa Kualitatif dan Kuantitatif
Kalium Bromida

KUANTITATIF
2. Standarisasi KCNS / NH4CNS (VOLHARD)

mek Titran = mek sampel


(V x N) KCNS = (V x N) AgNO3
9,95 mL x N KCNS = 10,0 mL x 0,098
N KCNS = 0,98 / 9,95
N KCNS = 0,0985 N

10,0 mL AgNO3 + 2 mL HNO3 6N +


1 mL indikator Fe3+
TAT : Larutan merah bata
FIKES UMAHA 20
Analisa Kualitatif dan Kuantitatif
Kalium Bromida

KUANTITATIF
3. Penentuan Kadar Bromida (VOLHARD)

mek AgNO3 = mek KBr + mek KCNS


(V x N) AgNO3 = (V x N) KBr + (V x N) KCNS
15,0 x 0,098 = 10 x N KBr + 10,15 x 0.0985
1,47 = 10 x N KBr + 0,9998
1,47 – 0,9998 = 10 x N KBr
0,4702 = 10 x N KBr
N KBr = 0,4702 / 10 = 0,04702 N

10 mL KBr + 2 mL HNO3 6N + 15,0


mL AgNO3 + 1 mL indikator Fe3+
TAT : Larutan merah bata
21
FIKES UMAHA

Anda mungkin juga menyukai