Anda di halaman 1dari 9

PENYUSUNAN

RENCANA PELAKSANAAN
PEMBELAJARAN (RPP)
Oleh :
Muhammad Najamudin, M.Pd
Sesuai dengan Permendiknas Nomor 41 Tahun
2007 tentang Standar Proses dijelaskan bahwa RPP
dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan
kegiatan belajar peserta didik dalam upaya
mencapai KD (kompetensi dasar). Setiap guru pada
satuan pembelajaran berlangsung secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi
peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,
minat, dan perkembangan fisik serta psikologis
peserta didik
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
adalah rencana yang menggambarkan
prosedur dan pengorganisasian pembelajaran
untuk mencapai satu kompetensi dasar yang
ditetapkan dalam standar isi dan telah
dijabarkan dalam silabus. Lingkup rencana
pembelajaran paling luas mencakup satu
kompetensi dasar yang terdiri atas satu atau
beberapa indikator untuk satu kali pertemuan
atau lebih
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dapat digunakan
sebagai acuan dalam menyusun rencana pembelajaran,
sehingga dapat berfungsi sebagai acuan bagi guru
untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran agar lebih
terarah dan berjalan efektif dan efisien. Perencanaan
pembelajaran merupakan bagian penting dalam
pelaksanaan pendidikan di sekolah. Melalui
perencanaan pembelajaran yang baik, guru akan lebih
mudah dalam melaksanakan pembelajaran dan siswa
akan lebih terbantu dan mudah dalam belajar.
Perencanaan pembelajaran dikembangkan sesuai
dengan kebutuhan dan karakteristik peserta didik,
sekolah, mata pelajaran.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran juga membantu
guru pengganti dalam melaksanakan proses
pembelajaran. Hal ini sangat memungkinkan apalagi
ketika ada sesuatu hal dan keperluan penting yang
tidak bisa diwakilkan, sehingga membuat seorang guru
harus meninggalkan ruang kelas. Dalam kondisi kelas
seperti ini biasanya segera dicari guru pengganti untuk
menghindari kelas kosong. Dengan adanya RPP guru
pengganti akan mendapatkan informasi berharga
semisal tentang tema atau subtema yang akan
dibelajarkan, sehingga memudahkan untuk
melanjutkan proses pembelajaran dengan tepat sesuai
dengan rencana pembelajaran yang telah disusun
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai
titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses
pembelajaran, yang merujuk pada pandangan
tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya
masih sangat umum, di dalamnya mewadahi,
menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode
pembelajaran dengancakupan teoretis tertentu.
Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat
dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan
pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada
siswa (student centered approach) dan (2)
pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau
berpusat pada guru (teacher centered
approach).
Apabila antara pendekatan, strategi,
metode, teknik dan bahkan taktik
pembelajaran sudah terangkai menjadi
satu kesatuan yang utuh maka
terbentuklah apa yang disebut dengan
model pembelajaran. Jadi, model
pembelajaran pada dasarnya merupakan
bentuk pembelajaran yang tergambar
dari awal sampai akhir yang disajikan
secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran
merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu
pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Berkenaan
dengan model pembelajaran, Bruce Joyce dan Marsha Weil
(Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990)
mengetengahkan 4 (empat) kelompok model pembelajaran,
yaitu: (1) model interaksi sosial; (2) model pengolahan
informasi; (3) model personal-humanistik; dan (4) model
modifikasi tingkah laku. Kendati demikian, seringkali
penggunaan istilah model pembelajaran tersebut diidentikkan
dengan strategi pembelajaran.
Pendekatan saintifik adalah
proses pembelajaranyang dirancang
sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif
mengonstruk konsep, hukum atau prinsip
melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk
mengidentifikasi atau menemukan masalah),
merumuskan masalah, mengajukan atau
merumuskan hipotesis, mengumpulkan data
dengan memadukan pengetahuan sebelumnya

Metode pembelajaran discovery (penemuan) adalah metode


mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga
anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum
diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan, sebagian atau
seluruhnya ditemukan sendiri. Dalam
pembelajaran discovery(penemuan) kegiatan atau pembelajaran
yang dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan
konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui proses mentalnya
sendiri. Dalam menemukan konsep, siswa melakukan pengamatan,
menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan, menarik
kesimpulan dan sebagainya untuk menemukan beberapa konsep
atau prinsip
Metode discovery diartikan sebagai prosedur
mengajar yang mementingkan pengajaran
perseorang, memanipulasi objek sebelum
sampai pada generalisasi. Sedangkan Bruner 
menyatakan bahwa anak harus berperan aktif
didalam belajar. Lebih lanjut dinyatakan,
aktivitas itu perlu dilaksanakan melalui suatu
cara yang disebut discovery. Discovery yang
dilaksanakan siswa dalam proses belajarnya,
diarahkan untuk menemukan suatu konsep
atau prinsip

Anda mungkin juga menyukai