Anda di halaman 1dari 32

 Pengertian Anesthesi ; berasal dari bahasa yunani an = tanpa,

aesthesi = rasa, sensasi. Anesthesi berarti tanpa rasa, tanpa


sensasi sehingga tidak menimbulkan rasa rasa sakit.

Anastesi
 Mcam-macam Anesthesi :
 Anesthesi umum = Narkose = General anesthesi adalah
hilangnya rasa sakit disertai hilangnya kesedaran .
 Lokal anesthesi = termimnal anesthesi = peripheral anesthesi ,
adalah hilangnya asa sakit, tanpa hilangnya kesadaran,
hilangnya rasa sakit hanya pada daerah yang dilakukan
anesthesi.
Yang termasuk terminal anesthesi lokal
Anethesi Infiltrasi : Suatu tehnik
anesthesi lokal dimana anesthesikum
mengenai ujung-ujung sayaraf terminal
pada suatu daerah yang terbatas .
Anaethesi Block (konduksi) adalah suatu
tehnik anesthesi lokal dimana
anesthetikum mengenai cabang syaraf
yang lebih besar pada suatu daerah
tertentu,
Anesthesi Topikal adalah anesthesi yang
diberikan hanya pada permukaan mucosa
Sasaran Anesthesi
 Anesthesi umum digunakan untuk mempengaruhi seluruh
tubuh dimana hilangnya semua bentuk kesadaran disertai
hilangnya fungsi motorik.
 Anesthesi lokal :
 Infiltrasi anesthesi obat anesthesi mengenai ujung syaraf
terminal pada suatu daerah terbatas/setempat misalnya :
untuk melakukan penabutan gigi insisive rahang atas maka
anethesi ditujukan pada N.Alveolaris Superior anterior
 Block anesthesi , obat anesthesi ditujukan pada syaraf yang
lebih besar dekat foramen pada suatu daerah tertentu,
misalnya pencabutan gigi posterior rahang bawah obat
anesthesikum ditujukan pada foramen mandibula dimana
terdapat Nervus Mandibulair.
 Topical anesthesi obat anesthesikum ditujukan hanya pada
permukaan mucosa , misalnya untuk pencabutan gigi susu
goyang 3 derajat dan 4 derajat , atau dapat digunakan sebagai
anesthesi pendahulu untuk menghilangkan rasa sakitt pada
penyuntikan, incisi abcces
Tujuan anesthesi

 Mencegah menghilangkan rasa sakit


 Memudahkan dalam melakukan tindakan misalnya :
operasi, pencabutan gigi
 Indikasi Anesthesi : anethesi infiltrasi untuk
pencabutan gigi rahang atas I1 – M3, pencabutan gigi
rahang bawah anterior I1 – C.
 Untuk block anethesi untuk pencabutan gigi posterior
rahang bawah P1 – M3.
 Topikal anethesi untuk pencabutan gigi goyang derajat
3 dan 4, digunakan sebelum penyuntikan, incisi absses.
.
Macam Cara Pemberian anesthesi Lokal

 Tekanan : dengan cara menekan mucosadengan dua jari,


maka pada mucosa tersebut akan teranesthesi. Dapat
digunakan pada pencabuta gigi anak-anak yang sudah
goyang sekali/goyang 4 derajat.
 Diulas : dengan menggunakan obat anesthesi seperti salep
yang dioleskan pada mucosa gigi yang akan dicabutdimana
sebelumnya mucosa tersebut dikeringkan terlebihh dahulu
(obat Cocain pasta, Contralgin Pasta, Lidones, dll).
 Disemprot/Pendinginan setempat : dengan menggunakan
obat anesthesi yang disemprotkan langsung pada mucosa
atau pada kapas yang kemdian ditempelkan pada mucosa
gigi yang akan dicabut. Bahan yang digunakan :
Ghlorethyl spray, Xhlocain spray
 Suntikan /Injeksi : anesthesi dilakukan dengan cara suntik
dengan jarum suntik, (ifiltrasi anesthesi, block anesthesi
Lokal Anethesi Dengan
 Tehnik Pemberian Topikal Anesthesi
 Dengan cara disemprot, misalnya dengan menggunakan chlorethyl. Chlorethyl

Tanpa Suntikan
disemprotkan pada kapas secukupnya tunggu beberapa saat (kira2, 1 menit)
sampai terlihat seperti bunga es/salju, letakkan kapas tersebut pada mukosa gigi
yang akan dicabut dibawah cervic gigi, dan sedikit ditekan agar bahan anesthesi
benar-benar mengenai mucosa sehingga menjadi teranesthesi/baal lalu lkukan
pencabutan .
 Cara lain chlorethyl langsung disemprotkan pada mucosa, mucosa sekitar jangan
lupa diisolasi agar kering sesuda ada lapisan salju pada jaringan/mucosa setempat
baru dilakukan pencabutan.
 Dengan cara diulas, misalnya menggunakan cocain pasta, atau , Lidones
caranyaya : daerah mucosa gigiy ang akan dicabut dikeringkan dulu dan daerah
sekitarnya diisolasi agar mucosa kering, kemudian ualsakan pasta tersebut pada
mucosa, tunggu beberapa saat , kemudian dilakukan tindakan (penabutan, atau
penyuntikan jarum).
Cara Kerja Topikal
Anesthesi

• Obat topikal anesthesi hanya mempengaruhi ujung serabut syarafsensibel pada


permukaan mucosa dan akhirnya akan terjadi keadaan anesthesi.
• Anesthesi lokal bersifat reversibel penggunaannya akan diakhiri dengan pemulihan
sempurna dari fungsi syaraf tanpa disertai kerusakan serabut saraf atau sel syaraf yang
bersangkutaa.
 Indikasi Topikal anesthesi:
1. Mengurang rasa sakit
2. Untuk pasien yang sensitif
3. Untuk pasien anak sebelum insersi jarum
4. Pencabutan gigi yang goyang deraja 3 dan 4.
Kontra indikasi Topikal Anesthesi
1. Penederita dengan penyakit asthma
2. Penderita dengan penyakit bronchitis
3. Penderita dengam obstruksi saluran pernapasan
Sifat chor ethyl mudah menguap, jadi pada penggunaannya
harus cepat, bila chorethyl disemprotkan dan sudah bersalju
harus segera ditempelkan pada mucosa atau dilakukan
tindang incisi.
Hanya dilakukan untuk anesthesi permukaan
Dapat menyebabkan iritasi pada selabut lendir farink, larinx
hidung sehingga sebaiknya dihindari pada penderita: asthma,
bronchitis, dengan obstruksi saluran pernapasan

Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan pada Topikal


Anesthesi
Infiltrasi Anesthesi
 Infiltrasi anesthesi adalah anesthesi lokal yang dilakukan dengan
cara mendepositkan obat anesthesi langsung kesyaraf didaerah
operasi/gigi yang akan dicabut sehingga nrasa sakit akan
dihambat.
 Macam-macam Infiltrasi anesthesi :
 Submucous infiltrasi : mendepositkan obat anethsesi dibawah
membran mucosa, cara ini tidak bisa digunakan untuk misalnya
incisi submucous abses pada intra oral.
 Superiostal Infiltrasi : obat anethesi dimasukkan antara perios
dan tulang atau dibawah perios.
 Supra periostal infiltrasi : anesthesi infiltrasi yang sering
dilakukan , obat anesthesi didepositkan diatas perios pada daerah
apex gigi.
 Intra osseus infiltrasi : mendepositkan obat anesthesi langsung
pada tulang.
 Parasemental infiltrasi : Jarum disuntikan langsung pada
sement/menyusuri dan mendepositkan obat anesthesi didaerah
tersebut
 Intra dental infiltrasi : mendepositkan obat langsung pada pulpa.
Tehnik Infiltrasi Anesthesi
 Pasien didudukkan dengan posisi kepala dan punggung berada pada
satu garis.
 Bibir/pipi dibuka dengan kaca mulut.
 Oleskan antiseptik/yodium atau betadin pada daerah yang akan
dianesthesi, pada muccobuccal fold dan mucosa palatal/lingual
 Suntikan jarum pada muccobuccal fold kearah apex gigi yang akan
dicabut ± sedalam ½ - 1 cm.
 Lakukan aspirasi (handle jarum suntik ditarik) untuk melihat apakah
jarum suntik mengenai pembuluh darah atau tidak, bila tidak ada
darah dalam spuit/tabung masukkan obat anesthesikum 1,5
ccperlahan-lahan lalu jarum ditarik
 Untuk mucosa palataljarum disuntikan pada mucosa palatal ± 1 cm
dari servic gigi dan didepositkan obat anesthesi 0,5 cc(sebelumnya
juga dilakukan aspirasi).
 Obat anesthesi disuntikan kejaringan maka akan berkontak dengan
batang syaraf.
 Obat anesthesi mula-mula akan menekan serabut sayaraf yang kecil
kemudian yang besar dan menjalar menembus mucosa, meluas dari
daerah yang tidak teranesthesi disekitar tempat unjeksi.

Cara Kerja Obat


 Secara klinis hilangnya rasa sensasi secara berurutanadalah : rasa nyeri,
temperatur (dingin kemudian panas) rasa raba dan rasa tekan.
 Caiaran anesthesi dibuat dalam bentuk garam yang mudah larut, terdiri

Anesthesi
dari basah lemahdan asam kuat dimana dalam ph jaringan yang normal
(7,3 – 7,5) garam tersebut akan terhidrolisasi
 Hidrolisasi ini menghasilakan pembebasan basa dan menembus
kedalam jaringan ,
 Basa bebas merupakan bentuk aktif dari obat anesthesi lokal sehingga
menyebabkan terjadinya keadaan anesthesi.
 Bila obat anesthesidisuntukan pada jaringan yang terinfeksi/meradang
(ph 5,5 -5,6) maka terjadi pembebasan basa sehingga tidak terjadi
keadaan anesthesi.
 Jadi efektifitas suatu larutan anesthesi lokal sangat dipengaruhi oleh ph
jaringan, dimana sebaiknya tidak melakukan penyuntikan /pencabutan
gigi bila dalam keadaan infeksi akut/meradang
 Indikasi infiltrasi anesthesi : untuk pencabutan gigi rahang atas I1 – M3, dan
pencabutan gigi anterior rahang bawah.
 Kontra indikasi :
 Lokal : Pada infeksi gingiva yang akut serta infeksi akut lainnya. Daerah
yang dikenakan anesthesi akan mengalami pemucatan dan tekanan menyebar

SAMBUNGAN
kejaringan sekitanya yang bebas dari infeksi sehinggga keradangan akan
meluas. Selain itu tidak terjadi efek anesthesi karena ph jaringan yang
rendah.
 Sistemik: Penyakit sistemik merupakan faktor penentu dalam pemilihan
anesthesi pada pencabutan gigi, oleh karena itu sebelum memberikan
anesthesi perlu dilakukan evaluasi/anamnesa dari penderita. Dari anamnesa
akan didapatkan keterangan yang sangat berguna sehingga penderita
disiapkan untuk mendapatkan pengobatan/perawatan yang sesuai.
 Penyakit-penyakit sistemik yang tidak boleh dilakukan;
> Penyakit Jantung
> Penyakit dengan kelainan darah, leokimia, haemophili,haemorhagi
purpura
 Deabetes melitus
 Penderita hipertensi/hipotensi
 Wanita hamil pada triwulan pertama atau triwulan terakhir
Adrenalin
Andrenalin adalah bahan vasokontriktor yang digunakan dalam
kedokteran gigi sebagai campuran obat anesthesi injeksi.
Penggunaan anethesi lokal ada yang tidakk disertai vasokontriktor
untuk indikasi tertentu, tetapi tidak pada umumnya disertai
vasokontriktor karena keuntungan bahan tersebut :
1. Menyebabkan vasokontruksi/penyempitan pembuluh darah.
2. Mengurangi pendarahan perifer
3. Sebagai antishock
4. Memperlambat absorbsi dari obat anesthesi
5. Mengurangi bahaya toksisitas sistemik
6. Memperpanjang daya kerja anesthesi (lama khasiatnya).
7. Mengurangi dosis obat anesthesi lokal
SAMBUNGAN
Vasokonstruktor yang dikenal dalam anesthetik lokal
adalah :
Epinefrin ( = adrenalin
 Norepinefrin ( = levarteranol)
 Korbasil (= nordefrin = kobefrin)
 Fenilefrin (= metasinefrin = andrianol = neosinefrin)

Dengan ditambahkannya bahan vasokontriktor dalam obat anesthesi lokal


akan terjadi pasokontriksi (penyempitan) pembuluh darah sehingga
adrenalin merupakan kotra indikasi untuk penderita :
Penyakit jantung
 Hipertensi
Asthma kardiale
Hiperthyroid
Arterioscleosis
 Diabetes melitus, pada penderita diabetes melitus akan menaikan kadar
gula darah sehingga membahayakan pasien
Dosis adrenalin , 1 : 80.000 - 1 : 100.00
Komplikasi Anesthesi
Komplikasi yang diakibatkan anesthesi lokal dapat dibedakan menjadi komplikasi
lokal dan sistemik.
a) Komplikasi lokal :
 Jarum patah

 Rasa sakit (hiperesthesi)

 Infeksi

 Kebutaan sementara

 Trismus

 Ulkus

 Anethesi yang berkepanjangan (ptolong anesthesi)

 Oedema

 Hematom

 Xerostomia

1. Jarum patah disebabkan : kesalahan tehnik injeksi


2. Kelainan anatomi dari pasien
3. Jarunm yang disterilkan dengan cara dibakar
SAMBUNGAN
Pencegahan jarum patah :
 Gunakan jarum stainless steel
 Jangan memaksa jarum masuk ketulang
 Jangan menggunakan jarum yang terlalu kecil
 Jangan mencoba memberikan injeksi kalau tidak mengusai anatomi setempat
 Jangan menyuntik secara mendadak dan mintalah bantuan kerjasama dari pasien
b) Rasa sakit dapat disebabkan karena :
 Jarum yang bengkok, patah atau tumpul
 Anethesi yang terlalu cepat, dikeluarkan, mengiritasi jaringan, terlalu dingi/tidak sama
dengan suhu tubuh
 Tempat insersi /penyuntikan yang tidak steril.
 Pencegahannya :
 Gunakan jarum yang runcing, insersi perlahan-lahan dan jangan menimbulkan trauma.
 Insersi jangan diulang-ulang
 Obat anesthesi harus steril
 Obat anesthesi harus sesui dengan suhu tubuh.
INFEKSI
Infksi dapat disebabkan karena alat-alat, jarum yang tidak
steril/terkontaminasi.
Timbulnya gejala-gejala infeksi adalah sesudah masa inkubasi dan sifatnya
individual
Pencegahannya : sekitar daerah injeksi diolesi dulu dengan
yodium/betadine, menggunakan alat-alat, obat anesthesi harus steril dan
tangan operator harus bersih,
Kebutaan sementara : biasanya tejadi stelah pemberian injeksi N.Alveolaris
Superior Posterior dimana obat anesthesi mengenai N. Opthalmicus.
Trismus : dapat terjadi akibat insersi jarum yang mengenai muskulus atau
dapat juga karena adanya infeksi akibat kontaminasi jarum.
Pencegahannya : Penggunaan antiseptik sebelum bekerja, jarum harus
runcing dan steril.
SAMBUNGAN
Ulkus = ulceratio : dapat timbul pada : bibir, mucosa mulut. Traumatik ulcer
disebabkan oleh : menggit-gigit bibir (kebiasaan pada anak-anak bila merasakan
akibat anesthesi ) sehinggga timbul luka.
Anesthesi yang berkepanjangan : Disebabkan oleh obat anesthesi yang ttercampur
alkohol atau dapat juga disebabkan oleh trauma jarum yang mengenai jaringan
syaraf.
Oedema/pembengkakang jaringan: biasanya terjadi hanya gejala dari : trauma,
infeksi, alergi.
Hematom : adalah penyebaran darah kejaringan sekitarnya disebabkan karena
jarum suntik yang mengenai pembuluh darahkeluar dan memasuki jaringan.
Xerostomia : adalah keadaan mulut kering, dapat terjadi karena obat anesthesi yang
mengenai N.Lingualis kemudian menjalar ke khorda timpani. Khorda timpani adalah
cabang N. Facialis yang mempersyarafi N.Submandibularis dan N,Sublingualis. Bila
khorda timpani teranesthesi dapat menyebabkan sekesi ludah terhenti, keadaan ini
bersifat sementtara dan setelah ± 22 jam akan normal kembali.
Komplikasi Sistemik
Komplikasi sistemik adalah merupakan reaksi dari dalam tubuh
akibat pemberian obat anethesi lokal antara lain :
 Reaksi toksin : dapat diakibbatkan karena : pemberian dosis obat
anethesi yang berlebihan melebihi dosis maksimum sehingga terdapat
konsentrasi obat anesthesi yang tinggi dalam darah.
 Reaksi psikogen : dapat terjadi akibat rasa takut yang berlebihan,
misalnya akibat trauma semasa kecil sering ditakut-takuti akan
disuntik atau pengaruh kepercaan bahwa pencabutan gigi rahang atas
akan menyebabkan kebutaan.
 Reaksi alergi : gejala alergi timbul sebagai reaksi antigen dengan
antibodi. Dalam bidang kedokteran gigi alergi terhadap obat
merupakan hal yang penting karena dapat menyebabkan shok
anafilatik.
Shock Anafilatik
 Shock anafilatik merupakan reaksi alergi yang sangat serius.
 Dapat terjadi setelah pemberian obat-obatan termasuk lokal anesthesi
dengan tanda yang khas terjadinya hipotensi .
 Trekanan sistolik bisa dibawah 70 mm hg atau lebih rendah lagi.
 Keadaan ini dapat berakibat buruk dan kematian dapat terjadi.
 Dalam keadaan darurat seperti ini harus dihadapi dengan tenang dan
bertindak cepat.

Gejala klinis

 Nafas sesak
 Lemas dan gelisah  Tangan dan kaki dingin (suhu
 Sakit kepala/pusing tubuh dibawah norma)
 Gangguan penglihatan  Nadii cepat lemah/tidak teraba
 Berkeringat  Tekanan darah rendah
SAMBUNGAN
Perawatan Anapilatik shock :
 Letakan penderita dengan posisi terlentang, posisi kepala
lebih rendah dari pada kaki (trendelenburg position).
 Pembebasan jalan nafas, pakaian yang menekan
dilonggarkan.beri stimulasi/rangsangan dengan amoniak
atau alkohol.
 Pernafasan buatan
 Pemberian oksigen (bila diperlukan)
 Setelah penderita mulai sadar diberi minum hangat,
misalnya teh manis
 Pemberian obat-obatan : Epinefrin, antihistamin,
kortikosteroid
Pencegahan terjaadinya
komplikasi anesthesi

1. Mengerti, memahami, menguasai 5. Melakukan skin test bila perlu


tehnik anesthesi lokal. 6. Melakukan aspirasi sebelum
2. Memberikan dosis obat anesthesi menyuntik
yang sesuai 7. Mengetahui, menguasai tindakan
3. Menggunakan obat/alat yang steril resusitasi, bila diperlukan bila
4. Melakukan anamnesa yang sebaik diperlukan, tepat dilakukan.
mungkin
Alat-alat Pencabutan Gigi
Tang Cabut
a. Bagian-bagian dari tang
 Handle (pemegang)
 Joint (sendi)
 Beaks (paruh)
b. Penggolongan tang cabut
 tang cabut untuk gigi-gigi raang atas
 Tang cabut untuk gigi-gigi raang bawah

Tang cabut untuk rahang atas mempunyai tiga macam yaitu:


 Bentuk lurus dipakai untuk gigi depan rahang atas (3 2 1 / 1 2 3) . Beaks sesuai
gigi anterior dimana akarnya satu dan bentuk bulat, beaks berbentuk setengah
bulat
 Bentuk S digunakan untuk gigi posterior raang atas (8 7 6 5 4/4 5 6 7 8) tetapi
ada perbedaan untuk gigi premolar dan molar. Untuk gigi premolar bentuk S
dengan beaks setengah bulat.
 Bentuk bayonet tang ini dipajai untuk mencabut sisa akar gigi molar .
Tang cabut untuk gigi bawah

Tanda spesifik tang cabut rahang bawah adalah anatara handle dan beaks
membuat sudut 45-90 derajat, ini berlaku untuk semua gigi rahang
bawah.
 Untuk anterior rahanga bawah : ujung beaks merupakan setenga bulat.
 Untuk premolar : hanaya berbeda pada leher beaksnya yaitu lebih
besar/lebar dari pada untuk gigi anterior RB juga lebih cekung.
 Untuk molar : mempunyai bentuk runcing ditenga pada kedua sisi
beaksnya, dimana kedua bagian yg runcing masuk pada bifurkasi.
 Tang cabut sisa akar rahang bawah:
Bentuk tang sama seperti tang cabut untuk gigi yg masi bermahkota,
hanya beaksnya merupakan lengkung setengah bulat yg dalam keadaan
istirahat (menutup) kedua beaksnya.
Cara penggunaan tang serta posisi jari

1. Posisi ibu jari agak kebawah dari sambungan engsel dan posisi gagang
tang di dalam telapak tangan, sehingga operator dapat memegangnya
dengan kuat dan mengontrolnya dengan baik. Jari kelingking
diletakkan dibagian dalam gagang dan digunakan untuk mengontrol
blade, bila gigi sudah terpegang, jari kelingking dibagian luar gagang.
2. Tangan kiri digunakan untuk :
 Memindahkan lidah, pipi, bibir dari tempat pencabutan untuk
memperbaiki pandangan dan jangkauan ke gigi tersebut.
 Menyangga dan menahan mandibula selama pencabutan pada gigi
geligi rahang bawah untuk mempermudah pencabutan dan mencegah
dislokasi dari persendian temporo mandibula
 Memegang dan menyangga tulang alveolar disekeliling gigi yg akan
dicabut
Cara penggunaan tang serta posisi jari

Beaks diletakkan dibawah cervikallin gingivne dan didorong masuk ke


membran periodontal, pegagng kuat akar itu dengan tang dan kemudian
lakukan gerakan pencabutan rotasi atau luksasi, bila gigi telah cukup
goyang lakukan gerakan ekstraksi.
1. Bein (elevator)
a) Indikasi penggunaan bein untuk :
 Melepaskan perlekatan antara gigi dan gingiva
 Membantu menggoyangkan gigi sebelum pemakaian tang
 Mengeluarkan gigi yg tidak bisa menggunakan tang
 Mengeluarkan gigi impaksi pada waktu melakukan tindakan
odontectomy
 Mengeluarka radix
 Membantu memecah gigi
 Memebantu membelah gigi
Bahaya-bahaya penggunan bein

Dapat merusak gigi tetangga


Dapat merusak jaringan muccosa /jaringan lunak
sekitarnya
Dapat mengakibatkan fraktur/pecahnya tulang
maksila atau mandibula dan processus alveolaris
Dapat mengakibatkan terdorongnya sisa akar/atau
gigi kedalam sinus maksilaris, terutama pada
pencabutan gigi psterior RA.
Dapat mendorong gigi 8 7 6/6 7 8 kedalam canalis
mandibularis, terutama gigi 8/8.
Syarat-syarat menggunakan elevator

 Jangan menggunakan gigi yg berdekatan sebagai


titik tumpuan, kecuali gigi itu akan dicabut.
 Jangan menggunakan dinding bukal pada garis
servikal sebagai titik tumpuan
 Jangan menggunakan dinding lingual sebagai
titik tumpuan.
 Harus selalu menggunakan jari tanagan untuk
menjaga kalau bein meleset dimana jari telunjuk
harus bertumpu pada tulang alveolar.
 Pada waktu membuang tulang intra radikular,
jangan merusak gigi lainnya.
Cara pemakaian bein

 Bein digunakan dengan cara ditekan kedalam periodontal


membran pada sisi mesial/distal menggunakan tumpuan
septum intradental, kemudian digunakan dengan cara
mencungkil.
 Dalam pemakaian harus hati-hati karena menggunakan
tenaga yg besar jangan sampai tergelincir kejaringan lunak
sekitarnya.
 Bein dipegang dengan jari dengan membentuk sudut 45
derajat dan diusahakan jari telunjuk mengenai tulang
alveolar sehingga bein bisa diarahkan ke gigi dan mencegah
tergelincir kejaringan lunak.
Cryer = Root Elevator

A.Indikasi penggunaan:
 Untuk mengeluarkan sisa akar gigi dimana salah
satu akarnya sudah keluar, digunakan untuk gigi
yang mempunyai akar lebih dari satu mis; molar.
 Hanya dipakai untuk rahang bawah
B. Bentuk cryer
 Ujung yg dimasukan kedalam socket bentuknya
seperti bendera. Handelnya merupakan satu
batang yg tegak lurus dengan tangkai dari bagian
yg berbentuk seperti bendera tersebut. Sehingga
dapat memberikan tenaga yg besar sekali.
 Ada 2 macam bentuk cryer :
1. untuk mesial
2. untuk distal
Cara pemakaian bein

 Bein digunakan dengan cara ditekan kedalam periodontal


membran pada sisi mesial/distal menggunakan tumpuan
septum intradental, kemudian digunakan dengan cara
mencungkil.
 Dalam pemakaian harus hati-hati karena menggunakan
tenaga yg besar jangan sampai tergelincir kejaringan lunak
sekitarnya.
 Bein dipegang dengan jari dengan membentuk sudut 45
derajat dan diusahakan jari telunjuk mengenai tulang
alveolar sehingga bein bisa diarahkan ke gigi dan mencegah
tergelincir kejaringan lunak.
THANKS!

Anda mungkin juga menyukai