Anda di halaman 1dari 69

Bahan Kuliah:

PP Dan Transfer Pricing

Topik Bahasan:
HUBUNGAN ISTIMEWA DAN TRANSFER
PRICING
DILIHAT DARI UU DOMESTIK

Dosen
Dr. Sumiharti, Ak, M.Si
1
Definisi Transfer Pricing

• Bagi organisasi yang terdesentralisasi, keluaran


dari sebuah divisi dipakai sebagai masukan bagi
divisi lain. Transaksi antar divisi ini
mengakibatkan timbulnya suatu mekanisme
transfer pricing.
• Transfer pricing didefenisikan sebagai suatu
harga jual khusus yang dipakai dalam
pertukaran antar divisional untuk mencatat
pendapatan divisi penjual (selling division) dan
biaya divisi pembeli (buying divison). (Henry
Simamora, 1999:272).
2
Definisi Transfer pricing
• Transfer pricing sering juga disebut dengan intracompany
pricing, intercorporate pricing, interdivisional atau internal
pricing yang merupakan harga yang diperhitungkan untuk
keperluan pengendalian manajemen atas transfer barang dan
jasa antar anggota (grup perusahaan).
• Transfer pricing biasanya ditetapkan untuk produk-produk
antara (intermediate product) yang merupakan barang-barang
dan jasa-jasa yang dipasok oleh divisi penjual kepada divisi
pembeli. Bila dicermati secara lebih lanjut, transfer pricing
dapat menyimpang secara signifikan dari harga yang disepakati.
Oleh karena itu transfer pricing juga sering dikaitkan dengan
suatu rekayasa harga secara sistematis yang ditujukan untuk
mengurangi laba yang nantinya akan mengurangi jumlah pajak
atau bea dari suatu negara. 3
Motive Transfer Pricing
• Dari uraian di atas nampak bahwa pada prinsipnya praktik
transfer pricing (dengan harga yang tidak sama dengan
harga pasar) dapat didorong oleh alasan pajak (tax motive)
maupun bukan pajak (non-tax motive). Berbagai studi di
luar Indonesia menunjukkan hal tsb
• Motivasi pajak atas praktik transfer pricing dilaksanakan
dengan sedapat mungkin memindahkan penghasilan ke
negara dengan beban pajak terendah atau minimal.
• Salah satu bentuk pengalihan penghasilan, misalnya dalam
bentuk pembayaran royalti karena dengan sangat langkanya
standar harga (tarif) pasar atas royalti sangat sulit bagi
administrasi pajak untuk mengatasinya. Kopits (dalam
Caves;1996) menyatakan bahwa paling kurang 13%
pembayaran royalti dari negara berkemhang (ke negara
maju) merupakan transformasi royalti menjadi dividen. 4
HUBUNGAN ISTIMEWA DAN TRANSFER PRICING DILIHAT DARI UU DOMESTIK

Pasal 18 UU PPh
(1) Menteri Keuangan berwenang mengeluarkan keputusan
mengenai besarnya perbandingan antara utang dan modal
perusahaan untuk keperluan penghitungan pajak berdasarkan
UU ini.
(2) Menteri Keuangan berwenang menetapkan saat diperolehnya
dividen oleh WP DN atas penyertaan modal pada badan usaha
di LN selain badan usaha yang menjual sahamnya di bursa
efek, dengan ketentuan SBB:
a. besarnya penyertaan modal WP DN tsb paling rendah 50%
(lima puluh persen) dari jumlah saham yang disetor; atau
b. secara bersama-sama dengan WP DN lainnya memiliki
penyertaan modal paling rendah 50% (lima puluh persen) dari
jumlah saham yang disetor.
5
PASAL 18 UU PPh
(3) Direktur Jenderal Pajak berwenang untuk
menentukan kembali besarnya penghasilan dan
pengurangan serta menentukan utang sebagai modal
untuk menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi
WP yang mempunyai hubungan istimewa dengan WP
lainnya sesuai dengan kewajaran dan kelaziman usaha
yang tidak dipengaruhi oleh hubungan istimewa dengan
menggunakan metode perbandingan harga antara pihak
yang independen, metode harga penjualan kembali,
metode biaya-plus, atau metode lainnya.
 

6
PASAL 18 UU PPh
(3a) Direktur Jenderal Pajak berwenang
melakukan perjanjian dengan WP dan
bekerja sama dengan pihak otoritas pajak
negara lain untuk menentukan harga
transaksi antar pihak-pihak yang mempunyai
hubungan istimewa sebagaimana dimaksud
dalam ayat (4), yang berlaku selama suatu
periode tertentu dan mengawasi
pelaksanaannya serta melakukan renegosiasi
setelah periode tertentu tsb berakhir.

7
PASAL 18 UU PPh
(3b) WP yang melakukan pembelian saham
atau aktiva perusahaan melalui pihak lain
atau badan yang dibentuk untuk maksud
demikian (special purpose company), dapat
ditetapkan sebagai pihak yang sebenarnya
melakukan pembelian tsb sepanjang WP yang
bersangkutan mempunyai hubungan istimewa
dengan pihak lain atau badan tsb dan
terdapat ketidakwajaran penetapan harga.
 

8
PASAL 18 UU PPh
(3c) Penjualan atau pengalihan saham perusahaan
antara (conduit company atau special purpose
company) yang didirikan atau bertempat
kedudukan di negara yang memberikan
perlindungan pajak (tax haven country) yang
mempunyai hubungan istimewa dengan badan
yang didirikan atau bertempat kedudukan di
Indonesia atau BUT di Indonesia dapat
ditetapkan sebagai penjualan atau pengalihan
saham badan yang didirikan atau bertempat
kedudukan di Indonesia atau BUT di
Indonesia. 9
PASAL 18 UU PPh
(3d)Besarnya penghasilan yang diperoleh WP orang
pribadi DN dari pemberi kerja yang memiliki hubungan
istimewa dengan perusahaan lain yang tidak didirikan
dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia dapat
ditentukan kembali, dalam hal pemberi kerja
mengalihkan seluruh atau sebagian penghasilan WP
orang pribadi DN tsb ke dalam bentuk biaya atau
pengeluaran lainnya yang dibayarkan kepada
perusahaan yang tidak didirikan dan tidak bertempat
kedudukan di Indonesia tsb.
(3e)Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada
ayat (3b), ayat (3c), dan ayat (3d) diatur lebih lanjut
dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
10
PASAL 18 UU PPh
(4) Hubungan istimewa sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
sampai dengan ayat (3d), Pasal 9 ayat (1) huruf f, dan Pasal
10 ayat (1) dianggap ada apabila:
a. WP mempunyai penyertaan modal langsung atau tidak langsung
paling rendah 25% (dua puluh lima persen) pada WP lain;
hubungan antara WP dengan penyertaan paling rendah 25% (dua
puluh lima persen) pada dua WP atau lebih; atau hubungan di
antara dua WP atau lebih yang disebut terakhir
 b.WP menguasai WP lainnya atau dua atau lebih WP berada di
bawah penguasaan yang sama baik langsung maupun tidak
langsung; atau
c. terdapat hubungan keluarga baik sedarah maupun semenda
dalam garis keturunan lurus dan/atau ke samping satu derajat.
 (5) Dihapus.

11
ATURAN PELAKSANAAN
TRANSFER PRICING:

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK


NOMOR PER - 43/PJ/2010

TENTANG

PENERAPAN PRINSIP KEWAJARAN DAN


KELAZIMAN USAHA DALAM TRANSAKSI
ANTARA WAJIB PAJAK DENGAN PIHAK
YANG MEMPUNYAI HUBUNGAN ISTIMEWA
 
12
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL
PAJAK
NOMOR PER - 32/PJ/2011
TENTANG

PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL


PAJAK NOMOR PER-43/PJ/2010
TENTANG
PENERAPAN PRINSIP KEWAJARAN
DAN KELAZIMAN USAHA DALAM TRANSAKSI ANTARA
WAJIB PAJAK DENGAN PIHAK YANG MEMPUNYAI
HUBUNGAN ISTIMEWA

13
PERSANDINGAN PER DIRJEN
43/PJ/2010 32/PJ/2011
Pasal 1 Pasal 1
5) Hubungan Istimewa adalah 4) Hubungan Istimewa adalah
hubungan antara Wajib Pajak hubungan antara Wajib Pajak
dengan pihak lain dengan pihak lain
sebagaimana dimaksud dalam sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 18 ayat (4) Undang- Pasal 18 ayat (4) Undang-
Undang PPh atau Pasal 2 ayat Undang PPh atau Pasal 2 ayat
(2) Undang-Undang PPN. (2) Undang-Undang PPN.

14
PASAL 1
6) Prinsip Kewajaran dan Kelaziman 5) Prinsip Kewajaran dan Kelaziman
Usaha (arm's length principle/ALP) Usaha (Arm's length principle/ALP)
merupakan prinsip yang mengatur merupakan prinsip yang mengatur
bahwa apabila kondisi dalam transaksi bahwa apabila kondisi dalam transaksi
yang dilakukan antara pihak-pihak yang dilakukan antara pihak
yang mempunyai Hubungan Istimewa yang mempunyai Hubungan Istimewa
sama atau sebanding dengan kondisi sama atau sebanding dengan kondisi
dalam transaksi yang dilakukan antara dalam transaksi yang dilakukan antara
pihak-pihak yang tidak mempunyai pihak yang tidak mempunyai Hubungan
Hubungan Istimewa yang menjadi Istimewa yang menjadi pembanding,
pembanding, maka harga atau laba maka harga atau laba dalam transaksi
dalam transaksi yang dilakukan antara yang dilakukan antara pihak-pihak
pihak-pihak yang mempunyai Hubungan yang mempunyai Hubungan Istimewa
Istimewa harus sama dengan atau harus sama dengan atau berada dalam
berada dalam rentang harga atau laba rentang harga atau laba dalam
dalam transaksi yang dilakukan antara transaksi yang dilakukan antara pihak
pihak-pihak yang tidak mempunyai yang tidak mempunyai
Hubungan Istimewa yang menjadi Hubungan Istimewa yang menjadi
pembanding. pembanding.
15
PASAL 1
7) Harga Wajar atau laba 6) Harga Wajar atau Laba
Wajar adalah harga atau Wajar adalah harga atau
Iaba yang terjadi dalam laba yang terjadi dalam
transaksi yang dilakukan transaksi yang dilakukan
antara pihak-pihak yang antara pihak-pihak yang
tidak mempunyai Hubungan tidak mempunyai Hubungan
Istimewa dalam kondisi Istimewa dalam kondisi
yang sebanding, atau harga yang sebanding, atau harga
atau laba yang ditentukan atau laba yang ditentukan
sebagai harga atau laba sebagai harga atau laba
yang memenuhi Prinsip yang memenuhi Prinsip
Kewajaran dan Kelaziman Kewajaran dan Kelaziman
Usaha. Usaha.
16
PASAL 1
8) Analisis Kesebandingan adalah 7) Analisis Kesebandingan adalah
analisis yang dilakukan oleh Wajib analisis yang dilakukan oleh Wajib
Pajak atau Direktorat Jenderal Pajak atau Direktorat Jenderal Pajak
Pajak atas kondisi dalam transaksi atas kondisi dalam transaksi yang
yang dilakukan antara Wajib Pajak dilakukan antara Wajib Pajak dengan
dengan pihak yang mempunyai pihak yang mempunyai Hubungan
Hubungan Istimewa untuk Istimewa untuk diperbandingkan dengan
diperbandingkan dengan kondisi kondisi dalam transaksi yang dilakukan
dalam transaksi yang dilakukan antara pihak-pihak yang tidak
antara pihak-pihak yang tidak mempunyai Hubungan Istimewa, dan
mempunyai Hubungan Istimewa, dan melakukan identifikasi atas perbedaan
melakukan identifikasi atas kondisi dalam kedua jenis transaksi
perbedaan kondisi dalam kedua jenis dimaksud.
transaksi dimaksud.
8) Penentuan Harga Transfer (transfer
9) Penentuan Harga Transfer (transfer pricing) adalah penentuan harga dalam
pricing) adalah penentuan harga dalam transaksi antara pihak-pihak yang
transaksi antara pihak-pihak yang mempunyai Hubungan Istimewa.
mempunyai Hubungan Istimewa. 17
PASAL 2
1)Ruang lingkup Peraturan 1)Peraturan Direktur Jenderal Pajak
Direktur Jenderal Pajak ini ini berlaku untuk Penentuan Harga
adalah transaksi yang Transfer (Transfer Pricing) atas
dilakukan Wajib Pajak dengan transaksi yang dilakukan WPDN atau
pihak-pihak yang mempunyai Bentuk Usaha Tetap di Indonesia
dengan WPLN diluar Indonesia.
Hubungan Istimewa.
2)Dalam hal Wajib Pajak melakukan
2)Transaksi sebagaimana transaksi dengan pihak-pihak yang
dimaksud pada ayat (1) yang mempunyai Hubungan Istimewa yang
dapat mengakibatkan merupakan WPDN atau BUT di
pelaporan jumlah penghasilan Indonesia, Peraturan Direktur
dan pengurangan untuk Jenderal Pajak ini hanya berlaku
menghitung besarnya untuk transaksi yang dilakukan oleh
Penghasilan Kena Pajak bagi WP dengan pihak-pihak yang
Wajib Pajak tidak sesuai mempunyai Hubungan Istimewa untuk
dengan Prinsip Kewajaran dan memanfaatkan perbedaan tarif
Kelaziman Usaha meliputi pajak yang disebabkan antara lain:
antara lain : 18
PASAL 2
a. penjualan, pengalihan, pembelian
atau perolehan barang berwujud a. perlakuan pengenaan
maupun barang tidak berwujud; PPh final atau tidak
b. sewa, royalti, atau imbalan lain final pada sektor
yang timbul akibat penyediaan atau
pemanfaatan harta berwujud usaha tertentu;
maupun harta tidak berwujud; b. perlakuan pengenaan
c. penghasilan atau pengeluaran PPnBM; atau
sehubungan dengan penyerahan
atau pemanfaatan jasa; c. transaksi yang
d. alokasi biaya; dan dilakukan dengan WP
e. penyerahan atau perolehan harta Kontraktor Kontrak
dalam bentuk instrumen keuangan,
dan penghasilan atau pengeluaran Kerja Sama Migas.
yang timbul akibat penyerahan atau
perolehan harta dalam bentuk
instrumen keuangan dimaksud.
19
PASAL 3
1) Wajib Pajak dalam 1) Wajib Pajak dalam
melakukan transaksi melakukan transaksi
sebagaimana dimaksud dalam sebagaimana dimaksud
Pasal 2 dengan pihak-pihak dalam Pasal 2
yang mempunyai Hubungan dengan pihak-pihak yang
Istimewa wajib menerapkan mempunyai Hubungan
Prinsip Kewajaran dan Istimewa wajib menerapkan
Kelaziman Usaha. Prinsip Kewajaran
dan Kelaziman Usaha.
2) Prinsip Kewajaran dan
Kelaziman Usaha dilakukan 2) Prinsip Kewajaran dan
dengan langkah-langkah Kelaziman Usaha dilakukan
sebagai berikut : dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
20
PASAL 3
a. melakukan Analisis Kesebandingan a. melakukan Analisis Kesebandingan
dan menentukan pembanding; dan menentukan pembanding;
b. menentukan metode Penentuan b. menentukan metode Penentuan
Harga Transfer yang tepat; Harga Transfer yang tepat;
c. menerapkan Prinsip Kewajaran dan c. menerapkan Prinsip Kewajaran dan
Kelaziman Usaha berdasarkan Kelaziman Usaha berdasarkan hasil
hasil Analisis Kesebandingan dan Analisis Kesebandingan dan metode
metode Penentuan Harga Transfer Penentuan Harga Transfer yang
yang tepat ke dalam transaksi tepat ke dalam transaksi yang
yang dilakukan antara Wajib dilakukan antara Wajib Pajak
Pajak dengan pihak yang dengan pihak yang mempunyai
mempunyai Hubungan Istimewa; Hubungan Istimewa; dan
dan d. mendokumentasikan setiap langkah
d. mendokumentasikan setiap langkah dalam menentukan Harga Wajar
dalam menentukan Harga Wajar atau Laba Wajar sesuai dengan
atau Laba Wajar sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
ketentuan perundang-undangan perpajakan yang berlaku
perpajakan yang berlaku.
21
PASAL 3
3) Transaksi yang dilakukan 3) Prinsip Kewajaran dan Kelaziman
Usaha (Arm's Length Principle/ALP)
oleh Wajib Pajak dengan mendasarkan pada norma bahwa harga
pihak-pihak yang mempunyai atau laba atas transaksi yang dilakukan
Hubungan Istimewa yang oleh pihak-pihak yang tidak mempunyai
mempunyai nilai penghasilan Hubungan Istimewa ditentukan oleh
kekuatan pasar, sehingga transaksi
atau pengeluaran tidak tsb mencerminkan harga pasar yang
melampaui Rp10.000.000,00 wajar (Fair Market Value/FMV).
(sepuluh juta rupiah) tidak
diwajibkan memenuhi kewajiban 4) Wajib Pajak yang melakukan
sebagaimana dimaksud pada transaksi dengan pihak-pihak yang
mempunyai Hubungan Istimewa dengan
ayat (2), namun Wajib Pajak nilai seluruh transaksi tidak melebihi Rp
tetap diwajibkan memenuhi 10.000.000.000,00 (sepuluh
ketentuan Pasal 28 Undang- milyar rupiah) dalam 1 (satu) tahun
Undang KUP pajak untuk setiap lawan transaksi,
dikecualikan dari kewajiban sebagaimana
dimaksud pada ayat (2).
22
PASAL 4
(1) Dalam melakukan Analisis (1) Dalam melakukan Analisis
Kesebandingan sebagaimana Kesebandingan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 ayat dimaksud dalam Pasal 3 ayat
(2) huruf a harus (2) huruf a harus memperhatikan
memperhatikan hal-hal sbb: hal-hal sebagai berikut :
a) transaksi yang dilakukan a) transaksi yang dilakukan
antara Wajib Pajak dengan antara Wajib Pajak dengan pihak
pihak yang mempunyai yg mmempunyai Hubungan
Hubungan Istimewa dianggap Istimewa dianggap sebanding
sebanding dengan transaksi dengan transaksi yang dilakukan
yang dilakukan antara pihak- antara pihak-pihak yang tidak
pihak yang tidak mempunyai mempunyai Hubungan Istimewa
Hubungan Istimewa dalam dalam hal :
hal :

23
PASAL 4
1. tidak terdapat perbedaan
1.tidak terdapat perbedaan
kondisi yang material atau
kondisi yang material atau
signifikan yang
signifikan yang dapat
dapat mempengaruhi harga
mempengaruhi harga atau
atau laba dari transaksi
laba dari transaksi yang yang diperbandingkan;
diperbandingkan; atau atau
2. terdapat perbedaan
2. terdapat perbedaan kondisi, namun dapat
kondisi, namun dapat dilakukan penyesuaian
dilakukan penyesuaian untuk untuk menghilangkan
menghilangkan pengaruh yang pengaruh yang material
material atau signifikan dari atau signifikan dari
perbedaan kondisi tsb perbedaan kondisi tsb
terhadap harga atau laba; terhadap harga atau laba;
24
PASAL 4
b) dalam hal tersedia b) dalam hal tersedia Data
Pembanding Internal dan Data
Data Pembanding Internal Pembanding Eksternal dengan tingkat
dan Data Pembanding kesebandingan yang sama, maka
Eksternal dengan tingkat Wajib Pajak wajib menggunakan
Data Pembanding Internal untuk
kesebandingan yang penentuan Harga Wajar atau Laba
sama, maka Wajib Pajak Wajar.
wajib menggunakan Data
Pembanding Internal c) dalam hal Data Pembanding
untuk penentuan Harga Internal yang tersedia sebagaimana
dimaksud pada huruf b bersifat
Wajar atau Laba Wajar . insidental, maka Data Pembanding
Internal dimaksud hanya
dapat dipergunakan dalam transaksi
yang bersifat insidental antara
Wajib Pajak dengan pihak-pihak
yang mempunyai Hubungan Istimewa.
25
PASAL 4
(2) Wajib Pajak wajib (2) Wajib Pajak wajib
mendokumentasikan langkah- mendokumentasikan
langkah, kajian, dan hasil langkah-langkah, kajian,
kajian dalam melakukan dan hasil kajian
Analisis Kesebandingan dan dalam melakukan Analisis
penentuan pembanding, Kesebandingan dan
penggunaan Data Pembanding penentuan pembanding,
Internal dan/atau Data penggunaan Data
Pembanding Eksternal serta Pembanding Internal
menyimpan buku, dasar dan/atau Data Pembanding
catatan, atau dokumen Eksternal serta menyimpan
sesuai dengan ketentuan buku, dasar catatan,
yang berlaku. atau dokumen sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
26
PER DIR JEN 32/2011
PASAL 4a
1) Data Pembanding Internal adalah data Harga Wajar atau Laba
Wajar dalam transaksi sebanding yang dilakukan oleh Wajib
Pajak dengan pihak-pihak yang tidak mempunyai Hubungan
Istimewa.
2) Data Pembanding Eksternal adalah data Harga Wajar atau Laba
Wajar dalam transaksi sebanding yang dilakukan oleh Wajib
Pajak lain dengan pihak-pihak yang tidak mempunyai Hubungan
Istimewa.
3) Data Pembanding Internal dan Data Pembanding Eksternal harus
memenuhi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkat
kesebandingan.
4) Dalam hal Data Pembanding Internal telah memenuhi factor-
faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kesebandingan, maka
Data Pembanding Eksternal tidak diperlukan.
5) Data Pembanding Eksternal dapat diperoleh dari database
komersial maupun database lainnya.
27
PER DIR JEN 43/2010
Pasal (5)
(1) Dalam melaksanakan Analisis Kesebandingan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) harus dilakukan analisis atas
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kesebandingan
antara lain:
a. karakteristik barang/harta berwujud dan barang/harta tidak
berwujud yang diperjualbelikan, termasuk jasa;
b. fungsi masing-masing pihak yang melakukan transaksi;
c. ketentuan-ketentuan dalam kontrak/perjanjian;
d. keadaan ekonomi; dan
e. strategi usaha .
(2) Wajib Pajak wajib mendokumentasikan langkah-langkah,
kajian, dan hasil kajian atas faktor-faktor sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan menyimpan buku, dasar catatan,
atau dokumen sesuai dengan ketentuan yang berlaku .
  28
PER DIR JEN 43/2010
Pasal 6
(1) Dalam menilai dan menganalisis karakteristik barang/harta
berwujud dan barang/harta tidak berwujud sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf a, harus dilakukan
analisis terhadap jenis barang atau jasa yang diperjualbelikan,
dialihkan, atau diserahkan, baik oleh pihak-pihak yang
mempunyai Hubungan Istimewa maupun oleh pihak-pihak yang
tidak mempunyai Hubungan Istimewa.
(2) Dalam menilai dan menganalisis karakteristik barang berwujud
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus dipertimbangkan
antara lain :
a. ciri-ciri fisik barang;
b. kualitas barang;
c. daya tahan barang;
d. tingkat ketersediaan barang; dan
e. jumlah penawaran barang.
29
PER DIR JEN 43/2010
Pasal 6
(3) Dalam menilai dan menganalisis karakteristik barang tidak
berwujud sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus
dipertimbangkan antara lain :
a. jenis transaksi;
b. jenis barang tidak berwujud yang diserahkan;
c. jangka waktu dan tingkat perlindungan yang diberikan; dan
d. potensi manfaat yang dapat diperoleh dari penggunaan
barang tidak berwujud tsb.
(4) Dalam menilai dan menganalisis karakteristik jasa
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus dipertimbangkan
antara lain :
a. sifat dan jenis jasa; dan
b. cakupan pemberian jasa.
30
PASAL 7
(1) Dalam melakukan penilaian dan (1) Dalam melakukan penilaian dan
analisis fungsi (functional analisis fungsi (functional analysis)
analysis) sebagaimana dimaksud sebagaimana dimaksud dalam Pasal
dalam Pasal 5 ayat (1) huruf b, 5 ayat (1) huruf b, harus dilakukan
harus dilakukan analisis dengan analisis dengan mengidentifikasi
mengidentifikasi dan dan membandingkan kegiatan
membandingkan kegiatan ekonomi ekonomi yang signifikan dan
tanggung jawab utama yang diambil
yang signifikan dan tanggung
atau akan diambil oleh pihak-pihak
jawab utama yang diambil atau
yang mempunyai Hubungan Istimewa
akan diambil oleh pihak-pihak
dengan pihak-pihak yang
yang mempunyai Hub.Istimewa tidak mempunyai Hubungan
dengan pihak-pihak yang tidak Istimewa.
mempunyai Hubungan Istimewa. (2) Kegiatan ekonomi sebagaimana
(2) Kegiatan ekonomi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dianggap
dimaksud pada ayat (1) dianggap signifikan dalam hal kegiatan tsb
signifikan dalam hal kegiatan tsb berpengaruh secara material pada
berpengaruh secara material pada harga yang ditetapkan dan/atau
harga yang ditetapkan dan/atau laba yang diperoleh dari transaksi
laba yang diperoleh dari transaksi yang dilakukan.
yang dilakukan. 31
PASAL 7
(3) Dalam melakukan penilaian dan
(3)Dalam melakukan penilaian analisis fungsi, harus
dan analisis fungsi, harus dipertimbangkan antara lain:
dipertimbangkan antara lain: a. struktur organisasi dan posisi
a. struktur organisasi; perusahaan yang diuji dalam
kelompok usaha serta manajemen
b. fungsi-fungsi utama yang mata rantai (supply chain
dijalankan oleh suatu management) kelompok usaha;
perusahaan seperti desain, b. fungsi-fungsi utama yang dijalankan
pengolahan, perakitan, oleh suatu perusahaan seperti desain,
pengolahan,  perakitan, penelitian,
penelitian, pengembangan, pengembangan, pelayanan, pembelian,
pelayanan, pembelian, distribusi, pemasaran, promosi,
distribusi, pemasaran, transportasi, keuangan, dan manajemen
serta karakteristik
promosi, transportasi, utama perusahaan seperti jasa maklon
keuangan, dan manajemen; (toll manufacturing), manufaktur dengan
fungsi dan risiko terbatas (contract
manufacturing), dan manufaktur dengan
fungsi dan risiko penuh (fully fledge 32
manufacturing);
PASAL 7
c.jenis aktiva yang digunakan c. jenis aktiva yang digunakan
atau akan digunakan seperti atau akan digunakan seperti
tanah, bangunan, peralatan, tanah, bangunan,
dan harta tidak berwujud, peralatan, dan Harta Tidak
serta sifat dari aktiva tsb Berwujud, serta sifat dari
seperti umur, harga pasar, aktiva tsb seperti umur,
dan lokasi; harga pasar, dan lokasi;
d. risiko yang mungkin timbul
dan harus ditanggung oleh
d. risiko yang mungkin timbul
masing-masing pihak yang
dan harus ditanggung oleh
melakukan transaksi seperti
masing-masing pihak
risiko pasar, risiko kerugian
yang melakukan transaksi
investasi, dan risiko
seperti risiko pasar, risiko
keuangan.
kerugian investasi, dan
risiko keuangan.
33
PASAL 8
• Dalam melakukan penilaian dan 1) Dalam melakukan penilaian dan analisis
analisis atas ketentuan- atas ketentuan-ketentuan dalam
ketentuan dalam kontrak/perjanjian sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1)
kontrak/perjanjian sebagaimana
huruf c, harus dilakukan analisis
dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) terhadap tingkat tanggung jawab,
huruf c, harus dilakukan analisis risiko, dan keuntungan yang dibagi
terhadap tingkat tanggung antara pihak-pihak yang mempunyai
jawab, risiko, dan keuntungan Hubungan Istimewa untuk
yang dibagi antara pihak-pihak dibandingkan dengan ketentuan-
yang mempunyai Hubungan ketentuan dalam kontrak/perjanjian
Istimewa untuk dibandingkan yang dilakukan oleh pihak-pihak yang
tidak mempunyai Hubungan Istimewa,
dengan ketentuan-ketentuan
yang meliputi ketentuan tertulis dan
dalam kontrak/perjanjian yang tidak tertulis.
dilakukan oleh pihak-pihak yang 2) Dalam hal tidak terdapat dokumen
tidak mempunyai Hubungan tertulis, hubungan kontrak para pihak
Istimewa, yang meliputi dapat ditentukan dari peran/perilaku
ketentuan tertulis dan tidak para pihak atau prinsip ekonomi, yang
tertulis. umumnya mengatur hubungan
para pihak tsb.
34
PASAL 9
• Dalam melakukan penilaian dan (1) Analisis keadaan ekonomi
analisis keadaan ekonomi diperlukan untuk memperoleh
sebagaimana dimaksud dalam tingkat kesebandingan dalam
Pasal 5 ayat (1) huruf d, pasar tempat beroperasinya
harus diidentifikasi kondisi para pihak yang melakukan
ekonomi yang relevan, seperti transaksi.
keadaan geografis, luas pasar, (2) Keadaan ekonomi yang harus
tingkat persaingan, tingkat diidentifikasi untuk menentukan
permintaan dan penawaran, tingkat kesebandingan
serta tingkat ketersediaan pasar mencakup:
barang atau jasa pengganti a. Lokasi geografis;
pada transaksi yang dilakukan
b. ukuran pasar;
antara pihak-pihak yang
mempunyai Hubungan Istimewa c. tingkat persaingan dalam
dengan transaksi yang pasar serta posisi
dilakukan oleh pihak-pihak persaingan antara penjual
yang tidak mempunyai dan pembeli;
35
Hubungan Istimewa.
PASAL 9
d. ketersediaan barang atau
jasa pengganti;
e. tingkat permintaan dan
penawaran dalam pasar baik
secara keseluruhan maupun
regional;
f. daya beli konsumen;
g. sifat dan cakupan peraturan
pemerintah dalam pasar;
h. biaya produksi termasuk
biaya tanah, upah tenaga kerja,
dan modal; biaya transportasi;
dan tingkatan pasar;
i. tanggal dan waktu transaksi;
dan sebagainya.
36
PER DIR JEN 43/2010
PASAL 10
• Penilaian dan analisis atas strategi usaha
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1)
huruf e, harus dilakukan antara lain dengan
mengidentifikasi inovasi dan pengembangan
produk baru, tingkat diversifikasi barang/jasa,
tingkat penetrasi pasar, dan kebijakan-
kebijakan usaha lainnya, yang terjadi pada
pihak-pihak yang mempunyai Hubungan Istimewa
dan pihak-pihak yang tidak mempunyai
Hubungan Istimewa.

37
METODE PENENTUAN HARGA WAJAR ATAU
LABA WAJAR
(Pasal 11)
(1) Dalam penentuan metode harga (1) Dalam penentuan metode Harga
wajar atau laba wajar wajib Wajar atau Laba Wajar wajib
dilakukan kajian untuk menentukan dilakukan kajian untuk menentukan
metode Penentuan Harga Transfer
metode Penentuan Harga Transfer yang paling sesuai (The Most
yang paling tepat. Appropiate Method).
(2) Metode Penentuan Harga Transfer (2) Metode Penentuan Harga Transfer
yang dapat diterapkan adalah : sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
a. metode perbandingan harga antara yang dapat diterapkan adalah :
pihak yang independen (comparable a. Metode Perbandingan Harga antara
Pihak yang tidak mempunyai Hubungan
uncontrolled price/CUP);
Istimewa (Comparable
b. metode harga penjualan kembali Uncontrolled Price/CUP);
(resale price method/RPM) atau b. Metode Harga Penjualan Kembali
metode biaya-plus (cost plus (Resale Price Method/RPM);
method/CPM); c. Metode Biaya-Plus (Cost Plus
c. metode pembagian laba (profit split Method);
method/PSM) atau metode laba d. Metode Pembagian Laba (Profit Split
bersih transaksional (transactional Method/PSM); atau
net margin method/TNMM). e. Metode Laba Bersih Transaksional
(Transactional Net Margin
Method/TNMM). 38
Pasal 11
(3) Dalam menerapkan metode Penentuan Harga
Transfer sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
(3) Metode Perbandingan
wajib diperhatikan hal-hal sebagai berikut : Harga antara Pihak yang tidak
a. penerapan metode Penentuan Harga Transfer
dilakukan secara hirarkis dimulai dengan mempunyai Hubungan
menerapkan metode perbandingan harga antar Istimewa (Comparable
pihak yang independen (comparable uncontrolled
price/CUP) sesuai dengan kondisi yang tepat; Uncontrolled Price/CUP) adalah
b. dalam hal metode perbandingan harga antar
pihak yang independen (comparable uncontrolled
metode Penentuan Harga
price/CUP) tidak tepat untuk diterapkan, wajib Transfer yang dilakukan
diterapkan metode penjualan kembali (resale
price method/RPM) atau metode biaya-plus dengan membandingkan harga
(cost plus method/ CPM) sesuai dengan kondisi dalam transaksi yang dilakukan
yang tepat;
c. dalam hal metode penjualan kembali (resale antara pihak-pihak yang
price method/RPM) atau metode biaya-plus
(cost plus method/CPM) tidak tepat untuk
mempunyai Hubungan Istimewa
diterapkan, dapat diterapkan metode pembagian dengan harga barang atau jasa
laba (profit split method/PSM) atau metode
laba bersih transaksional (transactional net dalam transaksi yang dilakukan
margin method/TNMM). antara pihak-pihak yang tidak
mempunyai Hubungan Istimewa
dalam kondisi atau keadaan 39
yang sebanding.
Pasal 11
(4) Kondisi yang tepat dalam (4) Metode Harga Penjualan
menerapkan metode perbandingan Kembali (Resale Price Method/RPM)
harga antar pihak yang independen adalah metode Penentuan
(comparable uncontrolled price/CUP)
Harga Transfer yang dilakukan
adalah:
dengan membandingkan harga dalam
a. barang atau jasa yang
transaksi suatu produk
ditransaksikan memiliki karakteristik
yang identik dalam kondisi yang yang dilakukan antara pihak-pihak
sebanding; atau yang mempunyai Hubungan Istimewa
b. kondisi transaksi yang dilakukan dengan harga jual kembali produk
antara pihak-pihak yang mempunyai tersebut setelah dikurangi laba
Hubungan Istimewa dengan pihak- kotor wajar, yang mencerminkan
pihak yang tidak memiliki Hubungan fungsi, aset dan risiko, atas
Istimewa identik atau memiliki penjualan kembali produk tersebut
tingkat kesebandingan yang tinggi kepada pihak lain yang tidak
atau dapat dilakukan penyesuaian mempunyai Hubungan Istimewa atau
yang akurat untuk menghilangkan
penjualan kembali produk yang
pengaruh dari perbedaan kondisi
yang timbul. dilakukan dalam kondisi wajar.
40
Pasal 11
(5) Metode Biaya-Plus (Cost
(5) Kondisi yang tepat dalam Plus Method) adalah metode
menerapkan metode penjualan Penentuan Harga Transfer
kembali (resale price yang  dilakukan dengan
method/RPM) adalah :
menambahkan tingkat laba kotor
• tingkat kesebandingan yang tinggi
antara transaksi antara Wajib
wajar yang diperoleh perusahaan
Pajak yang mempunyai Hubungan yang sama dari transaksi dengan
Istimewa dengan transaksi antara pihak yang tidak mempunyai
Wajib Pajak yang tidak Hubungan Istimewa atau tingkat
mempunyai Hubungan Istimewa, laba kotor wajar yang diperoleh
khususnya tingkat kesebandingan perusahaan lain dari transaksi
berdasarkan hasil analisis fungsi, sebanding dengan pihak yang
meskipun barang atau jasa yang
diperjualbelikan berbeda; dan
tidak mempunyai Hubungan
• pihak penjual kembali (reseller) Istimewa pada harga pokok
tidak memberikan nilai tambah penjualan yang telah sesuai
yang signifikan atas barang atau dengan Prinsip Kewajaran dan
jasa yang diperjualbelikan. Kelaziman Usaha. 41
Pasal 11
(6) Kondisi yang tepat dalam (6) Metode Pembagian Laba (Profit
menerapkan metode biaya-plus Split Method/PSM) adalah metode
(cost plus method/CPM) adalah: Penentuan Harga Transfer berbasis
Laba Transaksional (Transactional Profit
a. barang setengah jadi dijual
Method Based) yang dilakukan
kepada pihak-pihak yang dengan mengidentifikasi laba gabungan
mempunyai Hubungan Istimewa; atas transaksi afiliasi yang akan dibagi
b. terdapat kontrak/perjanjian oleh pihak-pihak yang mempunyai
penggunaan fasilitas bersama Hubungan Istimewa tersebut dengan
(joint facility agreement) atau menggunakan dasar yang dapat
kontrak jual-beli jangka panjang diterima secara ekonomi yang
(long term buy and supply memberikan perkiraan pembagian laba
agreement) antara pihak-pihak yang selayaknya akan terjadi dan akan
tercermin dari kesepakatan antar
yang mempunyai Hubungan
pihak-pihak yang tidak mempunyai
Istimewa; atau Hubungan Istimewa, dengan
c. bentuk transaksi adalah menggunakan Metode Kontribusi
penyediaan jasa. (Contribution Profit Split Method)
atau Metode Sisa Pembagian Laba
(Residual Profit Split Method).
42
Pasal 11
(7) Metode pembagian laba (profit (7) Metode Laba Bersih Transaksional
split method/PSM) secara (Transactional Net Margin
khusus hanya dapat diterapkan method/TNMM) adalah
metode Penentuan Harga Transfer
dalam kondisi sbb :
yang dilakukan dengan membandingkan
a.transaksi antara pihak-pihak presentase laba bersih operasi
yang mempunyai Hubungan terhadap biaya, terhadap penjualan,
Istimewa sangat terkait satu terhadap aktiva, atau terhadap dasar
sama lain sehingga tidak lainnya atas transaksi antara pihak-
dimungkinkan untuk dilakukan pihak yang mempunyai Hubungan
Istimewa dengan presentase
kajian secara terpisah; atau
laba bersih operasi yang diperoleh
b.terdapat barang tidak berwujud atas transaksi sebanding dengan pihak
yang unik antara pihak-pihak lain yang tidak mempunyai Hubungan
yang bertransaksi yang Istimewa atau persentase laba bersih
menyebabkan kesulitan dalam operasi yang diperoleh atas transaksi
menemukan data pembanding sebanding yang dilakukan oleh pihak
yang tepat. yang tidak mempunyai Hubungan
Istimewa lainnya.
43
Pasal 11
(8) Dalam menerapkan metode
(8) Penerapan metode Penentuan Harga Transfer yang paling
sesuai sebagaimana dimaksud pada ayat
Penentuan Harga (1) dan (2), wajib diperhatikan hal-hal
SBB:
Transfer secara a. kelebihan dan kekurangan setiap metode;
hirarkis harus b. kesesuaian metode Penentuan Harga
Transfer dengan sifat dasar transaksi
didasarkan pada antar pihak yang mempunyai Hubungan
Istimewa, yang ditentukan berdasarkan
kondisi yang tepat analisis fungsional;
untuk setiap metode c. ketersediaan informasi yang handal
(sehubungan dengan transaksi antar pihak
Penentuan Harga yang tidak mempunyai Hubungan
Istimewa) untuk menerapkan metode yang
Transfer sebagaimana dipilih dan/atau metode lain;

dimaksud pada ayat d. tingkat kesebandingan antara transaksi


antar pihak yang mempunyai
(4), ayat (5), ayat Hubungan Istimewa dengan transaksi
antar pihak yang tidak mempunyai
(6), dan ayat (7). Hubungan Istimewa, termasuk kehandalan
penyesuaian yang dilakukan untuk
menghilangkan pengaruh yang material
dari perbedaan yang ada. 44
Pasal 11
(9) Kondisi yang tepat dlm
(9) Wajib Pajak wajib menerapkan Metode Perbandingan
Harga antara pihak yang
mendokumentasikan tidak mempunyai Hubungan Istimewa
kajian yang dilakukan (Comparable Uncontrolled Price/CUP)
antara lain adalah:
dan menyimpan buku, a. barang atau jasa yang ditransaksikan
dasar catatan, atau memiliki karakteristik yg identik
dalam kondisi yang sebanding; atau
dokumen sesuai b. kondisi transaksi yang dilakukan antara
pihak-pihak yang mempunyai
dengan ketentuan Hubungan Istimewa dengan pihak-
pihak yang tidak memiliki Hubungan
yang berlaku. Istimewa Identik atau memiliki tingkat
kesebandingan yang tinggi atau dapat
dilakukan penyesuaian yang akurat
untuk menghilangkan pengaruh dari
perbedaan kondisi yang timbul.

45
Pasal 11
(10) Kondisi yang tepat dalam menerapkan Metode Harga
Penjualan Kembali (Resale Price Method/RPM) antara lain
adalah:
a. tingkat kesebandingan yang tinggi antara transaksi
antara Wajib Pajak yang mempunyai Hubungan Istimewa
dengan transaksi antara Wajib Pajak yang
tidak mempunyai Hubungan Istimewa, khususnya tingkat
kesebandingan berdasarkan hasil analisis fungsi,
meskipun barang atau jasa yang diperjualbelikan
berbeda; dan
b. pihak penjual kembali (reseller) tidak memberikan nilai
tambah yang signifikan atas barang atau jasa yang
diperjualbelikan.

46
PASAL 11
(11) Kondisi yang tepat dalam menerapkan
Metode Biaya-Plus (Cost Plus Method) antara
lain adalah:
a. barang setengah jadi dijual kepada pihak-pihak
yang mempunyai Hubungan Istimewa;
b. terdapat kontrak/perjanjian penggunaan
fasilitas bersama (joint facility
agreement) atau kontrak jual-beli jangka
panjang (long term buy and supply agreement)
antara pihak-pihak yang mempunyai Hubungan
Istimewa; atau
c. bentuk transaksi adalah penyediaan jasa. 47
PASAL 11
(12) Metode Pembagian Laba (Profit Split
Method/PSM) secara khusus hanya dapat
diterapkan dalam kondisi sebagai berikut:
a. transaksi antara pihak-pihak yang mempunyai
Hubungan Istimewa sangat terkait satu sama
lain sehingga tidak dimungkinkan untuk
dilakukan kajian secara terpisah; atau
b. terdapat barang tidak berwujud yang unik
antara pihak-pihak yang bertransaksi
yang menyebabkan kesulitan dalam
menemukan data pembanding yang tepat.
48
PASAL 11
(13) Kondisi yang tepat dalam menerapkan Metode
Laba Bersih Transaksional (Transactional Net Margin
Method/TNMM) antara lain adalah:
a. salah satu pihak dalam transaksi Hubungan
Istimewa melakukan kontribusi yang khusus; atau
b. salah satu pihak dalam transaksi Hubungan
Istimewa melakukan transaksi yang kompleks dan
memiliki transaksi yang berhubungan satu sama lain.

(14) Wajib Pajak wajib mendokumentasikan kajian


yang dilakukan dan menyimpan buku, dasar catatan,
atau dokumen sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
49
PASAL 12 DIHAPUS

50
HARGA WAJAR ATAU LABA WAJAR
Pasal 13
 

(1) Harga Wajar atau Laba Wajar berdasarkan metode-metode


Penentuan Harga Transfer sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 11 ayat (2) dapat ditentukan dalam bentuk harga atau
laba tunggal (single price) atau dalam bentuk Rentang Harga
Wajar atau Laba Wajar (arm's length range/ALR)
(2) Rentang Harga Wajar atau Laba Wajar sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) merupakan rentangan antara kuartil
pertama dan ketiga yang harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut
a. transaksi atau data pembanding yang digunakan dapat
diandalkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1)
huruf a; dan
b. didukung dengan bukti-bukti dan penjelasan yang memadai
bahwa penetapan harga atau laba tunggal tidak dapat
dilakukan.
51
PASAL 13
(3) Dalam hal persyaratan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) tidak dapat dipenuhi, maka
Rentang Harga Wajar atau Laba Wajar tidak
dapat dipergunakan.
(4) Yang dimaksud dengan Rentang Harga Wajar
atau Laba Wajar (arm's length range/ALR)
adalah rentang harga atau laba dalam transaksi
yang dilakukan antara pihak-pihak yang
mempunyai Hubungan Istimewa, yang merupakan
hasil pengujian beberapa data pembanding
dengan menggunakan metode Penentuan Harga
Transfer yang sama. 52
TRANSAKSI KHUSUS
PASAL 14
(1) Prinsip Kewajaran dan (1) Prinsip Kewajaran dan
Kelaziman Usaha wajib Kelaziman Usaha wajib
diterapkan atas transaksi diterapkan atas transaksi
jasa yang dilakukan jasa yang
antara Wajib Pajak dilakukan antara Wajib
dengan pihak yang Pajak dengan pihak yang
mempunyai Hubungan mempunyai Hubungan
Istimewa. Istimewa.
(2) Transaksi sebagaimana (2) Transaksi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dimaksud pada ayat (1)
dianggap memenuhi Prinsip dianggap memenuhi Prinsip
Kewajaran dan Kelaziman Kewajaran dan Kelaziman
Usaha sepanjang Usaha sepanjang
memenuhi ketentuan : memenuhi ketentuan:
53
PASAL 14
a. penyerahan atau perolehan a. penyerahan atau perolehan
jasa benar-benar terjadi; jasa benar-benar terjadi;
b. terdapat manfaat ekonomis b. nilai transaksi jasa antara
atau komersial dari perolehan pihak-pihak yang mempunyai
jasa; dan mempunyai
c. nilai transaksi jasa antara Hubungan Istimewa sama
pihak-pihak yang mempunyai dengan nilai transaksi jasa
mempunyai Hubungan yang dilakukan antara pihak-
Istimewa sama dengan nilai
pihak yang tidak mempunyai
transaksi jasa yang dilakukan
Hubungan Istimewa yang
antara pihak-pihak yang tidak
mempunyai Hubungan mempunyai kondisi yang
Istimewa yang mempunyai sebanding, atau yang
kondisi yang sebanding, atau dilakukan sendiri oleh Wajib
yang dilakukan sendiri oleh Pajak untuk keperluannya;
Wajib Pajak untuk
keperluannya; 54
PASAL 14
(3) Transaksi jasa antara Wajib (3) Penyerahan atau perolehan
Pajak dengan pihak yang jasa sebagaimana dimaksud pada
mempunyai Hubungan Istimewa ayat (2) huruf a dianggap benar-
dianggap tidak memenuhi Prinsip benar terjadi apabila terdapat
Kewajaran dan Kelaziman Usaha manfaat ekonomis atau komersial
dalam hal transaksi jasa terjadi yang dapat menambah nilai atas
penyerahan atau perolehan jasa
hanya karena terdapat
dimaksud.
kepemilikan perusahaan induk
pada salah satu atau beberapa
perusahaan yang berada dalam (4) Dalam menentukan nilai
satu kelompok usaha. transaksi jasa sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf b
(4) Transaksi jasa sebagaimana harus diterapkan melalui Analisis
dimaksud pada ayat (2) Kesebandingan sebagaimana
termasuk biaya atau dimaksud dalam Pasal 4, Pasal 5,
pengeluaran yang terjadi Pasal 6, Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9
sehubungan dengan : dan Pasal 10
55
PASAL 14
a. kegiatan yang dilakukan oleh (5) Transaksi jasa antara Wajib
perusahaan induk, seperti rapat Pajak dengan pihak yang
pemegang saham perusahaan mempunyai Hubungan
induk, penerbitan saham oleh Istimewa dianggap tidak
perusahaan induk, dan biaya
memenuhi Prinsip Kewajaran
pengurus perusahaan induk;
dan Kelaziman Usaha dalam hal
b. kewajiban pelaporan perusahaan
transaksi jasa terjadi hanya
induk, termasuk laporan keuangan
konsolidasi perusahaan induk,
karena terdapat kepemilikan
kecuali terdapat bukti mengenai perusahaan induk pada salah
adanya manfaat yang terukur yang satu atau beberapa perusahaan
dinikmati oleh Wajib Pajak; dan yang berada dalam satu
c. perolehan dana/modal yang kelompok usaha
dipergunakan untuk (6) Transaksi jasa sebagaimana
pengambilalihan kepemilikan dimaksud pada ayat (5)
perusahaan dalam kelompok usaha, termasuk biaya atau
kecuali pengambilalihan tersebut pengeluaran yang terjadi
dilakukan oleh Wajib Pajak dan
sehubungan dengan:
manfaatnya dinikmati oleh Wajib
Pajak.
56
PASAL 14
a) kegiatan yang dilakukan oleh
perusahaan induk, seperti
rapat pemegang
saham perusahaan induk,
penerbitan saham oleh
perusahaan induk, dan biaya
pengurus perusahaan induk;
b) kewajiban pelaporan
perusahaan induk, termasuk
laporan keuangan
konsolidasi perusahaan induk,
kecuali terdapat bukti
mengenai adanya manfaat
yang terukur yang dinikmati
oleh Wajib Pajak;

57
PASAL 14
c) perolehan dana/modal
yang dipergunakan untuk
pengambilalihan
kepemilikan perusahaan
dalam kelompok usaha,
kecuali pengambilalihan
tersebut dilakukan oleh
Wajib Pajak
dan manfaatnya
dinikmati oleh Wajib
Pajak.

58
PASAL 15

Dalam hal transaksi jasa yang dilakukan


antara Wajib Pajak dengan pihak yang
mempunyai Hubungan Istimewa dapat
dilakukan identifikasi jenis transaksinya
secara spesifik, langkah-langkah
penerapan Prinsip Kewajaran dan
Kelaziman Usaha sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 ayat (2) wajib diterapkan
untuk setiap jenis transaksi jasa
59
PASAL 16
• (1) Dalam hal transaksi jasa dilakukan
bersama-sama antara Wajib Pajak dan
pihak yang mempunyai Hubungan
Istimewa dan tidak dapat dilakukan
identifikasi atas transaksi jasa yang
diserahkan kepada masing-masing
pihak, maka beban jasa harus
dialokasikan berdasarkan manfaat yang
diterima oleh masing-masing pihak .
60
PASAL 16
(2) Kriteria yang digunakan untuk
mengalokasikan beban jasa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dianggap memadai
dalam hal menerapkan kriteria yang terukur dan
dapat diandalkan berdasarkan:
a. sifat jasa, kondisi pada saat jasa
diserahkan, dan manfaat yang diperoleh;
atau
b. kriteria lain yang berkaitan dengan transaksi
yang tidak dilakukan oleh pihak-pihak yang
tidak mempunyai Hubungan Istimewa.
61
PASAL 17
(1)Prinsip Kewajaran dan (1) Prinsip Kewajaran dan
Kelaziman Usaha wajib Kelaziman Usaha wajib
diterapkan atas transaksi
diterapkan atas transaksi
pemanfaatan dan pengalihan
pemanfaatan dan pengalihan
Harta Tidak Berwujud yang
harta tidak berwujud yang dilakukan oleh Wajib Pajak
dilakukan oleh Wajib Pajak dengan pihak yang mempunyai
dengan pihak yang mempunyai Hubungan Istimewa.
Hubungan Istimewa. (2) Harta Tak Berwujud
(2)Transaksi pemanfaatan harta (Intangibles) adalah suatu
tidak berwujud yang aktiva yang pada umumnya
dilakukan antara Wajib Pajak memiliki masa manfaat yang
dengan pihak yang mempunyai panjang dan tidak mempunyai
Hubungan Istimewa dianggap bentuk fisik serta memiliki
memenuhi Prinsip Kewajaran kegunaan dalam kegiatan
dan Kelaziman Usaha operasi perusahaan dan
sepanjang memenuhi penggunaannya tidak untuk
ketentuan : dijual kembali, seperti
paten, hak cipta atau merek
62
dagang.
PASAL 17
a. transaksi pemanfaatan harta (3) Harta Tidak Berwujud
tidak berwujud benar-benar sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
terjadi; meliputi Harta Tidak
Berwujud sehubungan dengan Fungsi
b. terdapat manfaat ekonomis atau
Perdagangan (Trade Intangibles) dan
komersial; dan
Harta Tidak Berwujud sehubungan
c. transaksi antara pihak-pihak dengan Fungsi Pemasaran (Marketing
yang mempunyai mempunyai Intangibles).
Hubungan Istimewa mempunyai
nilai yang sama dengan transaksi (4) Harta Tidak Berwujud
yang dilakukan antara pihak- sehubungan dengan Fungsi
pihak yang tidak mempunyai Perdagangan (Trade Intangibles)
Hubungan Istimewa yang pada umumnya terjadi melalui
mempunyai kondisi yang kegiatan riset dan pengembangan
sebanding dengan menerapkan yang berisiko dan mahal,
Analisis Kesebandingan dan sehingga pemiliknya berusaha
menerapkan metode Penentuan mengganti pengeluaran tersebut
Harga Transfer yang tepat ke melalui penjualan barang,
dalam transaksi. perjanjian lisensi atau kontrak jasa.63
PASAL 17
(3) Transaksi pengalihan harta tidak (5) Harta Tidak Berwujud sehubungan
berwujud yang dilakukan antara dengan Fungsi Pemasaran (Marketing
Wajib Pajak dengan pihak yang Intangibles) meliputi antara lain
mempunyai Hubungan Istimewa merek dagang atau nama dagang yang
dianggap memenuhi Prinsip Kewajaran membantu meningkatkan pemasaran
dan Kelaziman Usaha sepanjang dari barang dan jasa, daftar
memenuhi ketentuan : pelanggan, dan saluran distribusi.
a. transaksi pengalihan harta tidak
berwujud benar-benar terjadi; (6) Merek Dagang adalah nama,
dan simbol atau gambar yang unik
b. nilai pengalihan harta tidak yang dimiliki sebagai identitas
berwujud antara pihak-pihak yang dari suatu barang atau jasa
mempunyai mempunyai Hubungan tertentu yang dihasilkan oleh
Istimewa sama dengan nilai pabrikan atau dealer,
pengalihan harta tidak berwujud
dimana penggunaannya oleh pihak
yang dilakukan antara pihak-pihak
yang tidak mempunyai Hubungan lain diatur oleh hukum domestik
Istimewa yang mempunyai kondisi atau hukum internasional.
yang sebanding. 64
PASAL 17
(4) Dalam melakukan Analisis (7) Transaksi pemanfaatan Harta
Kesebandingan untuk transaksi Tidak Berwujud yang dilakukan
sebagaimana dimaksud pada antara Wajib Pajak dengan
ayat (2) dan ayat (3) harus pihak yang mempunyai Hubungan
dipertimbangkan antara lain : Istimewa dianggap memenuhi
a. keterbatasan geografis Prinsip Kewajaran dan
dalam pemanfaatan hak Kelaziman Usaha sepanjang
atas harta tidak memenuhi ketentuan:
berwujud; a. transaksi pemanfaatan Harta
b. eksklusifitas hak yang Tidak Berwujud benar-benar
dialihkan; dan terjadi;
c. keberadaan hak pihak yang b. terdapat manfaat ekonomis
memperolah harta tak atau komersial; dan
berwujud untuk turut
serta dalam pengembangan
harta dimaksud. 65
PASAL 17
C. transaksi antara pihak-
pihak yang mempunyai
mempunyai Hubungan
Istimewa mempunyai nilai
yang sama dengan transaksi
yang dilakukan antara pihak-
pihak yang tidak mempunyai
Hubungan Istimewa yang
mempunyai kondisi yang
sebanding dengan menerapkan
Analisis Kesebandingan dan
menerapkan metode
Penentuan Harga Transfer
yang tepat ke dalam
transaksi.
66
PASAL 17
(8) Transaksi pengalihan Harta Tidak
Berwujud yang dilakukan antara Wajib
Pajak dengan pihak yang mempunyai
Hubungan Istimewa dianggap memenuhi
Prinsip Kewajaran dan
Kelaziman Usaha sepanjang memenuhi
ketentuan:
a. transaksi pengalihan Harta Tidak
Berwujud benar-benar terjadi;
dan
b. nilai pengalihan Harta Tidak
Berwujud antara pihak-pihak yang
mempunyai mempunyai Hubungan
Istimewa sama dengan nilai
pengalihan Harta Tidak Berwujud
yang dilakukan antara pihak-pihak
yang tidak mempunyai Hubungan
Istimewa yang mempunyai kondisi
yang sebanding.

67
PASAL 17
(9) Dalam melakukan Analisis
Kesebandingan untuk transaksi
sebagaimana dimaksud pada
ayat (8) dan ayat (9) harus
dipertimbangkan antara lain :
a. keterbatasan geografis
dalam pemanfaatan hak
atas Harta Tidak
Berwujud;
b. eksklusifitas hak yang
dialihkan; dan
c. keberadaan hak pihak yang
memperolah Harta Tak
Berwujud untuk turut serta
dalam pengembangan harta
dimaksud. 68
SELAMAT BELAJAR

SEMOGA BERHASIL

69

Anda mungkin juga menyukai