Rp1.894 T
85% -nya
adalah Penerimaan Pajak
(PPh, PPN, PBB, Pajak Lainnya)
Belanja Pemerintah Pada APBN 2018
Rp1.454 T
26,1% -nya
adalah Belanja Pegawai
#sadarAPBN
LAYANAN PUBLIK SUBSIDI
#sadarAPBN
PENDIDIKAN KESEHATAN
DASAR HUKUM
UU Pajak Penghasilan
Nomor 36 Tahun 2008
UU Ketentuan Umum Perpajakan
Nomor 28 Tahun 2007
UU Pajak Pertambahan Nilai
Nomor 28 Tahun 2007
UU KUP
Nomor 28 Tahun 2007
Me
lap
or
ka
n
Pa
jak
ter
uta
ng
ke
KP
P
ata
u
KP
2K
P
de
ng
an
me
ng
gu
na
ka
n
SP
T
Tips 1: Alur Pemikiran Pemotongan/Pemungutan
Belanja dari
APBN/APBD
setor ke kas
negara
Laporkan ke KPP
JENIS PAJAK YANG
DIPOTONG/DIPUNGUT
Pemotongan atas penghasilan yg dibayarkan kepada orang pribadi
PPh Pasal 21
sehubungan dengan pekerjaan, jabatan, jasa, dan kegiatan
PASAL
PPh Pasal 21
Atas Penghasilan yang diterima oleh Orang Pribadi
sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan
Peserta Kegiatan
Pegawai Tetap Bukan Pegawai Peserta
Pejabat Negara Perlombaan
Tenaga Ahli
Pegawai Negeri Peserta Rapat
Orang Pribadi Peserta Diklat
Sipil
Pemberi Jasa di Anggota Kepanitiaan
Pegawai Non-
segala Bidang Peserta Kegiatan
PNS
Lainnya
Pemotongan PPh Pasal 21
Penghasilan
Dibayarkan kepada :
PNS, TNI, Polri, Pejabat Negara Bukan PNS, TNI, Polri, Pejabat Negara
Penghasilan Kena Pajak = Penghasilan Bruto – PTKP – (Biaya Jabatan + Iuran Pensiun)
Tarif Pasal 17 UU PPh
sebagai dasar penghitungan PPH Pasal 21
1. S.d. Rp 50.000.000 5%
Status PTKP
WP Kode Jumlah
Tidak Kawin - 0 TK/0 54.000.000
Kawin - 0 K/0 58.500.000
Kawin - 1 Anak K/1 63.000.000
Kawin - 2 Anak K/2 67.500.000
Kawin - 3 Anak K/3 72.000.000
Faktor Pengurang
untuk menentukan Penghasilan Kena Pajak
IURAN PENSIUN
4,75 % x PENGHASILAN BRUTO (Gaji)
Contoh Penghitungan
PPh Pasal 21
1.
Arief (PNS-Gol.IIIb) menerima honor sebagai Pengawas Ujian di bulan
1. Arief (PNS-Gol.IIIb) menerima honor sebagai Pengawas Ujian di bulan
Maret sebesar Rp.800.000,-. Maka PPh 21 yang harus dipotong oleh
Maret sebesar Rp.800.000,-. Maka PPh 21 yang harus dipotong oleh
Bendahara :
Bendahara :
PPh 21 (final) terutang = 5% x Rp.800.000 = Rp. 40.000,-
PPh 21 (final) terutang = 5% x Rp.800.000 = Rp. 40.000,-
2. Tn. Wawan (Toko Elektronik) memberikan Jasa Perbaikan AC di Kantor
2. Tn. Wawan (Toko Elektronik) memberikan Jasa Perbaikan AC di Kantor
Bupati dengan imbalan jasa sebesar Rp. 1.000.000,-. Maka PPh 21 yang
Bupati dengan imbalan jasa sebesar Rp. 1.000.000,-. Maka PPh 21 yang
harus dipotong oleh Bendahara :
harus dipotong oleh Bendahara :
PPh 21 terutang = 5% x (50% x Rp.1.000.000) = Rp. 25.000,-
PPh 21 terutang = 5% x (50% x Rp.1.000.000) = Rp. 25.000,-
3. Marto (Warga RT. 11) mengikuti seminar yang diadakan oleh Dinas
3. Marto (Warga RT. 11) mengikuti seminar yang diadakan oleh Dinas
Sosial dan menerima uang saku sebesar Rp.500.000,-. Maka PPh 21
Sosial dan menerima uang saku sebesar Rp.500.000,-. Maka PPh 21
yang harus dipotong oleh Bendahara :
yang harus dipotong oleh Bendahara :
PPh 21 terutang = 5% x Rp.500.000,- = Rp.25.000,-
PPh 21 terutang = 5% x Rp.500.000,- = Rp.25.000,-
SPT Masa PPh Pasal 21
Dilapor paling lambat tanggal 20 Bulan berikutnya
Bagian C – Objek Pajak – Final
SPT Masa SPT Normal
Departemen Pajak Penghasilan Golongan Penerima Jumlah Penerima
Jumlah Jumlah
No Penghasilan Bruto Pajak Terutang
Keuangan RI Pasal 21 dan/atau Pasal 26 SPT Pembetulan Ke-____
Penghasilan Penghasilan
(Rp) (Rp)
Jenderal Formulir ini digunakan untuk melaporkan Tahun Kalender Formulir Penerima Uang Pesangon, Uang Manfaat Pensiun, Tunjangan
29 Hari Tua atau Jaminan Hari Tua, dan Pembayaran Lain
Pajak kewajiban Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal
21 dan/atau Pasal 26 20 1721 Sejenis yang Dibayarkan Sekaligus
Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil, Anggota TNI/POLRI
30 dan Pensiunan yang Menerima Honorarium dan Imbalan Lain
(Bulan/Tahun) yang Dibebankan Kepada Keuangan Negara/Daerah
Masa Pajak / 2 0
31
Jumlah Bagian C
(Penjumlahan Angka 29 s.d 30)
Bagian D – Lampiran
Bagian A – Informasi Identitas Wajib Pajak a) Surat Setoran Pajak ____ lembar b) Surat Setoran Pajak PPh Pasal 21 c) Surat Kuasa Khusus/Surat Keterangan
DTP Kematian
1 NPWP -
d) Daftar Bukti Pemotongan Pajak e) Daftar Bukti Pemotongan Pajak f) Formulir 1721 – I
2 Nama WP Penghasilan Tidak Final Penghasilan Final (Disampaikan hanya pada Masa
Pajak Desember)
6 Pegawai Tetap PEMOTONG PAJAK (PIMPINAN) Kuasa W ajib Pajak SPT Masa Diterima:
7 Penerima Pensiun Berkala
8 Pegawai Tidak Tetap atau Tenaga Kerja Lepas Langsung dari WP
Nama
9 Distributor MLM
Melalui Pos
10 Petugas Dinas Luar Asuransi NPW P -
11 Penjaja Barang Dagangan
Tanda Tangan Tanggal (dd/mm/yyyy) Tanggal (dd/mm/yyyy) Tanda Tangan
12 Tenaga Ahli
Anggota Dewan Komisaris atau Dewan Pengawas yang
13 ____/_____/____ ___/___/_____
tidak Merangkap sebagai Pegawai Tetap
Mantan Pegawai yang Menerima Jasa Produksi,
14
Tantiem, Bonus atau Imbalan Lain
15 Pegawai yang Melakukan Penarikan Dana Pensiun TARIF PPh PASAL 21 MENGGUNAKAN TARIF PASAL 17 UU PPh
16 Peserta Kegiatan
Dalam ketentuan baru ini, tarif pemotongan PPh Pasal 21 adalah dengan menggunakan tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh atas penghasilan yang diterima oleh:
Bukan Pegawai yang Menerima Penghasilan yang 1. Pegawai tetap.
17
Bersifat Berkesinambungan 2. Penerima pensiun yang dibayarkan secara bulanan.
Bukan Pegawai yang Menerima Penghasilan yang Tidak Bersifat 3. Pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas yang dibayarkan secara bulanan.
18 4. Pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas berupa upah harian, upah mingguan, upah satuan, upah borongan dan uang saku harian yang tidak
Berkesinambungan
dibayarkan secara bulanan.
Pegawai atau Pemberi Jasa sebagai W ajib Pajak Luar
19 5. Bukan pegawai yang menerima pembayaran yang bersifat tidak berkesinambungan.
Negeri
6. Peserta kegiatan setiap kali menerima pembayaran yang bersifat utuh dan tidak dipecah.
Jumlah Bagian B 7. Bukan pegawai yang menerima imbalan yang berkesinambungan.
20
(Penjumlahan Angka 6 s.d. 19) 8. Anggota dewan komisaris atau dewan pengawas yang tidak merangkap sebagai pegawai tetap yang menerima atau memperoleh honorarium atau
PPh Pasal 21 dan/atau Pasal 26 yang telah Disetor pada Masa Pajak Januari s.d. November imbalan yang bersifat tidak teratur.
21
(Diisi hanya pada Masa Pajak Desember) 9. Mantan pegawai yang menerima atau memperoleh jasa produksi, tantiem, gratifikasi, bonus atau imbalan lain yang bersifat tidak teratur.
22 STP PPh Pasal 21 dan/atau Pasal 26 (hanya Pokok Pajak) 10. Peserta program pensiun yang berstatus sebagai pegawai yang melakukan penarikan Dana Pensiun.
(Pasal 13, 14, 15 dan 16 PMK 252/PMK.03/2008)
Kelebihan setor PPh Pasal 21 dan/atau Pasal 26 dari: Tahun Kalender
Masa Pajak PTKP BAGI PENERIMA PENGHASILAN BUKAN PEGAWAI
23
PTKP Bagi orang pribadi bukan Pegawai seperti petugas dinas luar asuransi yang tidak berstatus sebagai pegawai, distributor MLM atau direct selling, penjaja barang dagangan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 yang tidak berstatus pegawai atau penerima penghasilan lainnya yang menerima pengh
25a. Penyetoran dengan SSP PPh Pasal 21 Ditanggung Pemerintah BIAYA JABATAN
25b. Penyetoran dengan SSP Biaya Jabatan ditetapkan sebesar 5% dari penghasilan bruto dengan jumlah setinggi-tingginya Rp 6.000.000,00 setahun atau Rp 500.000,00 sebulan.
Biaya Pensiun ditetapkan sebesar 5% dari penghasilan bruto dengan jumlah setinggi-tingginya Rp 2.400.000,00 setahun atau Rp 200.000,00 sebulan.
Jika SPT Pembetulan, maka dilanjutkan ke angka 26 dan 27 (Pasal 1 PMK 250/PMK.03/2008)
PPh Pasal 21 dan/atau Pasal 26 yang Kurang (Lebih) Disetor pada SPT yang Dibetulkan
26 BATAS UPAH HARIAN YANG TIDAK DIPOTONG PPh PASAL 21
(merupakan pindahan dari Bagian B Angka 25 dari SPT yang Dibetulkan)
27 PPh Pasal 21 dan/atau Pasal 26 yang Kurang (Lebih) Disetor karena pembetulan (angka 25 – angka 26) Batas penghasilan bruto yang diterima atau diperoleh pegawai harian, mingguan dan pegawai tidak tetap lainnya sampai dengan jumlah Rp 150.000,00 sehari tidak dipotong PPh
Pasal 21. Namun ketentuan ini tidak berlaku jika penghasilan bruto ini telah melebih
28 Kelebihan setor pada angka 25 atau angka 27 akan dikompensasikan ke Masa Pajak Tahun
PEMOTONGAN PPh PASAL 21 YANG TIDAK MEMILIKI NPWP
Atas penghasilan yang dibayarkan kepada pegawai dan bukan pegawai yang tidak memiliki NPWP, dikenakan Pemotongan PPh Pasal 21 dengan tarif yang lebih tinggi 20% daripada
Catatan: tarif yang diterapkan dalam PPh Pasal 21, sehingga jumlah PPh yang dipotong tarifnya
Khusus Untuk Masa Pajak Desember, Jumlah Penghasilan Bruto (kolom 4) dan Jumlah Pajak Terutang (kolom 5) pada angka (Pasal 20 PMK 252/PMK.03/2008).
6 sampai dengan angka 20 diisi jumlah kumulatif dalam Tahun Kalender yang bersangkutan.
TAHUN KALENDER
1. Lembar 1 untuk Pegawai
1721 - A2
2. Lembar 2 untuk Pemotong Pajak
BUKTI PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 BAGI
FORMULIR
PEGAWAI NEGERI SIPIL, ANGGOTA TENTARA NASIONAL
DEPARTEMEN KEUANGAN RI
INDONESIA/POLISI REPUBLIK INDONESIA, PEJABAT NEGARA DAN
PENSIUNANNYA 2 0
Bukti Potong PPh Pasal 21
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
NOMOR URUT :
NPWP BENDAHARA :
NAMA BENDAHARA :
……………………………………...…………. (1) :
PANGKAT / GOLONGAN :
BUKTI PEMOTONGAN PPh PASAL 21
(FINAL) JABATAN :
NOMOR : ……………………………………… (2) JUMLAH TANGGUNGAN KELUARGA UNTUK PTKP : K/ TK/ HB/
3. TUNJANGAN ANAK 3
No. Jenis Penghasilan Jumlah Penghasilan Bruto Tarif PPh yang dipotong 4. JUMLAH GAJI DAN TUNJANGAN KELUARGA ( 1+2+3 ) 4
JIKA FORMULIR INI TIDAK MENCUKUPI, DAPAT DIBUAT SENDIRI SESUAI DENGAN BENTUK INI
F.1.1.33.02
Nama Bendahara Kode SSP
PPh Pasal 21
Kode Akun Kode Jenis ket
Pajak Setoran
411121 100 Masa PPh 21
411121 402 PPh Final 21 atas
Jumlah Pajak Honorarium atau
Terutang imbalan lain
kepada PNS
Disetor paling
lambat tanggal 10
Bulan berikutnya
22
PAJAK PENGHASILAN
PASAL
Bendahara Pemerintah
sebagai Pemungut PPh Pasal 22
Keputusan Menkeu No.392/KMK.03/2001 jo. PMK No.224/PMK.011/2012
PPh Pasal 22
Di Stempel dan
SSP ditandatangani oleh
Bendahara
TTd Bendahara
Disetor di hari yang
sama pada saat
pemungutan
Tata Cara Pelaporan
PPh Pasal 22
SPT Masa
PPh Pasal 22
ke KPP/
KP2KP/
Pos Pelayanan
Paling lambat 14 hari setelah bulan berakhir
Paling lambat 14 hari setelah bulan berakhir
Jika jatuh pada hari libur maka pada hari kerja berikutnya
Jika jatuh pada hari libur maka pada hari kerja berikutnya
SPT Masa
PPh Pasal 22
Dilapor paling lambat
Paling lambat 14
hari setelah bulan
berakhir
Contoh Penghitungan
PPh Pasal 22
PASAL
Bendahara Pemerintah
sebagai Pemotong PPh Pasal 23
Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK-244/PMK.03/2008
Tarif sebesar 2 %
dari nilai bruto tidak termasuk PPN
Jika Rekanan Tidak Memiliki NPWP maka Tarifnya 100% Lebih Tinggi
Jenis Jasa yang menjadi Objek PPh Pasal 23
Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK-244/PMK.03/2008
10. Jasa perawatan/perbaikan /pemeliharaan mesin, 24. Jasa penyediaan tempat dan/atau waktu dalam media
peralatan, listrik telepon, air, gas, AC, dan/atau TV Kabel, masa, media luar ruang atau media lain untuk
alat transportasi/kendaraan dan/atau bangunan penyampaian informasi
12. Jasa perantara atau keagenan 26. Jasa kebersihan atau cleaning service
13. Jasa penyelidikan dan keamanan 27. Jasa katering atau tata boga
PPh Pasal 23
PASAL
Bendahara Pemerintah
sebagai Pemotong PPh Pasal 4 ayat 2
Objek PPh
Pasal 4 ayat 2 Kode MAP Tarif
SMPN 5 Depok menyewa Gedung untuk tempat belajar siswa kepada Tn Parno
selama 2 bulan dengan harga sewa sebesar Rp 8.000.000 pada tanggal 07 Januari
2018.
Maka pajak yang harus dipotong oleh SMPN 5 Depok atas jasa tersebut adalah :
Jasa di Bidang :
DASAR PEMUNGUTAN
Pembayaran oleh Bendahara sudah termasuk PPN
56
WP Dalam Kriteria
PP Nomor 46 Tahun 2013
Bukan mendapatkan penghasilan dari usaha dagang dan jasa yang dikenai PPh
Final (Pasal 4 ayat (2), misalnya sewa kamar kos, sewa rumah, jasa konstruksi
(perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan), PPh usaha migas, dan lainnya.
Bukan kegiatan usaha perdagangan atau jasa yang menggunakan sarana yang
dapat dibongkar pasang dan menggunakan sebagian atau seluruh tempat
untuk kepentingan umum, misalnya pedagang keliling, pedagang asongan,
warung tenda di area kaki-lima, dan sejenisnya.
Pemotongan / Pemungutan PPh Terhadap
WP Dalam Kriteria
PP Nomor 46 Tahun 2013
Contoh:
o Bengkel mobil menerima pembayaran atas jasa reparasi mobil. Atas
pembayaran tersebut dipotong PPh Pasal 23 kecuali pemilik bengkel
memiliki SKB Potput.
o Toko ATK menjual kertas kepada sekolah negeri. Bendahara sekolah
memungut PPh Pasal 22 kecuali pemilik toko memiliki SKB Potput.
MARI BERSAMA-SAMA MENGAMANKAN
PENERIMAAN NEGARA
AGAR DAPAT MEMBERI
MANFAAT BAGI NEGARA DAN
MASYARAKAT INDONESIA
#PajakMilikBersama
Tambahan.......
DIREKTORAT JENDERAL
PAJAK (DJP)
NON-DJP & INTERNET
SALURAN PEMBUATAN
KODE BILLING
Pastikan kode Bayar
BILLING
MAU SETOR BILLING
PAJAK?
telah dibuat (setor pajak)
KAS NEGARA
PEMBAYARAN BILLING PAJAK DILAKUKAN KE REKENING
DENGAN ATM, INTERNET BANKING, EDC, MOBILE
BANKING, ATAU PADA LOKET BANK/POS PERSEPSI
PEMOTONGAN PEMUNGUTAN
PPh Pasal 21, 23, 4(2) PPh Pasal 22 dan PPN
• SSP lembar ke-1
• SSP lembar ke-1
Arsip Rekanan
Arsip Bendahara
• SSP lembar ke-2
• SSP lembar ke-2
Arsip KPPN
Arsip KPPN
• SSP lembar ke-3
• SSP lembar ke-3
Dilaporkan ke KPP oleh Rekanan
Dilaporkan ke KPP oleh Bendahara
• SSP lembar ke-4
• SSP lembar ke-4
Arsip Bank/Pos Persepsi
Arsip Bank/Pos Persepsi
• SSP lembar ke-5
Arsip Bendahara
SSP sekarang menjadi Bukti
Penerimaan Negara
SSP sekarang menjadi Bukti
• Bukti Potong untuk penerima
Penerimaan Negara
penghasilan/pegawai/rekanan