Anda di halaman 1dari 18

BAB I

GANGGUAN DEPRESI

P EN DA H ULU A N
Depresi bisa berdiri sendiri maupun bersamaan dengan penyakit organik. Depresi

akan sulit di diagnosis jika depresi ditemukan bersamaan dengan penyakit lain.
Banyak gangguan medis dan neurologis serta agen farmakologis dapat menghasilkan
gejala depresi. Biasanya pasien datang dengan gangguan depresi pertama kali pergi ke dokter
umum dengan keluhan somatik, mereka mengeluh gangguan sistem endokrin, gangguan
infeksi dan peradangan, serta penyakit medis lain seperti kanker dan penyakit
kardiopulmonal.
Baik depresi yang berdiri sendiri maupun yang bersamaan dengan penyakit lain harus
diobati dengan sungguh-sungguh, karena depresi dapat mempengaruhi dan memperburuk
 penyakit organik yang sudah ada.   Pemilihan obat anti depresan yang tepat sangat
diperlukan

agar mendapatkan efek terapi yang optimal dan menghindari efek samping yang
mungkin timbul.

DEFINI SI
Gangguan depresif merupakan suatu masa terganggunya fungsi
manusia yang
 berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dengan gejala penyerta termasuk perubahan pola
tidur, nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa, tak
 berdaya dan gagasan bunuh diri.
Depresi adalah penyakit yang menyerang "keseluruhan hidup seseorang", meliputi

seluruh tubuh, suasana perasaan dan pikiran. ia juga mempengaruhi pola makan dan tidur.
Gangguan ini tidak sama dengan seorang yang dalam keadaan kelelahan atau malas. Seorang

yang mengalami gangguan depresi tidak dapat "menguasai diri" dan keadaaannya untuk dapat
kembali pada keadaannya seperti semula. Tanpa penanganan yang baik maka gejala-gejala
tersebut mengakibatkan terganggunya fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi penting lainnya
dari seseorang dan gejala tersebut berlangsungnya jadi lebih lama. Penatalaksanaan yang
sesuai dapat menolong seseorang yang mengalami depresi untuk epat kembali seperti
semula lebih baik. Definisi gangguan depresi adalah gangguan mental yang dikarakteristikan
dengan rasa sedih yang dalam dan berkepanjangan. Penderita hilang minat !interest pada

sesuatu yang sebelumnya menyenangkan baginya. Biasanya disertai dengan perubahan-


1
 perubahan lain pada dirinya misalnya berkurangnya energi, mudah lelah dan berkurangnya
akti#itas, konsentrasi dan perhatian yang berkurang, harga diri dan keperayaan diri yang
 berkurang, rasa bersalah dan tidak berguna, pandangan masa depan yang suram dan
 pesimistis, gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri, tidur terganggu, dan
nafsu makan berkurang.

EPIDEMIOLOGI
Gangguan depresi berat adalah suatu gangguan yang sering terjadi, dengan pre#alensi
seumur hidup kira-kira $% & dan kemungkinan sekitar ' ( & - ' % & terjadi pada ) a n i t a dan
$ ( & - $ ' & pada laki-laki.
Terlepas dari kultur atau negara, pre#alensi gangguan depresi berat dua kali lebih
 besar pada ) a n i t a dibandingkan laki-laki. *ata-rata usia onset untuk gangguan depresi berat
kira-kira + ( tahun, %( & dari semua pasien mempunyai onset antara ' ( dan %( tahun.  
Beberapa data epidemiologi baru-baru ini menyatakan b a h ) a insidensi gangguan
depresi berat mungkin meningkat pada orang-orang yang berusia kurang dari ' ( tahun. ika

 pengamatan tersebut benar, mungkin berhubungan dengan meningkatnya penggunaan


alkohol dan at-at lain pada kelompok usia tersebut.  

Pada umumnya gangguan depresi berat terjadi paling sering pada orang tua yang tidak
memiliki hubungan interpersonal yang erat atau berpisah.  

ETIOLOGI 

Dasar umum untuk gangguan depresi berat tidak diketahui, tetapi diduga faktor-faktor
d i b a ) a h ini berperan 

F a k t o r Biologis
Data yang dilaporkan paling konsisten dengan hipotesis b a h ) a gangguan depresi
 berat adalah berhubungan dengan disregulasi pada amin biogenik !norepineprin dan
serotonin. Penurunan serotonin dapat menetuskan depresi dan pada beberapa pasien yang
 bunuh diri memiliki konsentrasi metabolik serotonin di dalam airan serebrospinal yang
rendah serta konsentrasi tempat ambilan serotonin yang rendah di trombosit.  
/a kt o r neurokimia)i lain seperti adenylate cyclase, phospotidylinositol dan regulasi
kalsium mungkin juga memiliki rele#ansi penyebab. 0elainan pada neuroendokrin utama
yang menarik perhatian dalam adalah sumbu adrenal, tiroid dan hormon pertumbuhan.

 1euroendokrin yang lain yakni penurunan sekresi nokturnal melantonin,


penurunan
 pelepasan prolaktin karena pemberian tryptopan, penurunan kadar dasar folikel
stimulating 2
hormon !/S2  , luteiniing hormon !32 dan penurunan kadar testosteron pada laki-laki.

Fa kto r Genetika
Data genetik menyatakan b a h ) a sanak saudara derajat pertama dari penderita
gangguan depresi berat kemungkinan ' sampai 4 kali lebih besar daripada sanak saudara

derajat pertama subyek kontrol untuk penderita gangguan depresi berat.


Penelitian terhadap anak kembar menunjukkan angka kesesuaian pada
kembar
monoigotik adalah kira-kira %( &, sedangkan pada kembar diigotik menapai $
( sampai '% & terjadi gangguan depresi berat.

F a k t o r Psikososial

Peristi)a kehidupan dan stress lingkungan, suatu pengamatan klinis yang telah lama
direplikasi b a h ) a pe risti)a kehidupan yang menyebabkan stress lebih sering mendahului
episode pertama gangguan mood daripada episode selanjutnya, hubungan tersebut telah

dilaporkan untuk pasien dengan gangguan depresi berat.


Data yang paling mendukung menyatakan b a h ) a peristi)a kehidupan paling
 berhubungan dengan perkembangan depresi selanjutnya adalah kehilangan orang tua sebelum
usia $$ tahun. Stressor lingkungan yang paling berhubungan dengan onset satu episode
depresi adalah kehilangan pasangan.
Beberapa artikel teoritik dan dari banyak laporan, mempermasalahkan hubungan
fungsi keluarga dan onset dalam perjalanan gangguan depresi berat. Selain itu, derajat
 psikopatologi didalam keluarga mungkin mempengaruhi keepatan pemulihan, kembalinya
gejala dan penyesuaian pasa pemulihan.

PATO F I S I O L O G I
Timbulnya depresi dihubungkan dengan peran beberapa neurotransmiter aminergik.

 1eurotransmiter yang paling banyak diteliti ialah serotonin. 0onduksi impuls dapat
terganggu apabila terjadi kelebihan atau kekurangan neurotransmiter di elah sinaps atau
adanya gangguan sensiti#itas pada reseptor neurotransmiter tersebut di post sinaps sistem
saraf pusat.  
Pada depresi telah di identifikasi ' sub tipe reseptor utama serotonin yaitu reseptor
%2T56 dan % 2 T ' 6 . 0 e d u a reseptor inilah yang terlibat dalam mekanisme biokimia)i

Pada penelitian dibuktikan b a h ) a terjadinya depresi disebabkan karena menurunnya


depresi dan memberikan respon pada semua golongan anti depresan.
3
 pelepasan dan transmisi serotonin !menurunnya kemampuan neurotransmisi serotogenik. Beberapa
peneliti menemukan b a h ) a selain serotonin terdapat pula sejumlah
neurotransmiter lain yang berperan pada timbulnya depresi yaitu norepinefrin, asetilkolin dan
dopamin. Sehingga depresi terjadi jika terdapat defisiensi relatif satu atau beberapa
neurotransmiter aminergik pada sinaps neuron di otak, terutama pada sistem limbik. 7 l e h

karena itu teori biokimia depresi dapat diterangkan sebagai berikut


$. 8e nur unnya pelepasan dan transport serotonin atau menurunnya
kemampuan
neurotransmisi serotogenik.
'. 8e nuru nnya pelepasan atau produksi epinefrin, terganggunya regulasi akti#itas
norepinefrin dan meningkatnya akti#itas alfa ' adrenoreseptor presinaptik.
4. 8enurunnya akti#itas dopamin.
+. 8eningkatnya akti#itas asetilkolin.
Teori yang klasik tentang patofisiologi depresi ialah menurunnya neurotransmisi
akibat kekurangan neurotransmitter di elah sinaps. 5ni didukung oleh bukti-bukti klinis yang

menunjukkan adanya perbaikan depresi pada pemberian obat-obat golongan SS*5 !


Selective Serotonin Re-uptake Inhibitor  dan trisiklik yang menghambat re-uptake dari
neurotransmiter

atau pemberian obat 8 6 7 5 ! Mono Amine Oxidasi Inhibitor  yang menghambat


katabolisme neurotransmiter oleh enim monoamin oksidase.  
Belakangan ini dikemukakan juga hipotesis lain mengenai depresi yang
menyebutkan
  b a h ) a terjadinya depresi disebabkan karena adanya akti#itas neurotransmisi serotogenik
yang berlebihan dan bukan hanya kekurangan atau kelebihan serotonin semata.
 1eurotransmisi yang berlebih ini mengakibatkan gangguan pada sistem serotonergik, jadi
depresi timbul karena dijumpai gangguan pada sistem serotogenik yang tidak stabil. 2ipotesis

yang belakangan ini dibuktikan dengan pemberian anti depresan golongan S S * 9 !Seleti#e
Serotonin *e-uptake 9nhaner yang justru memperepat re-uptake serotonin dan bukan

menghambat. Dengan demikian maka turn o#er dari serotonin menjadi lebih epat dan sistem
neurotransmisi menjadi lebih stabil yang pada gilirannya memperbaiki gejala-gejala depresi.  
8 e ka ni s m e biokimia)i yang sudah diketahui tersebut menjadi dasar penggunaan dan
 pengembangan obat-obat anti depresan.

G A M B A R A N K LI N I S

4
Suatu mood depresif, kehilangan minat dan kegembiraan serta berkurangnya energi
yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah !rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit
saja dan menurunnya akti#itas merupakan tiga gejala utama depresi.  
Gejala lainnya dapat berupa 
a 0onsentrasi dan perhatian berkurang

 b 2a rga diri dan keperayaan diri berkurang


 Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
d Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
e Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau
bunuh diri f Tidur terganggu
g1 a f s u makan berkurang.  
Gejala-gejala diatas dialami oleh pasien hampir setiap hari
dan di nilai berdasarkan ungkapan
 pribadi atau hasil pengamatan orang lain misalnya keluarga
pasien.  

DIAGNOSIS
Seperti pada DS8-555-*, D S 8 - 5 : menuliskan kriteria diagnostik untuk gangguan depresi
 berat dengan gejala psikotik seara terpisah dari kriteria diagnostik untuk diagnosis
 berhubungan dengan depresi. Dan juga menuliskan deskriptor keparahan untuk episode
depresif berat.
6 d a n y a gejala psikotik dalam gangguan depresi berat menerminkan penyakit yang parah
dan merupakan indikator prognostik yang buruk. /aktor berikut ini telah dihubungkan dengan
 prognosis yang buruk  durasi episode yang lama, disosiasi temporal antara gangguan mood
dan gejala psikotik, dan r i ) a y a t penyesuaian sosial pramorbid yang buruk. Pasien dengan

gangguan depresi berat dengan gejala psikotik hampir selalu memerlukan obat antipsikotik
disamping antidepresan atau mungkin memerlukan terapi elektrokon#ulsif !9;T untuk
mendapatkan perbaikan klinis.

Berikut kriteria diagnosis gangguan depresi berat yang disertai gejala psikotik menurut D S 8 -
5: 

K R I T E R I A DI AGNOSIS G A N G G U A N D E P R E S I B E R AT M E N U R U T D S M I V

5
A. Adanya 5 atau lebih gejala-gejala berikut yang telah berlangsung dalam 2
minggu yang sama dan mewakili perubahan dari fungsi sebelumnya.
Sekurangnya satu dari gejala dimana salah satunya adalah mood depresif
atau kehilangan minat atau rasa senang.
Catatan : jangan memasukan gejala-gejala yang jelas karena kondisi medis
umum atau waham dan atau halusinasi tidak serasi mood.

1.  sebagaimana
Mood depresi berlangsung
dikeluhkan sepanjang
secara hari(merasa
subjektif pada hampir
sedih setiap hari
atau hampa) atau
pengamatan yang dilakukan orang lain (misalnya terlihat sedih).Catatan: pada
anak dan remaja dapat berupa mood yang mudah tersinggung.
2.  Kehilangan minat atau kesenangan yang nyata pada semua atau hampir
semua aktifitas sepanjang hari hampir setiap hari (seperti yang ditunjukkan
oleh keterangan subjektif atau pengamatan yang dilakukan orang lain).
3.   Penurunan berat badan yang bermakna tanpa diet atau peningkatan berat
badan ( perubahan berat badan lebih dari 5% dalam satu bulan) atau
peningkatan atau penurunan nafsu makan hampir setiap hari. Catatan: pada
anak terjadi kegagalan mencapai berat badan yang diharapkan.
4.   Insomnia atau hipersomnia pada hampir setiap harinya.
5.   agitasi atau retardasi psikomotor pada hampir tiap hari (dapat dilihat oleh
orang lain, tidak semata-mata perasaan subjektif adanya kegelisahan atau
menjadi lamban).
6.   kelelahan atau kehilangan tenaga pada hampir setiap harinya.
7.   perasaan tidak berharga atau rasa bersalah berlebihan atau tidak tepat
(mungkin bersifat waham) pada hampir setiap harinya (tidak semata-mata
mencela diri sendiri atau menyalahkan karena sakit).
8.   Kehilangan kemampuan berpikir atau memusatkan perhatian atau
membuat
keputusan pada hampir setiap harinya (baik oleh keterangan subjektif atau
menurut pengamatan orang lain).
9.   pikiran yang berulang tentang kematian ( bukan hanya perasaan takut
mati),
bunuh diri tanpa perencanaan atau usaha bunuh diri atau adanya rencana
spesifik mengakhiri hidup.
B.   Gejala-gejala tidak memenuhi kriteria untuk episode campuran.
C.   Gejala-gejala menyebabkab penderitaaan yang bermakna klinis atau
hambatan sosial,pekerjaan atau fungsi penting kehidupan lainnya.
D.   Gejala-gejala bukan karena efek fisiologis langsung dari
zat
(medikasi,penyalahgunaan obat) atau kondisi medis umum (misalnya hipotiroid).
E.   Gejala tidak lebih baik diterangkan oleh dukacita (misalnya kematian
seseorang yg dicintai), atau menetap lebih dari 2 bulan, atau ditandai oleh
gangguan
KRITERIA U N TU K P E N E N T U KEPARAHAN  PSIKOTIK  REMISI U NT UK
fungsional yang jelas, preokupasi morbid dengan rasa tidak berharga,ide bunuh
diri, gejala psikotik atau retardasi psikomotor.
6
E P I S O D E D E P R E S I B E R AT M E N U R U T D S M IV
R i n g a n ! Beberapa, jika ada, gejala yang melebihi dari yang diperlukan untuk membuat
diagnosis dan gejala menyebabkan hanya gangguan ringan dalam fungsi pekerjaan atau
dalam akti#itas sosial yang biasanya atau hubungan dengan orang lain.
Se"a ng ! Gejala atau gangguan fungsional berada diantara <ringan= dan <parah=

P a r a # t a n $ a %iri $sikotik ! Beberapa gejala adalah melebihi dari yang diperlukan untuk
membuat diagnosis, dan gejala dengan jelas mengganggu fungsi pekerjaan atau akti#itas
sosial yang biasanya atau hubungan dengan orang lain.
De ng a n %iri $sikotik ! > a h a m atau halusinasi. ika mungkin sebutkan apakah iri psikotik
adalah sejalan dengan mood atau tidak sejalan dengan mood.
  &iri $sikotik s e ' a l a n " e n g a n ( o o " ! > a h a m atau halusinasi yang isi keseluruhannya
adalah konsisten dengan tema depresif tipikal tentang ketidakberdayaan pribadi, rasa
 bersalah, penyakit, kematian, nihilisme, atau hukuman yang layak diterima.
&iri $sikotik ) a n g t i " a k s e 'a l an " e n g a n ( o o " ! > a h a m atau halusinasi yang isinya

tidak memiliki tema depresif tipikal tentang ketidakberdayaan pribadim rasa bersalah,
 penyakit, kematian, nihilisme, atau hukuman yang layak diterima. Termasuk disini adalah
gejala tertentu seperti ) a h a m kejar !tidak seara langsung berhubungan dengan tema
depresif, sisip pikiranm siar pikiran, ) a h a m dikendalikan.

PENATALAKSANA AN

Bila diagnosa depresi sudah dibuat, maka perlu dinilai taraf hebatnya gejala depresi
dan besarnya kemungkinan bunuh diri. 2 a l ini ditanyakan dengan bijkasana dan penderita
sering merasa lega bila ia dapat mengeluarkan pikiran-pikiran bunuh diri kepada orang yang
memahami masalahnya, tetapi pada beberapa penderita ada yang tidak memberitahukan
keinginan bunuh dirinya kepada pemeriksa karena takut di egah. Bila sering terdapat
 pikiran-pikiran atau ranangan bunuh diri, maka sebaiknya penderita dira )a t di rumah sakit
dengan pemberian terapi elektrokon#ulsi di samping psikoterapi dan obat anti depresan.
Sebagian besar klinisi dan peneliti peraya b a h ) a kombinasi psikoterapi dan
farmakoterapi adalah pengobatan yang paling efektif untuk gangguan depresi berat. Tiga
 jenis psikoterapi jangka pendek yaitu terapi kognitif, terapi interpersonal dan terapi perilaku,
telah diteliti tentang manfaatnya di dalam pengobatan gangguan depresi berat.

Te r a $i Fisik " a n Te r a $i P e r * + a # a n Perilak*

7
 Electro Convulsive Therapy (ECT)

9 ; T adalah terapi dengan mele)atkan arus listrik ke otak. 8 e t o d e terapi semaam ini
sering digunakan pada kasus depresif berat atau mempunyai risiko bunuh diri yang besar dan
respon terapi dengan obat antidepresan kurang baik. Pada penderita dengan risiko bunuh diri,
9 ; T menjadi sangat penting karena 9 ; T akan menurunkan risiko bunuh diri dan dengan

9 ; T lama r a ) a t di rumah sakit menjadi lebih pendek.


Pada keadaan tertentu tidak dianjurkan 9 ; T , bahkan pada beberapa kondisi
tindakan
9 ; T merupakan kontra indikasi. 9 ; T tidak dianjurkan pada keadaan


? s i a ya n g masih terlalu m u d a ! ku r ang dari $% tahun 


8 a s i h sekolah atau kuliah


8 e m p u n y a i r i ) a y a t kejang


Psikosis kronik 


0 o n d i s i fisik kur ang baik 


> a n i t a hamil dan m en y us ui

Selain itu, 9 ; T dikontraindikasikan pada  penderita yang menderita epilepsi,


TB; milier, tekanan tinggi intra kracial dan kelainan infark jantung. Depresif berisiko
kambuh manakala penderita tidak patuh, ketidaktahuan, pengaruh tradisi yang tidak
peraya dokter, dan tidak nyaman dengan efek samping obat. Terapi 9 ; T dapat menjadi
pilihan yang paling efektif dan efek samping keil. Terapi perubahan perilaku meliputi
penghapusan perilaku yang mendorong terjadinya depresi dan pembiasaan perilaku baru
yang lebih sehat. Berbagai metode dapat dilakukan seperti ; B T !;ogniti#e Beha#iour
Therapy yang biasanya dilakukan oleh konselor, psikolog dan psikiater.

 Psikoterapi 
Psikoterapi merupakan terapi yang digunakan untuk menghilangkan atau mengurangi
keluhan-keluhan dan menegah kambuhnya gangguan psikologik atau pola perilaku
maladaptif. Terapi dilakukan dengan jalan pembentukan hubungan profesional antar terapis
dengan penderita. Psikoterapi pada penderita gangguan depresif dapat diberikan seara
indi#idu, kelompok, atau pasangan disesuaikan dengan gangguan psikologik yang
mendasarinya. Psikoterapi dilakukan dengan memberikan kehangatan, empati, pengertian dan
optimisme. Dalam pengambilan keputusan untuk melakukan psikoterapi sangat dipengaruhi
8
oleh penilaian dari dokter atau penderitanya.
Te r a $ i F a r ( a k o l o g i
Saat merenanakan inter#ensi pengobatan, penting untuk menekankan kepada penderita
  b a h ) a ada beberapa fase pengobatan sesuai dengan perjalanan gangguan depresif


/ a s e akut bertujuan un tu k m ered ak an gejala


/ a s e kelanjutan untuk menegah relaps


/ a s e pemeliharaan@rumatan untuk menegah rekuren

 Penggolongan Antidepresan
,- Anti" e $r e sa n Klasik .Trisiklik / Tetrasiklik0
M e k a n i s ( e k e r ' a  7batAobat ini menghambat resorpsi dari serotonin
dan noradrenalin dari sela sinaps di ujung-ujung saraf.
E1ek s a ( $ i n g 


9 f e k jantung  d a pa t m e ni m b ulk a n g a ng g ua n pe n er u s an impuls jantung

dengan perubahan 9 ; G , pada o#erdosis dapat terjadi aritmia berbahaya.


9 f e k anti kolinergik  akibat blokade reseptor muskarin den gan m e n im b ul ka n

antara lain mulut kering, obstipasi, retensi urin, tahyardia, serta gangguan
 potensi dan akomodasi, keringat berlebihan.


Sedasi


2 i p o t e n s i ortostatis d a n p u s i n g serta m u d a h jatuh m e r u p a k a n a k ib at e f e k

antinoradrenalin, hal ini sering terjadi pada penderita lansia, mengakibatkan


gangguan fungsi seksual.


9 f e k antiserotonin akibat b lo kade reseptor %2T postsinaptis de n ga n

 bertambahnya nafsu makan dan berat badan.



0 e l a i n a n darah seperti agranula tose dan leuopenia, ga n gg u an kulit


G e jal a penarikan p a d a penghentian terapi dengan m e n d a d a k d a pa t timbul antara

lain gangguan lambung-usus, agitasi, sukar tidur, serta nyeri kepala dan otot.
7bat-obat yang termasuk antidepresan klasik 
a0 I(i$ra(in
Dosis l a 2 i (  '%-%( mg 4C sehari bila perlu dinaikkan sampai maksimum ' % ( -
4 ( ( mg sehari.
9
K o n t r a In"ikas i  5nfark miokard akut
Interaksi O +a t  anti hipertensi, obat simpatomimetik, alkohol, obat penekan
SSP P e r # a t i a n ! kombinasi dengan 8 6 7 , gangguan kardio#askular, hipotensi,
gangguan untuk mengemudi, ibu hamil dan menyusui.
+0 K l o ( i $ r a ( i n
Dosis l a 2 i (  $ ( mg dapat ditingkatkan sampai dengan maksimum dosis ' %
( mg

sehari.
K o n t r a In" ikas i  5nfark miokard, pemberian bersamaan dengan 8 6 7 ,
gagal
 jantung, kerusakan hati yang berat, glaukoma sudut sempit.
Interaksi O + a t  dapat menurunkan efek antihipertensi penghambat neuro
adrenergik, dapat meningkatkan efek kardio#askular dari noradrenalin atau
adrenalin, meningkatkan akti#itas dari obat penekan SSP, alkohol.
P e r #a ti a n ! terapi bersama dengan preparat tiroid, konstipasi kronik, kombinasi
dengan beberapa obat antihipertensi, simpatomimetik, penekan SSP, anti
kolinergik, penghambat reseptor serotonin selektif, antikoagulan, simetidin.

8onitoring hitung darah dan fungsi hati, gangguan untuk mengemudi.


%0 A ( i t r i $ t i l i n
Dosis l a 2 i (  '% mg dapat dinaikan seara bertahap sampai dosis maksimum $%
(- 4 ( ( mg sehari.
K o n t r a In" ikas i  penderita koma, diskrasia darah, gangguan depresif sumsum
tulang, kerusakan hati, penggunaan bersama dengan 8 6 7 .
Interaksi O +a t  bersama guanetidin meniadakan efek antihipertensi, bersama
depresan SSP seperti alkohol, barbiturate, hipnotik atau analgetik opiate
mempotensiasi efek gangguan depresif SSP termasuk gangguan depresif saluran

napas, bersama reserpin meniadakan efek antihipertensi


P e r #a ti a n ! ganguan kardio#askular, kanker payudara, fungsi ginjal menurun,
glakuoma, keenderungan untuk bunuh diri, kehamilan, menyusui, epilepsi.
"0 L i t # i * ( kar+onat
Dosis l a 2 i (  + ( ( - $ ' ( ( mg dosis tunggal pada pagi hari atau sebelum tidur
malam.
K o n t r a In" ikas i  kehamilan, laktasi, gagal ginjal, hati dan jantung.
Interaksi O+a t  diuretik, steroid, psikotropik, 6 5 1 S , diaepam,
metildopa, tetrasiklin, fenitoin, arbamaepin, indometasin.

P e r #a ti a n  8 o n i t o r asupan diet dan airan, penyakit infeksi, demam,


influena, gastroentritis. 10
3 Anti" e $re sa n Generasi ke43
Mekanis(e ker'a !


S S * 5 ! Selective Serotonin Re-uptake Inhibitor   7 b a t - o b a t ini m e ng h am b at

resorpsi dari serotonin.


  1 a S 6 ! Noradrenalin a n d Serotonin Antidepressants 
 7 b a t - o b a t ini tidak

 berkhasiat selektif, menghambat re-uptake dari serotonin dan noradrenalin.


Terdapat beberapa indikasi b a h ) a obat-obat ini lebih efektif daripada SS*5.
E1ek s a ( $ i n g !


9 f e k seretogenik b e r u p a m u a l , m u nt ah , m al ais e u m u m , n y er i kepala, gangguan

tidur dan ner#ositas, agitasi atau kegelisahan yang sementara, disfungsi


seksual dengan ejakulasi dan orgasme terlambat.


S i n d r o m a serotonin b e r u p a antar a lain k eg e lis ah a n, d e m a m , d a n m e ng g ig il,

kon#ulsi, dan kekakuan hebat, tremor, diare, gangguan koordinasi.


0ebanyakan terjadi pada penggunaan kombinasi obat-obat generasi k e - '
 bersama obat-obat klasik, 8 6 7 , litium atau triptofan, laimnya dalam ) a k t u
 beberapa jam sampai ' - 4 minggu. Gejala ini d i l a ) a n dengan antagonis
serotonin !metisergida, propanolol.


9 f e k antikolinergik, antiadrenergik, dan efek jantung sangat ku r ang atau sam a

sekali tidak ada.


7bat-obat yang termasuk antidepresan generasi k e - ' 
a0 Fl*o5etin
Dosis l a 2 i (  ' ( mg sehari pada pagi hari, maksimum ( mg@hari dalam
dosis tunggal atau terbagi.
K o n t r a In"ikas i  hipersensitif terhadap fluoCetin, gagal ginjal yang
berat,
 penggunaan bersama 8 6 7 .
Interaksi O+ a t  8 6 7 , 3ithium, obat yang merangsang akti#itas SSP, anti
depresan, triptofan, karbamaepin, obat yang terkait dengan protein plasma.
Pe r # a t ia n  penderita epilepsi yang terkendali, penderita kerusakan hati dan
ginjal, gagal jantung, jangan mengemudi @ menjalankan mesin.
+0 Sertralin
Dosis l a 2 i (  %( mg@hari bila perlu dinaikkan maksimum ' ( ( mg@hr.
K o n t r a In" ika si  2ipersensitif terhadap sertralin. 11

Interaksi O+ a t  8 6 7 , 6lkohol, 3ithium, obat seretogenik.


Pe r#a tia n  pada gangguan hati, terapi elektrokon#ulsi, hamil, menyusui,
mengurangi kemampuan mengemudi dan mengoperasikan mesin.
%0 & i t a l o $ r a (
Dosis l a 2 i (  ' ( mg@hari, maksimum E( mg @hari.
K o n t r a in"ikasi  hipersensitif terhadap obat ini.

Interaksi O+ at  8 6 7 , sumatripan, simetidin.


Pe r #a t ia n  kehamilan, menyusui, gangguan mania, keenderungan bunuh diri.
"0 F l * 6 o 5 a ( i n e
Dosis l a 2 i (  %(mg dapat diberikan $C@hari sebaiknya pada malam
hari, maksimum dosis 4 ( ( mg.
Interaksi O+ at  )arfarin, fenitoin, teofilin, propanolol, litium.

Pe r #a t ia n  Tidak untuk digunakan dalam ' minggu penghentian terapi 8 6 7 ,


insufiensi hati, tidak direkomendasikan untuk anak dan epilepsi, hamil dan laktasi.
e0 Mianserin

Dosis l a 2 i (  4 ( - + ( mg malam hari, dosis maksimum F ( mg@ hari


K o n t r a In"ika si  mania, gangguan fungsi hati.
Interaksi O+ at  mempotensiasi aksi depresan SSP, tidak boleh diberikan
dengan atau dalam ' minggu penghentian terapi.
Pe r #a t ia n ! dapat menganggu psikomotor selama hari pertama terapi, diabetes,
insufiensi hati, ginjal, jantung.
10 Mirta2a$in
Dosis l a 2 i (  $%-+% mg @ hari menjelang tidur.
K o n t r a In" ikas i  2ipersensitif terhadap mitraapin.

Interaksi O + a t  dapat memperkuat aksi pengurangan SSP dari alkohol,


memperkuat efek sedatif dari benodiaepine, 8 6 7 .
P e r #a ti a n  pada epilepsi sindroma otak organi, insufiensi hati, ginjal,
jantung, tekanan darah rendah, penderita skiofrenia atau gangguan psikotik
lain,
 penghentian terapi seara mendadak, lansia, hamil, laktasi, mengganggu
kemampuan mengemudi atau menjalankan mesin.
g0 Venla1a5ine
Dosis l a 2 i (  %mg@hari bila perlu dapat ditingkatkan menjadi $%(-'%( mg
$C@hari.

K o n t r a In" ikas i  penggunaan bersama 8 6 7 , hamil dan laktasi, anak H $


tahun. 12
Interaksi O+ a t  8 6 7 , obat yang mengakti#asi SSP lain.
Pe r # a t ia n ! ri) a ya t kejang dan penyalahgunaan obat, gangguan ginjal atau sirosis
hati, penyakit jantung tidak stabil, monitor tekanan darah jika penderita mendapat

7- An t i" e $r e s a n M A O

5nhibitor 8 o n o a m i n 7ksidase !8onoa mi ne 7Cidase 5nhibitor, 8675


Far(akologi

8 o n o a m i n oksidase merupakan suatu sistem enim kompleks yang terdistribusi luas


dalam tubuh, berperan dalam dekomposisi amin biogenik, seperti norepinefrin,
epinefrin, dopamine, serotonin. 8 6 7 5 menghambat sistem enim ini, sehingga
menyebabkan peningkatan konsentrasi amin endogen.
6 d a dua tipe 8 6 7 yang telah teridentifikasi, yaitu 8 6 7 - 6 dan 8 6 7 - B . 0 e d u a
enim ini memiliki substrat yang berbeda serta perbedaan dalam sensiti#itas terhadap
inhibitor. 8 6 7 - 6 enderungan memiliki akti#itas deaminasi epinefrin, norepinefrin,

dan serotonin, sedangkan 8 6 7 - B memetabolisme benilamin dan fenetilamin.


Dopamin dan tiramin dimetabolisme oleh kedua isoenim. Pada jaringan syaraf,
sistem enim ini mengatur dekomposisi metabolik katekolamin dan serotonin. 8 6 7 5
hepati menginakti#asi monoamin yang bersirkulasi atau yang masuk melalui saluran
erna ke dalam sirkulasi portal !misalnya tiramin.
Semua 8 6 7 5 nonselektif yang digunakan sebagai antidepresan merupakan inhibitor
ire#ersibel, sehingga dibutuhkan sampai ' minggu untuk mengembalikan metabolism
amin normal setelah penghentian obat. 2asil studi juga mengindikasikan b a h ) a terapi
8 6 7 5 kronik menyebabkan penurunan jumlah reseptor !down reulation adrenergi

dan serotoninergik.
Far(akokinetik 
6bsorpsi@distribusi A 5nformasi mengenai farmakokinetik 8 6 7 5 terbatas. 8 6 7 5
tampaknya terabsorpsi baik setelah pemberian oral. 0a dar punak tranilsipromin dan
fenelin menapai kadar punaknya masing-masing dalam ' dan 4 jam. Tetapi,
inhibisi 8 6 7 maksimal terjadi dalam % sampai $ ( hari.
8etabolisme@ekskresi A metabolisme 8 6 7 5 dari kelompok hidrain !fenelin,
isokarboksaid diperkirakan menghasilkan metabolit aktif. 5nakti#asi terjadi terutama
melalui asetilasi. 9fek klinik fenelin dapat berlanjut sampai ' minggu setelah

 penghentian terapi. Setelah penghentian tranilsipromin, akti#itas 8 6 7 kembali dalam


4 sampai % hari !dapat sampai $ ( 2ari. /enel in dan isokarboksaid dieksresi
melalui
13
urin sebagian besar dalam bentuk metabolitnya. Populasi khusus A <asetilator
lambat= 6setilasi lambat dari 8 6 7 5 hidrain dapat memperhebat efek setelah
 pemberian dosis standar 
In" ika si
Depresi Seara umum, 8 6 7 5 diindikasikan pada penderita dengan depresi atipikal

!eksogen dan pada beberapa penderita yang tidak berespon terhadap terapi
antidpresif lainnya. 8 6 7 5 jarang dipakai sebagai obat pilihan.

Kontr a in" ika s i


2ipersensitif terhadap s e n y a ) a ini feokromositoma gagal jantung kongestif ri) a ya t
 penyakit li#er atau fungsi li#er abnormal gangguan ginjal parah gangguan
serebro#askular penyakit kardio#askular hipertensi ri )a ya t sakit kepala pemberian
 bersama dengan 8 6 7 5 lainnya s e n y a ) a yang terkait dibenaepin termasuk
antidepresan trisiklik, karbama epin, dan siklobenaprin bupropion S**5 buspiron

simpatomimetik meperidin dekstrometorfan s e n y a ) a anestetik depresan SSP


antihipertensif kafein keju atau makanan lain dengan kandungan tiramin tinggi.

Peringatan

 Memburuknya e!ala klinik serta risiko bunuh diri Penderita dengan


gangguan depresif mayor, d e ) a s a maupun anak-anak, dapat mengalami perburukan
depresinya dan@atau munulnya ide atau perilaku yang mengarah pada bunuh diri
! suicidality, atau perubahan perilaku yang tidak biasa, yang tidak berkaitan
dengan
 pemakaian antidepresan, dan risiko ini dapat bertahan sampai terjadinya
pengurangan

 jumlah obat seara signifikan. 6 d a kekha)atiran b a h ) a antidepresan berperan dalam


menginduksi memburuknya depresi dan kemun ulan  suicidality pada penderita
tertentu. 6ntidepresan meningkatkan risiko pemikiran dan perilaku yang mengarah

 pada bunuh diri ! suicidality dalam studi jangka pendek pada anak-anak dan d e ) a s a
yang menderita gangguan depresif mayor serta gangguan psikiatrik lainnya.
 "risis hipertensi#  reaksi paling serius melibatkan perubahan tekanan darah
tidak dianjurkan untuk menggunakan 8 6 7 5 pada penderita lanjut usia atau
 berkondisi lemah atau mengalami hipertensi, penyakit kardio#askular
atau serebro#askular, atau pemberian bersama obat-obatan atau makanan
tertentu.
14
0arakteristik gejala krisis dapat berupa sakit kepala pada daerah oksipital !belakang
yang dapat menjalar ke daerah frontal !depan, palpitasi !tidak beraturannya pulsa
 jantung, kekakuan@sakit leher, nausea, muntah, berkeringat !terkadang bersama
demam atau kulit yang dingin, dilatasi pupil, fotofobia. Takhikardia atau bradikardia
dapat terjadi dan dapat menyertai sakit dada. Pendarahan intrakranial !terkadang fatal
telah dilaporkan berkaitan dengan peningkatan tekanan darah paradoks. 2arus sering
diamati tekanan darah, tapi jangan bergantung sepenuhnya pada pembaaan tekanan

darah, melainkan penderita harus sering pula diamati. Bila krisis hipertensi terjadi,
hentikan segera penggunaan obat dan laksanakan terapi untuk menurunkan tekanan
darah.
angan menggunakan reserpin parenteral. Sakit kepala enderung mereda
sejalan dengan menurunnya tekanan darah. Berikan s e n y a ) a pemblok alfa adrenergik
seperti fentolamin % mg i.#. perlahan untuk menghindari efek hipotensif berlebihan.
Tangani demam dengan pendinginan eksternal.
 $erin atan kepada penderita Peringatkan penderita agar tidak memakan
makanan yang kaya tiramin, dopamine, atau triptofan selama pemakaian dan dalam

) a k t u ' minggu setelah penghentian 8 6 7 5 . Setiap makanan kaya protein


yang telah disimpan lama untuk tujuan peningkatan aroma diduga dapat
menyebabkan krisis
hipertensif pada penderita yang menggunakan 8 6 7 5 . uga peringatkan
penderita untuk tidak mengkonsumsi minuman beralkohol serta obat- obatan yang
mengandung amin simpatomimetik selama terapi dengan 8 6 7 5 . 5nstruksikan
kepada penderita untuk tidak mengkonsumsi kafein dalam bentuk apapun seara
berlebihan serta malaporkan segera adanya sakit kepala atau gejala lainnya yang tidak
biasa,
 Risiko bunuh diri Pada penderita yang mempunyai keenderungan bunuh diri,
tidak ada satu bentuk penanganan pun, seperti 8 6 7 5 , elektrokon#ulsif, atau terapi

lainnya, yang dijadikan sandaran tunggal untuk terapi. Dianjurkan untuk


melakukan
 penanganan ketat, lebih baik dilakukan pera)atan di rumah sakit.
 $emberian bersamaan antidepresan Pada penderita yang menerima suatu
S ** 5 dalam kombinasi dengan 8 6 7 5 , telah dilaporkan reaksi serius yang terkadang
fatal termasuk hipertermia, kekakuan, mioklonus, instabilitas otonom disertai
fluktuasi epat pada tanda #ital, dan perubahan status mental termasuk agitasi hebat,
yang meningkat menjadi delirium dan koma. *eaksi ini telah terjadi pada penderita
yang baru saja menghentikan S * * 5 dan baru mulai menggunakan 8 6 7 5 . Bila terjadi
 pengalihan dari S * *5 ke 8 6 7 5 , maka harus ada selang ' minggu diantara
pergantian. 15

Setelah penghentian fluoCetin, maka harus ada selang $ atau ' minggu
sebelum mulai menggunakan 8 6 7 5 . angan memberikan 8 6 7 5 bersama atau segera
setelah antidepresan trisiklik. 0ombinasi ini menyebabkan seiure, koma,
hipereksitabilitas, hipertermia, takhikardia, takhipnea, sakit kepala, midriasis,
kemerahan kulit, kebingungan, koagulasi intra#askular meluas, dan kematian. Beri
selang paling tidak $+ hari diantara penghentian 8 6 7 5 dan mulainya antidepresan
trisiklik.

 $emutusan obat  Pemutusan obat dapat menyebabkan nausea, muntah, dan


kelemahan. Suatu sindrom putus obat setelah pemutusan mendadak jarang terjadi.
Tanda dan gejala penghentian dapat ber#ariasi mulai dari mimpi buruk dengan agitasi
sampai psikosis yang jelas dan kon#ulsi. Sindrom ini umumnya dapat mereda dengan

PROGNOSIS
Gangguan depresi berat bukan merupakan gangguan yang ringan. 0eadaan ini
enderung merupakan gangguan yang kronis dan pasien enderung mengalami relaps. Pasien
yang d i r a ) a t di rumah sakit untuk episode pertama gangguan depresif memiliki

kemungkinan %( & untuk pulih di dalam tahun pertama.


*ekurensi episode depresi berat juga sering, kira-kira 4 ( sampai %( & dalam dua
tahun pertama dan kira-kira %( sampai ( & dalam % tahun. 5nsidensi relaps adalah jauh lebih
rendah dari pada angka tersebut pada pasien yang meneruskan terapi psikofarmakologis
 profilaksis dan pada pasien yang hanya mengalami satu atau dua episode depresi.

16
BAB II
KESIMPULAN

Gangguan depresi berat merupakan suatu masa terganggunya fungsi manusia yang
 berkaitan dengan perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada

 psikomotor, kemampuan kognitif, pembiaraan dan fungsi #egetatif.


Penyebab dari gangguan depresi terdiri dari faktor biologis, faktor genetika dan faktor
 psikososial. Pada hipotesis timbulnya depresi dihubungkan dengan peran beberapa
neurotransmiter aminergik. 2ipotesis tersebut menjadi dasar penggunaan dan pengembangan
obat-obat anti depresan.
? n t u k menegakkan diagnosis gangguan depresi berat, PPDG 555 mensyarati harus
didapati tiga gejala utama gangguan depresi dan minimal empat gejala lainnya dan beberapa
di antaranya harus berintensitas berat.
Pada gangguan depresi yang sering terdapat pikiran-pikiran atau ranangan bunuh
diri, maka

sebaiknya penderita d i r a ) a t di rumah sakit dengan pemberian terapi elektrokon#ulsi


di samping psikoterapi dan obat anti depresan.
Pemberian anti depresan diberikan melalui tahapan-tahapan, yaitu dosis initial, titrasi,
stabilisasi, maintenane dan dosis tapering. Dimana dosis dan lama pemberiannya berbeda-
 beda. 0ombinasi psikoterapi dan farmakoterapi adalah pengobatan yang paling efektif untuk
gangguan depresi berat.

17
D A F TA R PU S TA KA

> i g u n a , 5 8 a d e . ' ( $ ( . %anuan Mood . Dalam  "aplan & Sadock' Sinopsis $sikiatri. ilid
5. Tangerang  Binarupa 6ksara.

8 a s l i m . *Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan  i)a di 5ndonesia, edisi 4,


Direktorat 0esehatan i)a Departemen 0esehatan *5, akarta, ' ( ( ' .

8 5smail, 5ra)ati * dan Siste, 0ristiana. ' ( $ 4 . Gangguan Depresi  Buku 6 j a r Psikiatri ?
5.
9disi kedua. akarta  Badan Penerbit / 0 ? 5 .

> . / . 8ara mis, ;a ta ta n 5lmu 0edokteran j i ) a , ?ni#ersitas 6irlangga, $F(

18

Anda mungkin juga menyukai