Anda di halaman 1dari 10

PEMERIKSAAN FISIK PADA

SISTEM PERSYARAFAN

KELOMPOK 7 :

M. REZA. GUNAWAN
TANTOWI P.W
Pemeriksaan Fisik Persyarafan
Pemeriksaan persarafan terdiri dari dua tahapan
penting yaitu :

A. Pengkajian yang berupa


wawancara

B. Pemeriksaan fisik meliputi :

1) Pemeriksaan status mental


2) pemeriksaan saraf cranial,
3) pemeriksaan motorik
4) pemeriksaan sensorik
5) pemeriksaan reflex
Tujuan Pemeriksaan Fisik Persyarafan

Bertujuan untuk mengevaluasi keadaan


fisik klien secara umum dan juga menilai
apakah ada indikasi penyakit lainnya
selain kelainan neurologis.
ANAMNESA
Kelainan system saraf bias menimbulkan
berbagai Gejala:
Nyeri kepala
Kejang, pingsan atau Gerakan aneh
Penuing atau vertigo
Masalah penglihatan
Kelainan penciuman
Kesulitan berbicara
Masalah menelan
Kesulitan berjalan
Gangguan sensorik
Masalah pengendalian BAB dan BAK
Pemeriksaan fisik
INSPEKSI  Mengamati adanya berbagai kelainan pada neurologis:
 Kejang
 Gemetar
 Twitching (Gerakan spasmodic yang berlangsung singkat
seperti otot lelah, nyeri setempat)
 Korea (Gerakan infolunter/ tidak di sadari, kasar, tanpa
tujuan, cepat, tersentak sentak, tidak terkoordinasi)
 Parese (Kelumpuhan otot tidak sempurna)
 Paralis (kelumpuhan yang sempurna)
 Diplegia (kelumpuhan kepada dua anggota gerak)
 Paraplegia (kelumpuhan kepada anggota gerak bawah)
 Tetrapgia (kelumpuhan pada keempat anggota gerak)
 Hemipparese (kelumpuhan pada sisi tubuh)
Interpretasi:
a. Bila pendengar mendengar lebih keras pada sisi di sebelah kanan
disebut lateralisai ke kanan, disebut normal bila antara sisi kanan
dan kiri sama kerasnya.
b. Pada lateralisai ke kanan terdapat kemungkinannya:
1) Tuli konduksi sebelah kanan, missal adanya otitis
media disebelah kanan.
2) Tuli konduksi pada kedua telinga, tetapi gangguannya
pada telinga kanan lebih hebat.
3) Tuli persepsi sebelah kiri sebab hantaran ke sebelah kiri
terganggu, maka di dengar sebelah kanan.
4) Tuli persepsi pada kedua teling, tetapi sebelah kiri lebih
hebat dari pada sebelah kanan.
5) Tuli persepsi telinga dan tuli konduksi sebelah kana jarang
ditemukan.
Fungsi Sensorik
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengevaluasi respon
klien terhadap beberapa stimulus. Pemeriksaan harus
selalu menanyakan kepada klien jenis stimulus.
Pemeriksaan dilakukan dengan memberikan stimulus
secara acak pada bagian tubuh klien dan dapat berupa
sentuhan ringan seperti kapas, tumpul dan tajam,
suhu, getaran, identifikasi objek tanpa melihat objek
(stereognosis test), merasakan tulisan di tangan
(graphesthesia test), kemampuan membedakan dua
titik, kemampuan mengidentifikasi bagian tubuh yang
diberi sentuhan dengan menutup mata  (topognosis
test)
Fungsi Refleks
a. Biseps: Klien diminta duduk dengan rilex dan meletakkan
kedua lengan diatas paha, dukung lengan bawah klien
dengan tangan non dominan, letakkan ibujari lengan
non dominan diatas tendon bisep, pukulkan refleks
hammer pada ibu jari, observasi kontraksi otot biseps
(fleksi siku)
b. Triseps: Minta klien duduk, dukung siku dengan tangan
non dominan, pukulkan refleks hammer pada prosesus
olekranon, observasi kontraksi otot triseps (ekstensi siku).
c. Brachioradialis: Minta klien duduk dan meletakkan kedua
tangan di atas paha dengan posisi pronasi, pukulkan
hammer diatas tendon (2-3 inchi dari pergelangan
tangan), observasi fleksi dan supinasi telapak tangan.
Tujuan Pemeriksaan GCS dan Refleks
Pemeriksaan GCS dan Refleks ini bisa dijadikan salah
satu bagian dari vital sign.
Penyebab Penurunan Kesadaran
Penurunan tingkat kesadaran mengindikasikan difisit
fungsi otak. Tingkat kesadaran dapat menurun ketika
otak mengalami kekurangan oksigen (hipoksia);
kekurangan aliran darah (seperti pada keadaan syok);
penyakit metabolic seperti diabetes mellitus (koma
ketoasidosis) ; pada keadaan hipo atau hipernatremia ;
dehidrasi; asidosis, alkalosis; pengaruh obat-obatan,
alkohol, keracunan: hipertermia, hipotermia;
peningkatan tekanan intrakranial (karena perdarahan,
stroke, tomor otak); infeksi (encephalitis); epilepsi.
Prosedur Pemeriksaan GCS dan Refleks
GCS (Glasgow Coma Scale) yaitu skala yang
digunakan untuk menilai tingkat kesadaran pasien,
(apakah pasien dalam kondisi koma atau tidak)
dengan menilai respon pasien terhadap rangsangan
yang diberikan.
Respon pasien yang perlu diperhatikan mencakup 3
hal yaitu reaksi membuka mata , bicara dan motorik.
Hasil pemeriksaan dinyatakan dalam derajat (score)
dengan rentang angka 1 – 6 tergantung responnya.
Pengkajian tingkat kesadaran dengan menggunakan
GCS, area pengkajian meliputi : respon mata, respon
motorik dan respon verbal. Total pengkajian bernilai
15, kondisi koma apabila bernilai kurang dari 7

Anda mungkin juga menyukai