Anda di halaman 1dari 98

Pengantar Ilmu Hukum

Individu
kata “individu” yang diturunkan dari kata Latin,
“individuum” itu berarti yang tak terbagi. Kata
“individu” tadi merupakan suatu sebutan yang
dapat dipakai untuk menyatakan suatu
kesatuan yang paling kecil dan terbatas.
Arti lain dari individu, bukan berarti manusia
sebagai suatu keseluruhan yang tak dapat
dibagi, melainkan sebagai kesatuan yang
terbatas, yaitu sebagai “manusia
perseorangan”, atau “orang seorang”.
Masyarakat
Aristoteles, seorang ahli filsafat Yunani,
menyatakan bahwa manusia itu sebagai Zoon
Politicon, yang artinya bahwa manusia itu selalu
hidup bersama, sejak lahir hingga saat
meninggal dunia berada dalam pergaulan
dengan yang lainnya.
Hukum
Thomas Hobbes pernah meyatakan bahwa tanpa
adanya
kesadaran pengendalian manusia terhadap
sesamanya akan
bersifat sebagai serigala, Homo homoni lupus,
dalam hal ini
mereka yang kuat selalu bersifat rakus, tamak, dan
selalu
berusaha untuk mengalahkan dan menguasai yang
lemah
hukum dapat mengatur segala kepentingan manusia
mulai dari jabang bayi yang masih dalam kandungan
ibunya sampai seseorang itu meninggal dunia.
Menurut Dasar Pembentukan, Bentuk
Masyarakat:
1. Masyarakat teratur, yaitu masyarakat yang diatur dengan
tujuan tertentu. Contoh perkumpulan olah raga.
2. Masyarakat teratur yang terjadi dengan sendirinya, yaitu
masyarakat yang tidak dengan sengaja dibentuk, tetapi
masyarakat itu ada karena kesamaan kepentingan. Contoh:
penonton pertandingan sepak bola, penonton bioskop.
3. Masyarakat tidak teratur, adalah masyarakat yang terjadi
dengan sendirinya tanpa dibentuk. Contoh: sekumpulan
manusia yang membaca surat kabar di tempat umum.
Menurut Dasar Hubungan, Masyarakat
Dibedakan:
1. Masyarakat peguyuban (gemeinschaft) adalah
masyarakat yang antara anggota yang satu dengan
lainnya ada hubungan pribadi, sehingga menimbulkan
ikatan batin. Contoh: perkumpulan kematian, rumah
tangga.
2. Masyarakat patembayan (gesselschaft) adalah
masyarakat yang hubungan antara anggota yang satu
dengan lainnya bersifat lugas dan mempunyai tujuan
yang sama untuk mendapat keuntungan material.
Contoh: Firma, Perseroan Terbatas.
Menurut Dasar Perikehidupan/kebudayaan
masyarakat dibedakan:
1. Masyarakat primitif dan masyarakat modern. Masyarakat primitif adalah masyarakat
yang masih serba sederhana baik cara hidup, cara berpakaian, peraturan tingkah
lakunya dan lain sebagainya. Masyarakat modern adalah masyarakat yang sudah lebih
maju dibandingkan dengan masyarakat yang primitif mengenai segalanya.
2. Masyarakat desa dan masyarakat kota. Masyarakat desa adalah sekelompok orang
yang hidup bersama di desa. Masyarakat kota adalah sekelompok orang yang hidup
bersama di kota.
3. Masyarakat teritorial, adalah sekelompok orang yang bertempat tinggal dalam satu
daerah tertentu.
4. Masyarakat genealogis adalah masyarakat yang anggota-anggotanya ada pertalian
darah.
5. Masyarakat teritorial genealogis, adalah masyarakat yang para anggotanya
mempunyai pertalian darah dan bersama-sama bertempat tinggal dalam satu daerah
tertentu.
Menurut Hubungan Keluarga, bentuk
Masyarakat dapat dibedakan:
1. Keluarga inti yang anggotanya hanya terdiri atas
suami, isteri, dan anaknya.
2. Keluarga luas yang anggotanya lebih luas dari
keluarga inti, meliputi orang tua, saudara sekandung,
saudara sepupu, paman, bibi dan sanak saudara
lainnya yang masih ada hubungan darah satu sama
lain.
3. Suku bangsa.
4. Bangsa.
Pengertian masyarakat dan hukum

Pendapat N.S. Timasheff yang mengatakan bahwa,


“Hukum baru ada apabila suatu bangsa telah
mencapai kebudayaan tertentu, sehingga pada
waktu itu masih terdapat sejumlah bangsa primitif
yang tidak mengenal hukum”.
Faktor-faktor Pendorong untuk Hidup
Bermasyarakat:
1. Hasrat untuk memenuhi makan dan minum atau untuk memenuhi
kebutuhan ekonomis.
2. Hasrat untuk membela diri.
3. Hasrat untuk mengadakan keturunan.
C. Ellwood “kehidupan bermasyarakat itu penting mengingat berbagai
dorongan antara lain:
1. Dorongan untuk mendapatkan makanan, lebih mudah
mendapatkannya apabila manusia bekerja sama dibanding dengan
tindakan perorangan.
2. Dorongan utk mempertahankan dan melindungi diri.
3. Dorongan untuk melangsungkan dan mengembangkan jenis,
terutama penggabungan diri secara naluri untuk memelihara,
mengembangkan keturunan.
Tata Tertib dan Beberapa Kaidah

• Tata tertib itu lahirnya karena kepentingan manusia


itu sendiri. Karena kita ketahui dalam masyarakat,
setiap manusia pasti mempunyai kebutuhan dan
kepentingan yang berbeda-beda, begitu juga
pencapaiannya.
• Tata tetib itu berwujud kumpulan aturan yang
tertulis maupun yang tidak tertulis yang tumbuh
dalam masyarakat dan harus ditaati oleh setiap
anggota masyarakat itu sendiri.
Hubungan Norma Hukum dengan norma
Lainnya
1. Kaidah agama atau kaidah kepercayaan yaitu kaidah yang asalnya
dari Tuhan dan berisikan larangan-larangan, perintah-perintah dan
anjuran-anjuran. Contoh-contoh kaidah agama seperti, jangan
memuja berhala, berbaktilah kepada-Ku saja dan cintailah Aku lebih
dari segala sesuatu.
2. Kaidah kesusilaan, adalah aturan hidup yang berasal dari suara hati
manusia yang menentukan mana perbuatan yang baik dan mana
perbuatan yang tidak baik. Oleh sebab itu, kaidah kesusilaan itu
bergantung pada pribadi manusia itu sendiri. kaidah kesusilaan
bersifat otonom. Contoh membiarkan seseorang tergeletak
kelaparan, atau kita mengusir orang tua kita sendiri.
3. Norma Fatsoen (sopan santun) kesopanan
sambungan
3. Norma Fatsoen (sopan santun)
Aturan hidup yang timbul dari pergaulan hidup masyarakat tertentu dan
berlangsung secara tradisional, biasanya selalu dikaitkan dengan adat
istiadat. dipaksakan oleh kekuasaan dari luar yaitu masyarakat berupa
cemoohan. Contoh: membunyikan radio keras-keras pada waktu tetangga
sedang beristirahat (tidur).

4. Norma hukum
Norma hukum adalah peraturan yang dibuat atau yang dipositifkan secara resmi
oleh penguasa dapat dipaksakan oleh penguasa,. Dengan adanya kaidah hukum
diharapkan keamanan dan ketenteraman masyarakat dapat diwujudkan.
Contoh-contoh kaidah hukum barang siapa sengaja merampas nyawa orang lain
tanpa hak, diancam karena pembunuhan dengan pidana penjara paling lama
lima belas tahun (pasal 338 KUHP).
Soerjono Soekanto, faktor-faktor
anggota masyarakat mematuhi hukum
1. Kepentingan-kepentingan para anggota masy. yang terlindung oleh hukum;
2. Compliance atau pemenuhan keinginan, orang akan patuh pada hukum
karena didasarkan pada harapan akan sesuatu imbalan atau sebagai usaha
untuk menghindarkan diri dari sanksi yang dijatuhkan manakala kaidah hukum
itu dilanggar.
3. Identification atau identifikasi, pematuhan akan kaidah hukum itu bukan nilai
yang sesungguhnya dari kaidah tersebut melainkan karena keinginan para
anggota masyarakat lainnya yang sekelompok atau segolongan, atau dengan
para pemimpin kelompok atau dengan para pejabat hukum.
4. Internalization atau internalisasi, bahwa kepatuhan manusia/anggota
masyarakat kepada hukum karena kaidah-kaidah hukum tersebut ternyata
sesuai dengan nilai-nilai yang menjadi pegangan sebagian besar para anggota
masyarakat. Kepatuhan yaitu adanya penjiwaan, kesadaran dalam diri mereka
masing-masing.
 
Perbedaan kaidah hukum dg kaidah agama dan
kesusilaan
• Ditinjau dari tujuannya kaidah hukum bertujuan untuk
menciptakan tata tertib masyarakat dan melindungi manusia
beserta kepentingannya, sedangkan kaidah agama dan kaidah
kesusilaan bertujuan untuk memperbaiki pribadi manusia agar
menjadi manusia ideal.
• Ditinjau dari sasarannya kaidah hukum mengatur tingkah laku
manusia dan diberi sanksi bagi setiap pelanggarnya, sedangkan
kaidah agama dan kaidah kesusilaan mengatur sikap batin manusia
sebagai pribadi. Kaidah hukum menghendaki tingkah laku manusia
sesuai dengan aturan, sedangkan kaidah agama dan kaidah
kesusilaan menghendaki sikap batin setiap pribadi manusia itu baik.
sambungan

• Ditinjau dari sumber sanksinya, kaidah hukum dan kaidah agama


sumber sanksinya berasal dari luar diri manusia (heteronom),
sedangkan kaidah kesusilaan sanksinya berasal dan dipaksakan
oleh suara hati masing-masing pelanggarnya (otonom).
• Ditinjau dari kekuatan mengikatnya, pelaksanaan kaidah hukum
dipaksakan secara nyata oleh kekuasaan dari luar, sedangkan
pelaksanaan kaidah agama dan kesusilaan pada asasnya
tergantung pada yang bersangkutan sendiri.
• Ditinjau dari isinya kaidah hukum memberikan hak dan
kewajiban, sedang kaidah agama dan kaidah kesusilaan hanya
memberikan kewajiban saja.
Perbedaan antara kaidah hukum dg
kesopanan
• kaidah hukum memberi hak dan kewajiban, kaidah kesopanan hanya
memberi kewajiban saja.
• Sanksi kaidah hukum dipaksakan oleh masyarakat secara resmi, sanksi kaidah
kesopanan dipaksakan oleh masyarakat scr tidak resmi.
Perbedaan antara kaidah kesopanan dengan kaidah agama dan kaidah
kesusilaan.
• Asalnya kaidah kesopanan dari luar diri manusia, kaidah agama, Tuhan dan
kaidah kesusilaan berasal dari pribadi manusia.
• Kaidah kesopanan berisi aturan yang ditujukan kepada sikap lahir manusia.
Kaidah agama dan kaidah kesusilaan berisi aturan yang ditujukan kepada
sikap batin manusia.
• Tujuan kaidah kesopanan, dan kaidah hukum ketertiban masyarakat,
menghindari jatuhnya korban, kaidah agama dan kaidah kesusilaan bertujuan
menyempurnakan manusia agar tidak menjadi manusia jahat.
Pengertian Hukum
• Menurut pendapat Prof. Mr. E.M. Meyers, hukum ialah semua aturan yang
mengandung pertimbangan kesusilaan, ditujukan kepada tingkah laku
manusia dalam masyarakat yang menjadi pedoman bagi penguasa-penguasa
negara dalam melakukan tugasnya.
• Menurut Leon Duguit, hukum ialah aturan tingkah laku para anggota
masyarakat, aturan yang daya penggunaannya pada saat tertentu diindahkan
oleh suatu masyarakat sebagai jaminan dari kepentingan bersama dan jika
dilanggar menimbulkan reaksi bersama terhadap orang yang melakukan
pelanggaran itu.
• Menurut Immanuel Kant, hukum ialah keseluruhan syarat-syarat yang dengan
ini kehendak bebas dari orang yang satu dengan menyesuaikan diri dengan
kehendak bebas dari orang yang lain menuruti asas tentang kemerdekaan.
• Menurut Utrecht, hukum adalah himpunan peraturan-peraturan (perintah-
perintah dan larangan-larangan) yang pengurus tata tertib suatu masyarakat
dan oleh karena itu harus ditaati oleh masyarakat itu.
bersambung
bersambung

• Menurut S.M. Amin, SH., hukum adalah kumpulan-kumpulan


peraturan-peraturan yang terdiri dari norma dan sanksi-sanksi dan
tujuan hukum adalah mengadakan ketertiban dalam pergaulan
manusia, sehingga keamanan dan ketertiban terpelihara.
• Meurut J.C.T. Simorangkir hukum adalah peratura-peraturan yang
bersifat memaksa, yang menentukan tingkah aku manusia dalam
lingkungan masyarakat yang dibuat oleh badan-badan resmi yang
berwajib, pelanggaran terhadap peraturan tadi berakibatkan
diambilnya tindakan, dengan hukuman tertentu.
• Menurut M.H. Tirtaamidjaya, SH.,hukum ialah semua aturan
(norma) yang harus dituruti dalam aturan tingkah laku tindakan-
tindakan dalam pergaulan hidup dengan ancaman harus mengganti
kerugian jika melanggar aturan.
Definisi hukum sebagai pegangan dapat dilihat dari unsur-unsur, yaitu:
Unsur-unsur hukum

• Peraturan tingkah laku manusia.


• Peratuan itu diadakan oleh badan-badan resmi yang
berwajib.
• Peraturan itu bersifat memaksa.
• Sanksi bagi pelanggaran terhadap peraturan itu adalah tegas
(pasti dan dapat dirasakan nyata bagi yang bersangkutan).
Ciri-ciri hukum adalah:
• Adanya perintah dan atau larangan.
• Larangan dan perintah itu harus dipatuhi/ditaati orang.
• Adanya sanksi hukum yang tegas.
Tujuan Hukum menurut para ahli

1. Prof. Soebekti, SH. berpendapat bahwa tujuan hukum


adalah mengabdi kepada tujuan negara, yaitu
mendatangkan kemakmuran dan kebahagiaan rakyatnya.
2. DR. Soedjono Dirdjosisworo,SH.Tujuan hukum melindungi
individu dalam hubungannya dengan masyarakat,
sehingga dengan demikian dapat diharapkan terwujudnya
keadaan aman, tertib dan adil.
 Kesimpulkan dari beberapa pendapat, bahwa tujuan
hukum adalah keseimbangan kepentingan, ketertiban,
keadilan, ketenteraman, kebahagiaan setiap manusia.
Fungsi Hukum
1. Hukum berfungsi sebagai alat ketertiban dan keteraturan
masyarakat.
2. Fungsi ini memungkinkan untuk diperankan oleh hakim karena
hukum memberikan petunjuk kepada masyarakat bagaimana
mereka harus bertingkah laku. Dalam konteks kepabeanan, maka
aparat bea dan cukai berperan menjelaskan mana yang
diperbolehkan oleh hukum dan mana yang dilarang oleh hukum.
3. Hukum berfungsi sebagai sarana untuk mewujudkan keadilan
sosial lahir batin
4. Hukum yang bersifat mengikat dan memaksa serta dapat
dipaksakan oleh alat negara yang berwenang, berpengaruh besar
terhadap orang yang akan melakukan pelanggaran.
bersambung
Sambungan
Hukum berfungsi sebagai alat penggerak pembangunan
5. Fungsi hukum sebagai alat penggerak pembangunan karena ia
mempunyai daya mengikat dan memaksa dapat dimanfaatkan
sebagai alat otoritas untuk mengarahkan masyarakat ke arah
yang lebih maju.
6. Hukum berfungsi sebagai alat kritik (fungsi kritik)
Fungsi ini berarti bahwa hukum tidak hanya mengawasi
masyarakat semata-mata tetapi berperan juga untuk
mengawasi para pejabat pemerintah, para penegak hukum,
maupun aparatur pengawasan sendiri.
7. Hukum berfungsi sebagai sarana untuk menyelesaikan
pertikaian.
Menurut Sjachran Basah, fungsi hukum
1. Direktif, sebagai pengarah dalam membangun untuk membentuk
masyarakat yang hendak dicapai sesuai dengan tujuan kehidupan
bernegara;
2. Integratif, sebagai pembina kesatuan bangsa;
3. Stabilitatif, sebagai pemelihara (termasuk ke dalamnya hasil-hasil
pembangunan) dan penjaga keselarasan, keserasian, dan
keseimbangan dalam kehidupan benegara dan bermasyarakat;
4. Perfektif, sebagai penyempurna terhadap tindakan-tindakan
administrasi negara, maupun sikap tindak warga dalam kehidupan
bernegara dan bermasyrakat;
5. Korektif, baik terhadap warga negara maupun administrasi negara
dalam mendapatkan keadilan.
Sumber hukum
Sumber hukum adalah segala sesuatu yang dapat
menimbulkan atau melahirkan hukum. Singkatnya,
sumber hukum dapat juga disebut asal mula hukum.
Macam-macam sumber hukum
Sumber hukum materiil adalah faktor-faktor yang
turut serta menentukan isi hukum. mempelajari
sumber-sumber hukum harus ditinjau dari beberapa
sudut cabang ilmu hukum maupun disiplin ilmu
lainnya, misalnya sosiologi hukum, sejarah, agama,
psikologi dan ilmu pemerintahan.
sambungan
2. Sumber hukum formil
Yang dimaksud sumber hukum formil, adalah
sumber hukum dengan bentuk tertentu yang
merupakan dasar berlakunya hukum secara
formal.
Sumber hukum formil ialah
a. UU
b. Adat dan Kebiasaan
c. Traktat
d. Yurisprudensi
e. Pendapat ahli hukum terkenal.
Sambungan

Undang-undang mengikat telah diundangkan oleh


mensesneg dan dimuat dalam lembaran negara.
Lembaran Negara: tempat pengundangan suatu UU
agar mempunyai daya mengikat.
Tambahan lembaran negara: penjelasan dari UU.
Berita Negara: memuat berita lain yang sifatnya
penting yang berkaitan dengan peraturan negara
dan pemerintah.
Asas berlakunya undang-undang adalah
1. Undang-undang tidak berlaku surut.
2. Undang-undang yang berlaku kemudian membatalkan undang-undang
terdahulu, sejauh undang-undang itu mengatur objek yang sama (lex
posterior derogat legi priori);
3. Undang-undang yang dibuat oleh penguasa yang lebih tinggi mempunyai
derajat yang lebih tinggi, sehingga apabila ada dua macam undang-undang
yang tidak sederajat mengatur objek yang sama dan saling berentangan,
maka hakim harus menerapkan undang-undang yang lebih tinggi dan
menyatakan bahwa undang-undang yang lebih rendah tidak mengikat (lex
superior derogat legi inferiori).
4. Undang-undang yang khusus mengesampingkan undang-undang yang bersifat
umum, maka jika ada dua macam ketentuan dari peraturan perundangan yang
setingkat dan berlaku pada waktu bersamaan serta saling bertentangan hakim
harus menerapkan yang khusus dan mengesampingkan yang umum (lex
specialis derogat legi generali).
Sambungan

5. Undang-undang tidak dapat diganggu gugat. Undang-


undang tidak berlaku apabila:
a. Jangka waktu berlakunya undang-undang itu sudah
habis;
b. Hal-hal atau objek yang diatur oleh undang-undang
itu sudah tidak ada;
c. Undang-undang itu dicabut oleh pembentuknya
atau oleh instansi yang lebih tinggi.
d. Telah dikeluarkan undang-undang baru yang isinya
bertentangan dengan isi undang-undang terdahulu .
Peraturan perundang yang berlaku di Negara
Indonesia menurut TAP MPRS No. XX/MPRS/1966
1. UUD 1945;
2. TAP MPR;
3. UU/PERPU;
4. Peraturan Pemeintah;
5. Keputusan Presiden;
6. Peraturan Menteri/Instruksi Menteri;
7. Peraturan Pelaksanaan lainnya.
 
UU No. 10 Tahun 2004

1 Undang Undang Dasar 1945


2 Undang Undang/ Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang
3 Peraturan Pemerintah
4 Peraturan Presiden
5 Peraturan Daerah
Adat dan kebiasaan
Hk kebiasaan: Aturan-aturan hukum yg bersumber
pada kebiasaan
Hk. Adat: Bersumber pada adat istiadat
Hukum kebiasaan sebagai Sumber hukum harus
memiliki 2 unsur
Hukum kebiasaan dalam arti umum
1. Suatu perbuatan harus terus tetap dilakukan
2. Ada keyakinan harus dilakukan krn suatu
kewajiban (dua unsur lagi yg harus dipenuhi):
3. Pengakuan
4. Penguatan.
Hukum kebiasaan bidang ketatanegaraan
(konvensi)/hukum adat ketatanegaraan.
Beda hukum adat dengan kebiasaan
Hukum kebiasaan: belum menjadi tradisi, adat
bersifat sakral serta dari tradisi rakyat/
Hukum kebiasaan: tidak tertulis, hukum adat tidak,
walaupun ada sebagian kecil.
Traktat

Traktat: perjanjian antara negara,


1. Traktat bilateral,
2. Traktat multilateral
3. Traktat kolektif atau traktat terbuka.
4. Traktat, perjanjian antar negara yg dianggap
penting.
5. Persetujuan saja, perjanjian yang tidak begitu
penting.
Yurisprudensi

Keputusan pengadilan atau keputusan hakim


Hakim membentuk/menghasilkan hukum sifatnya
terbatas.
Pembentuk UU, menghasilkan peraturan yang
abstrak, berlaku umum.
Macam Yurisprudensi:
1. Yurisprudensi tetap: sudah merupakan standar
bagi hakim utk mengambil keputusan
2. Yurisprudensi tdk tetap: bukan merupakan standar
doktrin
Pendapat para ahli hukum terkenal, sering dijadikan
pegangan bagi hakim.
Mazhab-mazhab hukum
Hukum dapat didekati dari berbagai sudut pandang:
1. Sejarah.pendekatan dari sudut sejarah memandang bahwa hukum yang
berlaku sekarang ini berlainan dengan hukum pada waktu yang lampau dan
mungkin berbeda dengan hukum pada waktu yang akan datang.
2. sosiologi memandang hukum hanyalah sebagai gejala masyarakat.
3. filsafat, hukum itu merupakan hasil pikiran manusia yang selalu berkembang
sesuai dengan logika akal manusia.
4. Dari segi hukum itu sendiri mencoba mempelajari hukum terlepas dari
unsur-unsur kebudayaan, politik, sosial, dan ekonomi.
Akibat dari perbedaan sudut pandang ini maka timbullah aliran-aliran pendapat
(mazhab-mazhab): yakni (1) mazhab hukum kodrat, (2) Mazhab sejarah; (3)
mazhab imperatif; (4) mazhab sosiologis; dan (5) mazhab fungsional.
sambungan

1. Hukum Kodrat: Adalah suatu aliran yang menelaah hukum dengan bertitik
tolak dari keadilan yang mutlak, artinya bahwa keadilan tidak boleh
diganggu.
• Terlepas dari kehendak manusia, atau tidak bergantung pada pandangan
manusia.
• Berlaku tidak mengenal batas waktu, artinya berlaku kapan saja;
• Bersifat universal, artinya berlaku bagi semua orang;
• Berlaku di semua tempat atau berlaku di mana saja tidak mengenal batas
tempat;
• Bersifat jelas dengan sendirinya bagi manusia.
• Jadi hukum kodrat adalah hukum yang tidak bergantung pada pandangan
manusia, berlaku kapan saja, di mana saja, bagi siapa saja, dan jelas bagi
semua manusia tanpa ada yang menjelaskanya. Ajaran mengenai hukum
kodrat dikemukakan antara lain oleh Thomas Aquino, Aristoteles, Hugo de
Groot, dan Rudolf Stammler.
sambungan

2. MAZHAB SEJARAH.
• Mazhab sejarah dipelopori oleh Friedrich Carl von Savigny. Mazhab ini merupakan
reaksi terhadap para pemuja hukum alam atau hukum kodrat yang berpendapat
bahwa hukum kodrat itu bersifat rasionalistis dan berlaku bagi segala bangsa,
untuk semua tempat dan waktu. Mazhab sejarah berpendapat bahwa tiap-iap
hukum itu ditentukan secara historis, selalu berubah menurut waktu dan tempat.
• Hukum hidup dalam kesadaran bangsa, maka hukum berpangkal pada kesadaran
bangsa. Namun demikian tidak berarti bahwa jiwa seiap warga negara dari bangsa
itu menghasilkan hukum, karena yang dapat mewujudkan hukum itu adalah jiwa
bangsa yang sama-sama hidup dan berada dalam setiap individu dan
menghasilkan hukum positif. Timbulnya hukum positif tidak terjadi oleh akal
manusia yang secara sadar memang menghendakinya, tetapi hukum positif itu
tumbuh dan berkembang di dalam kesadaran bangsa secara organic. Jadi tumbuh
dan berkembangnya hukum itu bersama-sama dengan tumbuh dan
berkembangnya suatu bangsa.
TEORI TEOKRASI

Pada masa lampau di Eropa para ahli pikir (filsof) menganggap dan
mengajarkan, bahwa hukum itu berasal dari Tuhan YME, dan oleh
karena itu maka manusia diperintahkan oleh Tuhan harus tunduk
pada hukum. Perintah yang datang dari Tuhan itu ditulis dalam
kitab suci. Tinjauan mengenai hukum dikaitkan dengan
kepercayaan dan agama, dan ajaran tentang legitimasi kekuasaan
hukum didasarkan kepada kepecayaan dan agama. Adapun teori-
teori yang mendasarkan berlakunya hukum atas kehendak Tuhan
YME dinamakan Teori Ketuhanan (Teori Teokrasi).
• Berhubung peraturan perudang-undangan itu ditetapkan Penguasa
Negara, maka oleh penganjur teori teokrasi diajarkan, bahwa para
penguasa negara itu mendapat kuasa dari Tuhan: seolah-olah para
Raja dan penguasa lainnya merupakan wakil Tuhan.
TEORI KEDAULATAN RAKYAT

• Mereka yang menganut mazhab ini menyatakan bahwa


undang-undang adalah satu-satunya sumber hukum,
sedangkan untuk kebiasaan sesungguhnya tidak terdapat
tempat sebagai sumber hukum. Segala hukum itu adalah
langsung dari kehendak para pemegang kedaulatan,
kekuasaan tertinggi dalam negara, dengan demikian maka
hanya undang-undanglah yang merupakan sumber hukum.
• Timbulnya mazhab ini karena para ahli hukum merasakan
bahwa semakin banyaknya Hukum Kebiasaan maka hukum
itu akan semakin kabur dan samar-samar dan hal ini akibat
adanya perbedaan yang terlampau besar pada Hukum-
hukum Kebiasaan tadi
TEORI KEDAULATAN NEGARA

• Pada abad 19, teori perjanjian masyarakat ini dtentang oleh teori
yang mengatakan, bahwa kekuasaan hukum tidak dapat
didasarkan atas kemauan bersama seluruh anggota masyarakat.
Hukum itu ditaati karena negaralah yang menghendakinya;
hukum adalah kehendak Negara dan Negara itu mempunyai
kekuasaan tak terbatas.
• Penganjur teori kedaulatan Negara yaitu Hans Kelsen dalam buku
“Reine Rechtslehre”, yang mengatakan bahwa hukum itu adalah
tidak lain daripada “kemauan negara” (Wille des States). Namun
demikian, menurutnya orang yang taat kepada hukum bukan
karena negara menghendakinya, akan tetapi orang taat kepada
hukum karena ia merasa wajib mentaatinya sebagai perintah
negara.
TEORI KEDAULATAN HUKUM

• Prof. Mr. F. Krabbe dari Universitas Leiden menentang


teori Kedaulatan Negara, dalam bukunya yang berjudul
Die Lehe der Rechtsouveranitet (1906). Menurutnya
sumber hukum ialah “rasa keadilan” . menurut Krabbe
hukum adalah apa yang memenuhi rasa keadilan dari
orang terbanyak yang ditundukkan padanya. Suatu
peraturan yang tidak sesuai dengan rasa keadilan dari
jumlah terbanyak orang tidak dapat mengikat,
peraturan-peraturan demikian bukanlah “hukum”,
walaupun masih ditaati ataupun dipaksakan. Teori ini
timbul pada abad 20 ini disebut Teori Kedaulatan Hukum.
ASAS KESEIMBANGAN

• Prof. Mr. R. Kranenburg (murid dari dan pengganti Prof. Krabbe),


mencari dalil yang menjadi dasar berfungsinya kesadaran hukum
orang. Kranenburg menguatkan ajaran Krabbe, bahwa kesadaran
hukum orang itu menjadi sumber hukum. Hukum itu berfungsi
menurut suatu dalil yang nyata (riil). Dalil yang riil dan nyata
dirumuskan sebagai berikut: Tiap orang menerima keuntungan
atau mendapat kerugian sebanyak dasar-dasar yang telah
ditetapkan atau diletakkan terlebih dahulu.
• Pembagian keuntungan dan kerugian dalam hal tidak ditetapkan
terlebih dahulu dasar-dasarnya ialah bahwa tiap-tiap anggota
masyarakat hukum sederajat dan sama. Hukum atau dalil ini
disebut asas keseimbangan, berlaku dimana-mana dan pada
waktu apapun.
Bab IV
Penemuan Hukum

1. Pembentukan Hukum oleh Hakim


2. Penafsiran Hukum
3. Pengisian Kekosongan Hukum
Pembentukan hukum oleh hakim
1. Hakim merupakan Faktor Pembentuk Hukum
Pengadilan sebagai tempat setiap orang mencari keadilan
dilarang menolak suatu perkara yang diajukan kepadanya
untuk diperiksa dan diputuskannya dengan alasan bahwa
hukum tidak atau kurang jelas, melainkan wajib memeriksa
dan menyelidikinya; hal ini disimpulkan dari ketentuan
pasal 22 AB dan pasal 14 UU No. 14 Tahun 1970 (UU
tentang ketentuan-ketentuan pokok kekuasaan
kehakiman).
2. Keputusan Hakim Bukan Merupakan Peraturan Umum
Walaupun hakim ikut menentukan hukum, menciptakan
peraturan-perundangan, namun kedudukan hakim
bukanlah anlah sebagai pemegang kekuasaan Legislatif.
Oleh karena itu, keputusan hakim hanya berlaku pihak2
ybs
PENGISIAN KEKOSONGAN HUKUM

Hakim memenuhi kekosongan hukum


Adapun pendapat dalam sistem formal dalam suatu hukum ada
ruang kosong yang diisi hakim, belumlah dianut orang.namun
demikian, paham tentang hukum sebagai kesatuan yang bulat dan
lengkap yang tertutup (paham tentang di luar UU tidak ada hukum)
tidak dapat diterima oleh sarjana hukum, sehingga Paul Scholten
mengatakan bawa hukum itu merupakan suatu sistem yang terbuka
(open system van het recht) maksudnya hukum itu menjadi dinamis
dan mengikuti proses perkembangan masyarakat.
Konstruksi hukum
Degan menggunakan kontruksi hukum, hakim dapat
menyempurnakan sistem formal dari hukum, yakni sistem peraturan
perundangan yang berlaku (hukum positif)
Macam-macam Penafsiran

1. Penafsiran gramatikal
Yaitu penafsiran berdasarkan pada bunyi undang-undang dengan
pedoman pada arti kata-kata dalam hubungannya satu sama lain
dalam kalimat yang dipakai dalam undang-undang. Penafsiran
gramatikal semata-mata hanya berdasarkan pada arti kata-kata
menurut tata bahasa atau kebiasaan dalam penggunaan sehari-hari.
Contoh: Pasal 1140 KUH Perdata menentukan bahwa pemilik rumah
mempunyai hak privilege terhadap seluruh perabot rumah yang
disewakan, artinya apabila penyewa menunggak pembayaran uang
sewa, dan terjadi penyitaan semua perabot rumah itu, jika dilelang
maka hasil penjualan perabot rumah itu terlebih dahulu digunakan
untuk melunasi tunggakan uang sewa, sisanya baru untuk keperluan
lain.  
2. Penafsiran historis
Yaitu penafsiran yang berdasarkan pada sejarah baik sejarah
terbentuknya undang-undang (proses pembentukan undang-
undang dari memori penjelasan, laporan sidang di DPR, surat
menyurat antara menteri dan DPR), maupun sejarah hukum
(termasuk penyelidikan terhadap maksud pembentuk undang-
undang pada waktu membentuk undang-undang tersebut)
dengan menyelidiki asal usul suatu peraturan dikaitkan dengan
suatu sistem hukum yang pernah berlaku atau dengan suatu
sistem hukum asing tertentu. 
Contoh: seseorang yang melanggar hukum atau melakukan
tindak pidana dihukum denda Rp 5.000,00 denda sebesar itu jika
diterapkan saat ini jelas tidak sesuai maka ditafsirkan sesuai
dengan keadaan harga saat ini.
3. Penafsiran sistematis

Yaitu penafsiran yang memperhatikan susunan kata-kata


yang berhubungan dengan bunyi pasal=pasal lainnya baik
dalam undang-undang itu sendiri maupun undang-
undang lainnya. Asas monogami yang tercantum dalam
pasal 27 KUH Perdata adalah menjadi dasar pasal-pasal
34, 60, 64, dan 86 KUH Perdata.
4. Penafsiran teleologis (sosiologis)

Yaitu penafsiran yang memperhatikan tentang tujuan undang-


undang itu, mengingat kebutuhan masyarakat berubah menurut
masa atau waktu, sedang bunyi undang-undang tetap. Konkritnya
walaupun suatu undang-undang tidak sesuai lagi dengan
kebutuhan akan tetapi kalau undang-undang itu masih berlaku,
maka tetap diterapkan terhadap kejadian atau peristiwa masa kini.
Namun pengertiannya disesuaikan dengan situasi pada saat
ketentuan itu diterapkan. Jadi penerapan peraturan undang-
undangnya yang disesuaikan dengan situasinya.
5.Penafsiran otentik

Yaitu penjelasan terhadap kata-kata, istilah dan


pengertian di dalam peraturan perundang-undangan
yang ditetapkan oleh pembuat undang-undang itu
sendiri dalam peraturan perundang-undangan yang
bersangktan.
Contoh:
• Pasal 95 KUH Pidana: “Kapal Indonesia adalah kapal
yang menurut undang-undang memiliki surat-surat
untuk dapat berlayar.
• Pasal 98 KUH Pidana: “Malam hari adalah waktu antara
matahari terbenamsampai dengan matahari terbit”.
6. Penafsiran analogis

Penafsiran dengan memberi ibarat (kias) pada kata-kata


tersebut sesuai dengan asas hukumnya, sehingga suatu
peristiwa yang tidak cocok dengan peraturannya,
dianggap sesuai dengan bunyi peraturan itu.
Contoh:
Istilah menyambung listrik dianggap sama dengan
mengambil aliran listrik.
Menjual yang dimaksud dalam pasal 1576 KUH Perdata
dianggap sama dengan memberikan, mewariskan atau
mengalihkan suatu hak pada orang lain.
7. Penafsiran a contrario

Yaitu penafsiran dengan cara melawankan pengertian


antara soal yang dihadapi dengan masalah yang
diatur dalam suatu pasal undang-undang.
Contoh:
Dalam pasal 34 KUH Perdata ditentukan bahwa
seorang janda dilarang menikah lagi sebelum lewat
300 hari setelah perkawinan yang terdahulu putus.
Ketentuan pasal 34 KUH Perdata tersebut tidak
berlaku bagi duda, karena pasal tersebut tidak
menyebut apa-apa tentang laki-laki.
8.Penghalusan hukum

• Yaitu penafsian dengan cara menyempitkan berlakunya ketentuan


undang-undang karena jika tidak akan terjadi kerugian yang lebih besar.
• Contoh:
• Perbuatan melawan hukum sebagaimana yang termaksud dalam
pasal 1365 KUH Perdata adalah sangat luas lingkupnya sehingga pasal
tersebut dapat diterapkan terhadap kasus tertentu yang khusus sifatnya.
Jika terjadi suatu peristiwa dimana karena akibat perbuatan seseorang
orang lain menderita rugi, tetapi orang yang menderita rugi itu turut
melakukan perbuatan tersebut, maka orang yang menderita rugi itu
hanya berhak menuntut ganti rugi sebagian saja, karena dia juga turut
merugikan dirinya sendiri. Penghalusan hukum ini menurut istilah Prof.
Dr. Sudikno adalah penyempitan hukum.
Disamping penafsiran-penafsiran tersebut di atas masih ada
penafsiran lain yaitu:
1 Penafsiran ekstensif, yaitu penafsiran dengan memperluas arti kata-
kata dalam peraturansehingga suatu peristiwa dapat dimasukkannnya.
Contoh: Aliran listrik ditafsirkan sebagai benda (imateriil).
2 Penafsiran restriktif yaitu penafsiran dengan membatasi arti kata-kata
dalam peraturan. Contoh: kerugian ditafsirkan tidak termasuk
kerugian yang tidak berwujud (imateriil).
3. Penafsiran komparatif yaitu penafsiran dengan cara membandingkan
dengan penjelasan-penjelasan berdasarkan perbandingan hukum,
agar dapat ditemukan kejelasan suatu ketentuan undang-undang.
4. Penafsiran futuristis, yaitu penafsiran dengan penjelasan undang-
undang dengan berpedoman pada undang-undang yang belum
mempunyai kekuatan hukum.
PENGISIAN KEKOSONGAN HUKUM

Menyusun suatu undang-undang memerlukan waktu yang lama sekali sehingga pada
waktu undang-undang itu dinyatakan berlaku hal-hal atau keadaan yang hendak diatur
oleh undang-undang tersebut sudah berubah, terbentuknya suatu peraturan-peraturan
senantiasa terbelakang dibandingkan dengan kejadian-kejadian yang ada dalam
perkembangan masyarakat.
1. Hakim memenuhi kekosongan hukum
Adapun pendapat dalam sistem formal dalam suatu hukum ada ruangan kosong yang
diisi hakim, belumlah dianut orang.namun demikian, paham tentang hukum sebagai
kesatuan yang bulat dan lengkap yang tertutup (paham tentang di luar UU tidak ada
hukum) tidak dapat diterima oleh sarjana hukum, sehingga Paul Scholten mengatakan
bawa hukum itu merupakan suatu sistem yang terbuka (open system van het recht)
maksudnya hukum itu menjadi dinamis dan mengikuti proses perkembangan masyarakat.
2. Konstruksi hukum
Degan menggunakan kontruksi hukum, hakim dapat menyempurnakan sistem formal dari
hukum, yakni sistem peraturan perundangan yang berlaku (hukum positif).

 
Kodifikasi

Hukum yang dikodifikasikan adalah hukum tertulis, tetapi tidak semua hukum tertulis
itu telah dikodifikasikan, sehingga hukum dari bentuknya dapat dibedakan antara:
1. Hukum tertulis:
a. Hukum tertulis yang dikodifikasikan (codificate). Contoh KUHP, KUH Perdata,
b. Hukum tertulis yang tidak dikodifikasi. Contohnya, undang-undang, peraturan pemerintah, peraturan presiden.
2 Hukum tak tertulis, ialah kaidah yang hidup dan diyakini oleh masyarakat serta
ditaati berlakunya sebagai kaidah hukum. Hukum demikian lazim disebut hukum
kebiasaan (Common Law).

Beberapa keuntungan dgn dilakukannya kodifikasi dikemukakan oleh para ahli al:
1. Kodifikasi itu menghindarkan tindakan sewenang2 dari para peguasa, para hakim,
2. Kodifiksi menjamin adanya kepastian hukum (recht Zekerheid) sehingga para
penguasa, para petugas hukum ataupun anggota masyarakat dapat mengetahui
batas-batas hukum yang berlaku.
3. Kodifikasi memungkinkan adanya unifikasi dalam hukum, yaitu kesatuan hukum
bagi perbuatan-perbuatan yang sama yang berlaku bagi seluruh anggota masy.
4. Tanpa adanya kodifikasi, akan terjadi perbedaan-perbedaan perumusan peraturan-
peraturan hukum, terutama di daerah-daerah yang pada umumnya masih berlaku
hukum tidak tertulis (hukum adat).  
  
Penggolongan Hukum
1. Hukum berdasarkan sumbernya
a. Hukum undang-undang, yaitu hukum yang tercantum dalam prt peruu;
b. Hukum adat dan hukum kebiasaan, yaitu hukum yang diambil dari
peraturan-peraturan adat dan kebiasaan;
c. Hukum yurisprudensi, yaitu hukum yang terbentuk dari putusan peng;
d. Hukum traktat, yaitu hukum yang diterapkan oleh negara-negara
peserta perjanjian internasional;
e. Hukum doktrin, yaitu hukum yang berasal dari pendapat para ahli
hukum terkenal.
2. Hukum berdasarkan bentuknya, hukum dapat digolongkan menjadi:
a. Hukum tertulis, biasanya dalam bentuk prt perundang-undangan.
- hukum tertulis yang dikodifikasikan (codificate).
Kodifikasi adalah pengumpulan hukum sejenis, yang tersusun secara
lengkap dan sistematis dalam sebuah kitab UU. Contoh KUHP
-hukum tertulis yang tidak dikodifikasi. Contohnya, uu, pp,keppres.
b. Hukum tidak tertulis, ialah kaidah yang hidup dan diyakini oleh masya.
serta ditaati berlakunya sbg kaidah hukum. lazim disebut hk kebiasaan.
Sambungan

3. Hukum berdasarkan isinya, atau kepentingan yang


diatur, hukum dapat digolongkan menjadi:
a. Hukum privat/sipil, adalah hukum yang
mengatur hubungan hukum antara orang
yang satu dengan orang menitikberatkan
pada kepentingan perorangan yang bersifat
pribadi.
b.Hukum publik,adalah hukum yang mengatur
hub hukum antara orang dengan negara
menitikberatkan pada kepentingan
masyarakat atau negara.
Perbedaan antara hukum privat dengan hukum publik:
Hukum Privat Hukum Publik
1. Mengutamakan kepentingan 1. Mengutamakan pengaturan
individu; kepentingan umum;
2. Mengatur hal ikhwal yang bersifat 2. Mengatur hal ikhwal yang
bersifat umum;
khusus;
3. Dipertahankan oleh negara
3. Dipertahankan oleh individu;
melalui jaksa;
4. Asas damai diutamakan, hakim 4. Tidak mengenal asas
mengupayakannya.. perdamaian;
5. Setiap saat gugatan penggugat 5. Tidak dapat dicabut kembali,
dapat ditarik kembali penggugatan; kecuali dalam perkara aduan;
6. Sanksinya berbentuk perdata. 6. Sanksinya umum.
Persamaannya
• Keduanya merupakan norma hukum yang
mengatur kehidupan manusia;
• Keduanya mempunyai sanksi hukum yang
dapat dikenakan kepada pelanggarnya;
• Keduanya tetap tunduk pada
pengecualian, apabila dalam keadaan
terpaksa.
4. Hukum berdasarkan tempat berlakunya
a. Hukum nasional, ialah hk yang berlakunya pada suatu neg ttentu;
b. Hukum internasional, ialah hkm yang mengatur hub antara neg
satu dengan neg lain (hubungan internasional);
c. Hukum asing, adalah hkm yang berlaku di negara lain jika
dipandang dari suatu negara tertentu.
5. Hukum berdasarkan masa berlakunya:
a. Hukum positif (ius constitutum), yaitu hukum yang berlaku saat
ini, pada masy tertentu, dan wil tertentu. Hkm positif biasa juga
disebut tata hukum. Contoh dari hukum positif, misalnya Hukum
Pidana berdasarkan KUHP sekarang;
b. Hukum yang dicita-citakan, diharapkan, atau direncanakan akan
berlaku pada masa yang akan datang (ius constituendum). Contoh
dari hukum yang dicita-citakan, misalnya hukum keuangan
negara (yang sudah berlaku).
6. Hukum berdasarkan cara mempertahankannya, atau berdasarkan
fungsinya, dapat digolongkan menjadi:

a. Hukum meteriil, yaitu hkm yang mengatur tentang isi hub hkm
antara sesama anggota masy, antara anggota masy dengan
penguasa neg, antara masy dengan penguasa negara, dan antara
masyarakat dengan masyarakat itu sendiri. Di dalam hukum
materiil ini ditetapkan mana sikap tindak yang diharuskan (gebod),
mana yang dilarang (verbod), dan mana yang dibolehkan (mogen),
termasuk akibat hukum dan sanksi hukum bagi pelanggarnya. Dgan
demikian hukum materiil menimbulkan hak dan kewajiban sebagai
akibat yang timbul karena adanya hub hkm.
b. Hukum formal, yaitu hkm yang mengatur bgm cara penguasa
mempertahankan dan menegakkan serta melaksanakan kaidah-
kaidah hukum materiil, dan bagaimanakah caranya menuntutnya
apabila hak seseorang telah dilanggar oleh orang lain. Hukum
formal lazimnya disebut hukum
7. Hukum berdasarkan sifatnya, atau kekuatan berlakunya atau
sanksinya, dapat digolongkan:
a. Hukum memaksa (imperatif), kaidah hukum yang dalam keadaan apapun harus ditaati dan
bersifat mutlak daya ikatnya. Ini berarti bahwa kaidah hukum yang memaksa ini berisi ketentuan
hukum yang dalam situasi apapun tidak dapat dikesampingkan melalui perjanjian para pihak. Ada
hukum memaksa yaitu harus dilaksanakan. Contoh, Pasal 340 KUH Pidana, yang menetapkan:
“Barang siapa dengan sengaja dan direncanakan lebih dahulu menghilangkan nyawa orang lain,
dihukum, karena pembunuhan direncanakan (moord), dengan hukuman mati atau penjara sumur
hidup atau penjara sementara selama-lamanya dua puluh tahun”.
b. Hukum mengatur (fakultatif), yaitu kaidah hukum yang dapat dikesampingkan oleh para pihak
yang bersangkutan dengan jalan membuat ketentuan khusus dalam suatu perjanjian yang mereka
adakan. Kaidah hukum semacam ini baru akan berlaku apabila para pihak tidak menetapkan
aturan tersendiri di dalam perjanjian yang mereka adakan. Ketentuan ini dapat kita lihat dalam
Pasal 1152 KUH Perdata:
“hak gadai atas benda-benda bergerak dan atas piutang bahwa diletakkan dengan membawa
barang gadainya di bawah kekuasaan si berpiutang atau pihak ketiga, tentang siapa telah
disetujui oleh kedua belah pihak”.
Akan tetapi realitas menunjukkan bahwa sering pemberi gadai tetap menguasainya. Misalnya
menggadaikan mobil.
 
8. Hukum berdasarkan wujudnya, dapat terbagi dalam dua bagian:
a. Hukum objektif adalah mengatur pula hubungan antara anggota masyarakat dengan
masyarakat, antara masyarakat yang satu dengan lainnya, dan antara masyarakat dengan
negara. Orang-orang yang mengadakan hub hukum dinamakan subjek hkm
b. Hukum subjektif, ialah kewenangan atau hak yang diperoleh seseorang berdasarkan hukum
objektif. Seseorang yang mengadakan hubungan hukum dengan orang lain akan
memperoleh hak dan kewajiban. Jadi hak atau kewajiban seseorang yang diperoleh karena
saling mengadakan hubungan hukum itulah yang dinamakan hukum subjektif.
* Contoh: A mengadakan perjanjian jual beli sebidang tanah dengan B. A sebagai
pemilik tanah, B sebagai pembelinya. Apabila sudah tercapai kata sepakat di
antara A dan B, maka timbullah hak bagi A untuk menerima sejumlah uang harga
tanah yang sudah disepakati oleh B dan mempunyai kewajiban menyerahkan
tanah itu kepada B bila tanah telah dibayar lunas. Sebaliknya B mempunyai hak
untuk meneima dan memiliki tanah itu setelah kewajibannya memayar lunas
harga tanah itu dilaksanakan.
* Hukum yang mengatur perjanjian antara A dan B itu adalah hukum objektif,
sedangkan hak atau kewajiban yang timbul adalah hukum subjektif.

 
SUBJEK HUKUM

Dalam dunia hukum perkataan orang (persoon) berarti


pembawa hak, yaitu sesuatu yang mempunyai hak dan
kewajiban dan disebut subjek hukum. Dewasa ini
subjek hukum itu terdiri dari:
» manusia (natuurlijke persoon);
» badan hukum (recht persoon), yaiu:
 badan hukum perdata;
 badan hukum umum.
Mereka yang oleh hukum telah dinyatakan
tidak cakap untuk melakukan sendiri
perbuatan ialah:
1. Orang yang masih di bawah umur (belum mencapai usia 18
tahun) = belum dewasa.
Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, seorang laki-
laki disebut dewasa apabila ia telah berumur 18 tahun,
sedangkan untuk perempuan apabila ia telah berumur 15
tahun.
2. Orang yang tak sehat pikirannya (gila), pemabuk, dan
pemboros, yakni mereka yang ditaruh di bawah curatele
(pengampuan).
3. Orang perempuan dalam pernikahan.
Suatu badan hukum hampir selalu memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

1. Memiliki kekayaan yang terpisah dari kekayaan


anggotanya;
2. Memiliki hak dan kewajiban yang terpisah dari
hak dan kewajiban para anggotanya secara
pribadi.
3. Memiliki sifat keseimbangan, sebab hak dan
kewajiban badan hukum tetap melekat walaupun
anggotanya silih berganti.
Di samping itu, dilihat dari bentuknya badan hukum dapat berbentuk:

1. Korporasi (corporation), yaitu sekumpulan orang,


yang untuk hubungan hukum tertentu sepakat
untuk bertindak dan bertanggungjawab sebagai
satu subjek hukum tersendiri. Misalnya, Perseroan
Terbatas, Partai Politik, dsb.
2. Yayasan (foundation), yaitu kekayaan yang bukan
milik seseorang atau suatu badan hukum, yang
diberi tujuan tertentu. Yayasan tidak memiliki
anggota, yang ada hanyalah pengurus yayasan.
Objek hukum
Objek hukum adalah segala sesuatu yang dapat berguna bagi
subjek hukum dan dapat menjadi pokok suatu perhubungan
hukum yang dilakukan oleh subjek-subjek hukum.
Dalam bahasa hukum, objek hukum dapat juga disebut hak atau
benda yang dapat dikuasai dan/atau dimiliki subjek hukum.
Ada yang mengatakan hak:
sebagai izin atau kekuasaan yang diberikan hukum,
 ada yang mengidentikan hak dengan wewenang.
Istilah hak dan/atau wewenang
Bahasa Latin, ius,
Bahasa Inggris diberi istilah right.
Bahasa Perancis digunakan istilah droit.
Bahasa Belanda digunakan istilah recht.
Secara umum, kita dapat membedakan hak menjadi dua, yaitu:

1. Hak mutlak (absolut)


Adalah suatu hak yang diberikan kepada seseorang guna
melakukan suatu perbuatan, hak mana dapat
dipertahankan terhadap siapa pun juga, dan sebaliknya
siapa pun wajib menghormati hak tersebut. Seperti hak
asasi manusia (HAM), hak publik, dan hak keperdataan.
2. Hak nisbi
Hak nisbi adalah suatu hak yang memberi wewenang
kepada seseorang untuk menuntut agar orang lain
memberikan sesuatu, melakukan sesuatu, atau tidak
melakukan sesuatu.
1. Benda berwujud, ialah segala sesuatu yang dapat dilihat dan
diraba dengan indra manusia. Contoh rumah, tanah, meja,
kursi, dan sebagainya.
2. Benda tidak berwujud, (benda immateriil) yaitu segala macam
hak, seperti hak. cipta, hak atas merek, dan sebagainya.
Menurut pasal 504 KUH Perdata benda dibedakan menjadi dua,
yaitu:
1. Benda bergerak (benda tak tetap) benda-benda yang dapat
dipindahkan..
Benda yang dapat bergerak sendiri (hewan).
Benda yang dapat dipindahkan (meja, kursi).
Benda bergerak karena penetapan undang-undang (hak pakai, bunga).
2. ……..
2. Benda tidak bergerak, benda-benda yang tak dapat
dipindahkan

Benda tidak bergerak karena sifatnya (tanah, rumah).


Benda tidak bergerak karena tujuannya (gambar, kaca, alat
percetakan yang ditempatkan di gedung).
Benda tak bergerak karena penetapan undang-undang (hak
pakai, hak usaha).
 Subjek hukum dan objek hukum penting diketahui untuk
ditentukan siapakah yang menjadi pendukung hak yaitu, hak dan
kewajiban? Subjek sebagai pelaku yang menyebabkan terjadinya
hubungan hukum dalam menyarakat dapat berupa:
 Orang dengan orang
 Orang dengan negara;
 Orang dengan benda;
 0rang dengan perusahaan dan seterusnya.
Peristiwa Hukum
Peristiwa hukum rechtsfeit adalah peristiwa
kemasyarakatan yang akibatnya diatur oleh
hukum. Karena peristiwa itu akan
menimbulkan akibat hukum. Perlu diperhatikan
bahwa tidak setiap peristiwa kemasyarakatan
akibatnya diatur oleh hukum.
Skema peristiwa hukum Perbuatan
hukum bersegi
satu

Perbuatan
Perbuatan hukum bersegi
hukum dua

Perbuatan
hukum bersegi
Perbuatan subjek banyak
hukum

Zaakwaarneming
(ps 1354 KUH
Perdata
Perbuatan
yang bukan
perbuatan Perbuatan
Peristiwa hukum melawan hukum
(ps 1365 KUH
Hukum Perdata)
kelahiran
Bukan perbuatan
Kadaluarsa aquisitief
subjek hukum
kematian

kadaluarsa Kadaluarsa Extinctief


Istilah Perbuatan Hukum
adalah perbuatan atau tindakan subjek hukum yang dapat
menimbulkan suatu akibat hukum yang dikehendaki oleh
pelaku.
Hak dan kewajiban yang timbul inilah yang dimaksud
dengan akibat hukum.
Perbuatan hukum dibedakan menjadi dua:
Perbuatan hukum bersegi satu (sepihak).
Perbuatan hukum bersegi dua (timbal balik).
Perbuatan hukum bersegi banyak, seperti perjanjian yang
banyak pihak terlibat di dalamnya.
Hubungan hukum dibedakan menjadi dua:
Hubungan hukum sepihak, yaitu hubungan hukum
yang menimbulkan hak dan kewajiban bagi
masing-masing pihak secara berlawanan. Contoh:
kasus penghibahan atas tanah dari orang tua angkat
kepada anak angkatnya.
Hubungan hukum timbal balik yaitu hubungan
hukum yang dapat menimbulkan hak dan
kewajiban bagi masing-masing pihak yang
bersangkutan. Contoh: perjanjian jual beli sebidang
tanah.
Akibat hukum
akibat hukum adalah segala akibat yang terjadi dari segala perbuatan
hukum yang dilakukan oleh subjek hukum terhadap objek hukum
ataupun akibat-akibat lain yang disebabkan karena kejadian-kejadian
tertentu yang oleh hukum yang bersangkutan sendiri telah
ditentukan atau dianggap sebagai akibat hukum.
 Akibat hukum inilah yang kemudian melahirkan suatu hak dan
kewajiban bagi para subjek hukum.
akibat hukum adalah akibat yang ditimbulkan oleh peristiwa hukum.
Contoh mengenai akibat hukum, yaitu:
Terdapatnya suatu hak dan kewajiban bagi pembeli dan penjual adalah
akibat dari perbuatan jual beli antara pemilik rumah dan pembeli rumah;
Penjatuhan hukuman terhadap seorang pencuri adalah akibat hukum dari
adanya seseorang yang mengambil barang orang lain karena tanpa hak atau
secara melawan hukum.  
Pengertian Hak
• Hak adalah kewenangan yang diberikan oleh hukum objektif kepada subjek
hukum. Misalnya kewenangan yang diberikan oleh hukum objektif kepada
seseorang yang memiliki tanah
• Hak dibedakan menjadi dua, yaitu, hak mutlak ialah kewenangan atau kekuasaan
mutlak yang diberikan oleh hukum kepada subjek hukum. Hak mutlak ada
beberapa macam:
 Hak asasi manusia (misalnya hak seseorang untuk bebas memeluk agama);
 Hak publik mutlak (misalnya hak negara untuk memungut pajak);
 Hak keperdataan (misalnya hak/kekuasaan orang tua terhadap anak).
• Hak relatif (hak nisbi), ialah yang memberikan kewenangan kepada seseorang
atau beberapa orang untuk menuntut agar orang lain melakukan sesuatu atau
tidak melakukan sesuatu. Hak relatif biasanya timbul karena perjanjian-
perjanjian yang diadakan oleh para subjek hukum
Hapusnya hak karena:

1. Pemegang hak yang bersangkutan meninggal dunia dan tidak


ada pengganti atau ahli waris yang ditunjuk baik oleh
pemegang hak yang bersangkutan maupun oleh hukum.
2. Masa berlakunya hak telah habis dan tidak dapat
diperpanjang lagi.
3. Telah diterimanya sesuatu benda yang menjadi objek hak.
Misalnya seseorang yang mempunyai hak waris atau hak
menagih piutang
4. Kewajiban yang merupakan syarat untuk memperoleh hak
sudah dipenuhi.
5. Kadaluarsa (verjaring), dapat menghapus hak.
Kewajiban juga dapat hapus:
1. Karena meninggalnya orang yang mempunyai kewajiban dan
tanpa ada penggantinya, baik ahli waris maupun orang lain
atau badan hukum yang ditunjuk oleh hukum.
2. Masa berlakunya telah habis dan tidak diperpanjang.
3. Kewajiban sudah dipenuhi oleh orang yang bersangkutan.
4. Hak yang melahirkan kewajiban telah hilang.
5. Kadaluarsa (verjaaring) extinctief.
6. Karena ketentuan undang-undang.
7. Kewajiban telah beralih atau dialihkan kepada pihak lain.
8. Adanya sebab yang di luar kemampuan manusia, sehingga ia
tidak dapat memenuhi kewajiban.
PENYALAHGUNAAN HAK

• Penyalahgunaan hak dianggap telah terjadi


manakala seseorang menggunakan haknya dengan
cara yang bertentangan dengan tujuan untuk
mana hak itu diberikan
ASAS-ASAS HUKUM

Menurut terminologi bahasa, yang dimaksud


dengan istilah asas ada dua pengertian.
 Pertama adalah dasar, alas, pondamen.
 Kedua adalah sesuatu kebenaran yang menjadi
pokok dasar atau rumpun berpikir atau
berpendapat dan sebagainya.
Beberapa asas hukum, diantaranya:

• Audi et alteram partem atau audiatur et altera pars,


adalah bahwa para pihak harus didengar. Contohnya
apabila persidangan sudah dimulai, maka hakim harus
mendengar dari kedua belah pihak yang bersengketa,
bukan hanya dari satu pihak saja;
• Cogitationis poenam nemo patitur, tiada seorang pun
dapat dihukum oleh sebab apa yang dipilkirkannya;
• Fiat justitia ruat coelum atau Fiat justitia pereat
mundus, sekalipun besok langit akan runtuh atau
dunia akan musnah, keadilan harus tetap ditegakkan;
• Geen straf zonder, tiada hukuman tanpa kesalahan;
bersambung
Sambungan

• Lex posterior derogat legi priori atau Lex posterior drogat legi
anteriori, undang-undang yang lebih baru menyampingkan undang-
undang yang lama.
• Lex specialis derogat legi generali, undang-undang yang khusus
didahulukan berlakunya daripada undang-undang yang umum.
• Lex superior derogat legi inferiori, undang-undang yang lebih tinggi
mengenyampingkan undang-undang yang lebih rendah tingkatannya.
• Presumption of innocence, biasa juga disebut asas praduga tidak
bersalah, yaitu bahwa seseorang dianggap tidak bersalah sebelum ada
putusan hakim yang menyatakan ia bersalah dan putusan hakim
tersebut telah mempunyai kekuatan yang tetap.
• Qui tacet consentine videtur, siapa yang berdiam diri dianggap
menyetujui.
• Vox populi vox dei, suara rakyat adalah suara Tuhan.
Sistem hukum
Sistem hukum adalah suatu kesatuan yang utuh
dari tatanan-tatanan yang terdiri dari bagian-
bagian atau unsur-unsur yang satu sama lainnya
saling berhubungan dan kait-mengait secara
erat.
Lawrence M. Friedman, suatu sistem hukum dibagi ke dalam tiga bagian, yaitu:

• Komponen Struktural, adalah bagian-bagian dari sistem hukum


yang bergerak di dalam suatu mekanisme. Contohnya lembaga
pembuat undang-undang, pengadilan, dan berbagai badan
yang diberi wewenang untuk menerapkan dan menegakkan
hukum.
• Komponen Substansi, adalah suatu hal nyata yang diterbitkan
oleh sistem hukum. Hasil nyata ini dapat berbentuk hukum in-
concreto atau kaidah hukum individual, maupun hukum in-
abstracto atau kaidah hukum.
• Komponen Budaya Hukum, adalah sikap-tindak warga
masyarakat beserta nilai-nilai yang dianutnya. Misalnya, adanya
rasa malu dan rasa salah apabila melanggar hukum.
Fuller ada delapan asas (Principles of Legality) yang
harus dipenuhinya, yaitu:
• Suatu sistem hukum itu harus mengandung aturan-aturan yang tidak
hanya memuat keputusan yang bersifat sementara (ad-hoch);
• Peraturan itu setelah selesai dibuat harus diumumkan;
• Berlaku asas fiksi,
• Tidak boleh ada peraturan yang berlaku surut,
• Peraturan itu harus dirumuskan dan disusun dengan kata-kata yang
mudah dimengerti;
• Suatu sistem hukum tidak boleh mengandung tuntutan yang
melebihi dengan apa yang dapat dilakukan;
• Tidak boleh ada kebiasaan untuk sering mengubah peraturan,
• Suatu sistem tidak boleh mengandung aturan yang bertentangan
satu sama lain.
Pengantar Tata Hukum Indonesia
• Tata hukum ialah semua peraturan hukum yang diadakan/diatur
oleh negara atau bagian-bagiannya dan berlaku pada waktu itu
seluruh masyarakat dalam negara itu
• TATA HUKUM INDONESIA DAN TUJUAN TATA HUKUM
a. Tata hukum di Indonesia saat ini (ius consitutum),
b. Hukum atau kaidah-kaidah yang kita cita-citakan (Ius
constituendum).  
• Ilmu pengetahuan yang berobjekkan hukum yang sedang berlaku
dalam suatu negara dikatakan ilmu pengetahuan hukum positif.
• Tujuan tata hukum ialah untuk mempertahankan, memelihara dan
melaksanakan tata tertib di kalangan anggota-anggota
masyarakat dalam negara itu dengan peraturan-peraturan yang
diadakan oleh negara atau bagian-bagiannya.
Saat Timbulnya Tata Hukum Indonesia
 Pada saat proklamasi negara RI 17-08-1945
 Aturan2 sebelum proklamasi dapat berlaku
dengan ketentuan:
a. Selama hukum tsb tidak bertentangan dg
jiwa proklamasi
b. Selama belum diubah, dicabut, atau diganti
dengan yang baru
c. Selama tidak bertentangan dengan jiwa
UUD 1945.
Peraturan pada zaman Hindia Belanda
a. Algemene Bepaling van Wetgeving voor Indonesia, disingkat A.B. (Ketentuan-
ketntuan Umum tentang Peraturan-Perundangan untuk Indonsia). A.B. ini
dikeluarkan pada 30 April 1847 termuat dalam Stb. 1847/23. Beberapa
ketentuan penting dalam AB ini misalnya terdapat dalam pasal 15 dan 22.
b. Regerings Reglement (R.R) yang dikeluarkan pada 2 September 1854 yang
termuat dalam Stb. 1854/2. Ketentuan yang penting dalam R.R. ini misalnya
yang diatur dalam pasal 75.
c. Indische Staatsregeling (IS) atau Praturan Ketatanegaraan Indonesia. Pada
tanggal 23 Juni 1925 Regerings Reglement tersebut diubah menjadi Indische
Staatsregeling (I.S), termuat dalam Stb. 1925/415 yang mulai berlaku pada 1
Januari 1926.
R.R. dan IS ini adalah peraturan-peraturan pokok yang dapat dikatakan
merupakan “Undang-Undang Dasar Hindia Belanda” dan merupakan sumber
peraturan-peraturan organik pada masa itu.
Peraturan Pokok di Zaman Penjajahan Jepang
• Satu-satunya peraturan pokok yang diadakan
Pemerintah Militer Jepang di Indonesia ialah
Undang-undang No. 1 Tahun 1942 yang
menyatakan berlakunya kembali semua peraturan-
perundangan Hindia Belanda yang tidak
bertentangan dengan kekuasaan Militer Jepang.
Berlakunya peraturan sebelum Proklamasi
Pasal II Aturan Peralihan: “Segala badan negara dan
peraturan yang ada masih langsung berlaku selama belum
diadakan yang baru menurut Undang-Undang Dasar ini”.
1. Tidak cukup waktu untuk membuat peraturan-
peraturan yang baru untuk menggantikan
semua peraturan-peraturan yang diadakan
kedua pemerintahan jajahan tersebut.
2. Jika peraturan perundangan Jepang dan
Belanda tersebut secara serentak dihapuskan,
sehingga menimbulkan kekosongan (vacuum)
dalam peraturan perundangan dan hukum.
Berlakunya Peraturan masa RIS

• Peraturan-peraturan yang sudah ada pada 17 Agustus 1950 ialah


segala peraturan-peraturan yang diadakan berdasarkan Konstitusi RIS
1949, dan peraturan-peraturan yang dinyatakan berlaku oleh
Konstitusi RIS tersebut.
• Peraturan-peraturan yang dinyatakan berlaku oleh Konstitusi RIS itu
adalah segala peraturan-peraturan yang telah ada sebelum terbentuk
Konstitusi RIS pada 6 Februari 1950, seperti yang dinyatakan oleh
Pasal 192 Ketentuan Peralihan Konstitusi RIS “Peraturan-peraturan
dan ketentuan tata-usaha yang sudah ada pada saat Konstitusi ini
mulai berlaku tetap berlaku dengan tidak berubah sebagai peraturan-
peraturan dan ketentuan-ketentuan Republik Indonesia sendiri selama
dan sekedar peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan itu tidak
dicabut, ditambah atau diubah oleh Undang-undang dan ketentuan-
ketentuan tata-usaha atas kuasa Konstitusi ini,” Kansil 9.
UUDS-1950

• Semua peraturan-peraturan perundangan yang berlaku pada masa Konstitusi RIS yang
diambil alih oleh UUDS-1950 (Pasal 142 Ketentuan Peralihan), ditambah dengan
peraturan-peraturan yang dibuat berdasarkan UUDS-1950 tersebut selama masa UUDS
1950.
• Peraturan Perundangan yang dinyatakan berlaku oleh UUDS-1950 ialah segala peraturan-
peraturan yang telah ada sebelum terbentuknya UUDS-1950 pada 15 Agustus 1950.
Sebab menurut UUDS-1950 Pasal 142 Ketentuan Peralihan:
• “Peraturan undang-undang dan ketentuan-ketntuan tata usaha negara yang sudah ada
pada tanggal 17 Agustus 1950, tetap berlaku dengan tidak berubah sebagai peraturan-
ketentuan RI sendiri, selama dan sekedar peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan
itu tidak dicabut, ditambah, atau diubah oleh Undang-undang dan ketentuan tata-usaha
atas kuasa UUD ini.”
• Jelaslah di sini, bahwa segala peraturan-peraturan perundangan yang ada sebelum
terbentuknya UUDS-1950 tetap berlaku selama belum dicabut, ditambah atau diubah.
Dekrit Presiden 5 Juli 1959

• Akhirnya semua peraturan-peraturan perundangan yang berlaku selama masa


berlakunya UUDS 1950 yang diambil alih oleh UUD 1945 (UUD 1945
dinyatakan berlaku dengan Dekrit Presiden), ditambah:
1. Peraturan perundangan yang dibuat berdasarkan UUD 1945.
2. ditambah lagi dengan peraturan-peraturan yang dibuat berdasarkan Dekrit
Presiden (sebagai peraturan-peraturan pelaksanaan Dekrit Presiden tersebut
sepanjang belum dicabut) berlaku pada masa sekarang ini.
Alhasil dapatlah kita mengambil kesimpulan bahwa berdasarkan:
• Pasal II Aturan Peralihan UUD 1945 (Setelah Dekrit Presiden) juncto
(berhubungan dengan);
• Pasal 142 ketentuan Peralihan UUDS RI 1950 juncto;
• Pasal 192 ketentuan Peralihan Konstitusi RIS 1949 juncto;
• Pasal II Aturan Peralihan UUD 1945 (Proklamasi) juncto;
• Pasal 3 Undang-undang Balatentara Jepang Tahun 1942 No. 1.
Hukum Perdata
SEJARAH HUKUM PERDATA
• Hukum Perdata Barat itu semua berasal dari Hukum Romawi. Sekitar tahun 50 Sebelum Masehi,
bangsa Romawi berhasil menguasai Eropa Barat di bawah pimpinan Julius Caesar, yang kemudian
memberlakukan hukumnya di samping hukum asli yang telah lebih dulu berlaku.
• Setelah berabad-abad berlangsung ketidak satuan hukum itu, maka Perancis ketika di bawah
kekuasaan raja Louis XV mulai berusaha membentuk kesatuan hukum.
Tahun 1804 Code Civil des Francais,
Tahun 1807 diundangkan lagi dengan nama Code Napoleon, meliputi Code Civil de Commerce dan Code Penal.

Kodifikasi hukum perdata itu terutama bersumber dari


 Hukum Romawi di samping juga bersumber dari hukum asli Perancis
 dan Hukum Gereja (hukum Katolik).
• Dalam tahun 1811 s.d. 1813 kode Napoleon.
• Setelah berakhirnya penjajahan perancis, Belanda membentuk kodifikasi hukum perdata
nasionalnya, dengan BW yang diundangkan dalam tahun 1838, walaupun sebagian besar
bersumber dari Code Civil Perancis.
• Belanda menjajah Indonesia,1 Mei 1948 BW juga diberlakukan di Indonesia setelah disesuaikan
dengan kondisi Indonesia saat itu. Diberlakukannya BW di Indonesia itu berdasarkan asas
konkordansi, yaitu asas kesamaan hukum yang berlaku di daerah jajahan dengan hukum yang
berlaku di negeri Belanda.

Anda mungkin juga menyukai