- Pemotongan dan Pemungutan -

DASAR HUKUM
PEMUNGUTAN PPh PASAL 22

• UU No.6 Tahun 1983 sttd UU UU No. 16 Tahun 2009 (KUP)

UU • UU No.7 Tahun 1983 sttd UU No.36 Tahun 2008 (PPh)

PP -PP No. 74 Tahun 2011 (Peraturan Pelaks.UU KUP)

PER
NOMOR 34/PMK.010/2017 Tgl 1 Maret 2017
MENKEU

[ Dit.P2Humas ]
 PEMUNGUT PPh PASAL 22
PEMUNGUT OBJEK
- IMPOR BARANG
- EKSPOR KOMODITAS TAMBANG
- BANK DEVISA BATUBARA, MINERAL LOGAM DAN
- DITJEN BEA DAN CUKAI BUKAN MINERAL LOGAM OLEH
EKSPORTIR,KECUALI WP TERKAIT
PERJANJIAN KERJASAMA PERTAM
BANGAN DAN KONTRAK KARYA

- INSTANSI/LEMBAGA PEMERINTAH
- BEND. PEMERINTAH PUSAT/ DAERAH
- BUMN DAN BUMN YANG PEMBAYARAN ATAS
DIRESTRUKTURISASI PEMBELIAN BARANG
- Anak Perusahaan BUMN tertentu

PERTAMINA DAN PRODUSEN LAINNYA

(IMPORTIR)
BAHAN BAKAR MINYAK, GAS, PENJUALAN HASIL
DAN PELUMAS ATAS PENJUALAN PRODUKSI DAN PENJUALAN
BAHAN BAKAR DARI IMPOR
MINYAK, GAS DAN PELUMAS
 PEMUNGUT PPh PASAL 22

PEMUNGUT OBJEK

BADAN USAHA DI BIDANG:

- INDUSTRI SEMEN
HASIL PENJUALAN PRODUKSI
- INDUSTRI KERTAS DIDALAM NEGERI KEPADA
- INDUSTRI BAJA DISTRIBUTOR.
- INDUSTRI OTOMOTIF
KHUSUS ATPM,APM DAN IMPORTIR
- INDUSTRI FARMASI
ATAS PENJUALAN DIDALAM
- ATPM, APM DAN IMPORTIR
NEGERI
KEND BERMOTOR

PEMBELIAN BAHAN BAHAN YANG

INDUSTRI & EKSPORTIR SEKTOR
BELUM MELALUI PROSES INDUSTRI
PERKEBUNAN,KEHUTANAN
MANUFAKTUR
PERTANIAN,PETERNAKAN
UNTUK
DAN PERIKANAN
INDUSTRI ATAU EKSPOR
 PEMUNGUT PPh PASAL 22

PEMUNGUT OBJEK

INDUSTRI ATAU BADAN USAHA YANG

MEMBELI KOMODITAS : PEMBELIAN DARI BADAN ATAU
- TAMBANG BATUBARA
ORANG PRIBADI PEMEGANG IZIN
- MINERAL LOGAM
USAHA PERTAMBANGAN
- MINERAL BUKAN LOGAM

BADAN USAHA YANG MELAKUKAN

PENJUALAN EMAS BATANGAN PENJUALAN EMAS BATANGAN
DIDALAM NEGERI DI DALAM NEGERI

PENJUALAN BARANG YANG

WAJIB PAJAK BADAN TERTENTU TERGOLONG
SANGAT MEWAH
 ANAK PERUSAHAAN BUMN TERTENTU YANG
DITUNJUK SEBAGAI PEMUNGUT PPH 22

- PT Pupuk Sriwidjaja Palembang - PT Petrokimia Gresik

- PT Pupuk kujang - PT Pupuk Kalimantan Timur
- PT Pupuk Iskandar Muda - PT Telekomunikasi Selular
- PT Indonesia Power - PT Pembangkitan Jawa-Bali
- PT Semen Padang - PT Semen Tonasa
- PT Elnusa Tbk - PT Krakatau Wajatama
- PT Rajawali Nusindo - PT Wijaya Karya Beton Tbk
- PT Kimia Farma Apotek - PT Petikemas Surabaya
- PT. Kimia Farma Trading & Dist. - PT Badak Natural Gas
- PT Tambang Timah - PT Indonesia Comnets Plus
- PT Bank Syariah Mandiri - PT Bank BRI Syariah
- PT Bank BNI Syariah,
 DIKECUALIKAN DARI
PEMUNGUTAN PPh PASAL 22

PEMBAYARAN
ATAS PENYERAHAN/
IMPOR PEMBELIAN
BARANG
DI DALAM NEGERI
 IMPOR YG DIKECUALIKAN DARI PEMUNGUTAN PPh PSL 22

IMPOR BARANG YG DIBEBASKAN DARI BEA MASUK :

1. BARANG PERWKl.NEG. ASING BESER. PARA PEJABATNYA YG BERTUGAS DI IND. BERDSR ASAS TIMBAL
BALIK;
2. BRG UTK KEPERL.BDN INT. YG DIAKUI DAN TERDAF. PD PEM. IND BESER PEJABT-NYA YG BERTUGAS DI
IND. DAN TDK MEMEG PASPOR IND.;
3. BRG KIRIMAN HADIAH UTK KEPERL. IBADAH UMUM,AMAL,SOSIAL, ATAU KEBUDAYAAN;
4. BRG UTK KEPERLUAN MUSEUM, KEBUN BINATANG, DAN TEMPAT LAIN SEMACAM ITU YG TERBUKA UNTUK
UMUM;
5. BRG UNTUK KEPERLUAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN ;
6. BRG UTK KEPERLUAN KHUSUS KAUM TUNA NETRA DAN PENYAND CACAT LAINNYA;
7. BARANG PINDAHAN;
8. PETI ATAU KEMASAN LAIN YG BERISI JENAZAH ATAU ABU JENAZAH;
9. BRG PRIBADI PENUMPANG, AWAK SARANA PENGANGKUT, PELINTAS BATAS, DAN BARANG KIRIMAN
SAMPAI BATAS NILAI PABEAN ATAU JUMLAH TERTENTU;
10. BARANG YG DIIMPORT OLEH PEMERINTAH PUSAT ATAU DAERAH YG DITUJUKAN BAGI KEPENTINGAN
UMUM;
11. PERSENJATAAN, AMUNISI, DAN PERLENGKAPAN MILITER, TERMSK SUK.CAD YG DIPERUNTUKAN BAGI
KEPERLUAN HANKAM NEGARA;
12. BRG DAN BAHAN YG DIPERGUNAKAN UTK MENGHASILKAN BRG BAGI KEPERLUAN HANKAM NEGARA;
13. VAKSIN POLIO DLM RANGKA PELAKSANAAN PROGRAM PIN;
14. BUKU PELAJ. UMUM, KITAB SUCI DAN BUKU PELAJARAN AGAMA;
15. KPL LAUT, KPL ANGK. SUNGAI., DANAU DAN UTK PENYEBRANGAN., KPL PANDU,KPL TUNDA, KPL
PENANGKAP IKAN, KPL TONGKANG DAN SUKU CADANG, ALAT KESELAMATAN PELAYARAN ATAU
KESELAMATAN MANUSIA YG DIIMPOR DAN DIGUNAKAN PERUS. PEL.NIAGA NAS. ATAU
PERUS.PENAGKAPAN IKAN NASIONAL; PERS. JASA KEPELABUHAN, PERS JASA ANBGK SUNGAI,DANAN
DAN PENYEBRANGAN
16. PES.UDARA DAN SUK.CAD.SERTA ALAT KESELAMATAN PENERB. ATAU ALAT KESALAMATAN MANUSIA,
PERALATAN UTK PERBAIKAN ATAU PEMELIHARAAN YG DIIMPOR OLEH PIHAK YANG DITUNJUK PERS ANGK
UDARA NIAGA NASIONAL YG DIGUNAKAN DLM RANGKA PEMBERIAN JASA PERAWATAN DAN REPARASI
PESAWAT UDARA KPD PERUS.ANGK.UDARA NIAGA NAS.
17. KERETA API DAN SUK.CAD. SERTA PERALATAN UTK PERBAIKAN ATAU PEMELIHARAAN SERTA PRASARANA
YG DIIMPOR DAN DIGUNAKAN OLEH PT KERETA API INDONESIA
18. PERALATAN YG DIGUNAKAN UTK PENYEDIAAN DATA BATAS DAN PHOTO UDARA WIL.NEG.RI YG
DILAKUKAN OLEH TNI

[ Dit.P2Humas ]
 IMPOR YG DIKECUALIKAN DARI PEMUNGUTAN PPh PSL 22

IMPOR BARANG YG DIBEBASKAN DARI BEA MASUK :

19. BARANG UNTUK KEGIATAN HULU MINYAK DAN GAS BUMI YANG IMPORTASINYA DILAKUKAN OLEH
KONTRAKTOR KONTRAK KERJA SAMA
20. BARANG UNTUK KEGIATAN USAHA PANAS BUMI.

IMPOR BARANG-BARANG YG BERDASARKAN KETENTUAN PERATURAN PERUNDANG-

UNDANGAN TIDAK TERUTANG PPh

IMPORNYA YANG NYATA-NYATA DIMAKSUDKAN SEMENTARA UNTUK DI EKSPOR

KEMBALI

IMPOR KEMBALI (RE-IMPOR YG MELIPUTI BARANG BARANG YG TELAH DIEKSPOR

KEMUDIAN DIIMPOR KEMABLI DLM KUALITAS YG SAMA ATAU BRG-BRG YG TELAH
DIEKSPOR UTK KEPERLUAN PERBAIKAN, PENGERJAAN DAN PENGUJIAN YG TELAH
MEMENUHI SYARAT YG DITENTUKAN OLEH DIT.BEA CUKAI

[ Dit.P2Humas ]
 PEMBAYARAN ATAS PENYERAHAN/PEMBELIAN
BARANG YANG DIKECUALIKAN DARI
PEMUNGUTAN PPh PSL 22

PENYERAHAN BARANG-BARANG YG BERDASARKAN KETENTUAN PERATURAN

PERUNDANG-UNDANGAN TIDAK TERUTANG PPh

PENJUALAN EMAS BATANGAN OLEH BADAN YANG MEMPRODUKSI EMAS

BATANGAN ATAS PENYERAHAN KEPADA BANK INDONESIA

PEMBAYARAN UNTUK PEMBELIAN BARANG SEHUBUNGAN DGN PEKERJAAN YANG

DILAKUKAN DALAM RANGKA PELAKSANAAN PROYEK PEMERINTAH YG DIBIAYAI
DENGAN HIBAH ATAU DANA PINJAMAN LUAR NEGERI

IMPOR EMAS BATANGAN YANG AKAN DIPROSES UNTUK MENGHASILKAN

PERHIASAN DARI EMAS UNTUK TUJUAN EKSPOR

PEMBAYARAN UNTUK PEMBELIAN BARANG SEHUBUNGAN DENGAN DANA BANTUAN

OPERASIONAL SEKOLAH (BOS)
 DIKECUALIKAN DARI PEMUNGUTAN PPH PASAL 22
PEMBAYARAN YANG DILAKUKAN OLEH PEMUNGUT PAJAK :
1. BENDAHARAWAN, BENDAHARA PENGELUARAN,KUASA PENGGUNA ANGGARAN
2. BUMN, BUMN RESTRUKTURISASI, ANAK PERUSAHAAN BUMN TERTENTU
3. INDUSTRI/EKSPORTIR SEKTOR KEHUTANAN DST
4. INDUSTRI/BADAN USAHA YANG MELAKUKAN PEMBELIAN KOMODITAS
TAMBANG BATUBARA, MINERAL LOGAM DAN BUKAN LOGAM

1. pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak sebagaimana dimaksud dalam point 1 diatas
yang jumlahnya paling banyak Rp 2.000.000,00 (dua juta rupiah) dan tidak merupakan
pembayaran yang terpecah-pecah; jumlah Rp. 2.000.000,- tersebut tidak termasuk PPN.

2. pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak sebagaimana dimaksud dalam point 2 yang
jumlahnya paling banyak Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) dan tidak merupakan
pembayaran yang terpecah-pecah; Jumlah Rp. 10.000.000,- tersebut tidak termasuk PPN

3. pembayaran untuk:
a)pembelian bahan bakar minyak, bahan bakar gas, pelumas, benda-benda pos;

b)pemakaian air dan listrik;

4.pembayaran untuk pembelian minyak bumi, gas bumi, dan/atau produk sampingan dari kegiatan
usaha hulu di bidang minyak dan gas bumi yang dihasilkan di Indonesia dari :

a)kontraktor yang melakukan eksplorasi dan eksploitasi berdasarkan kontrak kerja sama; atau;

b)kantor pusat kontraktor yang melakukan eksplorasi dan eksploitasi berdasarkan kontrak kerja
sama;
 DIKECUALIKAN DARI PEMUNGUTAN PPH PASAL 22
PEMBAYARAN YANG DILAKUKAN OLEH PEMUNGUT PAJAK :
- BENDAHARAWAN
- BUMN, BUMN RESTRUKTURISASI, ANAK PERUSAHAAN BUMN TERTENTU
- INDUSTRI/EKSPORTIR SEKTOR KEHUTANAN DST
- INDUSTRI/BADAN USAHA YANG MELAKUKAN PEMBELIAN KOMODITAS
TAMBANG BATUBARA, MINERAL LOGAM DAN BUKAN LOGAM

5. pembayaran untuk pembelian panas bumi atau listrik hasil pengusahaan panas bumi dari
Wajib Pajak yang menjalankan usaha di bidang usaha panas bumi berdasarkan kontrak kerja
sama pengusahaan sumber daya panas bumi;

6. pembayaran atas pembelian bahan-bahan untuk keperluan industri atau ekspor oleh badan
usaha industri atau eksportir yang bergerak dalam sektor kehutanan, perkebunan, pertanian,
peternakan, dan perikanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1) huruf i yang
jumlahnya paling banyak Rp20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah) tidak termasuk Pajak
Pertambahan Nilai dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;

7. pembelian batubara, mineral logam, dan mineral bukan logam dari badan atau orang pribadi
pemegang izin usaha pertambangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1) huruf j
yang telah dipungut Pajak Penghasilan Pasal 22 atas pembelian barang dan/atau bahan-
bahan untuk keperluan kegiatan usaha oleh Badan Usaha Milik Negara. 
 TARIF DAN
DASAR PEMUNGUTAN
OBJEK TARIF

•• BARANG
BARANG TERTENTU
TERTENTU lamp.
lamp. II 10
10 %
%x x NILAI
NILAI IMPOR
IMPOR
•• BARANG TERTENTU Lamp. II 7,5% x NILAI IMPOR
BARANG TERTENTU Lamp. II 7,5% x NILAI IMPOR
IMPOR SELAIN
SELAIN BARANG
BARANG TERTENTU
TERTENTU ::
•• DENGAN API
DENGAN API :: 2,5
2,5 %%XX NILAI
NILAI IMPOR*
IMPOR*
•• DENGAN API (IMPOR KEDELAI, GANDUM,
DENGAN API (IMPOR KEDELAI, GANDUM,
&
& TEPUNG
TEPUNG TERIGU
TERIGU :: 0,5%
0,5% X X NILAI
NILAI IMPOR
IMPOR
•• TANPA API
TANPA API :
: 7,5 % X
7,5 % X NILAI
NILAI IMPOR
IMPOR
•• TIDAK
TIDAK DIKUASAI
DIKUASAI :: 7,5
7,5 %
%XX HARGA
HARGA
JUAL
JUAL LELANG
LELANG

EKSPOR KOMODITAS BATU BARA,

1.5 % X NILAI EKSPOR SESUAI PEB
MINERAL LOGAM DAN MINERAL
BUKAN LOGAM

- SEMEN : 0,25% X DPP PPN

HASIL PENJUALAN PRODUKSI
DIDALAM NEGERI KEPADA
DISTRIBUTOR.
KHUSUS ATPM,APM DAN IMPORTIR
ATAS PENJUALAN DIDALAM
NEGERI (TDK TERMSK ALAT BERAT)
- KERTAS : 0,1% X DPP PPN
- BAJA : 0,3% X DPP PPN
- OTOMOTIF : 0,45% X DPP PPN
- FARMASI : 0, 3 % x DPP PPN
- ATPM, APM DAN IMPORTIR KENDR. BERMOTOR :
0,45 % x DPP PPN
13
 TARIF DAN
DASAR PEMUNGUTAN

OBJEK TARIF

PEMBAYARAN ATAS
PEMBELIAN BARANG
1.5 % X HARGA PEMBELIAN
(BENDAHARAWAN, BUMN DAN
ANAK PERS.BUMN

PEMBELIAN BATU BARA,

MINERAL LOGAM DAN MINERAL 1.5 % X HARGA PEMBELIAN
BUKAN LOGAM

PENJUALAN EMAS BATANGAN

0.45% x HARGA JUAL EMAS

14
 TARIF DAN
DASAR PEMUNGUTAN
OBJEK TARIF

PEMBELIAN BAHAN BAKU

INDUSTRI & EKSPORTIR SEKTOR
PERKEBUNAN,KEHUTANAN 0,25 % X HARGA PEMBELIAN
PERTANIAN,PETERNAKAN
DAN PERIKANAN

5%
5% DARI
DARI HARGA
HARGA JUAL
JUAL ::
1.
1. PESAWAT
PESAWAT UDARA PRIBADI
UDARA PRIBADI DAN
DAN HELIKOPTER
HELIKOPTER PRIBADI
PRIBADI
2.
2. KAPAL
KAPAL PESIAR, YACHT & SEJENISNYA ;;
PESIAR, YACHT & SEJENISNYA
3.
3. RUMAH
RUMAH BESERTA
BESERTA TANAHNYA
TANAHNYA DGNDGN HARGA
HARGA JUAL/HARGA
JUAL/HARGA
PENGALIHANNYA
PENGALIHANNYA LEBIH DARI Rp 5 MILIAR DAN
LEBIH DARI Rp 5 MILIAR DAN LUAS
LUAS
BANGUNAN
BANGUNAN LEBIH
LEBIH DARI
DARI 400
400 M2
PENJUALAN 4. APARTEMEN/KONDOMINIUM
M2
4. APARTEMEN/KONDOMINIUM & & SEJENISNYA
SEJENISNYA DGN
DGN HARGA
HARGA JUAL/
JUAL/
BARANG YG TERGOLONG PENGALIHANNYA
PENGALIHANNYA LEBIH DARI Rp 5 MILIAR DAN/ATAU LUAS
LEBIH DARI Rp 5 MILIAR DAN/ATAU LUAS
SANGAT MEWAH BANGUNAN
BANGUNAN LEBIH
LEBIH 150150 M2;
M2;
5.
5. KENDARAAN
KENDARAAN BERMOTOR RODA
BERMOTOR RODA 4 4 PENGANGKUTAN
PENGANGKUTAN ORG ORG
KURANG
KURANG DARI 10 ORG BERUPA SEDAN, JEEP,
DARI 10 ORG BERUPA SEDAN, JEEP, SPORT
SPORT
UTILITY
UTILITY (SUV),
(SUV), MULTI
MULTI PURPOSE
PURPOSE VEHICLE
VEHICLE (MPV),
(MPV), MINIBUS
MINIBUS
&
& SEJENIS DGN HARGA LEBIH DARI Rp 2 MILIAR DGN
SEJENIS DGN HARGA LEBIH DARI Rp 2 MILIAR DGN
KAPASITAS
KAPASITAS SILINDER
SILINDER LEBIH
LEBIH DARI
DARI 3.OOO
3.OOO CC
CC
6.
6. KENDAARAAN
KENDAARAAN RODARODA DUADUA DAN
DAN TIGA
TIGA DENGAN
DENGAN HARGA
HARGA JUAL
JUAL
LEBIH
LEBIH DARI 300 JUTA ATAU DENGAN KAPASITAS SILINDER
DARI 300 JUTA ATAU DENGAN KAPASITAS SILINDER
*Nilai impor = Cost Insurance and Freight (CIF) + LEBIH
LEBIH DARI
DARI 250
250 CC
CC
Bea
Bea Masuk
Masuk ++ Pungutan
Pungutan Lainnya
Lainnya 15
(menurut UU pabean)
 TARIF DAN
DASAR PEMUNGUTAN
PRODUSEN DAN BADAN USAHA LAIN (IMPORTIR)
YANG BERGERAK DI BIDANG
BBM , GAS DAN PELUMAS
BELI SELAIN DR
BELI DARI PERTAMINA/ PERTAMINA/
BBM
ANAK PERUSAHAANNYA ANAK PERUSAHAANNYA

0,25% X PENJUALAN 0,3% X PENJUALAN

SPBU

SELAIN SPBU 0,3% X PENJUALAN 0,3% X PENJUALAN

GAS LPG 0,3% X PENJUALAN

PELUMAS 0,3% X PENJUALAN

 SIFAT PEMUNGUTAN

PENYALUR/AGEN FINAL
PENJUALAN
BBM DAN GAS
PEMBELI LAINNYA TDK FINAL

PELUMAS DAN OBJEK

PEMUNGUTAN PPH TIDAK
PASAL 22 LAINNYA FINAL
 SAAT PEMUNGUTAN/
PELUNASAN PPh PASAL 22

EKSPOR BATUBARA, MINERAL LOGAM SAAT PENYELESAIAN DOKUMEN

DAN BUKAN LOGAM PEB

PEMBELIAN BARANG
OLEH BENDAHARAWAN BELANJA SAAT PEMBAYARAN
DAERAH, BUMN, ANAK PERS. BUMN

PENJUALAN HASIL PRODUKSI

PERTAMINA DAN BADAN USAHA LAIN SAAT PENERBITAN SURAT
(IMPORTIR) DI BIDANG BBM JENIS PREMIX PERINTAH PENGELUARAN
DAN GAS KEPADA PENYALUR/AGEN BARANG (DELIVERY ORDER)

PENJUALAN HASIL INDUSTRI SEMEN,

KERTAS, BAJA, OTOMOTIF DAN EMAS SAAT PENJUALAN
BATANGAN
 SAAT PEMUNGUTAN/
PELUNASAN PPh PASAL 22

PEMBELIAN BAHAN BAKU

INDUSTRI & EKSPORTIR SEKTOR
PERKEBUNAN,KEHUTANAN SAAT PEMBELIAN
PERTANIAN,PETERNAKAN
DAN PERIKANAN

PEMBELIAN BATU BARA,

MINERAL LOGAM DAN MINERAL SAAT PEMBELIAN
BUKAN LOGAM

PENJUALAN BARANG YG TERGOLONG

SANGAT MEWAH SAAT PENJUALAN
 TATA CARA PEMUNGUTAN/
PELUNASAN

PPh PASAL 22 ATAS IMPOR

TANPA LKP
(Laporan Kebenaran DENGAN LKP
Pemeriksaan)

DIPUNGUT OLEH DILUNASI SENDIRI

BEA DAN CUKAI KE BANK DEVISA

SSP
BUKTI PEMUNGUTAN
BUKTI PEMUNGUTAN (SEBAGAI
SSPBUKTI
BUKTI
PPh PEMUNGUTAN
PASAL 22 SSP
SSP
PEMUNGUTAN)
PPh PASAL 22 1
1 SSP
PPh PASAL 22 2
2
3
3

1. IMPORTIR/ 1. IMPORTIR
WAJIB PAJAK 2. KPP MELALUI KPPN
2. KPP 3. KPP MELALUI
BANK DEVISA
3. PEMUNGUT 4. BANK DEVISA
5. DITJEN BEA
DAN CUKAI
 TATA CARA PEMUNGUTAN
PPh PASAL 22 ATAS PEMBELIAN BARANG
DARI BELANJA NEGARA/DAERAH

DIPUNGUT PADA SETIAP

PELAKSANAAN PEMBAYARAN

DISETOR DENGAN SSP PADA HARI

YG SAMA KE BANK PERSEPSI/
KANTOR POS

SSP DIISI OLEH DAN ATAS NAMA

REKANAN DAN
SSP DIISI DITANDATANGANI
OLEH DAN ATAS NAMA
SSP
REKANAN DIISI OLEH
DAN OLEH DAN ATAS NAMA
DITANDATANGANI
OLEH BENDAHARAWAN
SSP DIISI DAN ATAS NAMA
REKANAN DAN DITANDATANGANI
OLEHSSP
REKANAN DIISI OLEH
BENDAHARAWAN
BUKTI PEMUNGUTAN)
DAN DAN ATAS NAMA
DITANDATANGANI
(SEBAGAI OLEH BENDAHARAWAN
REKANAN
(SEBAGAI
(SEBAGAI BUKTI DAN DITANDATANGANI
PEMUNGUTAN)
BUKTIBENDAHARAWAN
OLEH PEMUNGUTAN)
(SEBAGAI
(SEBAGAI BUKTI PEMUNGUTAN)
BUKTIBENDAHARAWAN
PEMUNGUTAN)
OLEH
(SEBAGAI
(SEBAGAI BUKTI
BUKTI PEMUNGUTAN)
PEMUNGUTAN)
(SEBAGAI
(SEBAGAI BUKTI
BUKTI PEMUNGUTAN)
PEMUNGUTAN)

1. WAJIB PAJAK
2. KPP MELALUI KPKN
3. LAMPIRAN SPT MASA
BENDAHARAWAN
4. BANK PERSEPSI/
KANTOR POS
5. PEMUNGUT
 TATA CARA PEMUNGUTAN

PPh PASAL 22 ATAS PENJUALAN

HASIL INDUSTRI SEMEN,KERTAS, BAJA,OTOMOTIF,FARMASI
,ATPM,APM DAN IMPORTIR KENDARAAN BERMOTOR

DIPUNGUT PADA SAAT

PENJUALAN

BUKTI PEMUNGUTAN
BUKTI PEMUNGUTAN
PPh PASAL 22
BUKTI PEMUNGUTAN
PPh PASAL 22 1
1
PPh PASAL 22 2
2
3
3

1. PEMBELI/
WAJIB PAJAK
2. KPP (LAMPIRAN
LAPORAN BULANAN)
3. PEMUNGUT
 TATA CARA PEMUNGUTAN/
PELUNASAN
PPh PASAL 22 ATAS
PENJUALAN HASIL
PRODUKSI PERTAMINA
DAN BADAN USAHA LAIN (IMPORTIR)
YANG BERGERAK DI BIDANG
BBM JENIS PREMIX,
SUPER TT DAN GAS

DILUNASI SENDIRI OLEH

WAJIB PAJAK (PEMBELI) SEBELUM
DELIVERY ORDER (DO) DITEBUS

BANK PERSEPSI/
KANTOR POS

PENYALUR/ AGEN PEMBELI LAINNYA

FINAL

SSP (SEBAGAI BUKTI SSP(SEBAGAI BUKTI

SSP
PEMUNGUTAN)
SSP
SSP
SSP SSP
SSP
PEMUNGUTAN)
SSP
SSP
 TATA CARA PEMUNGUTAN

PPh PASAL 22 ATAS PENJUALAN

BARANG YG TERGOLONG SANGAT MEWAH

DIPUNGUT PADA SAAT

PENJUALAN

BUKTI PEMUNGUTAN
BUKTI PEMUNGUTAN
PPh PASAL 22
BUKTI PEMUNGUTAN
PPh PASAL 22 1
1
PPh PASAL 22 2
2
3
3

1. PEMBELI/
WAJIB PAJAK
2. KPP (LAMPIRAN
LAPORAN BULANAN)
3. PEMUNGUT
 TATA CARA PENYETORAN
DAN PELAPORAN

PPh PASAL 22 ATAS

IMPOR TANPA LKP

DJBC MENYETOR DENGAN SSP

1 HARI SETELAH PEMUNGUTAN
(SECARA KOLEKTIF)

KE BANK PERSEPSI/
KANTOR POS

MELAPOR SECARA MINGGUAN

SELAMBAT-LAMBATNYA 7 HARI
SETELAH BATAS WAKTU PENYETORAN
DENGAN SPT MASA PPh PASAL 22

KE KPP TEMPAT
BENDAHARA DJBC
TERDAFTAR
 TATA CARA PENYETORAN
DAN PELAPORAN

PPh PASAL 22 ATAS PEMBELIAN BARANG

DARI BELANJA NEGARA/DAERAH

DISETOR PADA HARI YG SAMA

KE BANK PERSEPSI/
KANTOR POS

SSP DIISI OLEH DAN ATAS NAMA

REKANAN DAN
SSP DIISI DITANDATANGANI
OLEH DAN ATAS NAMA
SSP
REKANANDIISI OLEH
DAN DAN ATAS NAMA
DITANDATANGANI
OLEH
REKANAN
BENDAHARA
SSP DIISI OLEH DAN ATAS NAMA
DAN DITANDATANGANI
OLEH BENDAHARAWAN
OLEH BENDAHARAWAN
SSPBUKTI
DIISI OLEH DAN ATAS NAMA
(SEBAGAI
REKANAN
OLEH PEMUNGUTAN)
DAN DITANDATANGANI
BENDAHARAWAN
(SEBAGAI BUKTI
REKANAN PEMUNGUTAN)
DAN DITANDATANGANI
OLEH BENDAHARAWAN
(SEBAGAI BUKTI
OLEH PEMUNGUTAN)
BENDAHARAWAN
(SEBAGAI BUKTI PEMUNGUTAN)
(SEBAGAI BUKTI PEMUNGUTAN)

MELAPOR PALING LAMA 14 HARI

SETELAH MASA PAJAK
BERAKHIR DENGAN SPT MASA PPh PASAL 22

KE KPP TEMPAT
BENDAHARA/BUMN/BUMD
Dit.P2Humas TERDAFTAR
 TATA CARA PENYETORAN
DAN PELAPORAN
PPh PASAL 22 ATAS PENJUALAN
PPh PASAL
HASIL 22 ATASSEMEN,
INDUSTRI PENJUALAN
KERTAS, HASIL
BAJA, INDUSTRI SEMEN,
FARMASI DAN OTOMOTIF
KERTAS, BAJA, FARMASI DAN OTOMOTIF

MENYETOR DENGAN SSP

MENYETOR
PALING LAMA TGL. 10 DENGAN SSP
BULAN BERIKUTNYA
PALING LAMA
SETELAH TGL.PAJAK
MASA 10 BULAN BERIKUTNYA
BERAKHIR
SETELAH MASAKOLEKTIF)
(SECARA PAJAK BERAKHIR
(SECARA KOLEKTIF)

KE BANK PERSEPSI/
KE BANK PERSEPSI/
KANTOR POS
KANTOR POS
MELAPOR DENGAN MENGGUNAKAN
MELAPOR DENGAN
SPT MASA MENGGUNAKAN
PPh PASAL 22
SPALING LAMA 20 HARI 22
SPT MASA PPh PASAL
SPALING
SETELAH MASA LAMA
PAJAK20 HARI
BERAKHIR
SETELAH MASA PAJAK BERAKHIR

KE KPP TEMPAT PEMUNGUT

KE KPPTERDAFTAR
TEMPAT PEMUNGUT
TERDAFTAR
 TATA CARA PELAPORAN

PPh PASAL 22 ATAS

PPh PASAL
PENJUALAN HASIL 22 ATAS
PRODUKSI PERTAMINA
PENJUALAN HASIL PRODUKSI PERTAMINA
DAN BADAN USAHA SELAIN PERTAMINA
DAN BADAN
(IMPORTIR) YANGUSAHA SELAIN
BERGERAK PERTAMINA
DI BIDANG BBM
(IMPORTIR)
JENIS PREMIX SUPER TT DAN GAS BBM
YANG BERGERAK DI BIDANG
JENIS PREMIX SUPER TT DAN GAS

MELAPORKAN PPh PASAL 22

MELAPORKAN
PALING PPh SETELAH
LAMA 20 HARI PASAL 22
PALING
MASA LAMA
PAJAK20BERAKHIR
HARI SETELAH
MASA PAJAK BERAKHIR

DENGAN
SPT MASADENGAN
PPh PASAL 22
SPT MASA PPh PASAL 22

KE KPP TEMPAT PEMUNGUT

KE KPPTERDAFTAR
TEMPAT PEMUNGUT
TERDAFTAR
 TATA CARA PENYETORAN
DAN PELAPORAN

PPh PASAL 22 ATAS PENJUALAN

PPh
BARANG YGPASAL 22 ATAS SANGAT
TERGOLONG PENJUALAN
MEWAH
BARANG YG TERGOLONG SANGAT MEWAH

MENYETOR DENGAN SSP

MENYETOR
PALING LAMA TGL. 10 DENGAN SSP
BULAN BERIKUTNYA
PALING LAMA
SETELAH TGL.PAJAK
MASA 10 BULAN BERIKUTNYA
BERAKHIR
SETELAH MASA PAJAK BERAKHIR

KE BANK PERSEPSI/
KE BANK PERSEPSI/
KANTOR POS
KANTOR POS
MELAPOR DENGAN MENGGUNAKAN
MELAPOR DENGAN
SPT MASA MENGGUNAKAN
PPh PASAL 22
PALING LAMA 20 HARI 22
SPT MASA PPh PASAL
SETELAHPALING
MASALAMA
PAJAK20BERAKHIR
HARI
SETELAH MASA PAJAK BERAKHIR

KE KPP TEMPAT PEMUNGUT

KE KPPTERDAFTAR
TEMPAT PEMUNGUT
TERDAFTAR
 Contoh

1. PT. Manunggal tanggal 3 Desember 2016 melakukan impor mesin

pengolah Kelapa Sawit dari Jerman dengan harga nilai Pembelian USD
120.000,Ongkos angkut USD 20.000,Asuransi USD 5.000. Bea Masuk
10 % dari nilai CIF, PPN 10 %. Kurs KMK tanggal 3 Desember 2016 1
USD = Rp. 11.500,-, Kurs Tengah BI tanggal 3 Desember 2016 1 USD =
Rp. 11.475,-. Hitung PPh Pasal 22 apabila memiliki Angka Pengenal
Impor (API).

Nilai CIF : Rp. 11.500,- X ( USD 120.000 + 20.000 + 5000)

= Rp. 1.667.500.000,-
Bea Masuk = Rp. 166.750.000,-
Nilai Impor Rp. 1.834.250.000
PPh 22 impor = 2,5 % X Rp. 1.834.250.000,- = Rp. 45.856.250,-
 Contoh
2. Dinas Perdagangan Kota Bandung melakukan pembayaran sehubungan
pembelian barang kepada PT. A sebesar Rp. 1.800.000,- dan PT. B sebesar Rp.
3.000.000,-. Nilai pembayaran belum termasuk PPN. PPh Pasal 22 yang
dipungut oleh Dinas Perdagangan :
PPh 22 dipungut dari PT. A = Rp. 0
(nilai pembayaran + PPN tidak lebih dari Rp. 2 juta)
PPh 22 dipungut dari PT. B =
=1,5 % X Rp. 3.000.000 = Rp. 45.000,-

3. PT. Kalbe Farma adalah perusahaan industri farmasi berlokasi di Jakarta. Bulan
Maret 2014 melakukan penjualan kepada PT. A (distributor) sebesar Rp. 550 juta
(include PPN) dan kepada PT. B (bukan distributor) sebesar Rp. 440 juta (include
PPN)
PPh Pasal 22 yang dipungut oleh PT. Kalbe Farma :
PPh 22 dipungut dari PT. A =
0,3 % X (Rp. 550 juta x100/110) = Rp. 1.500.000,-
PPh 22 dipungut dari PT. B = Rp. 0 (bukan distributor)
 Contoh
4. PT. Pertamina pada bulan Mei 2014 melakukan penjualan kepada SPBU
“ ABC “ premium sebesar Rp. 3 Milyar dan minyak pelumas sebesar Rp.
500 Juta. Selain itu menjual solar kepada PT. Daya Abadi sebuah industri
textile di Bandung sebesar Rp. 2 Milyar.

PPh 22 dipungut dari SPBU ABC :

0,25 % X Rp. 3 milyar = Rp. 7,5 juta
0,3 % X Rp. 500 juta = Rp. 1,5 juta
Total Rp. 9 juta

PPh dipungut dari PT. Daya Abadi :

0,3 % X Rp. 2 milyar = Rp. 2 juta
 KARAKTERISTIK PPh PASAL 4 (2)

• Penghasilan yang dikenakan PPh Final tidak perlu digabungkan

• Penghasilan yang dikenakan PPh Final tidak perlu digabungkan
dengan penghasilan lain (yang non final) dalam penghitungan
dengan penghasilan lain (yang non final) dalam penghitungan
Pajak Penghasilan pada SPT Tahunan OP/Badan;
Pajak Penghasilan pada SPT Tahunan OP/Badan;
• Jumlah PPh Final yang telah dibayar sendiri atau dipotong pihak
• Jumlah PPh Final yang telah dibayar sendiri atau dipotong pihak
lain sehubungan dengan penghasilan tersebut tidak dapat
lain sehubungan dengan penghasilan tersebut tidak dapat
dikreditkan dalam menghitung PPh yang masih harus dibayar;
dikreditkan dalam menghitung PPh yang masih harus dibayar;
• Biaya-biaya yang digunakan untuk menghasilkan, menagih, dan
• Biaya-biaya yang digunakan untuk menghasilkan, menagih, dan
memelihara penghasilan yang pengenaan PPh-nya bersifat final
memelihara penghasilan yang pengenaan PPh-nya bersifat final
tidak dapat dikurangkan dalam menghitung PPh pada SPT Tahunan
tidak dapat dikurangkan dalam menghitung PPh pada SPT Tahunan
OP/Badan.
OP/Badan.
 OBJEK PEMOTONGAN PPh PASAL 4 AYAT (2)
(BERSIFAT FINAL)

Penghasilan dari Penghasilan Penghasilan dari Penghasilan dari

Persewaan Tanah & dari Jasa Pengalihan Hak dan
atau Bangunan perjanjian Pengikatan
Hadiah Undian Konstruksi
(PP No. 29 Thn 1996 jual beli atas tanah dan
(PP No. 132 (PP No. 51 Thn atau bangunan dan
Jo. PP No.5 Tahun
2002) Thn 2000) 2008 jo PP No. perubahnnya
40/2009) (PMK 261/PMK.03/2016 )

YANG DITERIMA OLEH PENERIMA PENGHASILAN

DIPOTONG DGN DIPOTONG DIPOTONG DGN TARIF 1. DIPOTONG DGN TARIF

TARIF DGN TARIF PELAKSANAAN : 2,5% DARI JUMLAH BRUTO*
- 2% DARI JUMLAH BRUTO* UTK YG KECUALI < Rp 60 jt
10% DARI 25% DARI
MEMILIKI KUALIFIKASI USAHA KECIL
JUMLAH BRUTO* JUMLAH BRUTO* - 4% DARI JUMLAH BRUTO* UTK TIDAK 2. DIPOTONG DGN TARIF
MEMILIKI KUALIFIKASI USAHA 1% JUMLAH BRUTO*
- 3% DARI JUMLAH BRUTO YG MEMILIKI KHUSUS UNTUK RUMAH
KUALIFIKASI MENENGAH DAN BESAR SEDERHANA &
RUMAH SUSUN SEDERHAN
PERENCANAAN & PENGAWASAN :
- 4% DARI JUMLAH BRUTO* UTK YG
MEMILIKI KLASIFIKASI USAHA
*jumlah bruto tidak
- 6% DARI JUMLAH BRUTO* UTK
termasuk PPN YG TDK MEMILIKI KUALIFIKASI USAHA
 OBJEK PEMOTONGAN PPh PASAL 4 AYAT (2)
OBJEK PEMOTONGAN PPh PASAL 4 AYAT (2)

Penghasilan Penghasilan Penghasilan

dari Bunga Bunga Simpanan dari Bunga Penghasilan dari
Penghasilan dari Penjualan saham
Deviden yang Obligasi Koperasi yg deposito &
dibayar kpd (PP No. 41 Thn
diterima WP Orang (PP No. 100 Tabungan serta
1994 jo.
Pribadi anggotanya Diskonto SBI
Thn 2013) (PP No. 15 Thn
PP No. 14 Thn
(PP No. 11 Thn 1997)
2009) 2000)

YANG DITERIMA OLEH PENERIMA PENGHASILAN

DIPOTONG DIPOTONG DIPOTONG 20% DIPOTONG DGN

DIPUNGUT DGN DARIJUMLAH
5% s.d 20% 10% DARI JUMLAH TARIF 0,1% DARI
TARIF BRUTO, KEC.
BRUTO* UNTUK JUMLAH
10 % dari jumlah bruto (lihat PP JUMLAH DEPO/TAB
BUNGA > Rp 240.000/ BRUTO* NILAI
No.100/2013) DAN SBI TIDAK TRANSAKSI
BULAN MELEBIHI Rp 7,5
(lihat PP No.15/2009) JUTA & BUNGA YG
DITERIMA DANA
PENSIUN,
PERBANKAN DAN
*jumlah bruto tidak DLM RANGKA RS
termasuk PPN DAN RSS TERTENTU
 OBJEK PEMOTONGAN PPh PASAL 4 AYAT (2)
OBJEK PEMOTONGAN PPh PASAL 4 AYAT (2)
(BERSIFAT FINAL)
(BERSIFAT FINAL)

Revaluasi Build Operate And

Aktiva Tetap Transfer

Selisih Lebih Penghasilan dari BOT

Revaluasi

DIPOTONG
DGN TARIF
10% DARI DIPOTONG 5 % DARI NILAI
SEELISIH TRANSFER

*jumlah bruto tidak

termasuk PPN
 PENGHASILAN DARI PERSEWAAN
TANAH DAN/ATAU BANGUNAN
( PP No. 29 TAHUN 1996 jo. PP No.5 Tahun 2002 )

DASAR HUKUM

PERATURAN KEPUTUSAN KEPUTUSAN

PEMERINTAH MENTERI KEUANGAN DIRJEN PAJAK

No. : 394/
PP No. 29 KMK.04/1994 KEP-50/PJ/1996
TAHUN 1996 jo. jo.
PP No.5 Tahun 2002 No. : 120/ KEP-227/PJ/2002
KMK.03/2002
 OBJEK PPh

PENGHASILAN YG
PENGHASILAN YG
DITERIMA/DIPEROLEH
DITERIMA/DIPEROLEH

ORANG PRIBADI BADAN

ORANG PRIBADI BADAN

DARI PERSEWAAN
TANAH DARI PERSEWAAN
DAN/ATAU BANGUNAN
TANAH DAN/ATAU BANGUNAN
BERUPA
BERUPA
* TANAH * KONDOMINIUM
* TANAH
* RUMAH * *GEDUNG
KONDOMINIUM
PERKANTORAN/
* RUMAHSUSUN
* RUMAH *PERTEMUAN/PERTOKOAN
GEDUNG PERKANTORAN/
* RUMAHTOKO
* RUMAH SUSUN PERTEMUAN/PERTOKOAN
TERMASUK BAGIANNYA
* RUMAH TOKO
* APARTEMEN TERMASUK BAGIANNYA
* RUMAH KANTOR
* APARTEMEN
* TOKO * *GUDANG
RUMAH DAN
KANTOR
BANGUNAN INDUSTRI
* TOKO * GUDANG DAN BANGUNAN INDUSTRI
 BESARNYA TARIF PERSEWAAN
TANAH DAN/ATAU BANGUNAN

YANG MENYEWAKAN

BADAN DENGAN
ORANG
BADAN KEPEMILIKAN
PRIBADI
ORANG PRIBADI

10% 10% 10%

DARI JUMLAH BRUTO NILAI PERSEWAAN

SEMUA JUMLAH YG DIBAYARKAN/TERUTANG OLEH PENYEWA DGN NAMA DAN

DALAM BENTUK APAPUN YG BERKAITAN DGN TANAH DAN/ATAU BANGUNAN YG
DISEWA TERMASUK :
BIAYA PERAWATAN; BIAYA PEMELIHARAAN; BIAYA KEAMANAN; BIAYA FASILITAS
LAINNYA DAN SERVICE CHARGE BAIK YG PERJANJIANNYA DIBUAT SECARA
TERPISAH/DISATUKAN
 TIDAK TERMASUK OBJEK
PERSEWAAN TANAH DAN ATAU BANGUNAN

YG MERUPAKAN
YG MERUPAKAN

OBJEK PAJAK HOTEL DAN RESTORAN

OBJEK PAJAK
(PAJAKHOTEL DAN RESTORAN
DAERAH)
(PAJAK DAERAH)

YAITU PELAYANAN YG DISEDIAKAN DGN PEMBAYARAN DI HOTEL ATAU

YAITU PELAYANAN YG DISEDIAKAN
RESTORAN, DGN PEMBAYARAN
TERMASUK : DI HOTEL ATAU
RESTORAN, TERMASUK :

1. FASILITAS PENGINAPAN ATAU FASILITAS TINGGAL JANGKA PENDEK;

1. FASILITAS PENGINAPAN ATAU FASILITAS TINGGAL JANGKA PENDEK;
2. PELAYANAN PENUNJANG SBG KELENGKAPAN FASILITAS PENGINAPAN ATAU
2. TINGGAL
PELAYANAN PENUNJANG
JANGKA SBGSIFATNYA
PENDEK YG KELENGKAPAN FASILITAS
MEMBERIKAN PENGINAPAN
KEMUDAHAN DANATAU
TINGGAL JANGKA PENDEK YG SIFATNYA MEMBERIKAN KEMUDAHAN DAN
KENYAMANAN
KENYAMANAN
3. JASA PERSEWAAN RUANG UNTUK KEGIATAN ACARA ATAU PERTEMUAN
3. HOTEL
JASA PERSEWAAN RUANG UNTUK KEGIATAN ACARA ATAU PERTEMUAN
HOTEL
 PELUNASAN PPh
PELUNASAN PPh
PENYEWA

ORANG ORANG PRIBADI YANG DITETAPKAN OLEH DIRJEN

PRIBADI PAJAK (KEP-50/PJ/1996) YAITU AKUNTAN, ARSITEK,
DOKTER, NOTARIS, PENGACARA, KONSULTAN, PPAT
KECUALI CAMAT DAN PENGUSAHA ORANG PRIBADI
YANG MENJALANKAN PEMBUKUAN

BUKAN * BADAN PEMERINTAH

WAJIB * SUBJEK PAJAK BADAN
PAJAK DALAM NEGERI
* PENYELENGGARA KEGIATAN
* BENTUK USAHA TETAP
* KERJA SAMA OPERASI
* PERWAKILAN PERUSAHAAN
LUAR NEGERI LAINNYA

PEMBAYARAN
SENDIRI PEMOTONGAN

OLEH PIHAK YG OLEH

MENYEWAKAN PENYEWA
 KEWAJIBAN PENYEWA
SEBAGAI PEMOTONG PAJAK

PENYEWA SEBAGAI PEMOTONG PAJAK WAJIB :

MEMOTONG PPh PADA SAAT PEMBAYARAN ATAU TERUTANGNYA

SEWA, DAN MEMBERIKAN BUKTI PEMOTONGAN PPh FINAL

MENYETORKAN PPh YG TELAH DIPOTONG DGN MENGGUNAKAN SSP

PADA BANK PERSEPSI/KANTOR POS , SELAMBAT-LAMBATNYA
TGL 10 BULAN BERIKUTNYA SETELAH BULAN
MEMBAYARAN/TERUTANGNYA SEWA

MELAPORKAN PEMOTONGAN/PENYETORAN KPD KEPALA KPP

SETEMPAT, SELAMBAT-LAMBATNYA TGL 20 BULAN BERIKUTNYA
SETELAH BULAN PEMBAYARAN/ TERUTANGNYA SEWA
DENGAN
LAPORAN PEMOTONGAN/PENYETORAN PPh ATAS PERSEWAAN
LAPORAN
TANAH PEMOTONGAN/PENYETORAN
DAN/ATAU PPh ATAS
BANGUNAN DENGAN DILAMPIRI : PERSEWAAN
TANAH DAN/ATAU
- LEMBAR KE-3 SSP;BANGUNAN DENGAN DILAMPIRI :
- LEMBAR
- LEMBAR KE-3
KE-2 SSP; PEMOTONGAN
BUKTI
- LEMBAR KE-2 BUKTI PEMOTONGAN
 KEWAJIBAN YANG MENYEWAKAN APABILA
PENYEWA BUKAN PEMOTONG PAJAK

MEMBAYAR PPh PASAL 4 AYAT 2 DENGAN SSP ELEKTRONIK PADA

BANK PERSEPSI/KANTOR POS , SELAMBAT-LAMBATNYA
TGL 15 BULAN BERIKUTNYA SETELAH BULAN DITERIMA ATAU
DIPEROLEHNYA SEWA
 PENGHASILAN DARI PENGALIHAN HAK ATAS
TANAH DAN/ATAU BANGUNAN DAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI
ATAS TANAH DAN ATAU BANGUNAN BERSERTA PERUBAHANNYA
( PP No. 34 TAHUN 2016 )

DASAR HUKUM
DASAR HUKUM

PERATURAN KEPUTUSAN
PERATURAN KEPUTUSAN
MENTERI
PEMERINTAH MENTERI
KEUANGAN
PEMERINTAH KEUANGAN

PP NO 34 PMK 261/PMK.03/
PP NO
Thn 34
2016 PMK 2016
261/PMK.03/
Thn 2016 2016
 OBJEK PPh PP NO 34 TAHUN 2016

PENGHASILAN YG
PENGHASILAN
DITERIMA/DIPEROLEH YG ATAU BADAN
ORANG PRIDABI
DITERIMA/DIPEROLEHATAS
ORANG
: PRIDABI ATAU BADAN
ATAS :

PERJANJIAN
PERJANJIAN
PENGALIHAN HAK ATAS PENGIKATAN JUAL BELI
PENGALIHAN HAK ATAS PENGIKATAN JUAL BELI
TANAH DAN ATAU ATAS TANAH DAN ATAU
TANAH DAN ATAU ATAS TANAH DAN ATAU
BANGUNAN BANGUNAN DAN
BANGUNAN BANGUNAN DAN
PERUBAHANNYA
PERUBAHANNYA

PPH TERUTANG SEBESAR 2,5 % DARI NILAI BRUTO PENGALIHAN

PPH TERUTANG SEBESAR
HAK ATAS 2,5DAN
TANAH % DARI
ATAUNILAI BRUTO PENGALIHAN
BANGUNAN
HAK ATAS TANAH DAN ATAU BANGUNAN
*) Tarif 0 % dikenakan atas : pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan kepada
*) Tarif 0 % dikenakan
pemerintah, badan usahaatas
milik:negara yang
pengalihan hak atas tanah
mendapat dan/atausbgmana
penugasan bangunan kepada
dimaksud
pemerintah, badan usaha milik negara yang mendapat penugasan
dalam undang-undang yang mengatur mengenai pengadaan tanah bagi sbgmana dimaksud
dalam undang-undang yang mengatur mengenai pengadaan tanah bagi
 WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
YANG MENGALIHKAN HAK
ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN

JUMLAH BRUTO NILAI PENGALIHAN

Rp 60 jt KEATAS

DISETOR SENDIRI DENGAN SSP FINAL

KE BANK PERSEPSI ATAU KANTOR POS

SEBELUM AKTA PENGALIHAN

DITANDATANGANI OLEH PPAT

PPh 2,5%DARI JUMLAH BRUTO

NILAI PENGALIHAN
(BERSIFAT FINAL)
 WAJIB PAJAK YG USAHA POKOKNYA
MELAKUKAN MENGALIHKAN HAK
ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN BERUPA RS DAN RSS

DISETOR SENDIRI DENGAN SSP FINAL

KE BANK PERSEPSI ATAU KANTOR POS

SEBELUM AKTA PENGALIHAN

DITANDATANGANI OLEH PPAT

PPh 1%DARI JUMLAH BRUTO

NILAI PENGALIHAN
(BERSIFAT FINAL)
 WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
YANG MENGALIHKAN HAK
ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN

JUMLAH BRUTO NILAI PENGALIHAN

JUMLAH BRUTO
KURANG NILAI
DARI RpPENGALIHAN
60 jt
KURANG DARI Rp 60 jt

PENGHASILAN PENGHASILAN
PENGHASILAN
LAINNYA PENGHASILAN
LAINNYA
LAINNYA
MELEBIHI LAINNYA
TDK MELEBIHI
MELEBIHI
PTKP TDK MELEBIHI
PTKP
PTKP PTKP

DISETOR SENDIRI DENGAN TIDAK

DISETOR SENDIRI
SSP FINAL DENGAN
KE BANK TIDAK
SSP FINAL ATAU
PERSEPSI KE BANK TERUTANG
PERSEPSI ATAU
TERUTANG
PPh
KANTOR POS
KANTOR POS PPh

SELAMBAT-LAMBATNYA
SELAMBAT-LAMBATNYA
AKHIR TAHUN TAKWIM
AKHIR TAHUN TAKWIM
YANG BERSANGKUTAN
YANG BERSANGKUTAN

PPh 2,5% DARI JUMLAH BRUTO

NILAIPPh 2,5% DARI (BERSIFAT
PENGALIHAN JUMLAH BRUTO
FINAL)
NILAI PENGALIHAN (BERSIFAT FINAL)
 TATA CARA PENGISIAN SSP SEHUBUNGAN
DENGAN PENGALIHAN HAK ATAS TANAH
DAN/ATAU BANGUNAN MILIK ORANG PRIBADI

DALAM SSP HARUS

DICANTUMKAN :

- NAMA, ALAMAT, DAN NPWP PIHAK YANG

MENGALIHKAN.
- LOKASI TANAH DAN/ATAU BANGUNAN
YANG DIALIHKAN
- NAMA PEMBELI

BILA PIHAK YANG MENGALIHKAN TIDAK

MEMILIKI NPWP, MAKA NPWP DIISI DENGAN
0.000.000.0.XXX
(XXX ADALAH KODE KPP TEMPAT WP
YG MENGALIHKAN BERTEMPAT TINGGAL
 PAJAK PENGHASILAN ATAS
PENGHASILAN ATAS USAHA JASA KONSTRUKSI

DASAR HUKUM

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 51 TAHUN 2008

DAN PERUBAHANNYA YAITU PERATURAN PEMERINTAH
NOMOR 40 TAHUN 2009

BERLAKU PER 1 AGUSTUS 2008

 PENGERTIAN-PENGERTIAN
Jasa Konstruksi adalah layanan jasa konsultansi perencanaan pekerjaan
konstruksi, layanan jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi, dan layanan jasa
konsultansi pengawasan konstruksi.

Pekerjaan Konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan

perencanaan dan/atau pelaksanaan beserta pengawasan yang mencakup
pekerjaan arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal, dan tata lingkungan masing-
masing beserta kelengkapannya, untuk mewujudkan suatu bangunan atau
bentuk fisik lain.

Perencanaan Konstruksi adalah pemberian jasa oleh orang pribadi atau badan
yang dinyatakan ahli yg profesional di bidang perencanaan jasa konstruksi yg
mampu mewujudkan pekerjaan dalam bentuk dokumen perencanaan bangunan
fisik lain.

Pelaksanaan Konstruksi adalah pemberian jasa oleh orang pribadi atau badan
yang dinyatakan ahli yg profesional di bidang pelaksanaan jasa konstruksi yg
mampu menyelenggarakan kegiatannya utk mewujudkan suatu hasil
perencanaan menjadi bentuk bangunan atau bentuk fisik lain, termasuk di
dalamnya pekerjaan konstruksi terintegrasi yaitu penggabungan fungsi layanan
dlm model penggabungan perencanaan, pengadaan, dan pembangunan
(engineering, procurement and construction) serta model penggabungan
perencanaan dan pembangunan (design and build).
 PENGERTIAN-PENGERTIAN

Pengawasan Konstruksi adalah pemberian jasa oleh orang pribadi atau

badan yang dinyatakan ahli yg profesional di bidang pengawasan jasa
konstruksi, yg mampu melaksanakan pekerjaan pengawasan sejak awal
pelaksanaan pekerjaan konstruksi sampai selesai dan
diserahterimakan.

Pengguna Jasa adalah orang pribadi atau badan termasuk bentuk

usaha tetap yang memerlukan layanan jasa konstruksi.

Penyedia jasa adalah orang perseorangan atau badan termasuk bentuk

usaha tetap, yang kegiatan usahanya menyediakan layanan jasa
kontruksi baik sebagai perencana konstruksi, pelaksana konstruksi,
dan pengawas konstruksi maupun sub-subnya

Nilai Kontrak Jasa Konstruksi adalah nilai yang tercantum dalam suatu
kontrak jasa konstruksi secara keseluruhan
 SUBJEK PAJAK
USAHA JASA KONSTRUKSI

SUBJEK PAJAK

WP Orang Pribadi WP Badan BUT

YANG BERGERAK DI BIDANG

- JASA PERENCANAAN KONSTRUKSI

- JASA PELAKSANAAN KONSTRUKSI
- JASA PENGAWASAN KONSTRUKSI
 TARIF DAN DASAR PENGENAAN PPh
USAHA JASA KONSTRUKSI

IMBALAN JASA
KONSTRUKSI

FINAL

JASA JASA
PERENCANAAN
PELAKSANAAN & PENGAWASAN

YG
YG MEMILIKI
MEMILIKI YG
YG TIDAK
TIDAK MEMILIKI
MEMILIKI YG
YG MEMILIKI
MEMILIKI YG
YG MEMILIKI
MEMILIKI YG
YG TIDAK
TIDAK MEMILIKI
MEMILIKI
KUALIFIKASI
KUALIFIKASI KUALIFIKASI
KUALIFIKASI KUALIFIKASI
KUALIFIKASI USAHA
USAHA KUALIFIKASI
KUALIFIKASI KUALIFIKASI
KUALIFIKASI
USAHA USAHA
USAHA MENENGAH
MENENGAH ATAU
ATAU USAHA
USAHA USAHA
USAHA
USAHA KECIL
KECIL KUALIFIKASI
KUALIFIKASI BESAR
BESAR

2% 4%
4% 3% 4% 6%

DARI
DARI JUMLAH
JUMLAH PEMBAYARAN
PEMBAYARAN ATAU
ATAU JUMLAH
JUMLAH PENERIMAAN
PENERIMAAN YG
YG
MERUPAKAN
MERUPAKAN BAGIAN
BAGIAN NILAI
NILAI KONTRAK
KONTRAK TIDAK
TIDAK TERMASUK
TERMASUK PPN
PPN
 TATA CARA PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN
PELAPORAN PPh OLEH PEMBERI HASIL

PEMBERI HASIL YG DITUNJUK SBG PEMOTONG WAJIB :

MEMOTONG PPh PADA SAAT PEMBAYARAN UANG MUKA DAN TERMIJN, DAN
MEMBERIKAN BUKTI PEMOTONGAN PPh FINAL

MENYETORKAN PPh YG TELAH DIPOTONG DENGAN MENGGUNAKAN SSP PADA

BANK PERSEPSI / KANTOR POS , SELAMBAT-LAMBATNYA TANGGAL 10 BULAN
BERIKUTNYA SETELAH BULAN PEMBAYARAN IMBALAN

MELAPORKAN PEMOTONGAN/PENYETORAN KPD KPP SETEMPAT,

SELAMBAT-LAMBATNYA TGL 20 BULAN BERIKUTNYA SETELAH BULAN
PEMBAYARAN IMBALAN

DENGAN

LAPORAN PEMOTONGAN/PENYETORAN PPh ATAS PENGHASILAN

DARI USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN DILAMPIRI :
- LEMBAR KE-3 SSP;
- LEMBAR KE-2 BUKTI PEMOTONGAN
 TATA CARA PENYETORAN DAN
PELAPORAN PPh OLEH PEMBERI JASA

KEWAJIBAN PEMBERI JASA :

MENYETOR SENDIRI PPh TERUTANG KE BANK PERSEPSI/KANTOR

POS DENGAN SSP SELAMBAT-LAMBATNYA TANGGAL
15 BULAN BERIKUTNYA

MELAPORKAN PENYETORAN PPh KE KPP SELAMBAT-LAMBATNYA

TGL 20 BULAN BERIKUTNYA SETELAH BULAN DITERIMANYA
IMBALAN

LAPORAN BULANAN PPh BAGI

WP YANG BERGERAK DI BIDANG
USAHA JASA KONSTRUKSI
DILAMPIRI LEMBAR KE 3 SSP
 PENGERTIAN-PENGERTIAN

• Hadiah
termasuk hadiah dari undian, pekerjaan, dan
kegiatan seperti hadiah undian tabungan,
hadiah dari pertandingan olahraga dan lain
sebagainya.

• Penghargaan
adalah imbalan yang diberikan sehubungan
dengan kegiatan tertentu, misalnya imbalan
yang diterima sehubungan dengan
penemuan benda-benda purbakala.
 Perbedaan
No Jenis Hadiah Definisi
.
1. Hadiah undian hadiah dengan nama dan dalam bentuk
apapun yang diberikan melalui undian

2. Hadiah atau hadiah atau penghargaan yang diberikan

penghargaan melalui suatu perlombaan atau adu
perlombaan ketangkasan

3. Hadiah hadiah dengan nama dan dalam bentuk

sehubungan apapun yang diberikan sehubungan
dengan pekerjaan, dengan pekerjaan, jasa dan kegiatan
jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh penerima hadiah

4. Penghargaan imbalan yang diberikan sehubungan

dengan prestasi dalam kegiatan tertentu
 Tarif
No Jenis Hadiah Tarif Sifat
.
1. Hadiah Undian 25% Final

2. Hadiah atau OPDN Psl. 17 Tidak Final

penghargaan (PPh 21)
perlombaan, WPLN non BUT Tidak Final
penghargaan, dan 20% (PPh 26)
hadiah sehubungan
dengan pekerjaan,
jasa, dan kegiatan
WP BDN DN/BUT Tidak Final
15% (PPh 23)
 Tidak termasuk
Hadiah dan Penghargaan
• hadiah langsung dalam penjualan barang
atau jasa sepanjang diberikan kepada semua
pembeli atau konsumen akhir
Syarat :
• tanpa diundi dan
• hadiah tersebut diterima langsung oleh
konsumen akhir pada saat pembelian barang
atau jasa.
 PPH atas Deviden
PPh atas Penghasilan Dividen OP
a. Subjek Pajak : Orang Pribadi
b. Objek PPh : Dividen
c. Tarif PPh Terutang : 10% dari Jumlah
Bruto Dividen
 Pph atas Bunga Deposito, Tabungan
dan Diskonto SBI
1.
1.PPh atas Bunga Deposito, Tabungan, dan Diskonto Sertifikat Bank Indonesia (SBI).
a. Subjek Pajak: Nasabah.
b. Pemotong Pajak : Bank dan Bank Indonesia.
c. Objek PPh : Bunga deposito/tabungan, Jasa Giro, dan Diskonto SBI.
d. Pengecualian:
 Bunga deposito dan tabungan serta diskonto SBI sepanjang jumlah pokok deposito dan tabungan
serta SBI nya tidak melebihi Rp.7.500.000,00 dan bukan merupakan jumlah yang dipecah-pecah;
 Bunga dan diskonto yang diterima atau diperoleh bank dalam negeri atau cabang bank LN di
Indonesia
 Bunga deposito dan tabungan serta diskonto SBI yang diterima atau diperoleh Dana Pensiun yang
pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan sepanjang dananya diperoleh dari sumber
pendapatan sbb :
→ iuran pemberi kerja;
→ iuran peserta;
→ hasil investasi; dan
→ pengalihan dari Dana Pensiun lain.

 Bunga tabungan pada bank yang ditunjuk pemerintah dalam rangka pemilikan rumah sederhana
dan sangat sederhana, kaveling siap bangun untuk rumah sederhana dan sangat sederhana, atau
rumah susun sederhana sesuai dengan ketentuan yang berlaku, untuk dihuni sendiri.
 Pph atas Bunga Deposito, Tabungan
dan Diskonto SBI
e. Tarif PPh :
Bunga Deposito dalam US Dollar yang dananya berasal dari Devisa Ekspor :
10 % dari bruto untuk Deposito dengan jangka waktu 1 bulan
7,5 % dari bruto untuk Deposito dengan jangka waktu 3 bulan
2,5 % dari bruto untuk Deposito dengan jangka waktu 6 bulan
0 % dari bruto untuk Deposito dengan jangka waktu lebih dari 6 bulan

Bunga Deposito dalam Rupiah yang dananya berasal dari Devisa Ekspor :
7,5 % dari bruto untuk Deposito dengan jangka waktu 1 bulan
5 % dari bruto untuk Deposito dengan jangka waktu 3 bulan
0 % dari bruto untuk Deposito dengan jangka waktu 6 bulan atau lebih

Selain disebutkan diatas maka berlaku tarif :

20% dari Penghasilan Bruto (untuk WP dalam negeri dan BUT)
20% dari Penghasilan Bruto atau tarif berdasarkan Tax Treaty (untuk WP luar
negeri).
 Penjualan Saham
6. PPh atas Penghasilan dari Transaksi Penjualan Saham di Bursa
a. Subjek Pajak : Penjual saham (Orang Pribadi atau Badan)
sebagai pihak penerima penghasilan.
b. Pemotong Pajak : Penyelenggara bursa efek.
c. Objek PPh : Penghasilan yang diterima atau diperoleh orang
pribadi atau badan dari transaksi penjualan
saham di bursa efek
d. Tarif PPh :
- 0,1% dari dari jumlah bruto nilai transaksi penjualan (untuk semua
transaksi penjualan saham non saham pendiri).
- 0,1% dari jumlah bruto nilai transaksi penjualan ditambah 0,5% dari
nilai saham perusahaan pada saat penawaran umum perdana
(untuk transaksi penjualan saham pendiri, kecuali saham pendiri
perusahaan pasangan usaha yang dimiliki oleh perusahaan modal
ventura).
 Revaluasi Aktiva Tetap
11. Penghasilan atas Revaluasi Aktiva Tetap
Menilai kembali aktiva Tetap berdasarkan nilai pasar atau nilai wajar
pada saat dilakukan Revaluasi. Harus dilakukan oleh Ahli Penilai atau
Jasa Penilai yang memperoleh izin dari pemerintah
a. Subjek Pajak : Wajib Pajak Dalam Negeri
b. Objek PPh : Selisih lebih penilaian kembali aktiva tetap
perusahaan di atas nilai sisa buku fiskal.

c. Tarif PPh terutang :

10 % dari DPP yaitu selisih lebih penilaian kembali aktiva tetap
perusahaan di atas nilai sisa buku fiskal Bersifat FINAL
 PERATURAN PELAKSANAAN PASAL 4 AYAT (2) HURUF a

POINTER PP 15 TAHUN 2009

1. PENGHASILAN BERUPA BUNGA SIMPANAN YG DIBAYARKAN OLEH KOPERASI YG DI

1. DIRIKAN
PENGHASILAN BERUPA
DI INDONESIA BUNGAANGGOTA
KEPADA SIMPANAN YG DIBAYARKAN
KOPERASI ORANG OLEH KOPERASI
PRIBADI DIKENAIYG
PPhDI
DIRIKAN
YG DI INDONESIA
BERSIFAT FINAL; KEPADA ANGGOTA KOPERASI ORANG PRIBADI DIKENAI PPh
YG BERSIFAT FINAL;
2. TARIF PPh ATAS BUNGA SIMPANAN YG DIBAYARKAN KOPERASI KEPADA ANGGOTA
2. KOPERASI
TARIF PPhORANG
ATAS BUNGA SIMPANAN
PRIBADI YG UNTUK
ADALAH 0% DIBAYARKAN KOPERASI
PENGHASILAN KEPADA
S.D ANGGOTA
Rp240 RIBU
KOPERASIATAU
PERBULAN ORANG
10%PRIBADI ADALAH
DARI JUMLAH 0% UNTUK
BRUTO BUNGAPENGHASILAN S.D Rp240BERUPA
UNTUK PENGHASILAN RIBU
PERBULAN
BUNGA ATAU LEBIH
SIMPANAN 10% DARI JUMLAH
DARI BRUTO
Rp240 RIBU BUNGA UNTUK
PERBULAN ; PENGHASILAN BERUPA
BUNGA SIMPANAN LEBIH DARI Rp240 RIBU PERBULAN ;
3. KOPERASI WAJIB MELAKUKAN PEMOTONGAN PPh YG BERSIFAT FINAL ATAS
3. PEMBAYARAN
KOPERASI WAJIB
BUNGAMELAKUKAN
SIMPANAN PEMOTONGAN PPh YG
KEPADA ANGGOTA BERSIFAT
KOPERASI FINALPRIBADI.
ORANG ATAS
PEMBAYARAN BUNGA SIMPANAN KEPADA ANGGOTA KOPERASI ORANG PRIBADI.
 PERATURAN PELAKSANAAN PASAL 4 AYAT (2) HURUF C

POINTER PP 100 TAHUN 2013

1. BUNGA OBLIGASI ADALAH IMBALAN YG DITERIMA & ATAU DIPEROLEH PEMEGANG OBLIGASI
1.DLMBUNGA
BENTUK OBLIGASI
BUNGAADALAH IMBALAN YG DITERIMA & ATAU DIPEROLEH PEMEGANG OBLIGASI
& ATAU DISKONTO.
DLM BENTUK BUNGA & ATAU DISKONTO.
2. ATAS PENGHASILAN YG DITERIMA & ATAU DIPEROLEH WP BERUPA BUNGA OBLIGASI DIKENAI
2.PEMOTONGAN
ATAS PENGHASILAN YG DITERIMA &YG
PAJAK PENGHASILAN ATAU DIPEROLEH
BERSIFAT FINALWP BERUPA BUNGA
BESARNYA OBLIGASI
PPh ADALAH : DIKENAI
PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN YG
A. UNTUK BUNGA DARI OBLIGASI DENGAN KUPON SEBESARBERSIFAT FINAL BESARNYA PPh ADALAH :
A. UNTUK
- 15% BUNGA NEGERI
WP DALAM DARI OBLIGASI
DAN BUT; DENGAN
DAN KUPON SEBESAR
- 15%ATAU
- 20% WP DALAM
SESUAINEGERI DANP3B
DGN TARIF BUT; DANWP LUAR NEGERI SELAIN BUT
BAGI
DARI- 20% ATAU BRUTO
JUMLAH SESUAIBUNGA
DGN TARIF P3BDENGAN
SESUAI BAGI WPMASA
LUAR KEPEMILIKAN
NEGERI SELAIN BUT
OBLIGASI;
DARI JUMLAH BRUTO BUNGA SESUAI DENGAN MASA KEPEMILIKAN OBLIGASI;
B. DISKONTO DARI OBLIGASI DENGAN KUPON SEBESAR:
B.- DISKONTO
15% BAGI WP DARI OBLIGASI
DALAM DENGAN
NEGERI KUPON
DAN BUT; DANSEBESAR:
- 15%
- 20% BAGI
ATAU WP DALAM
SESUAI NEGERI
DGN TARIF P3BDAN BUT;
BAGI W PDAN
LUAR NEGERI SELAIN BUT
DARI- 20% ATAU LEBIH
SELISIH SESUAI DGN TARIF
HARGA JUALP3BATAUBAGI W NOMINAL
NILAI P LUAR NEGERI
DI ATASSELAIN
HARGABUT
PEROLEHAN OBLIGASI,
DARITERMASUK
TIDAK SELISIH LEBIH HARGA
BUNGA JUAL ATAU NILAI NOMINAL DI ATAS HARGA PEROLEHAN OBLIGASI,
BERJALAN
TIDAK TERMASUK BUNGA BERJALAN
C. DISKONTO DARI OBLIGASI TANPA BUNGA SEBESAR:
C.- DISKONTO
15% BAGI WP DARI OBLIGASI
DALAM TANPA
NEGERI DANBUNGA
BUT; DANSEBESAR:
- 15%
- 20% BAGI
ATAU WP DALAM
SESUAI NEGERI
DGN P3B BAGIDANWP BUT;
LUARDANNEGERI SELAIN BUT,
- 20% ATAU SESUAI DGN P3B BAGI WP LUAR
DARI SELISIH LEBIH HARGA JUAL ATAU NILAI NOMINAL NEGERI SELAIN
DI ATASBUT,
HARGA PEROLEHAN OBLIGASI;
DARI SELISIH LEBIH HARGA JUAL ATAU NILAI NOMINAL DI ATAS HARGA PEROLEHAN OBLIGASI;
D. BUNGA & ATAU DISKONTO DARI OBLIGASI YG DITERIMA &ATAU DIPEROLEH W P REKSADANA
D.YG
BUNGA & ATAU PADA
TERDAFTAR DISKONTO DARI OBLIGASI
OTORITAS YG DITERIMA
JASA KEUANGAN : &ATAU DIPEROLEH W P REKSADANA
YGUNTUK
- 5% TERDAFTAR
TAHUN PADA
2014OTORITAS JASA KEUANGAN
SAMPAI DENGAN TAHUN 2020;: DAN
- 5%UNTUK
- 15% UNTUKTAHUN
TAHUN2021
2014DAN
SAMPAI DENGAN TAHUN 2020; DAN
SETERUSNYA.
- 15% UNTUK TAHUN 2021 DAN SETERUSNYA.
 TARIF DAN DASAR PEMOTONGAN
PPh PASAL 26

TARIF PPh PASAL 26

BERDASARKAN
UMUM
P3B
20%
(TAX TREATY)

JUMLAH BRUTO

FINAL
 TARIF DAN DASAR PEMOTONGAN
PPh PASAL 26

DARI JUMLAH BRUTO

- Dividen;
- Bunga, termasuk premium, diskonto, premi swap
dan imbalan sehubungan dengan jaminan
pengembalian utang;
- Royalti, sewa, dan penghasilan lain sehubungan
dengan penggunaan harta;
- Imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan,
dan kegiatan;
- Hadiah dan penghargaan;
- Pensiun dan pembayaran berkala lainnya;
 TARIF DAN DASAR PEMOTONGAN
PPh PASAL 26

DARI JUMLAH BRUTO (lanjutan)

- Penghasilan Kena Pajak (PKP) sesudah dikurangi pajak dari suatu

BUT di Indonesia, kecuali penghasilan tersebut ditanamkan kembali
di Indonesia, dengan syarat :
 Penanaman kembali dilakukan atas seluruh PKP dikurangi PPh
dalam bentuk penyertaan modal pada perusahaan yang baru
didirikan dan berkedudukan di Indonesia sebagai pendiri atau
peserta pendiri;
 Penanaman kembali dilakukan dalam tahun pajak berjalan atau
selambat-lambatnya tahun pajak berikutnya dari tahun pajak
diterima atau diperolehnya penghasilan tersebut;
 Tidak melakukan pengalihan atas penanaman kembali tersebut
paling sedikit 2 (dua) tahun sesudah perusahaan tempat
penanaman dilakukan berproduksi komersial;
 Bentuk penanaman kembali dalam penyertaan modal dilaporkan
dalam SPT Tahunan.
 PRINSIP PEMOTONGAN PPh PASAL 26
 Jika antara Indonesia dengan negara asing tidak memiliki tax treaty maka
dikenakan PPh Pasal 26 secara penuh (tarif 20%) atas semua pembayaran ke
luar negeri;
 Jika antara Indonesia dengan negara asing terdapat tax treaty maka
pembayaran penghasilan usaha/pekerjaan bebas ke luar negeri menjadi
bebas PPh Pasal 26 apabila :
a. Seluruh pekerjaan dilakukan di luar negeri. Jika ada sebagian kecil saja
yang dilakukan di Indonesia maka harus dipotong PPh Pasal 26;
b. Pekerjaan dilakukan di Indonesia tidak melebihi time testJika antara
Indonesia dengan negara asing terdapat tax treaty maka pembayaran
pembayaran penghasilan modal ke luar negeri dikenakan PPh Pasal 26
sesuai tarif tax treaty kecuali apabila penerima pembayaran memiliki BUT
di Indonesia maka akan dikenakan PPh Pasal 23 (dianggap penghasilan
BUT tersebut selaku WP dalam negeri - walaupun pembayarannya
ditransfer ke luar negeri).
 Subjek Pajak Luar Negeri
Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di
Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183
(seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu
12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan
dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang :
1. menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui
Bentuk Usaha Tetap (BUT) di Indonesia;
2. dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari
Indonesia bukan dari menjalankan usaha/ kegiatan
melalui BUT di Indonesia.
 Badan Usaha Tetap (BUT)
Bentuk usaha yang digunakan (oleh orang
pribadi yang tidak bertempat tinggal di
Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih
dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, atau
badan yang tidak didirikan dan tidak
berkedudukan di Indonesia) untuk menjalankan
usaha/kegiatan di Indonesia
 Jenis BUT
1. BUT Fasilitas Fisik
Suatu tempat dimana melalui tempat itu usaha suatu
perusahaan di jalankan.
Contoh tempat usaha yang dikategorikan BUT :
• Tempat kedudukan manajemen
• Cabang
• Kantor
• Pabrik
• Bengkel
• Pertambangan, sumur minyak dan gas bumi, tempat
penggalian dan tempat pengambilan sumber daya alam
• Mesin dan Peralatan
 Jenis BUT
Jenis BUT
2. BUT Aktivitas
Timbulnya BUT tipe ini ditandai dengan adanya
aktivitas yang melebihi batas waktu tertentu (time test)
yang dilakukan di negara lain. Lamanya time test
berbeda beda tergantung Tax Treaty.
Bentuk BUT tipe aktivitas :
• Proyek konstruksi, proyek perakitan, instalasi dan
pengawasan yang ada hubungannya dengan proyek
tersebut.
Perhitungan time test dimulai pada saat kontraktor
memulai pekerjaannya termasuk pekerjaan tahap
persiapan.
 Jenis BUT
• Pemberian jasa termasuk jasa konsultan yang dilakukan
• Pemberian jasa termasuk jasa konsultan yang dilakukan
perusahaan melalui karyawan atau pihak lain yang bekerja
perusahaan melalui karyawan atau pihak lain yang bekerja
untuk perusahaan itu untuk tujuan tersebut.
untuk perusahaan itu untuk tujuan tersebut.
Perhitungan time test mengacu pada tax treaty. Apabila belum
Perhitungan time test mengacu pada tax treaty. Apabila belum
ada tax treaty maka time testnya diatur dalam UU PPh yaitu
ada tax treaty maka time testnya diatur dalam UU PPh yaitu
lebih dari 60 hari dalam jangka wmulai pada saat kontraktor
lebih dari 60 hari dalam jangka wmulai pada saat kontraktor
memulai pekerjaktu 12 bulan.
memulai pekerjaktu 12 bulan.

3. BUT Keagenan
3. BUT Keagenan
BUT timbul apabila perusahaan asing untuk menjalankan
BUT timbul apabila perusahaan asing untuk menjalankan
usaha di Indonesia menunjuk orang atau badan yang bertindak
usaha di Indonesia menunjuk orang atau badan yang bertindak
sebagai agen yang tidak bebas (dependent agent).
sebagai agen yang tidak bebas (dependent agent).
 Jenis BUT
Jenis BUT

Yang dimaksud dengan dependent agent adalah agen

Yang dimaksud dengan dependent agent adalah agen
yang bertindak untuk dan atas nama perusahaan di luar
yang bertindak untuk dan atas nama perusahaan di luar
negeri.
negeri.

4. BUT Asuransi
4. BUT Asuransi
Perusahaan asuransi yang tidak didirikan dan tidak
Perusahaan asuransi yang tidak didirikan dan tidak
berkedudukan di Indonesia yang menerima premi
berkedudukan di Indonesia yang menerima premi
asuransi atau menanggung risiko di Indonesia termasuk
asuransi atau menanggung risiko di Indonesia termasuk
melalui agen atau pegawainya.
melalui agen atau pegawainya.
 Laba Setelah Pajak dari BUT
• BUT dikenakan pajak di Indonesia dengan ketentuan yang
• BUT dikenakan pajak di Indonesia dengan ketentuan yang
sama dengan badan hukum dalam negeri.
sama dengan badan hukum dalam negeri.
• Laba Setelah Pajak yang diperoleh BUT dikenakan
• Laba Setelah Pajak yang diperoleh BUT dikenakan
tambahan PPh sebesar 20% atau sesuai tarif yang berlaku
tambahan PPh sebesar 20% atau sesuai tarif yang berlaku
dalam Tax Treaty.
dalam Tax Treaty.
• Tambahan PPh tersebut wajib dilunasi oleh BUT dalam waktu
• Tambahan PPh tersebut wajib dilunasi oleh BUT dalam waktu
yang bersamaan dengan pelunasan PPh Pasal 29 (setoran
yang bersamaan dengan pelunasan PPh Pasal 29 (setoran
akhir PPh tahunan).
akhir PPh tahunan).
• Tambahan PPh atas laba setelah pajak yang diperoleh BUT
• Tambahan PPh atas laba setelah pajak yang diperoleh BUT
tersebut tidak dikenakan apabila laba setelah pajak BUT
tersebut tidak dikenakan apabila laba setelah pajak BUT
tersebut ditanamkan kembali di Indonesia, dengan syarat :
tersebut ditanamkan kembali di Indonesia, dengan syarat :
a. Penanaman kembali dilakukan atas seluruh
a. Penanaman kembali dilakukan atas seluruh
penghasilan kena pajak setelah dikurangi PPh dalam
penghasilan kena pajak setelah dikurangi PPh dalam
bentuk penyertaan modal pada perusahaan yang
bentuk penyertaan modal pada perusahaan yang
baru didirikan dan berkedudukan di Indonesia
baru didirikan dan berkedudukan di Indonesia
sebagai pendiri atau peserta pendiri.
sebagai pendiri atau peserta pendiri.
b. Penanaman kembali dilakukan dalam tahun pajak
b. Penanaman kembali dilakukan dalam tahun pajak
berjalan atau selambat-lambatnya tahun pajak
berjalan atau selambat-lambatnya tahun pajak
berikutnya dari tahun pajak diterima atau
berikutnya dari tahun pajak diterima atau
diperolehnya penghasilan tersebut.
diperolehnya penghasilan tersebut.
c. Tidak melakukan pengalihan atas penanaman
c. Tidak melakukan pengalihan atas penanaman
kembali tersebut paling sedikit dalam dalam jangka
kembali tersebut paling sedikit dalam dalam jangka
waktu 2 (dua) tahun sesudah perusahaan tempat
waktu 2 (dua) tahun sesudah perusahaan tempat
penanaman modal dilakukan berproduksi secara
penanaman modal dilakukan berproduksi secara
komersial.
komersial.
 PEMOTONGAN PPH PASAL 15
Pasal 15 UU PPh & KEPUTUSAN MENKEU

BADAN PEMERINTAH / BADAN LAINNYA/SETOR SENDIRI

YANG MELAKUKAN PEMBAYARAN

KEPADA BADAN/BUT

PPh PASAL 15
PERUSH. PELAYARAN DALAM NEGERI 1,2% FINAL
PERUSH. PENERBANGAN DALAM NEGERI 1,8% TDK FINAL
PERUSH. PELAYARAN DAN/ATAU
PENERBANGAN LUAR NEGERI 2,64% FINAL

KANTOR PERWAKILAN DAGANG DI IND. 0,44% FINAL

JASA MAKLOON PERMAINAN ANAK
INTERNASIONAL 2,1% FINAL

DPP : PENGHASILAN BRUTO

 NORMA PENGHITUNGAN KHUSUS
(KMK No. 416/KMK.04/1996)
1. Bagi WP Perusahaan Pelayaran Dalam Negeri
1. Bagi WP Perusahaan Pelayaran Dalam Negeri
• Peredaran Bruto adalah semua imbalan atau nilai pengganti
• Peredaran Bruto adalah semua imbalan atau nilai pengganti
berupa uang atau nilai uang yang diterima atau diperoleh
berupa uang atau nilai uang yang diterima atau diperoleh
WP perusahaan pelayaran dalam negeri dari pengangkutan
WP perusahaan pelayaran dalam negeri dari pengangkutan
orang dan/atau barang yang dimuat dari satu pelabuhan ke
orang dan/atau barang yang dimuat dari satu pelabuhan ke
pelabuhan lain di Indonesia dan/atau dari pelabuhan di
pelabuhan lain di Indonesia dan/atau dari pelabuhan di
Indonesia ke pelabuhan luar negeri dan/atau sebaliknya.
Indonesia ke pelabuhan luar negeri dan/atau sebaliknya.
• Penghasilan Neto bagi WP perusahaan pelayaran dalam
• Penghasilan Neto bagi WP perusahaan pelayaran dalam
negeri ditetapkan sebesar 4% (empat persen) dari peredaran
negeri ditetapkan sebesar 4% (empat persen) dari peredaran
bruto.
bruto.
• Besarnya PPh atas penghasilan dari pengangkutan orang
• Besarnya PPh atas penghasilan dari pengangkutan orang
dan/atau barang bagi WP perusahaan pelayaran dalam
dan/atau barang bagi WP perusahaan pelayaran dalam
negeri adalah sebesar 1,2% (satu koma dua persen) dari
negeri adalah sebesar 1,2% (satu koma dua persen) dari
peredaran bruto dan bersifat Final.
peredaran bruto dan bersifat Final.
 NORMA PENGHITUNGAN KHUSUS
(KMK No. 181/KMK.04/1995)
2. Bagi WP Perusahaan Penerbangan Dalam Negeri
2. Bagi WP Perusahaan Penerbangan Dalam Negeri
• WP perusahaan penerbangan dalam negeri adalah perusahaan
• WP perusahaan penerbangan dalam negeri adalah perusahaan
penerbangan yang bertempat kedudukan di Indonesia yang
penerbangan
memperoleh yang bertempat
penghasilan berdasarkan kedudukan di Indonesia yang
perjanjian charter.
memperoleh penghasilan berdasarkan perjanjian charter.
• Peredaran Bruto adalah semua imbalan atau nilai pengganti berupa
• Peredaran Bruto adalah semua imbalan atau nilai pengganti berupa
uang atau nilai uang yang diterima atau diperoleh WP berdasarkan
uang ataucharter
perjanjian nilai uang
dari yang diterima atau
pengangkutan orangdiperoleh
dan/atauWP berdasarkan
barang yang
perjanjian charter dari pengangkutan orang dan/atau
dimuat dari satu pelabuhan ke pelabuhan lain di Indonesia dan/atau barang yang
dimuat
dari dari satu
pelabuhan pelabuhan
di Indonesia keke pelabuhan
pelabuhan lain negeri.
di luar di Indonesia dan/atau
dari pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan di luar negeri.
• Penghasilan Neto adalah sebesar 6% (enam persen) dari Peredaran
• Penghasilan Neto adalah sebesar 6% (enam persen) dari Peredaran
Bruto.
Bruto.
• Besarnya PPh atas penghasilan dari pengangkutan orang dan/atau
• Besarnya PPh atas penghasilan dari pengangkutan orang dan/atau
barang adalah sebesar 1,8% (satu koma delapan persen) dari
barang adalah
Peredaran Bruto dansebesar
Tidak 1,8%
Bersifat(satu
Finalkoma
sehinggadelapan persen) dari
atas pembayaran
Peredaran
PPh Bruto
tersebut dan Tidak
merupakan Bersifat
kredit Final
pajak yangsehingga
dapat atas pembayaran
diperhitungkan
PPh SPT
dalam tersebut merupakan
Tahunan kredit pajak yang dapat diperhitungkan
Pajak Penghasilan.
dalam SPT Tahunan Pajak Penghasilan.
 NORMA PENGHITUNGAN KHUSUS
(KMK No. 417/KMK.04/1996)
3. Bagi WP Perusahaan Pelayaran dan atau Penerbangan Luar
3. Bagi WP Perusahaan Pelayaran dan atau Penerbangan Luar
Negeri
Negeri
• Peredaran Bruto adalah semua imbalan atau nilai pengganti
• Peredaran Bruto adalah semua imbalan atau nilai pengganti
berupa uang atau nilai uang yang diterima atau diperoleh
berupa uang atau nilai uang yang diterima atau diperoleh
WP Perusahaan Pelayaran dan/atau Penerbangan luar
WP Perusahaan Pelayaran dan/atau Penerbangan luar
negeri dari pengangkutan orang dan/atau barang yang
negeri dari pengangkutan orang dan/atau barang yang
dimuat dari satu pelabuhan ke pelabuhan lain di Indonesia
dimuat dari satu pelabuhan ke pelabuhan lain di Indonesia
dan/atau dari pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan di luar
dan/atau dari pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan di luar
negeri.
negeri.
• Penghasilan Neto ditetapkan sebesar 6% (enam persen) dari
• Penghasilan Neto ditetapkan sebesar 6% (enam persen) dari
peredaran bruto.
peredaran bruto.
• Besarnya PPh adalah sebesar 2,64% (dua koma enam puluh
• Besarnya PPh adalah sebesar 2,64% (dua koma enam puluh
empat persen) dari Peredaran Bruto dan bersifat Final.
empat persen) dari Peredaran Bruto dan bersifat Final.
 NORMA PENGHITUNGAN KHUSUS
(KMK No. 634/KMK.04/1994 jo KEP - 667/PJ./2001)
4. Bagi WP Luar Negeri yg mempunyai Kantor Perwakilan Dagang
4. Bagi WP Luar Negeri yg mempunyai Kantor Perwakilan Dagang
di Indonesia (khusus untuk yang tidak ada tax treaty)
di Indonesia (khusus untuk yang tidak ada tax treaty)
• Nilai Ekspor Bruto adalah semua nilai pengganti atau
• Nilai Ekspor Bruto adalah semua nilai pengganti atau
imbalan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak luar
imbalan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak luar
negeri yang mempunyai kantor perwakilan dagang di
negeri yang mempunyai kantor perwakilan dagang di
Indonesia dari penyerahan barang kepada orang pribadi
Indonesia dari penyerahan barang kepada orang pribadi
atau badan yang berada atau bertempat kedudukan di
atau badan yang berada atau bertempat kedudukan di
Indonesia.
Indonesia.
• Norma Penghitungan Penghasilan Neto ditetapkan sebesar
• Norma Penghitungan Penghasilan Neto ditetapkan sebesar
1% (satu persen) dari Nilai Ekspor Bruto.
1% (satu persen) dari Nilai Ekspor Bruto.
• Tarif Efektif PPh terutang yang harus dilunasi WP adalah
• Tarif Efektif PPh terutang yang harus dilunasi WP adalah
0,44% (nol koma empat empat perseratus) dari Nilai Ekspor
0,44% (nol koma empat empat perseratus) dari Nilai Ekspor
Bruto dan bersifat Final.
Bruto dan bersifat Final.
 NORMA PENGHITUNGAN KHUSUS
(KMK No. 543/KMK.03/2002)
5. WP Jasa Makloon Produk Mainan Anak
5. WP Jasa Makloon Produk Mainan Anak
Wajib Pajak yang melakukan kegiatan usaha jasa makloon (Contract
Wajib Pajak yang
Manufacturing) melakukanadalah
internasional kegiatan
WPusaha
Badan jasa makloon
dalam negeri(Contract
yang
Manufacturing) internasional adalah WP Badan
melakukan jasa pembuatan atau perakitan barang berupa produk dalam negeri yang
melakukan
mainan jasa pembuatan
anak-anak, atau perakitan
dengan bahan-bahan, barangpetunjuk
spesifikasi, berupa teknis
produk
mainan
dan anak-anak,
penentuan imbalandengan bahan-bahan,
jasa dari spesifikasi,
pihak pemesan petunjuk teknis
yang berkedudukan
didan
luarpenentuan
negeri danimbalan
mempunyaijasa hubungan
dari pihakistimewa
pemesandengan
yang berkedudukan
WP.
di luar negeri dan mempunyai hubungan istimewa dengan WP.
• Norma Penghitungan Khusus Penghasilan Neto adalah sebesar 7%
• Norma Penghitungan Khusus Penghasilan Neto adalah sebesar 7%
dari jumlah seluruh biaya pembuatan atau perakitan barang tidak
dari jumlah
termasuk seluruh
termasuk biaya
biaya pembuatan
pemakaian bahanataubaku
perakitan
(direct barang tidak
materials).
termasuk termasuk biaya pemakaian bahan baku (direct materials).
• PPh Pasal 15 terutang ditetapkan sebesar 30% dari Penghasilan
• PPh Pasal 15 terutang ditetapkan sebesar 30% dari Penghasilan
Neto. Dengan demikian tarif efektif PPh-nya adalah 2,1% (7% x
Neto.dari
30%) Dengan
jumlahdemikian tarif efektif
seluruh biaya PPh-nya
pembuatan atauadalah 2,1%
perakitan (7% x
barang
30%)termasuk
(tidak dari jumlah seluruh
biaya biaya bahan
pemakaian pembuatan atau perakitan
baku/direct materials)barang
dan
(tidak termasuk biaya pemakaian bahan baku/direct materials)
bersifat final. Ketentuan ini mulai berlaku sejak Januari 2003. dan
bersifat final. Ketentuan ini mulai berlaku sejak Januari 2003.