Anda di halaman 1dari 40

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIZAR

SEMESTER VII, TA 2016/2017


BLOK PELAYANAN KESEHATAN KHUSUS
KULIAH PEMERIKSAAN KESEHATAN LANSIA

DOSEN : dr. INDRADJID, Ms


WAKTU : DESEMBER 2016
I. PENDAHULUAN

 Jumlah warga usia lanjut indonesia semakin banyak seiring


meningkatnya usia harapan hidup.

 Berbagai masalah fisik biologik, psikologik, dan sosial akan


muncul sebagai akibat dari proses menua dan/atau penyakit
degeneratif yang muncul seiring menua.
 Batasan usia lanjut menurut WHO.
1) Middle age = usia pertengahan : 45 – 59 Tahun.
2) Elderly = Lanjut usia : 60 – 74 Tahun.
3) Old = Lanjut usia tua : 75 – 90 Tahun.
4) Very Old = Sangat tua : > 90 Tahun
 Batasan Usia lanjut menurut Depkes
1) Prasenium = Virilitas : 55 – 59 Tahun.
masa persiapan usia lanjut dengan kematangan jiwa.
2) Senescen = usia lanjut dini : 60 – 64 Tahun

3) Usia lanjut yang beresiko tinggi untuk menderita berbagai penyakit degeneratif

(usia ≥ 65 Tahun).
II. Perubahan Fisik Pada Lansia

 Secara umum terjadi penurunan kekuatan dan kualitas, juga fungsi organ.

 Penurunan ini bervariasi tergantung dari kebiasaan hidup pada masa usia muda.

 Perubahan Fisik sebagai berikut.

1) Sel

• Ukuran lebih besar, jumlah lebih sedikit, mekanisme perbaikan sel


terganggu, menurunnya proporsi protein di otak, ginjal, otot,
darah dan hati.
2) Sistem Persyarafan.

 Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, mengecilnya saraf panca
indra, kurang sensitive terhadap sentuhan, hubungan persyarafan menurun.

3) Sistem Penglihatan.

 respon terhadap sinar berkurang.

 kekeruhan pada lensa mata.

 daya akomodasi menurun.

 menurunnya lapangan pandang


4) Sistem Pendengaran

 Penurunan ketajaman pendengaran.

 Sulit mengerti kata – kata.

 Penumpukan Serumen dan keras

5) Sistem Respirasi

 Menurunnya kekuatan otot pernafasan dan berkurangnya elastisitas Silia – silia paru,

ukuran alveoli melebar dan tekanan O2 pada arteri paru menurun menjadi 75 mm Hg
6) Sistem Endokerin

 Produksi hormon menurun, aktivitas tiroid menurun, produksi aldosteron menurun, sekresi
hormon kelamin menurun.

7) Sistem Kardioveskular

 menurunnya elastisitas dinding aorta,

 katub jantung menebal dan kaku,

 Cardiac output menurun.


8) Sistem Gastrointesnital
 Penurunan selera makan  asupan kalori menurun.
 mudah konstipasi
 produksi saliva menurun
 gerak peristaltik usus lambat
 waktu pengosongan lambung bertambah
9) Sistem Muskuloskeletal

 Tulang makin rapuh

 Persendian menjadi kaku

 atrofi serabut otot.


10) Sistem Integumen
 Kulit berkeriput, kasar, bersisik
 Respon terhadap trauma menurun
 Kulit kepala dan rambut menipis
 Pertumbuhan kuku melambat dan keras seperti bertanduk
 Kelenjar keringat berkurang
11) Sistem Reproduksi
 Penurunan sekresi estrogen (menopause)
 Hilangnya elastisitas payudara
 Vagina atrofi dan kering
12) Sistem Genitourinaria
 Ginjal mengecil
 Aliran darah ke ginjal menurun
 Fungsi tubulus berkurang
 pembesaran Prostat
 Vesika Urinaria susah di kosongkan.
III. KARAKTERISTIK PASIEN LANSIA

1. MULTIPALOGI
- memiliki lebih dari satu penyakit pada saat yang sama dan biasanya
merupakan akumulasi penyakit degeneratif yang diderita selama bertahun-
tahun dan karena suatu kondisi tertentu mengakibatkan yang bersangkutan
harus dirawat dirumah sakit atau terpaksa terbaring dirumah (bedridden).
2. SIGN and SYMPTOM Biasanya Tidak Khas
Gejala yang acapkali muncul adalah hilang nafsu makan, kelemahan umum, apatis.
3. PERJALANAN FUNGSI ORGAN CENDERUNG MENURUN
 Contoh : penurunan jumlah glomerulus ginjal harus menjadi pertimbangan
dalam pemberian obat-obatan. Terjadi
 Penurunan status fungsional dan kognitif
 Gangguan status gizi
 Dehidrasi lebih sering terjadi
 Fungsi silia dan refleks batuk yang menurun menyebabkan retensi sputum yang memudahkan
terjadi pneumonia.
 Gangguan keseimbangan
 Gangguan penglihatan, pendengaran
 Konstipasi dan inkontinensia urin
 Konstipasi dan inkoninensia urin
 Hipertensi sistoliik karena kekakuan dan aterosklerosis
 dll
IV. PENGELOLAHAN PASIEN LANSIA
 Komponen pengelolaan meliputi
1) Anamnesis :
- Identitas pribadi dan orang terdekat (keluarga).
- Keluhan utama
- Riwayat penyakit
2) Pemeriksaan :
- Tanda Vital
- Status fungsional dan kognitif
- Status gizi
- Pemeriksaan fisik regio / sistem
3) Pemeriksaan penunjang
4) Penatalaksanaan.
V. STATUS FUNGSIONAL

 Adalah status / derajat kemampuan seseorang untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari
(Activity of Daily Living = ADL), yang meliputi bangun dari posisi berbaring, duduk,
berjalan, mandi, berkemih, berpakaian, bersolek, makan-minum, naik-turun tangga dan
buang air besar.

 Biasanya pasien geriatri akan mengalami penurunan status fungsional ini dari mandiri
menjadi ketergantungan ringan, sedang atau sampai berat.
Penentuan status fungsional menggunakan Indeks ADL’s Barthel, seogyanya
mengikut sertakan keluarga, dilakukan beberapa kali untuk mengevaluasi kemajuan
atau kemunduran.

NO AKTIVITAS KEMAMPUAN SKOR


1 Berbaring  duduk Mandiri 3
Dibantu dua orang 2
Dibantu dua orang 1
Tak Mampu 0
2 Berjalan Mandiri 3
Dibantu satu orang/walker 2
Dengan kursi roda 1
Tak mampu 0
3 Penggunaan Toilet ke / dari Mandiri 2
WC, melepas / mengenakan Perlu pertolongan(sebagian) 1
celana, menyeka, menyiram
Tergantung orang lain 0
Lanjutan
NO AKTIVITAS KEMAMPUAN SKOR
4 Membersihkan diri (lap muka, sisir Mandiri 1
rambut, sikat gigi)
Perlu pertolongan 0
5 Mengontrol BAB Kontinen teratur 2
Kadang-kadang inkontinen 1
inkontinen 0
6 Mengontrol BAK Mandiri 2
Kadang-kadang inkontinen 1
Inkontinen / kateter 0
7 Mandi Mandiri 1
Tergantung orang lain 0
Lanjutan
NO AKTIVITAS KEMAMPUAN SKOR
8 Berpakaian Mandiri 2
Sebagian dibantu 1
Tergantung orang lain 0
9 Makan Mandiri 2
Perlu pertolongan (sebagian) 1
Tergantung orang lain 0
10 Naik-turun tangga Mandiri 2
Perlu pertolongan 1
Tak mampu 0
SKOR TOTAL
PENILAIAN
SKOR 20 = Mandiri
12 – 19 = Ketergantungan ringan
9 – 11 = Ketergantungan sedang
5 – 8 = Ketergantungan berat
0 – 4 =Ketergantungan total
VI. STATUS KOGNITIF
Pemeriksaan status kognitif merupakan penapisan untuk pikun (demensia) dengan
menggunakan “Abbriviated Mental Test” (AMT) dan dikatagorikan menjadi gangguan
kognitif berat, sedang dan normal

NO PERTANYAAN SKOR
SALAH BENAR
1 Umur berapa………..(tahun) 0 1
2 Waktu / jam berapa sekarang? 0 1
3 Alamat tempat tinggal 0 1
4 Tahun sekarang 0 1
5 Saat ini berada dimana? 0 1
6 Mengenali orang lain di RS (dokter, perawat, dll) 0 1

7 Tahun kemerdekaan RI 0 1
Lanjutan
NO PERTANYAAN SKOR
SALAH BENAR
8 Nama Presiden RI 0 1
9 Tahun kelahiran pasien / anak 0 1
10 Menghitung terbalik (20 s/d 1) 0 1
SKOR TOTAL
Penilaian : 0 – 3 = gangguan kognitif berat
4 – 7 = gangguan kognitif sedang
8 – 10 = normal
VII. ASPEK GIZI DAN NUTRISI PADA LANSIA
A. Perubahan akibat proses menua yang terkait aspek nutrisi antara lain :
1. Kehilangan gigi yang terutama akibat penyakit periodontal
2. Indra pengecap menurun:
atrofi indra pengecap (± 80%)  sensitivitas rasa manis, asin, pahit
menurun.
3. Rasa lapar menurun akibat
- Asam lambung berkurang
- Motilitas dan waktu pengosongan lambung menurun.
4. Peristaltik usus melemah  konstipasi
5. Atrofi villi usus  fungsi absorpsi
6. Liver mengecil  fungsi menurun
7. Fungsi kelenjar pankreas menurun  gangguan pengaturan gula darah
B. STATUS GIZI
 Beberapa parameter perlu diukur yaitu :
1) Antropometrik, yang utama adalah yang terkait dengan BMI = IMT
- Rumus IMT = BB (kg)
TB2(m2)
- Nilai normal :
laki-laki = 18 – 25
perempuan = 17 – 23
- Pengukuran TB pada lansia perlu lebih cermat karena sering
mengalami penurunan TB yang disebabkan :
a. Komponen cairan tubuh berkurang  diskusi inter vertebralis lebih pipih
b. Kifosis  tegaknya tulang punggung berkurang
c. Osteoporosis terutama vertebrae  mudah fraktur  tinggi berkurang.
- Dianjurkan mengukur tinggi lutut (TL) untuk menentukan TB dengan
rumus ;
o TB pria = 59,01 + (2,08 x TL)
o TB wanita = 75,00 + (1,91 x TL) – (0,17 x U)

- TL dalam cm
- U = umur dalam tahun
o Penurunan TB akan meningkatkan IMT

2. Parameter lain adalah melakukan anamnesis makanan yang dikonsumsi sehari-hari untuk
memperkirakan kecukupan konsumsi KH, Lemak, Protein, serat dan cairan
3. Parameter laboratorium :
- Nilai Hb
- Albumin serum
C. Masalah Gizi Pada LANSIA
Mirip dengan masalah gizi pada balita dan ibu hamil :
1. Gizi Lebih
2. Gizi Kurang
3. Defisiensi Vitamin / Mineral
1. Gizi Lebih
kebiasaan banyak makan pada usia muda mennyebabkan BB berlebih / obesitas dan pada
waktu LANSIA aktivitas berkurang  penggunaan kalori berkurang  cenderung obes 
berisiko terhadap berbagai penyakit.
• Hipertensi
• DM
• Hiperlipidemia
• Aterosklerosis  PJK
2. Gizi Kurang
• Masalah sosial ekonomi dan gangguan berbagai penyakit  konsumsi zat gizi berkurang  gizi
berkurang.
• Imunitas terhadap penyakit infeksi menurun memperburuk status gizi
3. Defiensi vitamin / mineral
• Kurangnya mengkonsumsi buah dan sayur ditambah kurang protein
• Manifestasi klinik  lemah, lesu, tidak bersemangat, kulit kering, dll.

Faktor yang berpengaruh


• Keterbatasan penghasilan / daya beli
• Hilangnya gigi
• Pola makan yang salah
• Kurang pengetahuan tentang gizi / nutrisi
• Faktor psikologis
D. Pemberian nutrisi / makanan
1. Hal-hal yang perlu diperhatikan
a. Kecukupan gizi
b. Makanan diberikan secara bertahap dan bervariasi, porsi kecil, terutama
bila nafsu makan berkurang.
c. Sesuaikan jenis makanan dan selera
d. Makanan lunak dapat menghindari konstipasi dan memudahkan dikunyah
e. Bagi lansia yang tidak mampu mandiri perlu diberikan bantuan sesuai
kebutuhannya.
f. Porsi cairan untuk minum  banyak minum akan memperlancar defekasi.
2. Penentuan Kebutuhan Gizi
- Menurut WHO :
• Laki-laki = (13,5 x BB) + 487 kkal
• Perempuan = (10,5 x BB) + 596 kkal
- Catatan
• BB dalam Kg
• Berdasarkan Resting Energy Expenditure (REE); belum termasuk aktivitas.
- Kebutuhan protein sehari : 0,8 g/kg BB
• Protein berlebih  membebani fungsi ginjal
• Jika terdapat kondisi kurang / buruk atau penyembuhan dari sakit, dekubitus maka protein sehari
dinaikkan sampai 1,2 – 1,8 g/kg BB
• Pemenuhan kecukupan protein >75 %
• Dari total energi, maka protein 20%, lemak 20%, karbohidrat 60%.
 Sumber karbohidrat tidak harus nasi, tetapi dapat kentang, roti, sagu, mie
 Sumber lemak yang rendah kolestrol tetapi tinggi asam lemak esensial seperti omega 3 dan
omega 6.
 Vitamin dan mineral sebaiknya dari yang alamiah ditambah suplemen dosis sedang.
 Serat diperoleh dari sayur, buah dan biji – bijian sekitar 25 gram sehari
 Jumlah cairan minimal 8 gelas (1600 cc) sehari tetapi disesuaikan dengan ada atau
tidaknya penyakit yag memerlukan pembatasan air :
• Gagal jantung
• Gagal ginjal
• Sirosis hati asites aupun edema.
VIII. POSYANDU LANSIA
A. PENGERTIAN
merupakan fasilitas kesehatan yang berada di dusun/ lingkungan/
desa / kelurahan yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan khususnya
warga yang berusia lanjut.
B. DENAH POSYANDU LANSIA
Lanjutan
Keterangan :
A. Meja 1 : Tempat pendaftaran
B. Meja II : Pengukuran tinggi badan, berta badan dan tekanan darah
C. Meja III : Pencatatan (Pengisian Kartu Menuju Sehat)
D. Meja IV : Penyuluhan
E. Meja V : Pelayanan medis
F. Warga
C. Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan Kegiatan dengan menggunakan sistem 5 meja yaitu :
1. Meja 1: Pendaftaran
Mendaftarkan lansia , kemudian kader mencatat lansia tersebut. Lansia yang sudah
terdaftarr di buku register langsung menuju meja selanjutnya.
2. Meja 2:
Kader melakukan pengukuran tinggi badan, berat badan, dan tekanan darah.
3. Meja 3: Pencatatan (Pengisian Kartu Menuju Sehat)
Kader melakukan pencatatan di KMS lansia meliputi : Indeks Massa Tubuh, tekanan
darah, berat badan, tinggi badan.
Lanjutan
4. Meja 4: Penyuluhan

Penyuluhan kesehatan perorangan berdasarkan KMS dan pemberian makanan tambahan.

5. Meja 5: Pelayanan medis

Pelayanan oleh tenaga professional yaitu petugas dari Puskesmas/kesehatan meliputi


kegiatan : pemeriksaan dan pengobatan ringan.
D. Tugas-Tugas Kader Posyandu Lansia
1. Tugas-tugas Kader

Secara umum tugas-tugas kader lansia adalah sebagai berikut :

a. Tugas sebelum hari buka Posyandu (H – Posyandu) yaitu berupa tugas- tugas
persiapan oleh kader agar kegiatan pada hari buka Posyandu berjalan dengan
baik.

b. Tugas pada hari buka Posyandu (H Posyandu) yaitu berupa tugas-tugas untuk
melaksanakan pelayanan 5 meja.

c. Tugas sesudah hari buka posyandu (H + Posyandu) yaitu berupa tugas- tugas
setelah hari Posyandu.
2. Tugas-tugas Kader Pada Pelaksanaan Posyandu Lansia
a. Tugas-tugas kader Posyandu pada H – atau pada saat persiapan hari
Posyandu, meliputi :
1. Menyiapkan alat dan bahan : timbangan, tensimeter, stateskop,
KMS, alat peraga, obat-obatan yang dibutuhkan, bahan/materi penyuluhan
dan lain-lain.
2. Mengundang dan menggerakkan masyarakat, yaitu memberi tahu
para lansia untuk datang ke Posyandu, serta melakukan
pendekatan tokoh yang bisa membantu memotivasi masyarakat (lansia) untuk
datang ke Posyandu
3. Menghubungi kelompok kerja (Pokja) Posyandu yaitu
menyampaikan rencana kegiatan kepada kantor desa dan
meminta memastikan apakah petugas sector bisa hadir pada hari buka
Posyandu.
4. Melaksanakan pembagian tugas : menentukan pembagian tugas di antara kader
Posyandu baik untuk persiapan untuk pelaksanaan.

b. Tugas-tugas kader pada hari buka Posyandu disebut juga dengan tugas pelayanan 5 meja,
meliputi :

1. Meja 1: Pendaftaran

Mendaftarkan lansia , kemudian kader mencatat tersebut. Lansia


yang sudah terdaftar di buku register langsung menuju meja
selanjutnya.

2. Meja 2:

Kader melakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan dan


pengukuran tekanan darah.
3. Meja 3: Pencatatan (Pengisian Kartu Menuju Sehat)

Kader melakukan pencatatan di KMS lansia meliputi : indeks Massa


Tubuh, Tekanan darah, berat badan dan tinggi badan.

4. Meja 4: Penyuluhan:

Penyuluhan kesehatan perorangan berdasarkan KMS dan pemberian


makanan tambahan.

5. Meja 5: Pelayanan medis

pelayanan oleh tenaga professional yaitu petugas dari


Puskesmas/kesehatan meliputi kegiatan : pemeriksaan dan pengobatan
ringan
C. Tahap setelah hari buka posyandu (H + Posyandu)

1. Memindahkan catatan-catatan pada KMS lansia ke dalam buku


register atau buku bantu kader.

2. Melakukan evaluasi hasil kegiatan dan merencanakan kegiatan hari


posyandu lansia pada bualn berikutnya.

3. Melakukan diskusi kelompok (Penyuluhan Kelompok) bersama lansia


(Paguyuban Lansia).

4. Melakukan kunjungan rumah untuk penyuluhan Perorangan / sekaligus


tindak lanjut untuk mengajak lansia untuk datang ke Posyandu lansia pada kegiatan
bulan berikutnya.
E. Kriteria Evaluasi

a. Evaluasi struktur
- Menyiapkan pre planning
- Waktu pelaksanaan posyandu lansia telah disepakati dan ditetapkan
- Tempat dan perlengkapan acara telah dipersiapkan
- Telah terbentuk panitia penyelenggara
- Surat undangan telah dibuat
b. Evaluasi proses
- Jumlah peserta sesuai data jumlah lansia
- Peserta aktif mengikuti kelangsungan acara
- Media dan alat bantu dapat digunakan secara efektif
- Acara dapat berjalan sesuai rencana
c. Evaluasi Hasil
- Peserta posyandu lansia mengetahui kondisi kesehatannya dan mampu melakukan
usaha untuk meningkatkan status kesehatannya.
- 50% jumlah undangan hadir dalam kegiatan posyandu
- 90% tidak meninggalkan tempat sebelum acara selesai.
REFRENSI
Hartono, A (2012) : Geriatri dalam praktek sehari-hari. Binarupa Aksara, Jakarta.
Nugroho, Wahyudi (2006) : Keperawatan Gerontik dan Geriatrik;
Penerbit EGC, Jakarta.
Sediaoetama, AD (2000) : Ilmu Gizi, jilid I, cetakan IV. Penerbit Dian Rakyat, Jakarta.
Soejono, C.H dkk (2000) : Pedoman Pengelolaan Kesehatan Pasien Geriatri. Pusat
Informasi dan Penerbitan FK-UI, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai