Anda di halaman 1dari 41

LANDASAN HUKUM

1. PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 103 TAHUN 2014 TENTANG


PELAYAN KESEHATAN TRADISIONA PASAL 70
1) Pemerintah bertanggung jawab memberdayakan dan mendorong
peran aktif masyarakat dalam upaya pengembangan kesehatan
tradisional.
2) Pemberdayaan masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat
diarahkan agar masyarakat dapat melakukan perawatan
kesehatan secara mandiri (asuhan mandiri) dan benar.
3) Perawatan kesehatan secara mandiri sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dapat dilaksanakan dengan pemanfaatan taman obat
keluarga dan keterampilan

2. PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 9 TAHUN 2016


TENTANG UPAYA PENGEMBAANGAN KESEHATAN TRADISIONAL
MELALUI ASUHAN MANDIRI PEMANFAATAN TOGA DAN
KETRAMPILAN
KONSEP DASAR TOGA

(1). PENGERTIAN TOGA
(2). SEJARAH PENGEMBANGAN
TOGA
(3). FUNGSI TOGA
(4). MANFAAT TOGA
(5). SASARAN DAN LOKASI TOGA
(1). PENGERTIAN TOGA
PENGERTIAN TOGA

ADALAH
SEKUMPULAN TANAMAN
BERKHASIAT OBAT UNTUK
KESEHATAN KELUARGA
YANG DITATA MENJADI SEBUAH
TAMAN
DAN MEMILIKI NILAI KEINDAHAN
(2). SEJARAH
PENGEMBANGAN TOGA
SEJARAH TOGA
1. Reorganisasi Departemen Kesehatan tahun
1975 melahirkan terbentuknya Dit Pengawasan
Obat Tradisional dibawah Ditjen Farmasi yang
Tupoksinya menggali, mengembangkan,
meningkatkan dan memanfaatkan obat
tradisional yang diproduksi dan diedarkan.
2. Hasil survey tahun 1976-1978 diketahui
masyarakat sudah mulai tidak mengenal dan
melupakan TOGA, mereka menganggap kunyit,
jahe, lengkuas, sereh dan yang lainnya hanya
dianggap sebagai bumbu dapur.
SEJARAH TOGA
3. Dengan melihat hal tersebut memotivasi Dit
Pengawasan Obat Tradisional untuk
mengenalkan kembali tanaman obat dan
kasiatnya untuk mewujudkan derajat
kesehatan yang optimal.
4. Sekaligus pada saat itu untuk melanjutkan
gagasan Ibu Supardjo Rustam sebagai ketua
tim Penggerak PKK Provinsi Jawa Tengah yang
mengembangkan “Apotik Hidup”
SEJARAH TOGA
5. “Apotik Hidup” dianggap tidak sesuai
dengan kebijakan Kefarmasian, diganti
menjadi Taman Obat Keluarga (TOGA)
6. Direktorat Peran Serta Masyarakat (Dit.
PSM) juga menerbitkan buku petunjuk
untuk penyuluhan dengan judul “TOGA “
dan Pemanfaatan Tanaman Obat “ edisi I
sampai dengan III.
7. SK Menkes nomor 558 tahun 1985 melalui
Subdit Bina Upaya Kesehatan Tradisional,
Direktorat Peran Serta Masyarakat,
Direktorat Jenderal Bina Kesahatan
Masyarakat bertugas mengembangkan
kebijakan upaya kesehatan tradisional di
Indonesia antara lain budidaya TOGA dan
pemanfaatannya, dan juga melakukan
pembinaan kepada pengobat tradisional
(Battra).
8. Penyebarluasan taman obat keluarga dilakukan
melalui penyuluhan, penataran dan pelatihan
kader hingga diadakan lomba TOGA tingkat
nasional. Direktorat Bina Peran Serta Masyarakat
pada tahun 1991 telah menerbitkan buku “
Pemanfaatan Tanaman Obat Untuk Kesehatan
Keluarga” edisi pertama yang merupakan
pedoman bagi kader. Buku ini terus diterbitkan
sampai edisi ke enam pada tahun 2010 oleh
Subdit yang sama tetapi dibawah Direktorat Bina
Upaya Kesehatan Komunitas dan tentunya telah
mengalami revisi dan juga diterjemahkan dalam
Bahasa Inggris dengan dukungan “WHO SEARO”.
(3). FUNGSI TOGA
FUNGSI TOGA
1.Sebagai sarana mendekatkan tanaman obat kepada
masyarakat untuk upaya kesehatan mandiri.
2.Sebagai pendayagunaan tanaman obat yang dapat
diarahkan untuk upaya peningkatan kesehatan
(promotif), pencegahan penyakit (preventif),
penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan
kesehatan (rehabilitatif).
3.Melestarikan budaya pengobatan tradisional
sebagai warisan leluhur dengan memanfaatkan
tanaman yang berkhasiat.
(4). MANFAAT TOGA
MANFAAT TOGA
1. TOGA mempunyai manfaat sebagai upaya kesehatan
preventif (pencegahan penyakit), promotif (peningkatan
derajat kesehatan), kuratif (penyembuhan penyakit) dan
rehabilitatif (pemulihan kesehatan).
2. TOGA mempunyai manfaat sebagai mendukung
menciptakan kesehatan dan kesejahteraan keluarga antara
lain sebagai sarana untuk
(1)memperbaiki status gizi keluarga
(2)menambah penghasilan keluarga,
(3)meningkatkan kesehatan lingkungan pemukiman,
(4)melestarikan tanaman obat dan budaya bangsa.
(5). SASARAN DAN LOKASI TOGA
1. Sasaran:
Perorangan, keluarga, dan kelompok masyarakat,
contohnya: lingkungan sekolah, pramuka, karang taruna,
asosiasi pengobat tradisional, TP-PKK, desa siaga.
2. Lokasi:
Sesuai namanya TOGA dapat dimulai dari halaman
rumah, kebun, ladang, selain itu dapat dilakukan di
halaman sarana umum seperti: sekolah,
Puskesmas/rumah sakit, gedung balai desa/kantor
kelurahan, gedung pertemuan dan lahan lain yang dapat
dimanfaatkan. Untuk daerah perkotaan, dimana sulit
untuk memiliki rumah dengan halaman atau pekarangan
yang memadai, TOGA dapat dibuat dengan
menggunakan pot, poli bag, ember dan bahan lain yang
cocok untuk pot.
3. PENGENALAN
TANAMAN OBAT DALAM TOGA
PENGENALAN
TANAMAN OBAT DALAM TOGA

(1). JENIS JENIS TANAMAN OBAT


(2). PERTELAAN TANAMAN OBAT
(3). KANDUNGAN DARI TANAMAN
OBAT
(1). JENIS JENIS TANAMAN OBAT
Jenis tanaman obat yang banyak ditanam di dalam
TOGA secara umum sudah banyak dimanfaatkan oleh
masyarakat.
Penamaan jenis tanaman obat dengan menyertakan
nama ilmiah (latin) selain nama nasional dan nama
lokal dimaksudkan agar antara tanaman obat yang
satu dengan lainnya tidak tertukar.
(2.1). PERTELAAN TANAMAN OBAT
Pertelaahan Tanaman Obat
Dapat menerangkan atau menyebutkan ciri-ciri morfologi
bagian tanaman seperti batang, daun, bunga, buah dan biji
dari setiap jenis tanaman obat yang dimanfaatkan.
Contoh :
berdasarkan penampang batang yaitu bulat dan pipih.
Berdasarkan bentuk daun, dibedakan berbentuk bulat,
berbangun perisai lonjong, jorong, dan lanset.
Bentuk pangkal daun yang berlekuk (berbentuk jantung, ginjal)
dan tidak berlekuk (bulat telur, segi tiga, belah ketupat).
Berdasarkan tulang daun, menyirip, menjari, melengkung, dan
lurus/sejajar.
dll
(3). KANDUNGAN DARI TANAMAN OBAT
Kandungan bahan kimia berkhasiat obat diharapkan dapat
sebagai pedoman pemanfaatan dalam pelayanan
kesehatan masyarakat banyak macamnya..
Contoh Kandungan bahan kimia di dalam tanaman obat
sebagai berikut :
a.Tanaman Tempuyung
Kandungan kimia tanaman tempuyung saponin,
flavonoida, politenol, alfa-lactuserol, beta- lactuserol,
manitol dll. Sehingga tanaman tempuyung baik daun
maupun akar dapat berfungsi sebagai membantu : penyakit
saluran kencing, batu empedu, kencing batu /batu empedu
darah tinggi dll.
(3). KANDUNGAN DARI TANAMAN OBAT
b. Tanaman Daun Dewa
Daun dewa mengandung zat saponin, minyak
atsiri, flavonoid, dan tanin. Efek farmakologis
didapatkan dari seluruh tanaman.
manfaat membantu mengatasi mengatasi
kejang pada anak dan beberapa jenis
pendarahan. Untuk mengatasi luka terpukul, tak
datang haid, pendarahan pada wanita,
pembengkakan payudara, batuk, dan muntah
darah seluruh tanaman daun dewa ditumbuk,
atau direbus, lalu airnya diminum.
4. BUDIDAYA DAN PASCAPANEN
BUDIDAYA DAN PASCAPANEN

(1). LINGKUNGAN TEMPAT TUMBUH


(2). TEKNIK BUDIDAYA DAN
PASCAPANEN (PENGOLAHAN
PRIMER) TANAMAN OBAT
(1). LINGKUNGAN TEMPAT TUMBUH
a. Ketinggian Tempat
b. Curah Hujan
c. Tingkat Naungan
d. Jenis dan Tingkat Kesuburan Tanah
e. Penataan TOGA
(2). TEKNIK BUDIDAYA PASCA PANEN
a. Penyiapan Lahan/tempat untuk menanam
b. Penyiapan Benih
c. Penanaman
d. Pemupukan
e. Pemeliharaan
f. Pengelolaan Organisme Pengganggu
Tanaman (OPT)
g. Panen
h. Pasca panen
5. CONTOH TANAMAN OBAT
DAUN SEMBUNG
(mengurangi nyeri Haid)
DAUN KATUK (ASI)
DAUN UNGU (wasir)
SELEDRI (tekanan darah tinggi)
SAMBILOTO (diabetes)
SALAM (asam urat)
KEMUNING (pelangsing)
KELADI TIKUS (kanker)
KENCUR (batuk)
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai