SISTEM GASTROINTESTINAL
Arimaswati, dr., M.Sc
Pendahuluan
• Diphyllobothrium latum
• Taenia solium
• Taenia saginata
• Echinococcus granolosus
• Hymenolepis nana
• Hymenolepis diminuta
• Diphylidium caninum
Protozoa Usus
• Penularan :
Makanan/minuman tercemar
telur ifektif
Tangan yg kotor
Telur infektif terhirup bersama
debu
Patogenesis
• Migrasi larva : Loeffler Syndrom gejala pneumonia yg disertai
gejala alergi
• Hiperinfeksi pada anak : g3 pertumbuhan ( g3 pencernaan &
penyerapan protein) dan anemia akibat kurang gizi
• Cairan toksik : gejala klinis mirip tifoid dan tanda2 alergi
(urtikaria, edema pd wajah, konjungtivitis dan iritasi saluran
napas atas)
• Cacing dewsa : obstruksi usus dan intususepsi, perforasi ulkus,
migrasi ektopik (obstruksi saluran napas, saluran empedu)
apendisitis,abses hati dan pankreatitis akut
Diagnosis dan Terapi
Diagnosis
Pemeriksaan makroskopis : Tinja & muntahan (cacing dewasa)
Pemeriksaan mikroskopis : tinja & cairan empedu (telur)
Pemeriksaan laboratorium : Darah tepi (eosinofilia),scratch test (+)
Pemeriksaan radiologis : Barium (ektopik)
Terapi
Mebendazole 500 mg, albendazole 400 mg sigle dose
Pirantel pamoat 10mg/kgbb single dose
Levamisol 120 mg dewasa. 2,5mg/kgbb anak single dose
Trikuriasis
• Terapi kombinasi
Pirantel pamoate 10mg/kgbb single dose + Oksantel pamoate
10-20mg/kgbb single dose
Mebendazole 2x100mg/hr 3 hr berturut2 atau
Levamisol 2.5mg/kgbb/hr single dose
Anemia : preparat besi dan perbaikan gizi
Cacing Tambang (Ankilostomiasis &
Nekatoriasis)
• Etiologi ; An. duodenale, N. americanus.
Habitat duodenum dan jejenum
• Morfologi : dewasa, larva, telur
• Dewasa : mulut memiliki lempeng
pemotong dari chitin
Jantan : melengkung spt “C/S”,5-11mm,
ujung posterior bursa kopulatriks
Betina : silindris spt“C/S”, 9-3mm,ujung
posterior runcing
• Telur : bulat lonjong, dinding 1 lapis
hialin yg transparan, 65x40 micron,
embrio 4 blastomer
• Larva rabditiform : aninfektif, gemuk,
250 micron, bulbus esophagus(bola)
• Larva filariform : infektif, langsing, 600
micron, esophagus panjang
Siklus hidup
• Larva filariform menembus kulit
• Larva berganti kulit 4 kali (2x sebelum
migrasi bronkus, lumen esofaus, lumen
usus halus)
Patogenesis
• Autoinfeksi
• Daur hidup langsung
• Daur hidup tidak langsung
Patogenesis, Diagnosis, Terapi
• HD : sapi,kambing, manusia
• HP I : keong/siput
• HP II : tumbuhan air / rumput
• Stadium infektif : metaserkaria
pada tumbuhan air
Patogenesis
• Hospes definitif
Manusia
• Hospes perantara :
sapi, babi
• Larva cysticercus
cellulose dalam bentuk
kista pada organ sapi
dan babi
Diagnosis
RBC
RBC
STT, FK UGM
LIFE CYCLE OF
E. histolytica
Patogenesis
TROFOZOIT
2 Inti: Makronukleus & Mikronukleus
Silia
Sitostoma
Sitofige
Fakuola makanan
SISTA
Oval
Dinding tebal
Makro & Mikronukleus
Siklus hidup
Patogenesis
Kebanyakan kasus tanpa gejala.
Gejala bervariasi , diare sampai disenteri
ringan.
Manifestasi klinis : diare persisten, demam,
mual, sakit perut, diare mengandung darah,
ulkus mukosa usus & BB turun.
Infeksi akut, sering terjadi diare berat
& bisa terjadi perforasi kolon.