fisik klien secara umum dan juga menilai apakah ada indikasi penyakit lainnya selain kelainan neurologis. ANAMNESA Kelainan system saraf bias menimbulkan berbagai Gejala: Nyeri kepala Kejang, pingsan atau Gerakan aneh Penuing atau vertigo Masalah penglihatan Kelainan penciuman Kesulitan berbicara Masalah menelan Kesulitan berjalan Gangguan sensorik Masalah pengendalian BAB dan BAK Pemeriksaan fisik INSPEKSI Mengamati adanya berbagai kelainan pada neurologis: Kejang Gemetar Twitching (Gerakan spasmodic yang berlangsung singkat seperti otot lelah, nyeri setempat) Korea (Gerakan infolunter/ tidak di sadari, kasar, tanpa tujuan, cepat, tersentak sentak, tidak terkoordinasi) Parese (Kelumpuhan otot tidak sempurna) Paralis (kelumpuhan yang sempurna) Diplegia (kelumpuhan kepada dua anggota gerak) Paraplegia (kelumpuhan kepada anggota gerak bawah) Tetrapgia (kelumpuhan pada keempat anggota gerak) Hemipparese (kelumpuhan pada sisi tubuh) Interpretasi: a. Bila pendengar mendengar lebih keras pada sisi di sebelah kanan disebut lateralisai ke kanan, disebut normal bila antara sisi kanan dan kiri sama kerasnya. b. Pada lateralisai ke kanan terdapat kemungkinannya: 1) Tuli konduksi sebelah kanan, missal adanya otitis media disebelah kanan. 2) Tuli konduksi pada kedua telinga, tetapi gangguannya pada telinga kanan lebih hebat. 3) Tuli persepsi sebelah kiri sebab hantaran ke sebelah kiri terganggu, maka di dengar sebelah kanan. 4) Tuli persepsi pada kedua teling, tetapi sebelah kiri lebih hebat dari pada sebelah kanan. 5) Tuli persepsi telinga dan tuli konduksi sebelah kana jarang ditemukan. Fungsi Sensorik Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengevaluasi respon klien terhadap beberapa stimulus. Pemeriksaan harus selalu menanyakan kepada klien jenis stimulus. Pemeriksaan dilakukan dengan memberikan stimulus secara acak pada bagian tubuh klien dan dapat berupa sentuhan ringan seperti kapas, tumpul dan tajam, suhu, getaran, identifikasi objek tanpa melihat objek (stereognosis test), merasakan tulisan di tangan (graphesthesia test), kemampuan membedakan dua titik, kemampuan mengidentifikasi bagian tubuh yang diberi sentuhan dengan menutup mata (topognosis test) Fungsi Refleks a. Biseps: Klien diminta duduk dengan rilex dan meletakkan kedua lengan diatas paha, dukung lengan bawah klien dengan tangan non dominan, letakkan ibujari lengan non dominan diatas tendon bisep, pukulkan refleks hammer pada ibu jari, observasi kontraksi otot biseps (fleksi siku) b. Triseps: Minta klien duduk, dukung siku dengan tangan non dominan, pukulkan refleks hammer pada prosesus olekranon, observasi kontraksi otot triseps (ekstensi siku). c. Brachioradialis: Minta klien duduk dan meletakkan kedua tangan di atas paha dengan posisi pronasi, pukulkan hammer diatas tendon (2-3 inchi dari pergelangan tangan), observasi fleksi dan supinasi telapak tangan. Tujuan Pemeriksaan GCS dan Refleks Pemeriksaan GCS dan Refleks ini bisa dijadikan salah satu bagian dari vital sign. Penyebab Penurunan Kesadaran Penurunan tingkat kesadaran mengindikasikan difisit fungsi otak. Tingkat kesadaran dapat menurun ketika otak mengalami kekurangan oksigen (hipoksia); kekurangan aliran darah (seperti pada keadaan syok); penyakit metabolic seperti diabetes mellitus (koma ketoasidosis) ; pada keadaan hipo atau hipernatremia ; dehidrasi; asidosis, alkalosis; pengaruh obat-obatan, alkohol, keracunan: hipertermia, hipotermia; peningkatan tekanan intrakranial (karena perdarahan, stroke, tomor otak); infeksi (encephalitis); epilepsi. Prosedur Pemeriksaan GCS dan Refleks GCS (Glasgow Coma Scale) yaitu skala yang digunakan untuk menilai tingkat kesadaran pasien, (apakah pasien dalam kondisi koma atau tidak) dengan menilai respon pasien terhadap rangsangan yang diberikan. Respon pasien yang perlu diperhatikan mencakup 3 hal yaitu reaksi membuka mata , bicara dan motorik. Hasil pemeriksaan dinyatakan dalam derajat (score) dengan rentang angka 1 – 6 tergantung responnya. Pengkajian tingkat kesadaran dengan menggunakan GCS, area pengkajian meliputi : respon mata, respon motorik dan respon verbal. Total pengkajian bernilai 15, kondisi koma apabila bernilai kurang dari 7