Anda di halaman 1dari 12

Asuhan Keperawatan pada Lansia dengan

Gangguan Sistem Moskuloskeletal :


Osteoporosis
Definisi
Osteoporosis adalah suatu kondisi dimana
tulang menjadi rapuh sehingga berisiko
lebih tinggi untuk terjadinya fraktur di
bandingkan tulang yang normal.
Merupakan kelainan metabolic tulang
dimana terdapat penurunan masa tulang.
Anatomi Tulang
 Tulang terdiri dari matriks (bahan dasar) protein kolagen yang
mengandung garam-garam mineral terutama fosfat dan kalium,
sejumlah protein dan mineral termasuk mineral tulang antara lain
kalium (Ca10), fosfat (Po4), dan peroksida (OH)2. Dalam tulang
terdapat sel-sel osteoblast pembentuk kolagen. Sel osteoblast
menghancurkan dan menyerap sel-sel tulang. Pembenutukan tulang
tengkorak terjadi secara osifikasi intra membranosa (pembentukan
tulang didalam membrane sel), sedangkan pembentukan tulang panjang
dimulai dengan pembentukan tulang rawan. Osifikasi tulang ini dimulai
dari ujung poros tulang secara endokandral (perubahan tulang rawan
menjadi tulang keras).
Etiologi
Adanya peningkatan reasorbsi tulang oleh
osteoklas dan penurunan formasi tulang
oleh osteoblast, maka akan terjadi
osteoporosis yang progresif
Menurut Rasjad dalam buku asuhan keperawatan praktis (2016), faktor-faktor resiko terjadinya

osteoporosis adalah:

 Umur: sering terjadi pada usia lanjut >60th

 Ras: kulit putih memiliki resiko lebih tinggi

 Factor keturunan; ditemukan riwayat keluarga dengan keropos tulang

 Adanya kerangka tubuh yang lemah dan scoliosis vertebra. Terutama terjadi pada wanita

umur 50-60 tahun dengan densitas tulang yang rendah dan diatas umur 70 tahun dengan BMI

yang rendah. BMI (Body Mass Index yaitu berat badan dibagi tinggi badan pangkat dua).

 Aktifitas fisik yang kurang

 Tidak pernah melahirkan

 Menopause dini (menopause yang terjadi pada umur 46 tahun)

 Gizi (kekurangan protein dan kalsium dalam masa kanak-kanak dan remaja)

 Kerusakan tulang akibat kelelahan fisik


Patofisiologi
Penyebab utama osteoporosis adalah gangguan dalam remodeling
tulang sehingga mengakibatkan kerapuhan tulang terjadinya
osteoporosis secara seluler disebabkan oleh karena jumlah dan
aktifitas sel osteoklas melebihi dari jumlah dan aktivitas sel
osteoblast (sel pembentukan tulang). Keadaan ini mengakibatkan
penurunan massa tulang.
 Selama pertumbuhan, rangka tubuh meningkat dalam ukuran
dengan pertumbuhan linier dan dengan aposisi dari jaringan tulang
baru pada permukaan luar korteks.
Manifestasi Klinik
Manifestasi umum: penurunan tinggi badan, lordosis, nyeri pada tulang atau

fraktur, biasanya pada vertebra, pinggul atau lengan bagian bawah.

Nyeri Tulang : terutama pada tulang belakang yang intensitas serangannya

meningkat pada malam hari.

Deformitas tulang : dapat fraktur traumatic pada vertebra dan mnyebabkan

kifosis anguler yang dapat menyebabkan anguler yang dapat menyebabkan

medulla spinalis tertekan sehingga dapat terjadi paraparesis.

Nyeri fraktur akut dapat diatasi dalam 2 hingga 3 bulan. Nyeri fraktur kronis

dimanifestasikan sebagai rasa nyeri yang dalam dan dekat dengan tempat

patahan.
Pemeriksaan Diagnostik
Ct Scan (untuk mengidentifikasi
keretakan tulang)
Pemeriksaan DEXA (untuk mengukur
kepadatan tulang)
Penatalaksanaan Medik
Terapi farmakologi yang dapat dapat menurunkan risiko
terjadinya fraktur vertebra (dan beberapa kasus fraktur
tulang panggul) seperti bisphosphonste, denosumab,
ekombinan hormone parathyroid, raloxifene, dan strontium
ranelate.
Wanita postmenopasue dapat mendapatkan manfaat dari
calcitriol, etidronate, dan terapi hormone pengganti.
Terapi untuk pria dengan resiko tinggi terjadi fraktur harus
dimulai dengan alendronate, risedronate, zoledronate, atau
periparatide.
Suplemen calcium dan vitamin D secara luas
direkomendasikan untuk para lansia dan sebagai terapi
osteoporosis.
Komplikasi
Menurut Rasjad (2009), komplikasi yang
dapat terjadi pada penderita osteoporosis
adalah :
Fraktur terutama pada tulang belakang
atau pinggul.
KONSEP DASAR KEPERAWATA
N

Anda mungkin juga menyukai