Anda di halaman 1dari 29

INDUKSI PERSALINAN

Dokter Muda Obstetri Ginekologi – 22 Juni 2020


Induksi persalinan ?
Upaya untuk menginduksi atau menyebabkan
persalinan dengan penggunaan obat-obatan atau
metode lainnya. upaya ini digunakan untuk membuat
kontraksi mulai sehingga kelahiran dapat terjadi

American Collge Of Obstetricians And Gynecologists. (2012)


From https://www.acog.org/patient-resources/faqs/labor-delivery-and-postpartum-care/labor-induction
▪ Induksi persalinan ≠ Akselerasi persalinan
▪ Induksi persalinan  tindakan yang dilakukan untuk
merangsang timbulnya kontraksi pada ibu hamil
yang belum inpartu (operatif maupun mekanikal)
dengan tujuan untuk terjadinya persalinan
▪ Akselerasi persalinan  tindakan yang dikerjakan
dengan tujuan terjadinya persalinan pada ibu hamil
yang sudah inpartu
Prinsip dasar

▪ Perhatikan indikasi tindakan bagi ibu dan janin (manfaat


harus >> kerugian)
▪ Keberhasilan tindakan induksi persalinan berkaitan dengan
kematangan dari serviks  harus dikerjakan penilaian
dengan skoring Bishop untuk mengetahui kematangan
rahim

1. Cunningham,Gary,et al. Williams Obstetrics,23 rd Ed United State of America : MC Graw Hill Companies Inc. 2013.
2. Mathai M, Sangvi H, Guidotti RJ, Broekhuizen F, Chalmers B, Johnson R, et al. Integrated Management of Pregnancy ans
Childbirth. Managing Complication in Pregnancy and Childbirth. Geneva: Reproductive Health and Research World Health
Organization; 2002.
Cervical ripening

Non Pharmacologic Pharmacologic/


Herbal supplements Labour induction
(primrose oil, black haw, Prostaglandi
black and blue cohosh, red n
raspberry leaves) Misoprostol
Castor oil, Hot bath, Mifepristone
Enema Relaxin
Sexual intercourse Oxytocin
Breast stimulation
Acupuncture/TENS
Mechanical (hygroscopic
dilator, balloon catheter)
Surgical (stripping of the
membrane, amniotomy)

Kota, S. K., Gayatri, K., Jammula, S., Kota, S. K., Krishna, S. V., Meher, L. K., & Modi, K. D., 2013. Endocrinology of parturition.
Indian journal of endocrinology and metabolism, 17(1), 50–59.
Tenore, J.L., 2003. Methods for cervical ripening and induction of labor. American family physician, 67(10), pp.2123-2128.
Indikasi

1. IUGR (intrauterine growth restriction) / IUFD (intrauterine fetal death)


2. Oligohydramnios
3. PROM (premature rupture of membranes)
4. Solusio plasenta
5. Preeklampsia aterm
6. Makrosomia
7. Kehamilan posterm
8. Infeksi intrauterine
Parkes, I., Kabiri, D., Hants, Y. and Ezra, Y., 2016. The indication for induction of labor impacts the risk of cesarean delivery. The Journal of Maternal-Fetal & Neonatal Medicine, 29(2), pp.224-228.
Syarat Induksi Persalinan

 Presentasi harus kepala


 Kepala sudah masuk pintu atas panggul
Diprediksi bisa pervaginam dengan menghitung skor pelvic
(Bishop score)
Bishop Score
Interpretasi :

Untuk menilai kematangan serviks ▪ < 5 = belum matang

▪ >6 = perlu pematangan serviks (juga syarat oxytocin drip)


CALL PEDS
▪ 9-13 = keberhasilan tinggi persalinan pervaginam

FAKTOR NILAI
0 1 2 3

Consistency Kuat Sedang Lunak


Position Posterior Pertengahan Anterior
Effacement(%) atau 0-30% 40-50% 60-70% 80%
penipisan/pendataran
Dilatation(cm) atau 0 1-2 3-4 5-6
pembukaan
Station atau penurunan -3 -2 -1 / 0 +1 / +2
INDUKSI MEKANIS
Dilator, Membrane sweep, Amniotomi
Osmotic Dilators

▪ Natural dilators (Laminaria japonica or Laminaria digitata)


▪ Synthetic dilators (Lamicel or Dilapan)
▪ Mekanisme: menyerap cairan dan meregangkan serviks sehingga
terjadi pelepasan prostaglandin

GELBER, S., & SCISCIONE, A. (2006). Mechanical Methods of Cervical Ripening and Labor Induction. Clinical Obstetrics and Gynecology, 49(3), 642–657. doi:10.1097/00003081-200609000-00022 
Dilapan-S. Medisafe Distribution Inc. https://medisafecanada.com/
Foley Bulb Induction (FBI)

▪ Ukuran kateter yang sering dipakai adalah dengan kateter Foley 16F
Metode FBI

▪ Petugas menyiapkan alat dan bahan serta mencuci


tangan
▪ Pasien dengan posisi litotomi diminta membuka
kedua paha
▪ Petugas memasukkan balon kateter dengan jari saat
pemeriksaan vagina atau dengan spekulum steril
sampai ada tahanan, berarti kateter sudah menyenruh
dasar janin
▪ Dengan spuit, isi balon kateter dengan NS sebanyak
30-80mL
▪ Tempelkan bagian luar kateter di paha pasien
▪ Tunggu sampai ketika kontraksi terjadi, kepala bayi
menekan balon. Ini melebarkan serviks saat balon
didorong keluar dari saluran serviks
STRIPPING OF MEMBRANE

• Meminta persetujuan pasien


• Pastikan tidak ada kontraindikasi
• Meminta pasien untuk mengosongkan
kandung kemih
• Mencuci tangan dan memakai handscoon
• Memasukan jari telunjuk secara bertahap ke
kanal serviks dan disapu secara sirkuler
(360◦) beberapa kali.
• Tujuannya : secara manual memisahkan
membran amniotik dari uterus yang
menyebabkan rilis prostaglandin

Avdiyovski, H., Haith-Cooper, M. dan Scally, A. 2018. Membrane sweeping at term to promote spontaneous labour and reduce the likelihood of a formal induction of labour for
postmaturity: a systematic review and meta-analysis. Journal of Obstetrics and Gynaecology.
Amniotomi (Memecahkan ketuban)

Teknik:
1. Mengecek dilatasi serviks,
2. Mengecek presentasi fetus (presentasi kepala dan engagement di pelvis)
3. Melakukan palpasi membrane amnion dan lakukan amniotomy
4. Tanda apabila berhasil akan keluar cairan amnion dari vagina. Catat warna dan
baunya
5. Setelah amniotomy, jangan keluarkan tangan dari vagina terlebih dahulu
6. Setelah aliran cairan amnion berhenti, dan tidak ada tali pusar yang teraba pada
vagina, tangan dapat dilepas

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470167/#:~:text=Amniotomy%2C%20also%20known%20as%20artificial,least%20a%20few%20hundred%20years.
https://emedicine.medscape.com/article/1997932-periprocedure#showall
INDUKSI FARMAKOLOGIS
Prostaglandin, Misoprostol, Oksitosin
PGE2 / Dinoprostone (Prepidil)
▪ Gel intravaginal / intraserviks yang memicu pelonggaran kolagen dan peningkatan kandungan air
pada serviks sehingga serviks melunak
▪ Suntikan gel intraserviks 2,5 mL berisi 0,5 mg dinoprostone
▪ Ibu dalam posisi terlentang, ujung suntikan yang belum diisi diletakkan di dalam serviks, dan gel
dimasukkan tepat di bawah os serviks interna. Setelah pemberian, ibu tetap berbaring selama
setidaknya 30 menit. Dosis dapat diulang setiap 6 jam, dengan maksimum tiga dosis yang
direkomendasikan dalam 24 jam.
▪ Efek samping setelah pemberian prostaglandin E2 pervaginam:
a) Takisistol uterus (≥6 kontraksi dalam periode 10 menit)
b) Hipertoni uterus (kontraksi tunggal yang berlangsung lebih lama dari 2 menit)
c) Hiperstimulasi uterus jika salah satu kondisi menyebabkan pola denyut jantung janin yang
meresahkan.
▪ Prostaglandin E2 harus diresepkan oleh spesialis dan dibawah pengawasan dokter supervisi. Pada
penggunaan supositori harus dimonitor efek samping seperti pyrexia, dan obat dihentikan apabila ada
reaksi efek samping yang parah terjadi.
MISOPROSTOL (PGE1 analog)

▪ Berikatan dengan reseptor prostaglandin Ep2 dan Ep3.


▪ Indikasi: ketuban pecah dini, kehamilan lewat waktu,
oligohidramnion, korioamnionitis, preeklampsi berat, hipertensi
akibat kehamilan, intrauterine fetal death (IUFD) dan pertumbuhan
janin terhambat (PJT), insufisiensi plasenta, perdarahan antepartum,
dan umbilical abnormal arteri doppler
▪ KI: disproporsi sefalopelvik (CPD), plasenta previa, gemelli,
polihidramnion, riwayat sectio caesar klasik, malpresentasi atau
kelainan letak, gawat janin, vasa previa, hidrosefalus, dan infeksi
herpes genital aktif, wanita dengan usia kehamilan 18-26 yang
mempunyai riwayat luka pada rahim.
OKSITOSIN
• Ukur dan catat
 Maternal : denyut nadi, tekanan darah, kontraksi
 Fetus : denyut jantung

• Pastikan indikasi pemberian oksitosin dan Informed consent

• Pastikan ibu berbaring ke sisi kiri

• Oksitosin diberikan sampai his adekuat. Bila his belum adekuat, maka konsentrasi dan laju pemberiannya dapat
ditingkatkan bertahap setiap 30 menit.
1. Konsentrasi 2.5 unit dalam 500 mL dextrose atau normal saline, kemudian laju infus ditingkatkan
2. Konsentrasi 5 unit dalam 500 mL dextrose atau normal saline , kemudian laju infus ditingkatkan
3. Setelah langkah 1 dan 2 dilakukan dan his tetap tidak adekuat maka
 Multigravida : induksi dinyatakan gagal  caesar
 Primigravida : Oksitosin konsentrasi tinggi  10 unit dalam 500 mL cairan  his belum tercapai 
caesar

• Setelah his adekuat pertahankan laju infus; observasi denyut nadi, tekanan darah & kontraksi maternal serta
denyut jantung janin: perhatikan tanda fetal distress atau hiperstimulasi
• Monitor dan catat (setiap 30 menit) :
Laju infus oksitosin
Durasi & frekuensi kontraksi : bila terjadi hiperstimulasi ( >5x
kontraksi dalam 10 menit, atau durasi kontraksi >40 detik) 
hentikan oksitosin
Denyut jantung maternal : bila takikardi (≥110 kali/menit)
dan lemah, segera lakukan observasi tanda vital (tekanan
darah, respirasi, suhu)
Denyut jantung fetus : bila terjadi fetal distress ( < 100 atau
>180 kali/menit)  hentikan oksitosin
• Jika terjadi hiperstimulasi, maka berikan
Terbutalin 250 mcg IV pelan-pelan selama 5 menit
Salbutamol 5 mg dalam 500 ml cairan (Normal saline atau
Ringer lactat) 10 tetes per menit
Kecepatan Infus
Oksitosin untuk Induksi
Persalinan

Infus dengan faktor


tetes 20 tetes/menit
Ekskalasi Cepat
pada Primigravida:
Kecepatan Infus
Oksitosin untuk
Induksi Persalinan
Tanda keberhasilan induksi persalinan

▪ Kelahiran dilakukan pervaginam dalam 24 jam setelah induksi


dimulai (NICE 2008)
▪ Kelahiran dilakukan pervaginam dalam 24 jam – 48 jam setelah
induksi dimulai (SOGC 2013)
▪ Tidak didapatkan komplikasi
▪ Mencapai fase aktif persalinan

Marconi, A.M., 2019. Recent advances in the induction of labor. F1000Research, 8.


Kontraindikasi Induksi Persalinan

▪ Disproporsi kepala panggul (DKP)


▪ Plasenta previa derajat berat
▪ Letak lintang
▪ Skor Bishop <4 (perlu dilakukan pematangan serviks)
▪ Vasa previa
▪ Miomektomi
▪ Histerektomi klasik
1. ACOG Committee on Practice Bulletins -- Obstetrics. ACOG Practice Bulletin No. 107:
▪ Herpes genitalis aktif Induction of labor. Obstet Gynecol. 2009 Aug. 114 (2 Pt 1):386-97. [Medline].

2. Chamberlain G and Zander L. Induction. BMJ. 1999 Apr 10; 318(7189): 995–998. doi:
10.1136/bmj.318.7189.995 Correction in: BMJ. 1999 Jun 12; 318(7198): 1584.
Komplikasi

1. Uterine Hyperstimulation (disebabkan oleh induksi dengan PGE2)


▪ Tachysystole (frekuensi kontraksi > 5 kali dalam 10 menit), atau
▪ Hypertonus (durasi kontraksi > 2 menit)
2. Failed Induction (kegagalan terjadinya persalinan setelah 1 siklus
pemberian PGE2)
3. Prolapsed cord (tali pusat bayi melewati serviks sebelum bagian
presentasi bayi)  resiko obstruksi jalan lahir
4. Uterine Rupture

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK53624/
Prognosis

▪ Skor Bishop dan USG transvaginal panjang serviks dapat dipakai


sebagai predictor keberhasilan induksi.
▪ Misoprostol tidak meningkatkan risiko rupture uteri namun
meningkatkan risiko tachysystole dan hiperstimulasi. Pada
pemberian prostaglandin terdapat insidensi peningkatan
hiperstimulasi dan takisistol.

Bueno, B., San-Frutos, L., Pérez-Medina, T. et al. The labor induction: integrated clinical and sonographic variables that predict the outcome. J Perinatol 27, 4–8 (2007).
Rasheed, R., Alam, A. A., Younus, S., & Raza, F. (2007). Oral versus vaginal misoprostol for labour induction. JPMA Aug, 57(8), 404-7.
Duro-Gómez, J., Garrido-Oyarzún, M.F., Rodríguez-Marín, A.B. et al. Efficacy and safety of misoprostol, dinoprostone and Cook’s balloon for labour induction in women with foetal
growth restriction at term. Arch Gynecol Obstet 296, 777–781 (2017). https://doi.org/10.1007/s00404-017-4492-8
Daftar Pustaka
▪ ACOG Committee on Practice Bulletins -- Obstetrics. ACOG Practice Bulletin No. 107: Induction of labor. Obstet Gynecol. 2009 Aug. 114 (2 Pt 1):386-97.
[Medline].
▪ American Collge Of Obstetricians And Gynecologists. (2012) From
https://www.acog.org/patient-resources/faqs/labor-delivery-and-postpartum-care/labor-induction
▪ Atlas RO, Lemus J, Reed J, Atkins D, Alger LS. Second trimester abortion using prostaglandin E2 suppositories with or without intracervical Laminaria
japonica: a randomized study. Obstet Gynecol. 1998 Sep;92(3):398-402. [PubMed]
▪ Avdiyovski, H., Haith-Cooper, M. dan Scally, A. 2018. Membrane sweeping at term to promote spontaneous labour and reduce the likelihood of a
formal induction of labour for postmaturity: a systematic review and meta-analysis. Journal of Obstetrics and Gynaecology.
▪ Blanchette HA, Nayak S, Erasmus S. Comparison of the safety and efficacy of intravaginal misoprostol (prostaglandin E1) with those of dinoprostone
(prostaglandin E2) for cervical ripening and induction of labor in a community hospital. Am. J. Obstet. Gynecol. 1999 Jun;180(6 Pt 1):1551-9. [PubMed]
▪ Boulvain, M., Stan, C.M. dan Irion, O. 2010. Membrane sweeping for induction of labour (Review). The Cochrane Library. (1): p. 1-92.
▪ Bueno, B., San-Frutos, L., Pérez-Medina, T. et al. The labor induction: integrated clinical and sonographic variables that predict the outcome. J
Perinatol 27, 4–8 (2007).
▪ Chamberlain G and Zander L. Induction. BMJ. 1999 Apr 10; 318(7189): 995–998. doi: 10.1136/bmj.318.7189.995 Correction in: BMJ. 1999 Jun 12;
318(7198): 1584.
▪ Cunningham,Gary,et al. Williams Obstetrics,23 rd Ed United State of America : MC Graw Hill Companies Inc. 2013.
▪ Dilapan-S. Medisafe Distribution Inc. https://medisafecanada.com/
▪ Duro-Gómez, J., Garrido-Oyarzún, M.F., Rodríguez-Marín, A.B. et al. Efficacy and safety of misoprostol, dinoprostone and Cook’s balloon for labour
induction in women with foetal growth restriction at term. Arch Gynecol Obstet 296, 777–781 (2017). https://doi.org/10.1007/s00404-017-4492-
▪ GELBER, S., & SCISCIONE, A. (2006). Mechanical Methods of Cervical Ripening and Labor Induction. Clinical Obstetrics and Gynecology, 49(3), 642–
657. doi:10.1097/00003081-200609000-00022 
Daftar Pustaka
▪ Hofmeyr GJ, Alfiirevic Z, Kelly T, et al. Methods for Cervical Ripening and Labour Induction in Late Pregnancy : Generic Protocol
(Protocol). The Cochrane Library Issue 4. 2007 9.
▪ https://emedicine.medscape.com/article/1997932-periprocedure#showall
▪ https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470167/#:~:text=Amniotomy%2C%20also%20known%20as%20artificial,least%20a%20few
%20hundred%20years.
▪ https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK53624/
▪ https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5135455/
▪ https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5135455/
▪ Induction of labor. ACOG Technical Bulletin, No 49, May 1978
▪ Karkata MK, Kristanto H. Pengelolaan KPD dalam Panduan Penatalaksanaan Kasus Obstetri. Himpunan Kedokteran Fetomaternal POGI
2012;130-136
▪ Kota, S. K., Gayatri, K., Jammula, S., Kota, S. K., Krishna, S. V., Meher, L. K., & Modi, K. D., 2013. Endocrinology of parturition. Indian
journal of endocrinology and metabolism, 17(1), 50–59.
▪ Kuliah pakar “gangguan kehamilan” dengan dr. Pande Made Dwijayasa, SpOG(K)
▪ Marconi, A.M., 2019. Recent advances in the induction of labor. F1000Research, 8.
▪ Maslovitz S, Lessing JB, Many A. Compications of trans-cervical Foley catheter for labor induction among 1,083 women. Arch Gynecol
Obstet. 2010;281(3):473–477.
▪ Mathai M, Sangvi H, Guidotti RJ, Broekhuizen F, Chalmers B, Johnson R, et al. Integrated Management of Pregnancy ans Childbirth.
Managing Complication in Pregnancy and Childbirth. Geneva: Reproductive Health and Research World Health Organization; 2002.
Daftar Pustaka
▪ Parkes, I., Kabiri, D., Hants, Y. and Ezra, Y., 2016. The indication for induction of labor impacts the risk of
cesarean delivery. The Journal of Maternal-Fetal & Neonatal Medicine, 29(2), pp.224-228.
▪ Rasheed, R., Alam, A. A., Younus, S., & Raza, F. (2007). Oral versus vaginal misoprostol for labour
induction. JPMA Aug, 57(8), 404-7.
▪ Sinclair, C. 2010. Buku Saku Kebidanan. Jakarta: EGC Jakarta.
▪ Sullivan, M. B. dan Leung, W. I. 1University of Calgary, Faculty of Medicine, Department of Obstetrics
and Gynaecology
▪ Tenore, J.L., 2003. Methods for cervical ripening and induction of labor. American family physician,
67(10), pp.2123-2128.
▪ The International Federation of Gynecology and Obstetrics, 2012
▪ Toaff ME, Hezroni J, Toaff R: Induction of labour by pharmacological and physiological doses at
intravenous oxytocin. Brit J Obstet Gynecol 85:101, 1978; Obstet Gynecol Surv 34:32-33, 1979
▪ World Health Organization. (2017). Managing complications in pregnancy and childbirth: a guide for
midwives and doctors. World Health Organization.
▪ www.contemporaryobgyn.net/Foley_balloon.pdf

Anda mungkin juga menyukai