Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN

DENGAN PPOM
( Penyakit Paru Obstruktif Menahun ) / COPD
(Chronic Obstructive Pulmonary Desease)

By : Edi Ruhmadi
Bagian Keperawatan Medikal Bedah
Program Studi Keperawatan Cirebon
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
DENGAN PPOM
( Penyakit Paru Obstruktif Menahun )

DEFINISI

PPOM adalah kondisi patologis saluran pernapasan yang


menyebabkan kesulitan / hambatan pasage udara pernapasan
yang bersifat kronis dan progresif.

Donna (1995), sebutan COPD / PPOM tidak tepat karena yang


terjadi bukan saja obstruksi tapi intinya adalah adanya
hambatan terhadap pasage udara ke paru-paru.
Lanjutan………

Kondisi patologis di paru yang menyebabkan hambatan


sirkulasi udara yang bersifat kronis adalah :

 Bronkhitis kronis
 Asthma bronchiale
 Emphisema paru
BRONCHITIS KRONIS

Peradangan atau infeksi pada Bronchus yang trjadi berulang-


ulang dengan serangan batuk dan produksi sputum ± 100 cc
per hari.

Serangan ini tidak kurang dari tiga bulan dalam setahun dan
berlangsung selama 2 tahun berturut-turut.
Lanjutan …………

PATOFISIOLOGI

Proses radang pada bronchus akan menyebabkan vasodilatasi


spingter kapiler dan kongesti yang akan menimbulkan edema
mukosa bronchus / bronchiolus dan spasme bronchus.

Kondisi yang berlangsung lama akan menyebabka hypertropy


dan hiperplasi mukosa sehingga mukus akan kental dan
dindingnya menebal (lumen bronchus menyempit), sehingga
menyebabkan pasage udara terganggu,

PaO2 alveolus menurun


Pa CO2 alveolus meningkat

Hipoxemia Hipoxia Acidosis Respiratorius


Pengkajian :
 Riwayat batuk-batuk, bersputum, kaji sejak kapan keluhan
tersebut.
 Kebiasaan merokok,
 Jenis pekerjaan dan tempat tinggal,
 Riwayat alergi terhadap zat tertentu,
 Tanda-tanda hipoxia : kulit pucat, cyanosis, akral dingin,
takikardi
 Pemeriksaan analisa gas darah,
 Perubahan pola napas,
 Suhu tubuh meningkat,
 Ronchi bronchial,
 Bunyi napas patologis,
 Hasil pemeriksaan aputum
 Test fungsi paru,
 Pemeriksaan darah.
ASTHMA BRONCHIALE

Suatu kondisi dimana bronchus menjadi sangat responsif


(hyperresponsif) terhadap berbagai stimulus dan bersifat
reversibel.

Etiologi yang pasti belum dapat dijelaskan, tetapi


kemungkinan penyebab adalah :
Faktor herediter,
Fator kejiwaan,
Gabungan faktor herediter dan kejiwaan.
Lanjutan ……..

Sedangkan faktor presipitasi / pencetus adalah :

 Alergen
 Infeksi
 Stress emosi
 Kelelahan
 Perubahan hormonal
PATOFISIOLOGI :

Normalnya jika ada alergen yang dapat masuk kedalam sauran napas
akan dieliminir oleh makrofage dan cilia-cilia saluran napas dan
dipenetrasi oleh mukus.

Pada penderita ini, bila ada benda asing baik itu berupa zat iritan
maupun rangsangan akan timbul respon bronchus berupa
bronchospasme.

Bila terjadi bronchospasme, maka lumen bronchus menjadi sempit,


oksigen yang masuk kurang, dan VO2 akan tertahan sehingga pasien
sesak, ekspirasi memanjang, terdengar wheezing, batuk, sputum yang
banyak.
Lanjutan ……..

Bila spasme berat, maka akan terjadi :

 Retraksi otot sternal,


 Penggunaan otot – otot abdomen,
 Dapat dijumpai pernapasan cuping hidung.
PENGKAJIAN :

 Pola napas : dyspnoe,


 Batuk dengan produksi sputum yg banyak,
 Retraksi otot – otot sternal,
 Retraksi otot – otot perut,
 Eskpirasi memanjang,
 Wheezing, ronchi,
 Kulit dingin, pucat, syanosis,
 Pasien tampak cemas dan ketakutan, gelisah karena sesak
napas,
 Tanyakan kapan mulai serangan dan terjadi pada saat
kondisi yang bagaimana,
 Apakah pernah mengalami serangan yang sama? Kapan
terakhir ?
 Riwayat penyakit dalam keluarga,
 Riwayat alergi dan ISPA,
 Analisa gas darah.
EMPHISEMA PARU

Kondisi patologis paru yang ditandai oleh kerusakan alveolus,


penyempitan alveolus-bronchiolus sehingga udara pernapasan
tertahan karena elastisitas dinding alveolus yang menurun.
Penyebab yang tersering adalah Pneumonia.

POTOFISIOLOGI :

Ada empat perubahan patologis yang terjadi :

1. Hilangnya elastisitas paru :


Protease (enzim) di paru merusak elastin alveolus dan
bronchiolus sehingga elastisitasnya menurun Kollaps
alveolus (atelektasis).
Lanjutan ………..

2. Hiperinflasi Paru,

Alveolus meregang sehingga menghambat kembalinya paru


keposisi
semula pada ekspirasi.

3. Pembentukan Bulae,

Bulae yang berisi udara terbentuk di dinding alveolus karena


alveolus yang menipis.
Lanjutan ……….

4. Kolaps Alveolus sehingga Udara Pernapasan


Tertahan,

Secara fisiologis, daya tampung paru meningkat (kapasitas


vital paru) namun kapasitas difusi menurun dan resistensi
saluran napas meningkat.

Efek Perubahan Patologik Terhadap Pernapasan :

Hiperinflasi Paru menyebabkan Diafragma terdorong,

Sehingga menyebabkan kesulitan bernapas dan otot-otot pernapasan


tambahan akan dipakai.
Lanjutan ………..

Kapasitas difusi menurun menyebabkan Hipoxemia, selanjutnya terjadi


Hpoxia.

Udara pernapasan yang tertahan menyebabkan PaCO2 meningkat,

Acidosis Respiratorik
KLASIFIKASI EMPHISEMA :

Berdasarkan pola kerusakan dan pelebaran alveolus atau acini paru,


emphisema digolongkan atas :

Pan Lobular Emphisema (PLE), disebut juga Pan Acinar


Emphisema,

Centrilobular Emphisema (CLE),

Paraseptal Emphisema (PE)


Pengkajian :

 Kesulitan bernapas : dispnoe,


 Tanda hipoxemia : Pada Emphisema berat PCO2 > 50
mmHg, PO2 < 50 mmHg,
 Batuk bersputum, hacking (terengah-engah)
 Bunyi paru ronchi,
 Tanda hipoxia,
 Pemeriksaan analisa gas darah,
 Bentuk dada Barrel chest,
TRIAS PPOM

Dispnoe
Batuk
Ronchi / Wheezing
DIAGNOSTIK TEST PPOM

Pemeriksaan Sputum
Analisa Gas Darah
RÓ Photo
Test Fungsi Paru
DIAGNOSA KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
PPOM

 Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran


alveolar, produksi sekret berlebihan, hambatan pasage
udara, kelemahan otot pernapasan.
 Pola napas tidak efektif b.d sumbatan jalan napas,
kelelahan.
 Bersihan jalan napas tidak efektif b.d sekresi mukus yang
berlebihan, batuk yang tidak efektif.
 Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anorexia, fatique.
 Kecemasan b.d hilangnya kontrol selama episode dispnoe /
serangan asthma.
 Risti penyebaran infeksi b.d sekret yang tertahan.
 Intoleran aktivitas b.d kelelahan, dispnoe,
ketidakseimbangan supply dan demand O2 tubuh.
POSISI TUBUH PENDERITA PPOM

Duduk ditepi Duduk dengan Sandaran ke


tempat tidur sikap fleksi tubuh dinding

Anda mungkin juga menyukai