Anda di halaman 1dari 11

MALFORMASI ANOREKTAL

Di Susun Oleh:

Fidelia Christiany Busso


Filke Kambu
Hawana
PENGERTIAN

Atresia ani adalah kelainan kongenital yang dikenal sebagai


imfperforata meliputi anus, rektum, atau batas di antara keduanya (Betz,
2002). Atresia ani merupakan kelainan bawaan (kongenital), tidak adanya
lubang atau saluran anus (Donna, 200 ).

Dengan kata lain tidak adanya lubang di tempat yang seharusnya


berlubang atau buntunya saluran atau rongga tubuh, hal ini bisa terjdi
karena bawaan sejak lahir atau terjadi kemudian karena proses penyakit
yang mengenai saluran itu.
ETIOLOGI

Atresia ani merupakan salah satu bentuk kelainan kongenital. Penyebab


terjadinya atresia ani belum diketahui secara pasti.namun ada sumber yang
mengatakan kelainan anus bawaan disebabkan oleh :
1. karena kegagalan pembentukn septum urorektal secra komplit krena
gangguan prtmbuhan,fusi,atau pmbntukan anus dri tonjolan embrionik.
2. ptusnya saluran pncernaan dri atas dengn dubur, srhingga bayi lahir
tanpa lubang anus
3. gngguan organogenesis dalam kndungan berusia 12 minggu atau 3 bulan
4. kelainan bawaaan, dimana sfingter internal mngkin tidk memadai. (Betz.
Ed 7. (2012)
MANIFESTASI KLINIS

Tanda dan Gejala menurut Betz,dkk 2002:


 Mekonium tidak keluar dalam 24 jam pertama setelah kelahiran
 Tidak dapat dilakukan pengukuran suhu rectal pada bayi
 Mekonium keluar melalui sebuah fistula atau anus yang salah letaknya
 Distensi bertahap dan adanya tanda- tanda obstruksi usus ( bila tidak
fistula)
 Bayi muntah- muntah pada umur 24-48 jam
 Pada pemeriksaan rectal touche terhadap adanya membran anal
 Perut kembung.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan radiologis
Dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya obstruksi intestinal.
2. Sinar X terhadap abdomen
Dilakukan untuk menentukan kejelasan keseluruhan bowel dan untuk
mengetahui jarak pemanjangan kantung rektum dari sfingternya.
3. Ultrasound terhadap abdomen
Digunakan untuk melihat fungsi organ internal terutama dalam sistem
pencernaan dan mencari adanya faktor reversible seperti obstruksi
oleh karena massa tumor.
4. CT Scan
Digunakan untuk menentukan lesi.
5. Pyelografi intra vena
Digunakan untuk menilai pelviokalises dan ureter.
6. Pemeriksaan fisik rektum
Kepatenan rektal dapat dilakukan colok dubur dengan menggunakan
selang atau jari.
7. Rontgenogram abdomen dan pelvis
Juga bisa digunakan untuk mengkonfirmasi adanya fistula yang
berhubungan dengan traktus urinarius.
PATOFISIOLOGI

Patofisiologi atresia ani melibatkan proses embriologi dalam kandungan. Pada


embrio tahap awal, hindgut masih berupa struktur sederhana, dimana bagian
kranialnya berhubungan dengan midgut dan bagian kaudal berhubungan dengan
ektoderm. Pada bagian ektoderm terbentuk struktur yang disebut membran kloaka.
Ketika perkembangan kloaka berlanjut, bagian kaudal dari hindgut berdiferensiasi
menjadi dua sistem organ yang berbeda, yaitu sistem urogenital dan sistem
anorektal. Kelainan pemisahan kedua sistem organ ini mengakibatkan terjadinya
kelainan perkembangan kloaka.
Kelainan dalam pembentukan membran kloakan juga dapat menyebabkan
terjadinya epispadia.Rektum mengalami migrasi selama perkembangan normal dari
posisi yang tinggi menuju daerah yang lebih rendah, yang merupakan tempat anus
pada saat lahir. Bila proses migrasi ini terhenti sebelum anus mencapai posisi
normalnya di daerah perineum, terjadilah kelainan atresia ani.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

Faktor – faktor yang mempengaruhi antara lain :


 Faktor Genetik dan Kromosom
 Faktor Mekanik
 Faktor Infeksi
 Faktor Obat
 Faktor Umur Ibu
 Faktor Hormonal
 Faktor Radiasi
 Faktor Gizi
PENATALAKSANAAN

 KOLOSTOMI
 PSARP
 TUTUP KOLOSTOMI
 PERAWATAN POST OPERASI
KOMPLIKASI

1. Infeksi saluran kemih yang berkepanjangan.


2. Obstruksi intestinal
3. Kerusakan uretra akibat prosedur pembedahan.
4. Komplikasi jangka panjang :
a. Eversi mukosa anal.
b. Stenosis akibat kontraksi jaringan parut dari anastomosis.
c. Impaksi dan konstipasi akibat terjadi dilatasi sigmoid.
d. Masalah atau kelambatan yang berhubungan dengan toilet training.
e. Inkontinensia akibat stenosis anal atau impaksi.
f. Fistula kambuh karena tegangan di area pembedahan dan infeksi.
(Betz, 2002)
SEKIAN DAN TERIMA KASIH 

Anda mungkin juga menyukai