Anda di halaman 1dari 25

Perilaku Konsumsi Junk food di Kalangan Remaja (Pengaruh

Faktor Individu, Sosial Media, dan Peer)

Noviana Nur Sari


Bhupathiraju dan Hu (2016), prevalensi

Pendahuluan
Penyak
obesitas dan diabetes menaikkan
faktor resiko penyakit kardiovaskular
sebanyak 2 kali lipat.
it
Selain obesitas dapat meningkatkan
resiko penyakit kardiovaskular,
obesitas dan diabetes juga dapat
meningkatkan faktor resiko penyakit
kanker (Gallagher and Le Roit, 2015).

Riskesdas
(2018),
prevalensi
obesitas di
Indonesia Obesitas
meningkat dari Mening
14, 8 % menjadi
21,8 %. kat

Remaja
PENDAHULUAN

REMAJA?

Perilaku Generasi
Milenial dipengaruhi
banyak faktor
3

1
Pengertian ilmu gizi
• Makanan?
makanan adalah “Bahan selain obat yang
mengandung zat-zat gizi dan atau unsur-unsur/ikatan
kimia yang dapat diubah menjadi zat gizi oleh tubuh,
yang berguna bila dimasukkan dalam tubuh”. Dari
pengertian tersebut jelaslah bahwa obat bukan
termasuk makanan, dan semua suplemen yang
mengandung zat gizi bisa kita kategorikan sebagai
• Pengertian Ilmu Gizi makanan

• Tujuan Ilmu gizi


“ Ilmu yg mempelajari segala
sesuatu tentang makanan dalam Tujuan ilmu gizi sendiri adalah
hubungannya dengan kesehatan mencapai, memperbaiki, dan
optimal” mempertahankan kesehatan
tubuh melalui konsumsi
makanan.

2
Ruang lingkup ilmu gizi
3. Ilmu
terkait

ilmu yang berkaitan dengan


ilmu gizi adalah Biokimia,
Biologi, Fisiologi, dan Patologi

2. Ruang
lingkup

Termasuk juga ruang lingkup ilmu gizi 1. Ruang


meliputi konsumsi pangan, cara-cara
pemanfaatan makanan oleh tubuh baik lingkup Ruang lingkup ilmu gizi sudah
dimulai dari produksi pangan artinya
dalam keadaan sehat maupun sakit. mulai dari penyiapan bibit tanaman/
gizi hewan ternak, perawatan selama
masa tanam atau pemeliharaan
hewan, perlakuan pasca panen
misalnya penyediaan , distribusi dan
pengolahan pangan.

3
Gizi dan pengaruhnya
Masalah
(gangguan) gizi

1. Faktor
primer

2. Faktor
sekunder
FAKTOR PRIMER
faktor primer maksudnya semua masalah gizi yang disebabkan
susunan makanan salah, baik dalam hal kuantitas maupun
kualitasnya. Faktor primer ini dapat meliputi;
kurangnya penyediaan pangan
kurang baiknya distribusi pangan
Kemiskinan
Ketidaktahuan
kebiasaan makan salah

faktor primer yang menyebabkan tidak tersedianya makanan yang


akan dimakan mulai dari hulu sampai hilir.
faktor sekunder meliputi semua faktor
TIPS PRESENTASI SUKSES LOMBA
yang menyebabkan zat-zat gizi tidak
FAKTOR SEKUNDER sampai di sel-sel tubuh setelah makanan
NASIONAL INTERNASIONAL
dikonsumsi

• 1. anatomi

pasien yang kelainan kongenital


rongga mulut, tumor daerah
esofagus, dan kelumpuhan otot
pengunyah pada stroke
3. metabolisme Faktor
sekunder • 2. absorpsi
misalnya pada pasien
Diabetes Mellitus yang misalnya pasien malabsorbsi,
kekurangan insulin pasien yang mengalami infeksi
usus halus (Thypus Abdominalis),
dan pasien post operasi
pencernaan;

11
faktor sekunder meliputi semua faktor
TIPS PRESENTASI SUKSES LOMBA
yang menyebabkan zat-zat gizi tidak
FAKTOR SEKUNDER sampai di sel-sel tubuh setelah makanan
NASIONAL INTERNASIONAL
dikonsumsi

• 4. ekskresi

misalnya pasien yang tidak


mampu mengeluarkan sisa
hasil metabolisme makanan

5. obat-obatan Faktor
sekunder
misalnya pasien yang
mengonsumsi obat yang
berinteraksi dengan makanan
sehingga zat gizi tertentu tidak
bisa diserap

12
Proses pencernaan makanan
Proses ini meliputi pencernaan secara mekanik yang dilakukan oleh otot
pengunyah, gigi, lidah, gerakan peristaltik saluran cerna yang membantu memecah
makanan yang kita makan menjadi partikel yang lebih kecil selain itu juga dibantu
dengan pencernaan kimiawi yang dilakukan oleh enzim-enzim pencernaan yang
memecah karbohidrat dalam makanan menjadi bentuk karbohidrat yang paling
sederhana yaitu monosakarida, memecah protein menjadi asam amino dan
memecah lemak menjadi asam lemak dan gliserol.

Setelah makanan dicerna menjadi bentuk yang paling sederhana, maka partikel zat
gizi yang terbentuk mengalami penyerapan atau absorbsi. Absorbsi zat gizi dimulai
di lambung sampai usus, absorbsi zat gizi dapat melalui cara; 1) pasif yaitu zat gizi
berpindah dari saluran cerna ke pembuluh darah karena adanya perbedaan tekanan
atau konsentrasi; 2) aktif yaitu zat gizi diserap dengan menggunakan energi; 3)
fasilitatif misalnya menggunakan protein; dan 4) fagositosis/pinositosis yaitu
membran sel epitel menfagosite partikel zat gizi. Kemudian zat gizi ini
didistribusikan ke sel-sel diseluruh tubuh dan dimanfaatkan oleh tubuh.
Masalah gizi
Nah bagaimanakah bisa timbul
masalah kurang gizi?. Proses
sampai timbulnya gejala klinis
yang dirasakan oleh pasien
merupakan proses yang
panjang, untuk lebih jelasnya,
perhatikan gambar dibawah ini
1) tidak tersedianya sumber Dampak kekurangan gizi
energi untuk produksi tenaga

2) terganggunya atau
terhambatnya pertumbuhan
pada anak dan remaja

3) menurunnya sistem pertahanan


tubuh karena bahan baku sistem
pertahanan adalah zat gizi yaitu
protein dan air

5) berdasarkan hasil penelitian ternyata


kurang gizi kronis dapat menimbulkan
perubahan perilaku menjadi anti sosial.
4) terganggunya struktur dan Keadaan kurang gizi ini pada anak-anak
fungsi otak dikenal dengan penyakit Kurang Kalori
Protein (KKP) atau Marasmus dan
Kwashiorkor.
Dampak kelebihan gizi

OBESITAS
obesitas yang meningkatkan risiko
timbulnya penyakit degeneratif
seperti diabetes mellitus,
hipertensi, penyakit jantung
koroner, penyakit hati dan
kantung empedu.

. Selain penyakit akibat gizi kurang dan gizi lebih,


penyakit yang berkaitan dengan gizi adalah
penyakit metabolik bawaan, dan penyakit
keracunan makanan.
Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS)

• Protein

10-15 % sumber energi asal


protein

Karbohidrat
Lemak
PUGS adalah 60-75% sumber
energi berasal dari karbohidrat 10-25% sumber energi yang
berasal dari lemak
1. Social Norms (peer/social pressure)

keluarga Prestise Teman/social pressure

1. Hal ini juga didukung dengan penelitian


2. . Keluarga dengan status sosial ekonomi menengah ke atas membentuk remaja untuk
memiliki pola makan junk food yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan dalam norma sosial Sharififirad (2013) yang menjelaskan bahwa
keluarga dengan status ekonomi yang tinggi membentuk pola konsumsi ini dan remaja atau remaja yang mengonsumsi
membentuk social high pressure junk food karena higher social pressure
Faktor
eksternal/
lingkungan
Faktor influence on others ini juga lebih meningkat ketika weekend. Hal itu (Environmental
yang menyebabkan ketika weekend dan hangout bersama teman-teman akan Factors)
mempengaruhi dalam mengonsumsi junk food (Al-Faris et. al, 2015).

Menurut Mohamed (2005) yang menunjukkan bahwa remaja wanita lebih menyukai
junk food karena faktor emosional “branding”. Faktor brand names dan attractive
advertisement juga mempengaruhi dalam konsumsi junk food di kalangan remaja.

3.
1. So
Influenc
e others Norm

2. Access
in
community
INFLUENCE OTHERS

Pengaruh Sosial Media

Mohamed (2005) yang menunjukkan bahwa


remaja wanita lebih menyukai junk food karena
faktor emosional “branding”. Faktor brand names
dan attractive advertisement
INFLUENCE OTHERS

Pengaruh Iklan
Faktor yang paling
berpengaruh pada remaja
atau generasi milenial
adalah social media, iklan,
Saran
dan peer pressure

Kembali ke self efficacy


remaja sehingga pemerintah
dan pihak perlu
meningkatkan melalui social
media
Kemenkes melakukan
edukasi secara gencar pada
milenial melalui media
social juga missal konten
instagram, youtuber, dsb
Sehingga informasi dan
edukasi lebih cepat sampai
“Boleh tapi dapat filter dan kepada milenial self efficacy
membatasi diri” sehingga bisa filter diri
Kesimpulan 2 Faktor
eksternal/
lingkungan
(Environmen
tal Factors)
Faktor yang paling
berpengaruh pada
remaja atau generasi
milenial
3. Influence 1. Social
others
Norms
(social media,
advertisement (family,
) peer)

2. Access
in
communit
y
Referensi
Al-Faris NA, Al-Tamimi JZ, Al-Jobair MO, et al.: Trends of fast food consumption among
adolescent and young adult Saudi girls living in Riyadh. Food Nutr Res. 2015, 59:26488.
10.3402/fnr.v59.26488
Anderson B, Rafferty AP, Lyon-Callo S, et al.: Fast-food consumption and obesity
among Michigan adults. Prev Chronic Dis. 2011, 8:A71.
Driskell JA, Meckna BR, Scales NE: Differences exist in the eating habits of university
men and women at fast-food restaurants. Nutr Res. 2006, 26:524-530.
10.1016/j.nutres.2006.09.003
Robinson TN, Borzekowski DL, Matheson DM, et al.: Effects of fast food branding on
young children’s taste preferences. Arch Pediatr Adolesc Med. 2007, 161:792–797.
10.1001/archpedi.161.8.792 27.
Mohammad T, Barker S, Kandampully J: Multicultural student perceptions of fast food
restaurant brands: an Australian study. J Hospit Leisure Market. 2005, 12:93–117.
Thank You

“WE ARE WHAT WE EAT”

Anda mungkin juga menyukai