Anda di halaman 1dari 9

PENANGANAN RETINOPATI HIPERTENSI

• Diagnosis retinopati hipertensi tidaklah mudah karena


tidak ada keluhan penurunan visus dari penderita.
Biasanya diketahui secara kebetulan pada pemeriksaan
funduskopi atau rujukan dri sejawat dokter bidang
kardiovaskuler.
• Sklerosis vaskuler menunjukkan kronisitas, akan mudah
dikenali setelah stadium lanjut, sedangkan pada fase akut
hanya dikenali dengan angiospasme.
• Pada tekanan sistolik yang cukup tinggi dan usia muda
dapat ditemukan edema papil saraf optik bahkan separasi
retina.
Secara garis besar:
• Gambaran fundus mata akibat hipertensi pada stadium awal
sulit dikenali, tetapi pada stadium lanjut seperti
ditemukannya edema papil saraf optik merupakan indikasi
untuk segera dirujuk kepada hli kardio vaskuler.
• Mengatasi penyebab primer hipertensi adalah paling tepat.
• Informasi akut maupun kronisitas akan bermanfaat
menentukan tindakan atau pengobatan yang sesuai.
• Retinopati hipertensi tidak memerlukan pengobatan khusus
di bidang mata, kecuali komplikasi berupa oklusi vaskuler
memerlukan foto angiografi fluoresin dan laser, pemberian
anti VEGF perlu dipertimbangkan bila terjadi edema makula.
• Mengobati faktor primer adalah sangat penting jika ditemukan
perubahan pada fundus akibat retinopati arterial. Tekanan darah
harus diturunkan dibawah 140/90 mmHg. Jika telah terjadi
perubahan pada fundus akibat arteriosklerosis, maka kondisi ini tidak
dapat diobati lagi.
• Beberapa studi eksperimental dan percobaan klinik menunjukan
bahwa tanda-tanda retinopati hipertensi dapat berkurang dengan
mengontrol kadar tekanan darah. Masih tidak jelas apakah
pengobatan dengan obat anti hipertensi mempunyai efek langsung
terhadap str uktur mikrovaskuler.
• Penggunaan obat ACE Inhibitor terbukti dapat mengurangi kekeruhan
dinding arteri retina sementara penggunaan HCT tidak memberikan
efek apa pun terhadap pembuluh darah retina.
• Perubahan pola dan gaya hidup juga harus dilakukan. Pasien
dinasehati untuk menurunkan berat badan jika sudah melewati
standar berat badan ideal seharusnya. Konsumsi makanan dengan
kadar lemak jenuh harus dikurangi sementara intake lemak tak
jenuh dapat menurunkan tekanan darah. Konsumsi alkohol dan
garam perlu dibatasi dan pasien memerlukan kegiatan olahraga yang
teratur.
• Dokter atau petugas kesehatan harus tetap meneruskan pengobatan
pada pasien hipertensi walaupun tanpa tanda-tanda retinopati.
Evaluasi dan manajemen pada pasien dengan hipertensi harus
diutamakan supaya tidak terjadi komplikasi ke target organ yang
lain. Terapi terkini untuk retinopati hipertensi dengan perdarahan
intraretinal adalah laser fotokoagulasi.
HUBUNGAN TEKANAN INTRAKRANIAL
DENGAN PAPIL EDEMA :
• Tekanan intrakranial adalah tekanan di dalam ruang tengkorak yang dilindungi
dari tekanan luar. Tekanan ini dinamik dan berfluktuatif secara ritmis mengikuti
siklus jantung, respirasi, dan perubahan proses fisiologis tubuh; secara klinis bisa
diukur dari tekanan intraventrikuler, intraparenkimal, ruang subdural, dan
epidural. Pengukuran kontinu pada satu kompartemen intrakranial akan
memperlihatkan perubahan fisiologis dan patologis ruang dalam tengkorak dari
waktu ke waktu, yang diperlukan untuk dasar pengelolaan pasien dengan
peningkatan tekanan intrakranial.
• Alexander Monro dan George Kellie menyebutkan bahwa otak, darah, dan cairan
serebrospinal (CSS) merupakan komponen yang tidak dapat terkompresi,
peningkatan salah satu komponen ataupun ekspansi massa di dalam tengkorak
dapat mengakibatkan peningkatan tekanan intrakranial, sehingga apabila
seseorang mengalami peningkatan tekanan darah yang tinggi bisa
menyebabakan peningkatan tekanan intrakranial teori ini lebih lanjut disebut
doktrin Monro-Kellie.
• Pada keadaan hipertensi, pembuluh darah retina akan mengalami beberapa seri
perubahan patofisiologis sebagai respon terhadap peningkatan tekanan darah.
Terdapat teori bahwa terjadi spasme arterioles dan kerusakan endothelial pada tahap
akut sementara pada tahap kronis terjadi hialinisasi pembuluh darah yang
menyebabkan berkurangnya elastisitas pembuluh darah.
• Pada tahap awal, pembuluh darah retina akan mengalami vasokonstriksi secara
generalisata. Ini merupakan akibat dari peningkatan tonus arteriolus dari mekanisme
autoregulasi yang seharusnya berperan sebagai fungsi proteksi. Pada pemeriksaan
funduskopi akan kelihatan penyempitan arterioles retina secara generalisata.
Peningkatan tekanan darah secara persisten akan menyebabkan terjadinya
penebalan intima pembuluh darah, hiperplasia dinding tunika media dan degenerasi
hyalin. Pada tahap ini akan terjadi penyempitan arteriolar yang lebih berat dan
perubahan pada persilangan arteri-vena yang dikenal sebagai arteriovenous nicking.
Terjadi juga perubahan pada refleks cahaya arteriolar yaitu terjadi pelebaran dan
aksentuasi dari refleks cahaya sentral yang dikenal sebagai copper wiring.
• Selanjutnya akan terjadi tahap pembentukan eksudat, yang akan menimbulkan
kerusakan pada sawar darah-retina, nekrosis otot polos dan sel-sel endotel, eksudasi
darah dan lipid, dan iskemik retina. Perubahan-perubahan ini bermanifestasi pada
retina sebagai gambaran mikroaneurisma, hemoragik, hard exudate dan infark pada
lapisan serat saraf yang dikenal sebagai cotton-wool spot. Edema diskus optikus dapat
terlihat pada tahap ini, dan biasanya merupakan indikasi telah terjadi peningkatan
tekanan darah yang sangat berat.
• Pada stroke terjadi gangguan pasokan aliran darah otak yang dapat terjadi di mana
saja di dalam arteri-arteri yang membentuk Sirkulus Willisi: arteria karotis interna dan
sistem vertebrobasilar atau semua cabang-cabangnya. Secara umum, apabila aliran
darah ke jaringan otak terputus selama 15 sampai 20 menit, akan terjadi infark atau
kematian jaringan. Perlu diingat bahwa oklusi di suatu arteri tidak selalu
menyebabkan infark di daerah otak yang diperdarahi oleh arteri tersebut. Alasannya
adalah bahwa mungkin terdapat sirkulasi kolateral yang memadai ke daerah tersebut.
Proses patologik yang mendasari mungkin salah satu dari berbagai proses yang terjadi
di dalam pembuluh darah yang memperdarahi otak.
• Arteriol retina memiliki persamaan struktur anatomis (yaitu sawar
darahotak) dan fungsi fisiologis (yaitu regulasi tekanan darah) dengan
arteriol serebral, sehingga perubahan dalam diameter arteriol retina juga
menggambarkan perubahan pada arteriol serebral, perubahan pada
arteriol retina dapat digunakan sebagai prediksi kelainan pada SSP. lebih
dari separuh tidak memiliki kerusakan target organ lain. Studi yang
dilakukan oleh Longstreth et al pada tahun 2007 juga menunjukan adanya
hubungan yang jelas dari kelainan arteriol akibat retinopati hipertensi
(diteliti melalui funduskopi) dan stroke klinis atau subklinis (diteliti
melalui CT-scan).
• Sehingga pada proses yang sama pada hipertensi terjadi iskemik
neuropati optik anterior akibat defisiensi aliran darah pada bagian saraf
optik anterior sehingga terjadi neuropati pada saraf tersebut sehingga
terjadi pembengkakan diskus optikus (papil oedema).
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai