Anda di halaman 1dari 49

Diagnosis, Tatalaksana dan

Pencegahan DM tipe 1 dan 2


Halimah Sa’diyah

FKIK-UINAM
Oktober 2020
Diagnosis DM tipe 2
Keluhan Klasik Keluhan Lain
DM
• Poliuria • Lemah badan
• Polidipsi • Kesemutan
• Polifagia • Gatal
• Penurunan • Mata kabur
berat badan • Disfungsi
ereksi pada
pria
• Pruritus vulva
pada wanita
• dll
Kriteria Diagnosis DM
Pemeriksaan glukosa plasma puasa (GDP) ≥126 mg/dl.
Puasa adalah kondisi tidak ada asupan kalori minimal 8 jam
• Atau

Pemeriksaan glukosa plasma ≥200 mg/dl 2-jam setelah Tes Toleransi Glukosa Oral
(TTGO) dengan beban glukosa 75 gram
• Atau

Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu (GDS) ≥200 mg/dl dengan keluhan klasik
• Atau

Pemeriksaan HbA1c ≥6,5% dengan menggunakan metode yang terstandarisasi oleh


National Glycohaemoglobin Standarization Program (NGSP)

PERKENI. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan DM Tipe 2 di Indonesia. 2015


Criteria For The Diagnosis of DM

A1C ≥6.5% Fasting plasma 2-h plasma A random


glucose (FPG) glucose ≥200 plasma glucose
≥126 mg/dL (7.0 mg/dL ≥200 mg/dL
OR mmol/L) (11.1 mmol/L) (11.1 mmol/L)
during an OGTT
OR
OR

ADA. I. Classification and Diagnosis. Diabetes Care 2013;36(suppl 1):S13; Table 2.


Pemeriksaan Gula Darah
• Pemeriksaan gula darah plasma dianjurkan pada penentuan diagnosis
DM
• Glukosa darah kapiler (glukometer) – dapat digunakan untuk
pemantauan terapi dan screening
• Diagnosa DM tidak dapat ditegakkan atas dasar adanya glukosuria
Pemeriksaan HbA1C
• Kendala Pemeriksaan A1C
• Tidak semua laboratorium sesuai standar NGSP
• Tidak bisa dipakai sebagai alat diagnosis dan evaluasi pada kondisi:
 Anemia
 Hemoglobinopati
 Riwayat transfuse darah 2-3 bulan terakhir
 Kondisi yang mempengaruhi umur eritrosit
 Gangguan fungsi ginjal

PERKENI. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan DM Tipe 2 di Indonesia. 2015


Diabetes dan Prediabetes
HbA1C (%) GDP (mg/dl) TTGO (mg/dl)

Diabetes ≥ 6,5 ≥ 126 ≥ 200

Prediabetes 5,7-6,4 100-125 140-199

Normal < 5,7 <100 < 140

PERKENI. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan DM Tipe 2 di Indonesia. 2015


Cara pelaksanaan TTGO (WHO, 1994)
1. 3 hari sebelum pemeriksaan, pasien tetap makan (dengan karbohidrat yang cukup) dan melakukan kegiatan jasmani seperti
kebiasaan sehari-hari.

2. Berpuasa paling sedikit 8 jam (mulai malam hari) sebelum pemeriksaan, minum air putih tanpa glukosa tetap
diperbolehkan

3. Dilakukan pemeriksaan kadar glukosa darah puasa.

4. Diberikan glukosa 75 gram (orang dewasa), atau 1,75 gram/kgBB (anak-anak), dilarutkan dalam air 250 mL dan diminum
dalam waktu 5 menit.

5. Berpuasa kembali sampai pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan 2 jam setelah minum larutan glukosa selesai.

6. Dilakukan pemeriksaan kadar glukosa darah 2 (dua) jam sesudah beban glukosa.

7. Selama proses pemeriksaan, subjek yang diperiksa tetap istirahat dan tidak merokok
Pemeriksaan Penyaring
1. Kelompok BB lebih (Indeks Massa Tubuh [IMT] ≥23 kg/m2) yang
disertai dengan satu atau lebih faktor risiko sbb:
a. Aktivitas fisik yang kurang.
b. First-degree relative DM (terdapat faktor keturunan DM dalam keluarga).
c. Kelompok ras/etnis tertentu.
d. Perempuan yang memiliki riwayat melahirkan bayi dengan BBL >4 kg atau mempunyai
riwayat diabetes melitus gestasional (DMG).
e. Hipertensi (≥140/90 mmHg atau sedang mendapat terapi HT).
f. HDL <35 mg/dL dan atau TG >250 mg/dL.
g. Wanita dengan sindrom polikistik ovarium.
h. Riwayat prediabetes.
i. Obesitas berat, akantosis nigrikans.
j. Riwayat penyakit kardiovaskular.

2. Usia >45 tahun tanpa faktor risiko di atas


Pemeriksaan Penyaring

3. Kelompok risiko tinggi dengan hasil


GDP normal sebaiknya diulang
screening setiap 3 tahun

4. Kelompok prediabetes pemeriksaan


screening diulang tiap 1 tahun
Patokan Kadar GDS/GDP dalam Diagnosis
DM
Bukan DM Belum pasti DM DM

Kadar GDS (mg/dl) Plasma vena <100 100-199 ≥ 200

Darah kapiler <90 90-199 ≥ 200

Kadar GDP (mg/dl) Plasma vena <100 100-125 ≥ 126

Darah kapiler <90 90-99 ≥ 100


PERKENI 2018
Tujuan Penatalaksanaan DM

1. Tujuan jangka pendek:


menghilangkan keluhan DM,
memperbaiki kualitas hidup, dan
Pengendalian
mengurangi risiko komplikasi akut glukosa darah,
2. Tujuan jangka panjang: mencegah
dan menghambat progresivitas tekanan darah,
penyulit mikroangiopati dan
makroangiopati berat badan, dan
3. Tujuan akhir pengelolaan adalah
turunnya morbiditas dan
profil lipid
mortalitas DM
Langkah-langkah penatalaksanaan DM
Umum
Riwayat penyakit

Pemeriksaan Fisik

Evaluasi laboratorium

Penapisan komplikasi
Langkah-langkah penatalaksanaan DM
Khusus
Edukasi

Terapi nutrisi medis


(TNM)

Latihan Jasmani

Terapi farmakologis
Penatalaksanaan DM (UMUM)
• 1. Riwayat Penyakit
 Usia dan karakteristik saat onset diabetes.
 Pola makan, status nutrisi, status aktifitas fisik, dan riwayat perubahan BB
 Riwayat tumbuh kembang pada pasien anak/dewasa muda
 Pengobatan yang pernah diperoleh sebelumnya secara lengkap, termasuk
terapi gizi medis dan penyuluhan yang telah diperoleh tentang perawatan DM
secara mandiri.
 Pengobatan yang sedang dijalani, termasuk obat yang digunakan,
perencanaan makan dan program latihan jasmani.
 Riwayat komplikasi akut (ketoasidosis diabetik, hiperosmolar hiperglikemia,
hipoglikemia)
Penatalaksanaan DM (UMUM)—lanjutan
riwayat penyakit
 Riwayat infeksi sebelumnya; infeksi kulit, gigi, urogenital.
 Gejala dan riwayat pengobatan komplikasi kronik pada ginjal, mata, jantung
dan pembuluh darah, kaki, saluran pencernaan
 Pengobatan lain yang mungkin berpengaruh terhadap glukosa darah; steroid
 Faktor risiko: merokok, hipertensi, riwayat penyakit jantung koroner, obesitas,
dan riwayat penyakit keluarga (termasuk penyakit DM dan endokrin lain)
 Riwayat penyakit dan pengobatan di luar DM
 Karakteristik budaya, psikososial, pendidikan, dan status ekonomi.
Penatalaksanaan Umum DM
2. Pemeriksaan Fisik
• Pengukuran TB dan BB
• Pengukuran TD, hipotensi ortostatik.
• Pemeriksaan funduskopi
• Pemeriksaan rongga mulut dan kelenjar tiroid.
• Pemeriksaan jantung (EKG, Echocardiography)
• Evaluasi nadi baik secara palpasi/stetoskop
• Pemeriksaan kaki secara komprehensif (evaluasi kelainan vaskular, neuropati, dan adanya
deformitas).
• Pemeriksaan kulit (akantosis nigrikans, bekas luka, hiperpigmentasi, necrobiosis
diabeticorum, kulit kering, dan bekas lokasi penyuntikan insulin).
• Tanda-tanda penyakit lain yang dapat menimbulkan DM tipe lain
Penatalaksanaan Umum DM
3. Evaluasi Laboratorium
• GDP dan 2jam setelah TTGO.
• HbA1c

4. Penapisan Komplikasi
• Profil lipid pada keadaan puasa: • Rasio albumin-kreatinin
kolesterol total, HDL, LDL, dan TG sewaktu
• Tes fungsi hati • EKG
• Tes fungsi ginjal: Kreatinin dan eGFR • Foto Ro thoraks (TBC, CHF)
• Tes urin rutin • Pemeriksaan kaki secara
• Albumin urin kuantitatif komprehensif
Penatalaksanaan Khusus (non-farmakologis)
 Edukasi
 Tingkat pelayanan kesehatan primer
 Tingkat pelayanan kesehatan sekunder/tersier
 Terapi nutrisi medis
 Komposisi makanan yang dianjurkan (KH 45-65%, lemak 20-25%, protein 10-20%, Na,
serat, pemanis alternatif)
 Kebutuhan kalori (25-30 kal/ kgBB ideal, dipengaruhi sex, umur, aktivitas fisik, BB, stress
metabolik)
• Latihan Jasmani
• 3-4 kali seminggu, 30-45 menit, total 150 menit/ minggu
• Dianjurkan: jalan cepat, sepeda santai, jogging, renang
• Kontraindikasi (OA, HT tidak terkontrol, nefropati, retinopati)
Edukasi Pola Hidup Sehat (PHBS) Pasien
DM
Mengikuti pola makan sehat
Meningkatkan kegiatan jasmani yang teratur
Menggunakan obat DM dan obat lainya secara aman,teratur
PGDM – menilai keberhasilan pengobatan
Perawatan kaki berkala
Mampu mengenal dan menghadapi keadaan sakit akut dengan tepat
Mempunyai keterampilan mengatasi masalah yang sederhana
Bergabung dengan kelompok penyandang diabetes
Mengajak keluarga untuk mengerti pengelolaan DM
Mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada
Tatalaksana DM

Oral Insulin
antihiperglikemik oral

(OAD)
Penatalaksanaan Khusus (Farmakologis)
Obat antihiperglikemik oral (OAD)

Memicu sekresi insulin


1.Sulfonilurea (SU)
2.Glinid
Meningkatkan sensitivitas terhadap insulin
1.Metformin
2.Tiazolidindion (TZD)
Penghambat absorpsi glukosa
1.Penghambat alfa glucosidase, akarbose
Penghambat DPP-4 (dipeptidyl Peptidase-4), vildagliptin
Penghambat SGLT-2 (sodium glucose c-transporter-2); dafaglifosin
PERKENI 2018
Jenis dan lama kerja insulin

Insulin
Insulin Insulin Insulin Insulin
kerja ultra
kerja kerja kerja kerja
panjang
cepat pendek menengah panjang
(ultra
(rapid- (short- (intermedi (long-
long-
acting acting ate-acting acting
acting
insulin) insulin) insulin) insulin)
insulin)
Indikasi Insulin
• HbA1c > 9% dengan kondisi Dekompensasi metabolik
• Penurunan BB drastis
• Hiperglikemia berat yang disertai ketosis
• Krisis Hiperglikemia
• Gagal dengan kombinasi OHO dosis optimal
• Stres berat (infeksi sistemik, operasi besar, infark miokard akut, stroke)
• Kehamilan dengan DM gestasional yang tidak terkendali dengan
perencanaan makan
• Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat
• Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO
• Kondisi perioperatif sesuai dengan indikasi
Cara penyuntikan insulin
• Cara penyuntikan insulin:
• Insulin umumnya diberikan dengan suntikan di bawah kulit (subkutan),
dengan arah alat suntik tegak lurus terhadap cubitan permukaan kulit
• Pada keadaan khusus diberikan intramuskular atau drip
• Insulin campuran (mixed insulin) merupakan kombinasi antara insulin kerja
pendek dan insulin kerja menengah, dengan perbandingan dosis yang
tertentu, namun bila tidak terdapat sediaan insulin campuran tersebut atau
diperlukan perbandingan dosis yang lain, dapat dilakukan pencampuran
sendiri antara kedua jenis insulin tersebut.
• Lokasi penyuntikan, cara penyuntikan maupun cara insulin harus dilakukan
dengan benar, demikian pula mengenai rotasi tempat suntik.
Cara penyuntikan insulin
• Penyuntikan insulin dengan menggunakan semprit insulin dan
jarumnya sebaiknya hanya dipergunakan sekali, meskipun dapat
dipakai 2-3 kali oleh penyandang diabetes yang sama, sejauh sterilitas
penyimpanan terjamin.
• Penyuntikan insulin dengan menggunakan pen, perlu penggantian
jarum suntik setiap kali dipakai, meskipun dapat dipakai 2-3 kali oleh
penyandang diabetes yang sama asal sterilitas dapat dijaga.
• Kesesuaian konsentrasi insulin dalam kemasan (jumlah unit/mL)
dengan semprit yang dipakai (jumlah unit/mL dari semprit) harus
diperhatikan, dan dianjurkan memakai konsentrasi yang tetap. Saat ini
yang tersedia hanya U100 (artinya 100 unit/ml)
PERKENI 2018
Monitoring Terapi
• Tujuan: • Pemeriksaan yang dipakai
• Mengetahui sasaran terapi telah tercapai dalam kontrol glikemik
• Penyesuaian dosis, bila target terapi belum
1. HbA1C
tercapai
2. PGDM (pengukuran gula
darah mandiri)
• Waktu pemeriksaan gula darah 3. GA (glikosilasi albumin)
1. Pem. Gula darah puasa (GDP)
2. Gula darah 2 jam setelah makan (GD2PP)
3. Gula darah sewaktu, sesuai kebutuhan
(GDS)
Individualisasi Terapi DM
• Managemen DM berbasis perorangan
• Dipengaruhi:
• Usia penderita
• Harapan hidup
• Lama menderita DM
• Riwayat hipoglikemia
• Penyakit penyerta
• Komplikasi kardiovaskular
• Ketersediaan obat
• Daya beli
Monitoring Terapi (2)
• Pemeriksaan HbA1C • Pemeriksaan glycated
• Tes hemoglobin terglikosilasi albumin (GA)
• Periksa/ 3 bln Tidak dipengaruhi oleh
• Tidak bisa dipakai sebagai gangguan metabolism
control glikemik pada kondisi hemoglobin
tertentu Kontrol glikemik jangka
pendek
Per 15-20 hari
Dipengaruhi oleh SN,
steroid, gangguan tiroid,
obesitas
Monitoring Terapi (3)
• Pemantauan Gula Darah
Mandiri (PGDM)
• Anjuran pada : • Waktu PGDM :
• DM yang mendapat terapi insulin  Sebelum makan
• Kondisi seperti:  2 jam setelah makan (menilai ekskursi
 Pasien dengan A1C yang tidak glukosa)
mencapai target terapi  Menjelang waktu tidur (menilai risiko
 Wanita yang merencanakan hamil hipoglikemia)
 Wanita hamil dengan  Diantara siklus tidur (menilai episode
hiperglikemia hipoglikemia nokturnal)
 Kejadian hipoglikemia berulang  Gejala hipoglikemia
Pencegahan DM Tipe 2
• Pencegahan Primer
• Ditujukan pada kelompok dengan factor risiko , belum DM
• Pencegahan sekunder Terhadap komplikasi DM
• Mencegah timbulnya penyulit pada orang yang terdiagnosa DM
• Dengan cara pengendalian glukosa darah, pengendalian factor risiko penyulit
• Program Penyuluhan meningkatkan kepatuhan pengobatan pasien DM
• Pencegahan tersier
• Telah mengalami penyulit
• Mencegah kecacatan lebih lanjut
• Upaya rehabilitasi sedini mungkin
• Pelayanan kesehatan komprehenshif dan terintegrasi antar disiplin
Pencegahan
• Terutama pada
• Kelompok perdiabetes  TGT, GDPT, terjadi peningkatan A1C
• Target penurunan BB 7% BB
• Minimal 150 menit/minggu/aktivitas fisik sedang
Faktor risiko DM yang
Faktoy Yang Bisa Faktor Lain Terkait
tidak Bisa
Dimodifikasi Dengan Risiko DM
dimodifikasi
• Ras dan etnik • BB lebih (IMT ≥23 • Polycystic Ovary
• Riwayat keluarga kg/m2). Syndrome (PCOS)
DM • Kurangnya aktivitas atau klinis lain
• Umur: >45 tahun- fisik terkait resistensi
skrining • HT (>140/90 mmHg) insulin
• Riwayat melahirkan • Dislipidemia (HDL < • Penderita sindrom
bayi BBL >4000 35 mg/dl dan/atau metabolik (TGT atau
gram atau DM TG >250 mg/dl) GDPT
gestasional • Diet tak sehat • Penderita dengan
• Riwayat lahir BBLR riwayat penyakit KV;
stroke, PJK, atau PAD
Materi Penyuluhan Pada Pasien DM
A. Program penurunan berat badan
• Diet sehat
• Jumlah asupan kalori ditujukan untuk mencapai BBI
• Karbohidrat kompleks merupakan pilihan dan diberikan secara terbagi dan seimbang sehingga tidak
menimbulkan puncak (peak) glukosa darah yang tinggi setelah makan
• Komposisi diet sehat mengandung sedikit lemak jenuh dan tinggi serat larut

B. Latihan jasmani
• Latihan jasmani yang dianjurkan, selama 150 menit/minggu dengan latihan aerobik sedang (mencapai 50-70%
denyut jantung maksimal), atau 90 menit/minggu dengan latihan aerobik berat (mencapai denyut jantung >70%
maksimal).
• Latihan jasmani dibagi menjadi 3-4 kali aktivitas/minggu

C. Menghentikan kebiasaan merokok

D. Pada kelompok dengan risiko tinggi diperlukan intervensi farmakologis


Contoh Kasus
• Seorang laki-laki, 38 tahun, datang ke poliklinik penyakit dalam
dengan keluhan lemas, dialami sejak 2 minggu terakhir, pasien
mengeluh kehilangan BB sekitar 6 kg dalam sebulan terakhir.
• Pertanyaan:
• Apa yang kemungkinan penyebab penurunan BB pada pasien ini?
• Apa langkah selanjutnya yang harus dilakukan untuk menegakkan diagnosa
pasien?
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai