Anda di halaman 1dari 20

Aspek medikolegal berdasarkan KUHP dan

KUH perdata
• Pasal 120 KUHP
• Pasal 133 (1) KUHAP
• Pasal 1 butir 28 KUHAP
• Pasal 186 KUHAP
• Pasal 187 KUHAP
• Pasal 180 KUHAP
• Pasal 65 KUHAP
DOKTER DAN PASIEN
(terutama diatur oleh Hk Perdata)
• HUBUNGAN FIDUCIARY (BERDASAR NILAI-NILAI
• KEUTAMAAN : Etika dan Sumpah Dokter)
– SELAIN HUBUNGAN FIDUCIARY, TERJADI PULA
HUBUNGAN HUKUM DI ANTARA KEDUANYA :
• IUS DELICTUM (AKIBAT PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN)
• IUS CONTRACTUM (AKIBAT HUBUNGAN KONTRAKTUAL -
inspanningsverbintennis)
• TIMBUL HAK & KEWAJIBAN BAGI DOKTER DAN
BAGI PASIEN (dibahas dalam Hk Kedokteran)
DOKTER DAN KORBAN
(terutama diatur oleh Hk. Pidana)
• KORBAN TIDAK SELALU PASIEN, KADANG
“HANYA” SEBAGAI KLIEN
• HUBUNGAN :
– HUBUNGAN DOKTER-PASIEN tetap ada
– HUBUNGAN DOKTER DENGAN PENYIDIK (PEMINTA
PEMERIKSAAN)
• “SEBAGIAN” DARI KLIEN (PASIEN) = BARANG
BUKTI, HARUS DIDOKUMENTASIKAN DAN
DIJADIKAN VISUM ET REPERTUM
Pidana Perdata
• Individu vs Publik • Individu vs Individu
• Publik diwakili Penyidik, • Dapat diwakili pengacara
Penuntut Umum • Pembuktian : penggugat
• Pembuktian : P.U.
• Penengah : hakim
• Penengah : Hakim, sistem Juri
• UU : KUHPer, KUHD, UU PT, dll
• UU : KUHP, KUHAP, dll
• Kebenaran formil
• Kebenaran materiel
• Kepastian : beyond reasonable • Kepastian : preponde-rance of
doubt evidences
• Sanksi : Mati, SH, Penjara, Sita, • Sanksi : Ganti rugi, rehabilitasi
Denda
Prosedur mediko-legal
• Prosedur mediko-legal adalah tata-cara atau
prosedur penatalaksanaan dan berbagai aspek
yang berkaitan pelayanan kedokteran untuk
kepentingan hukum.
• Secara garis besar prosedur mediko-legal
mengacu kepada peraturan
perundangundangan yang berlaku di Indonesia,
dan pada beberapa bidang juga mengacu
kepada sumpah dokter dan etika kedokteran
LINGKUP
PROSEDUR MEDIKO-LEGAL
• pengadaan visum et repertum,
• tentang pemeriksaan kedokteran terhadap tersangka.
• pemberian keterangan ahli pada masa sebelum
persidangan dan pemberian keterangan ahli di dalam
persidangan,
• kaitan visum et repertum dengan rahasia kedokteran,
• tentang penerbitan Surat Keterangan Kematian dan
Surat Keterangan Medik ,
• tentang fitness / kompetensi pasien untuk menghadapi
pemeriksaan penyidik,
DASAR PENGADAAN
VISUM ET REPERTUM (masa penyidikan)
• PASAL 133 KUHAP
– Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan
menangani seorang korban baik luka, keracunan
ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang
merupakan tindak pidana, ia berwenang
mengajukanpermintaan keterangan ahli kepada
ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau
ahli lainnya
Ps 133 (2-3) KUHAP:
• Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) dilakukan secara tertulis, yang dalam surat
itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau
pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat
• Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman
atau dokter pada rumah sakit harus diperlakukan secara
baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat
tersebut dan diberi label yang memuat identitas mayat,
dilak dengan diberi cap jabatan yang dilekatkan pada ibu
jari kaki atau bagian lain badan mayat.
PERMINTAAN VISUM ET REPERTUM
menurut Ps 133 KUHAP
• WEWENANG PENYIDIK
• TERTULIS (RESMI)
• TERHADAP KORBAN, BUKAN TERSANGKA
• ADA DUGAAN AKIBAT PERISTIWA PIDANA
• BILA MAYAT :
– IDENTITAS PADA LABEL
– JENIS PEMERIKSAAN YANG DIMINTA
– DITUJUKAN KEPADA :
• AHLI KEDOKTERAN FORENSIK
• DOKTER DI RUMAH SAKIT
SANKSI HUKUM BILA MENOLAK
PASAL 216 KUHP
• Barangsiapa dengan sengaja tidak menuruti perintah
atau permintaan yang dilakukan menurut undang-
undang oleh pejabat yang tugasnya mengawasi sesuatu,
atau oleh pejabat berdasarkan tugasnya, demikian pula
yang diberi kuasa untuk mengusut atau memeriksa
tindak pidana; demikian pula barangsiapa dengan
sengaja mencegah, menghalang-halangi atau
menggagalkan tindakan guna menjalankan ketentuan,
diancam dengan pidana penjara paling lama empat
bulan dua minggu atau denda paling banyak sembilan
ribu rupiah
PEMERIKSAAN MAYAT
UNTUK PERADILAN PASAL 222 KUHP
• Barangsiapa dengan sengaja mencegah,
menghalang-halangi atau menggagalkan
pemeriksaan mayat untuk pengadilan,
diancam dengan pidana penjara paling lama
sembilan bulan atau pidana denda paling
banyak empat ribu lima ratus rupiah
PERMINTAAN SEBAGAI SAKSI AHLI (masa
persidangan) PASAL 179 (1) KUHAP :
• Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai
ahli kedokteran kehakiman atau dokter atau ahli
lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi
keadilan
• PASAL 224 KUHP :
– Barangsiapa dipanggil sebagai saksi, ahli atau juru
bahasa menurut undang-undang dengan sengaja tidak
memenuhi kewajiban berdasarkan undang-undang
yang harus dipenuhinya, diancam : dalam perkara
pidana, dengan penjara paling lama sembilan bulan.
PEMERIKSAAN TERSANGKA
PASAL 66 KUHAP
• Tersangka atau terdakwa tidak dibebani kewajiban pembuktian
PASAL 37 KUHAP
• (2) Pada waktu menangkap tersangka atau dalam hal
tersangka sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dibawa
kepada penyidik, penyidik berwenang menggeledah pakaian
dan atau menggeledah badan tersangka.

PASAL 53 UU KESEHATAN
• (3) Tenaga kesehatan, untuk kepentingan pembuktian, dapat
melakukan tindakan medis terhadap seseorang dengan
memperhatikan kesehatan dan keselamatan yang bersangkutan
KETERANGAN AHLI
PASAL 1 BUTIR 28 KUHAP :
• Keterangan Ahli adalah keterangan yang
diberikan seorang yang memiliki keahlian
khusus tentang hal yang diperlukan untuk
membuat terang suatu perkara pidana guna
kepentingan pemeriksaan.
ALAT BUKTI SAH
PASAL 183 KUHAP :
• Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada
seseorang kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya
dua alat bukti sah ia memperoleh keyakinan bahwa
suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa
terdakwalah yang bersalah melakukannya.
PASAL 184 KUHAP :
• Alat bukti yang sah adalah : (a) Keterangan saksi, (b)
Keterangan ahli, ( c ) Surat, (d) Petunjuk, (e)
Keterangan terdakwa
KETERANGAN AHLI
DIBERIKAN SECARA LISAN
PASAL 186
• Keterangan ahli adalah apa yang seorang ahli nyatakan di
sidang pengadilan.

PENJELASAN PASAL 186


• Keterangan ahli ini dapat juga sudah diberikan pada waktu
pemeriksaan oleh penyidik atau penuntut umum yang
dituangkan dalam suatu bentuk laporan dan dibuat dengan
mengingat sumpah di waktu menerima jabatan atau
pekerjaan (BAP saksi ahli).
• ALAT BUKTI SAH KETERANGAN AHLI
KETERANGAN AHLI
DIBERIKAN SECARA TERTULIS
PASAL 187 KUHAP
• Surat sebagaimana tesebut pada pasal 184
ayat (1) huruf c , dibuat atas sumpah jabatan
atau dikuatkan dengan sumpah, adalah : (c)
surat keterangan dari seorang ahli yang
memuat pendapat berdasarkan keahliannya
mengenai sesuatu hal atau sesuatu keadaan
yang diminta secara resmi dari padanya;
• ALAT BUKTI SAH SURAT
PEJABAT YG BERWENANG
MEMINTA VISUM ET REPERTUM
• PASAL 133 KUHAP : PENYIDIK
• PASAL 6 (1) KUHAP :
– PENYIDIK ADALAH :
• PEJABAT POLISI NEGARA REPUBLIK INDONESIA
• PEJABAT PNS TERTENTU YG DIBERI WEWENANG KHUSUS OLEH
UNDANG-UNDANG
• YG MEMBUTUHKAN VISUM ET REPERTUM ADALAH
KASUS PIDANA UMUM, SEHINGGA PENYIDIKNYA
ADALAH POLISI.
• PENYIDIK PNS TIDAK BERWENANG MEMINTA VISUM ET
REPERTUM
Hukum perdata
• Malpraktek perdata :
– Pasal 1365 KUH perdata  tiap perbuatan melanggar hukum yang
membawa kerugian kepada org lain, mewajibkan orang yang karena
salahnya menerbitkan kerugian itu, menggantinya
– Pasal 1366 KUH PERDATA  juga yang disebabkan kelalaian
– PS 1367 KUH PERDATA  juga akibat respondeat superior
• Tuntutan ganti rugi :
– Ps 1370 KUH Perdata  dalam hal kematian akibat kesengajaan atau
kealalaian, ahli waris berhak menuntut ganti rugi, yang dinilai menurut
kedudukan dan kekayaan dua pihak
– Ps 1371 KUH Perdata  dalam hal luka/ cacat, ganti rugi : biaya
penyembuhan dan kerugian akibat luka/ cacat tersebut
Pelanggaran yang Terjadi pada Pemicu
• Dokter tidak menjelaskan secara rinci tentang prosedur yg akan dilakukan,
tetapi meminta pasien u/segera menandatangani formulir persetujuan
tindakan  (pasien masih sadar & kompeten)
– Melanggar Pasal 45 UU no. 29 th 2004
1) Setiap tindakan dr/drg harus dpt persetujuan
2) Setelah pasien mendapat penjelasan yg lengkap
3) Mencakup  dx, tata cara,tujuan, alternatif, resiko, komplikasi, prognosis
4) Dpt diberikan lisan/tertulis
5) Tindakan medis resiko tinggi hrs dgn persetujuan tertulis & ttd.
– Melanggar Pasal 5 UU no. 36 th 2009
• Setiap orang berhak menentukan sendiri pelayanan kesehatan yg diperlukan bagi dirinya.
– Melanggar Pasal 56 UU no. 36 th 2009
1) Setiap orang berhak menerima /menolak tindakan pertolongan yg akan diberikan setelah
menerima & memahami informasi mengenai tindakan tersebut secara lengkap.
2) Hak menerima / menolak tidak berlaku pada: a. penderita penyakit yg penyakitnya menular
secara cepat; b. seseorang yg tdk sadarkan diri; / c. gangguan mental berat.
– Melanggar Permenkes no. 585 th 1989

Anda mungkin juga menyukai