Anda di halaman 1dari 14

BAB 10 DINAMIKA DARI

GERAK ROTASI

NAMA: JOSE CARLOS TAHITU


NIM: 20101103032
Torsi

 Gaya merupakan sebab dari bergeraknya suatu benda dan


dalam gerak rotasi yang menyebabkan benda berputar
disebut dengan momen gaya atau torsi yang juga
didefinisikan sebagai hasil kali antara gaya (F) yang tegak
lurus dengan jarak dari sumbu rotasi ke arah garis kerja
gaya (r) .

 Torsi berlawanan arah jarum bernilai positif dan searah


jarum jam bernilai negatif .
Torsi

Satuan SI untuk torsi adalah newton-meter. Dalam


pembahasan tentang usaha dan energi, kita
menyebut kombinasi ini joule. Tetapi torsi bukanlah
usaha atau energi, dan torsi harus dinyatakan dalam
newton-meter, bukan joule.
Sebagai vektor:
Torsi dan Percepatan Sudut untuk Benda Tegar
 Ketika benda tegar mengalami torsi neto tidak nol (≠0), maka akan
mengalami percepatan sudut. Percepatan sudut berbanding lurus
dengan torsi neto.
 Analog rotasi dari hukum kedua Newton mengatakan bahwa torsi total
yang bekerja pada benda sama dengan hasil kali momen inersia benda
dan percepatan sudutnya.
Rotasi Benda Tegar pada Sumbu yang Bergerak

Setiap gerakan yang mungkin dari benda tegar dapat


direpresentasikan sebagai kombinasi gerakan
translasi dari pusat massa dan rotasi di sekitar
sumbu melalui pusat massa.
Hal ini berlaku bahkan ketika pusat massa
mengalami percepatan, sehingga tidak diam dalam
kerangka inersia mana pun.
 
Gabungan Gerak Translasi dan Gerak Rotasi : Hubungan Energi

 Gerak gabungan antara gerak translasi dan gerak rotasi disebut sebagai
mengelinding. Di bagian depan kita meninjau sebuah partikel yang
bergerak berotasi memiliki tenaga kinetik sebesar K = Iω2.
 Bila yang berotasi adalah benda tegar maka kita gunakan momen
inersia benda yang bersangkutan. Untuk benda yang menggelinding
maka tenaga kinetiknya adalah hasil penjumlahan antara tenaga
kinetik translasi dan tenaga kinetik rotasi.
Menggelinding Tanpa Tergelincir

 Kasus penting dari gabungan gerak translasi dan rotasi adalah


menggelinding tanpa tergelincir, seperti gerakan roda yang ditunjukkan pada
Gambar dibawah. Roda itu simetris, jadi pusat massanya berada di pusat
geometrisnya. Kami melihat gerakan dalam kerangka acuan inersia di mana
permukaan tempat roda berguling diam.

 Pada bingkai ini, titik pada roda yang bersentuhan dengan permukaan harus
segera diam agar tidak tergelincir. Oleh karena itu, kecepatan v1 titik kontak
relatif terhadap pusat massa harus sama besarnya tetapi arahnya berlawanan
dengan benda kecepatan pusat massa vcm. Jika jari-jari roda adalah R dan
kecepatan sudutnya terhadap pusat massa adalah w, maka besar v1 adalah Rw;
Gabungan Translasi dan Rotasi: Dinamika

 Benda dengan massa total M, percepatan acm dari pusat massa


adalah sama dengan percepatan massa titik M yang bekerja
dengan semua gaya eksternal pada benda sebenarnya:

 Gerak rotasi tentang pusat massa dijelaskan oleh analogi rotasi


hukum kedua Newton:

 Dimana Icm adalah momen inersia terhadap sumbu yang melalui


pusat massa dan jumlah τz mencakup semua torsi eksternal
yang terkait dengan sumbu ini.
Usaha dan Daya dalam Gerak Rotasi

 Usaha yang dilakukan oleh sebuah momen gaya   yang bekerja untuk
merotasikan sebuah benda tegar sejauh dθ dapat diperoleh dari
rumus gerak linier sebagai berikut:
W = F.s = F. Rθ;    karena F.R adalah momen gaya maka:

dengan 
W = usaha gerak rotasi dalam  joule
τ = momen gaya dalam  kg.m
θ = sudut yang dibentuk dalam  rad

 Dalam gerak rotasi sebuah momen gaya melakukan usaha pada


benda dan mengubah energi kinetik rotasinya sesuai dengan
hubungan
Momentum Sudut

Analog momentum suatu partikel adalah


momentum sudut, besaran vektor dilambangkan
sebagai L. Hubungannya dengan momentum p (yang
sering kita sebut momentum linier untuk kejelasan)
adalah persis sama dengan hubungan torsi terhadap
gaya, τ= r × F . Untuk partikel bermassa m konstan,
kecepatan v, momentum p = mv, dan vektor posisi r
relatif terhadap asal 0 dari bingkai inersia, kita dapat
mendefinisikan L sebagai momentum sudut.
Momentum Sudut Benda Tegar

Untuk gerak benda titik (partikel), kita telah mendefinisikan


momentum sebagai perkalian massa (inersia) dengan
kecepatan, p=mv.
Pada gerak rotasi benda tegar, kita akan mendefinsikan besaran
yang sejenis, yang kita sebut sebagai momentum
sudut. Momentum sudut adalah perkalian antara momen
inersia dengan kecepatan sudut, atau
L = Iω
dimana
L = momentum sudut.
I = momen inersia.
ω =kecepatan sudut.
Hukum Momentum Sudut

 Hukum kekekalan momentum linear menyatakan bahwa bila pada suatu sistem
tidak bekerja resultan gaya luar (ΣF = 0), momentum linear sistem yaitu baka
(tetap besarnya). Pada gerak rotasi kita akan menjumpai aturan kekekalan
momentum sudut. Untuk resultan torsi luar sama dengan nol (Στ = 0), maka
dari persamaan di atas kita peroleh:

 Atau dengan kata lain, momentum sudut sistem yaitu baka (tidak
berubah). Hukum kekekalan momentum sudut berbunyi: jika tidak ada
resultan momen gaya luar yang bekerja pada sistem (Στ = 0), momentum
sudut sistem yaitu kekal (tetap besarnya).
Hukum Momentum Sudut

 Kekekalan momentum sudut sanggup didemonstrasikan dengan baik oleh


seorang penari es. Penari memulai rotasinya dengan kedua lengan
terentang. Dengan melipat kedua lenganya, penari itu memperkecil
momen inersianya terhadap poros dan sebagai balasannya penari
berputar lebih cepat (kecepatan sudut bertambah besar).
 Jika L1 = I1ω1 yaitu momentum awal penari dan L2 = I2ω2 yaitu momentum
sudut simpulan penari, dan pada penari tidak bekerja resultan torsi (Στ =
0), momentum sudut penari kekal, atau ditulis
Hukum Momentum Sudut

Perbandingan antara energi kinetik sebelum dan


sehabis kedua lengan anak direntangkan
memperlihatkan hasil bahwa energi kinetik sistem
berkurang (tidak kekal).
Dapatlah kita simpulkan bahwa pada perkara di
mana aturan kekekalan momentum sudut berlaku,
aturan kekekalan energi tidak berlaku.

Anda mungkin juga menyukai