Anda di halaman 1dari 33

Pengambilan Keputusan Etis Praktis

Kelompok 5

Yoel Wahyu Kristian 023001800002


Yoana Aulia Putri 023001800009
Novika Dwi Fortuna 023001800031
Novita leviani 023001800036
Fajria Oktaviani 023001800052
Kode Etik

Kode etik dan perusahaan merupakan pedoman para pengusaha dalam menghadapi
permasalahan etika. Hal tersebut tidak diterapkan secara spesifik pada permasalahan, akan tetapi
sangat memerlukan interpretasi. Kode etik profesi merupakan bagian dari etika profesi. Kode etik
profesi cenderung lebih memperjelas, mempertegas, dan memperinci norma-norma ke dalam bentuk
yang lebih eklusif meskipun norma-norma tersebut sudah tersirat dalam etika profesi. Hal-hal harus
sangat diperhatikan yakni;
• Prinsip-prisip
• Kerangka
• Pendekatan Kerja
Memotivasi Perkembangan

Dengan adanya motivasi perkembangan, sangatlah membantu dalam meiningkatkan kesadaran


bahwa eksekutif perusahaan dapat membuat keputusan yang lebih baik, serta dapat mempertahankan
profitabilitas perusahaan. Kesalahan dalam melakukan pelanggaran kode etis sangatlah fatal karena
dapat merusak reputasi perusahaan serta mengurangi pendapatan dan keuntungan perusahaan.
Perkembangan ini menjadi sangat penting bahwa para eksekutif dan direksi perusahaan harus
memberikan tambahan perhatian pada tatakelola perusahaan dan panduan yang diberikan oleh pihak
yang memberikan keputusan.
Kerangka Kerja Pengambilan Keputusan

Kerangka kerja menyertakan persyaratan tradisional untuk profitabiltas dan legalitas. Hal ini dirancang
untuk meningkatkan pertimbangan etis dengan mempersiapkan;
1. Pengetahuan dalam mengidentifikasi serta menganalisi isu penting.
2. Pendekatan untuk menggabungkan dan menerapkan factor keputusan.

Dalam Kerangka Kerja Pengambilan Keputusan terdapat beberapa standard penilaian komprehensif
dengan memperhatikan;
3. Konsekuensi atau kekayaan yang dibuat dalam hal keuntungan biaya.
4. Hak dan kewajiban yang terkena dampak.
5. Kesetaraan yang dilibatkan.
6. Motivasi atau kebijakan yang diharapkan.
Landasan Filosofis Kerangka Kerja Pengambilan Keputusan

Memiliki 4 pertimbangan yakni; Konsekuensialisme, deontology, keadilan dan


motivasi pembuat keputusan. Beberapa pertimbangan tersebut sangat berpengaruh
pada wawas yang membantu dalam mengkaji masalah tatakelola.

• Konsekuensialisme
Bertujuan untuk memaksimalkan hasil akhir sebuah keputusan. Hal ini
berpendapat bahwa sebuah perbuatan benar secara moral jika perbuatan tersebut
mampu memaksimalkan kebaikan bersih. Utilitarialisme dengan utilitas secara
keseluruhan mampu mecakup keselurahan varian. Hal ini hanya berfokus pada hasil
akhir karena dianggap sebagai Teleologis.
• Deontologi
Penalaran deontologis didasarkan pada rasional membuat keputusan mengenai apa yang baik
untuk dilakukan, akan mempertimbangka tidakan apa yang akan baik untuk dilakukan oleh semua
individu. Penggunaan pendekatan yang sama dapat menghasilkan rasa hormat pada HAM dan
perlakuan adil bagi semua dengan memenuhi kewajiban atau tugas yang menghormati moral.

Konsekuensialisme berfokus pada utilitas dan dapat mengakibatkan pada keputusan yang
mengabaikan, meremehkan atau membatasi keadilan atau kejujuran suatu keputusan dan rasa hormat
pada tugas yang dilibatkan. Namun, menggabungkan pendekatan konsekuensialis dengan
deontologis akan membuat waspada pada situasi dimana keinginan yang dianggap bermanfaat akan
menjadi pembenaran penggunaan tindakan yang tidak etis.
Etika Kebajikan

• Etika kebajikan berkaitan dengan aspek yang memotivasi karakter moral yang ditunjukkan oleh
para pengambil keputusan. Tanggung jawab khususnya kesalahan atau layak dianggap salah baik
moralitas dan hukum, memiliki dua dimensi: actus reus (tindakan yang salah) dan mens rea
(pikiran yang salah)
• Kebajikan adalah karakter yang membuat orang bertindak etis dan membuat orang tersebut
menjadi manusia yang bermoral. Kebijaksanaan adalah kunci kebajikan dalam menentukan pilihan
yang tepat diantara pilihan-pilihan yang ekstrem. Tiga kebajikan penting atau kebajikan cardinal
lainnya adalah keberanian, kesederhanaan, dan keadilan. Watak lain yang sering disebut sebagai
kebajikan meliputi: kejujuran, integritas, kepentingan, pribadi yang terkendali, belas kasih,
kesetaraan, ketidakberpihakan, kemurahan hati, kerendahan hati, dan kesederhanaan.
• Kebajikan harus selalu ditanamkan sepanjang waktu, sehingga mereka menjadi tertanam/melekat
dan bisa menjadi referensi yang konsisten. “jika Anda memiliki kebajikan, itu adalah bagian dari
karakter anda, suatu sifat atau watak yang biasa anda tunjukkan dalam tindakan. Hal ini bukan
hanya sesuatu yang dapat anda tunjukkan, tetapi sesuatu yang biasanya atau selalu anda
tunjukkan”. Untuk ahli etika kebajikan, memiliki kebajikan adalah persoalan derajat.
Ada beberapa keraguan tentang kekuatan etika kebajikan sebagai pendekatan untuk EDM. Sebagai
contoh, etika kebajikan berkaitan dengan proses pengambilan keputusan yang menggabungkan
kepekaan moral, persepsi, imajinasi, penilaian, dan beberapa mengklaim bahwa hal ini tidak
mengarah ke prinsip-prinsip EDM yang mudah digunakan. Kritik lainnya yang relevan termasuk
bahwa :
• Interprestasi kebajikan adalah hal yang sensitive terhadap budaya
• Seperti juga penafsiran dari apa yang dibenarkan atau yang benar. 
• Persepsi seseorang tentang apa yang benar pada tingkat tertentu dipengaruhioleh ego atau
kepentingan pribadi
Sniff Tests dan Aturan Praktis Umum – Tes Awal Etikalitas Sebuah Keputusan

Pendekatan filosofis memberikan dasar bagi pendekatan keputusan praktis dan bantuan yang
berguna, meskipun sebagian besar eksekutif dan akuntan professional tidak menyadari bagaimana
dan mengapa demikian.

Sniff Tests untuk Pengambilan Keputusan Etis


• Akankah saya merasa nyaman jika tindakan atau keputusan ini muncul di halaman depan surat
kabar nasional besok pagi?
• Akankah saya bangga dengan keputusan ini?
• Akankah ibu saya bangga dengan keputusan ini?
• Apakah tindakan atau keputusan ini sesuai dengan misi dan kode etik perusahaan?
• Apakah hal ini terasa benar bagi saya?
Aturan Praktis untuk Pengambilan Keputusan Etis
• Golden Rule : Perlakukan orang lain seperti anda ingin diperlakukan
• Peraturan pengungkapan: Jika anda merasa nyaman dengan tindakan atau keputusan setelah
bertanya pada diri sendiri apakah anda akan keberatan jika semua rekan, teman, dan keluarga
anda meyadari hal itu, maka anda harus bertindak atau memutuskan.
• Etika intuisi : Lakukan apa yang “firasat Anda” katakan untuk anda lakukan.
• Imperatif Kategoris: Jangan mengadopsi prinsip-prinsip tindakan, kecuali prinsip-prinsip tersebut
dapat, tanpa adanya inkonsistensi, diadopsi oleh orang lain.
• Etika profesi : lakukan hanya apa yang bisa anda jelaskan di depan komite dari rekan-rekan
profesional anda.
• Prinsip Utilitarian : lakukan “yang terbaik untuk jumlah terbesar”
• Prinsip kebajikan : lakukan apa yang menunjukkan kebajikan yang diharapkan.
Analisis Dampak Pemangku Kepentingan – Perangkat Komprehensif untuk Menilai
Keputusan dan Tindakan
Gambaran umum
• Sejak john stuart mill mengembangkan konsep utilitarianisme pada tahun 1861, suatu pendekatan yang diterima
untuk penilaian keputusan dan tindakan yang dihasilkan telah dipakai untuk mengevaluasi atau konsekuensi dari
tindakan. Bagi kebanyakan pengusaha, evaluasi ini sebelumnya didasarkan pada dampak keputusan itu terhadap
kepentingan pemilik perusahaan atau pemegang saham. Biasanya dampak tersebut telah diukur dalam bentuk
keuntungan atau kerugian yang timbul, karena  laba telah menjadi ukuran tingkat kebaikan yang ingin di
maksimalkan oleh para pemegang saham.
• Padangan tradisional megenai akuntabilitas perusahaan baru-baru ini telah dimodifikasi menjadi dua cara.
Pertama, asumsi bahwa semua pemegang saham hanya ingin dimaksimalkan keuntungan jangka pendek
tampaknya merupakan fokus yang terlalu sempit. Kedua, hak-hak dan klaim dari mayoritas kelompok bukan
pemegang saham, seperti karyawan, konsumen, pemasok, kreditor, pemerhati lingkungan, masyarakat lokal, dan
pemerintah yang memiliki kepentingan atau interes dalam hasil keputusan atau pada perusahaan itu sendiri, telah
diselaraskan dengan status dalam pengambilan keputusan perusahaan.
• Investor etis dan investor lainnya, serta kelompok pemangku kepentingan, cenderung tidak mau memaksa
mengeluarkan laba tahun berjalan jika itu berarti merugikan lingkungan  atau hak-hak pemangku kepentingan
lainnya. Mereka percaya pada pengelolaan perusahaan secara lebih luas dari pada keuntungan jangka pendek.
Kepentingan Dasar Para Pemangku Kepentingan
Untuk memfokuskan analisis dan pengambilan keputusan pada dimensi etika:
1. Kepentingan mereka harus menjadi lebih baik sebagai akibat dari keputusan tersebut.
2. Keputusan akan menghasilkan distribusi yang adil antara manfaat dan beban.
3. Keputusan seharusnya tidak menyinggung salah satu hak setiap pemangku kepentingan, termasuk hak
pengambilan keputusan.
4. Perilaku yang dihasilkan harus menunjukkan tugas yang diterima sebaik-baiknya.

Empat kepentingan yang harus dipenuhi oleh sebuah keputusan untuk dipertimbangkan etis
• Kesejahteraan : Keputusan yang diusulkan akan menghasilkan lebih banyak keuntungan daripada biaya
• Keadilan : Distribusi manfaat dan beban harus berimbang
• Hak : Keputusan yang diusulkan tidak boleh melanggar hak pemangku kepentingan dan pembuat keputusan
• Sifat kebajikan : keputusan yang diusulkan harus menunjukkan kebajikan seperti yang diharapkan
Pengukuran Dampak yang Dapat Diukur

Laba
Laba menurut Otoritas Jasa Keuangan adalah kelebihan pendapatan dibandingkan dengan
jumlah biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut (profit).
Pada saat kondisi inflasi, laba merupakan hal yang sangat penting untuk menggantikan
inventory pada harga tinggi yang diperlukan. Pengukuran laba dikembangkan dengan baik dan
hanya dibutuhkan beberapa pendapat tentang penggunaannya dalam pengambilan keputusan etis.
Produk yang Tidak Termasuk dalam Laba

• Dapat Langsung Diukur • Tidak Dapat Langsung Diukur


Contoh : • Eksternal lain muncul ketika biaya dimasukkan dalam
• Ketika sebuah perusahaan melakukan penentuan laba perusahaan, tetapi manfaatnya dinikmati oleh
pencemaran, biaya pembersihan biasanya orang-orang diluar perusahaan.
dikeluarkan oleh individu, perusahaan, • Contoh dari eksternalitas adalah beasiswa dan berkurangnya
atau kota yang terletak di hilir atau arah kesehatan yang diderita karena mengyerap polusi.
angin. Biaya tersebut disebut externalitas.
• Mengukur dampak tidak langsung dapat dilakukan dengan
menggunakan alternatif pengganti atau bayangan cermin.
• Untuk melihat dampak dari sebuah • Keakuratan estimasi bergantung pada kemiripan ukuran
keputusan, laba atau rugi yang muncul dengan bayangan cermin. Ada kemungkinan perkiraan yang
dari transaksi harus dimodifikasi oleh ada akan mengecilkan dampak yang terlibat.
eksternalitas yang ditimbulkannya.
• Lebih baik membuat estimasi yang akurat secara umum
daripada membuat keputusan atas dasar Tindakan langsung
yang diukur dengan tepat. Hanya Sebagian kecil dari dampak
keputusan yang diusulkan
Membawa Masa Depan ke Masa Kini

• Dapat dilakukan dengan analisis


penganggaran modal, di mana nilai-nilai masa
depan didiskontokan pada tingkat bunga yang
mencerminkan tingkat suku bunga yang
diharapkan di masa mendatang. Analisis ini
disebut sebagai analisis biaya – manfaat
(ABM).
• Menggunakan pendekatan nilai bersih masa
kini (net present value) untuk analisis
penganggaran modal, manfaat dan biaya dari
suatu tindakan yang diusulkan dapat dinilai
sebagai berikut :
Menangani Ketidakpastian

• Analisis dapat didasarkan dalam tiga • Keuntungan dari rumusan nilai yang
kemungkinan : diharapkan adalah kerangka kerja analisis
• paling optimis biaya – manfaat. Diidentifikasi untuk
• Pesimis menyerkana risiko yang terkait dengan hasil.
• perkiraan terbaik atau dalam nilai-nilai • Pendekatan ini disebut sebagai analisis risiko -
yang diharapkan. manfaat (RBA), dan dapat diterapkan di mana
hasil berisiko ditemukan dalam kerangka
• Semua ini merupakan nilai-nilai yang berikut :
diharapkan, yang merupakan kombinasi dari
nilai dan kemungkinan terjadinya.
Formulanya sebagai berikut :
Identifikasi dan Peringkat Pemangku Kepentingan

• Michell, Agle, dan Wood (1997) menyatakan


bahwa pemangku kepentingan dan
kepentingan mereka dinilai dalam 3 dimensi :
 Legitimasi atau hak hukum/hak moral
untuk memengaruhi organisasi
 Kekuatan untuk memengaruhi organisasi
melalui media, pemerintah, atau cara yang
lain
 Urgensi adalah yang dirasakan dan nyata
dari persoalan yang muncul

• Tim Rowley (1997), sekelompok pemangku kepentingan akan diperlakukan sebagai jaringan
yang dinamis, dan perkiraan yang di buat memengaruhi siapa, serta meramalkan isu-isu dan
kepentingan mana yang menjadi lebih penting
Penilaian Dampak yang Tidak Dapat Dikualifikasi

Keadilan di Antara Pemangku Hak Pemangku Kepentingan


Kepentingan
Hak Pemangku Kepentingan :
• Keadilan ini diperlakukan secara terpisah 1. Kehidupan
mengingat pentingnya sebuah pengambilan
keputusan etis. 2. Kesehatan dan Keselamatan
• Keputusan dianggap etis jika dianggap wajar 3. Perlakuan Adil
oleh semua pemangku kepentingan 4. Penggunaan Hati Nurani
5. Harga Diri dan Privasi
6. Kebebasan Berbicara
Analisis Dampak Pemangku Kepentingan : Pendekatan Tradisional
Pengambilan Keputusan
Beberapa ( pendapat ) telah dikembangkan yang memanfaatkan analisis dampak pemangku
kepentingan untuk menyediakan panduan tentang etikalitas tindakan yang diajukan pada pengambil
keputusan . Diskusi dari 3 pendekatan tradisional akan dibahas kemudian . Memilih pendekatan yang
paling berguna bergantung pada apakah dampak keputusan bersifat jangka pendek jika dibandingkan
dengan jangka panjang , melibatkan eksternalitas dan / probabilitas atau terjadi dalam situasi
perusahaan . Pendekatan mungkin digabungkan ke dalam penyesuaian , pendekatan gabungan yang
dirancang khusus dapat mengatasi situasi tertentu dengan baik
Penting diakui bahwa ketika masing masing pendekatan berhubungan dengan pertimbangan
deontologis terhadap dampak pada hak hak keadilan dan tugas tugas yang diharapkan , tidak ada yang
secara khusus memasukkan kajian mendalam tentang motivasi bagi keputusan keputusan yang terlibat ,
sifat kebijakan atau karakter yang diharapkan di era akuntabilitas pemangku kepentingan modern.
Pendekatan 5 pertanyaan Tradisional untuk Pengambilan Keputusan
Etis

APAKAH KEPUTUSAN ITU INTERES PEMANGKU KEPENTINGAN


YANG DIPERIKSA
1 . Menguntungkan ? Pemegang saham biasanya jangka
pendek
2 . Sah di mata hukum ? Masyarakat luas hak yang dapat
ditegakkan oleh hukum
3. Adil ? Keadilan bagi semua
4 . Benar ? Hak hak lain bagi semua
5 . Mendukung pembangunan berkelanjutan Hak khusus
lebih lanjut ?
• Pendekatan 5 Pertanyaan Tradisional
Jika respons negative timbul atau lenih dari satu ketika semua lima pertanyaan diajukan maka
pengambil / pembuat keputusan dapat mencoba untuk merevisi tindakan yang disulkan untuk menghapus
dan mengimbangi jawaban negative itu . Apabila proses revisi berhasil maka usulan menjadi etis . Jika
tidak , proposal harus ditingalkan karena tidak etis . Bahkan jika tidak ada tanggapan negative ketika
pertanyaan ditanyakan diawal , sebuah upaya harus dilakukan untuk memperbaiki tindakan yang diusulkan
menggunakan lima pertanyaan sebagi panduan
Semua pertanyaan harus ditanyakan untuk memastikan bahwa pengambil keputusan tidak
mengabaikan dampak dari bidang yang penting . Beberapa permasalah etika tidak rentan terhadap
pemeriksaan dengan pendektan 5 pertanyaan jika dibandingkan dengan pendekatan lain yang diuraikan
dalam bagian berikutnya .
Tetapi diingat bahwa pendekatan 5 pertanyaan tradisional tidak secara khusus memasukkan kajian
mendalam tentang motivasi untuk keputusan keputusan yang terlibat atau kebijakan atau karakter yang
diharapkan
• Pendekatan Standar Moral Tradisional
Pendekatan Standar Moral Tradisional dalam Pengambilan Keputusan Etis

STANDAR MORAL PERTANYAAN DARI KEPUTUSAN YANG DIUSULKAN


Utilitarian Apakah tindakan memaksimalkan , manfaat sosial
Memaksimalkan keuntungan bersih dan meminimalkan luka sosial?
bagi seluruh masyrakat
Hak Hak Individu Apakah tindakan tersebut konsisten dengan hak
Dihormati dan dilindungi setiap orang ?
Keadilan Apakah tindakan tersebut membawa kita pada
Distribusi manfaat dan beban yang adil sebuah distribusi yang adil dari manfaat dan
beban?
Tabel diatas lebih umum dari pada focus dari pendekatan 5 pertanyaan dan mengarahkan pengambil
keputusan untuk membuat analisis yang berbasis lebih luas pada manfat bersih bukan hanya probabilitas sebagai
tantangan pertama keputusan yang diusulkan . Akibatnya pendekatan ini menawarkan kerangka kerja yang lebih
sesuai dengan pertimbangan keputusan yang memiliki dampak yang signigikan di luar perusahaan dari kerangka
5 pertanyaan
Kepuasan prinsip utilitarian dinilai melalui pertanyaan yang berfokus pada analisis biaya manfaat atau
analisis risko manfaat bukan hanya dari keuntungan . Akibatnya berbagai pilihan dapat digunakan sebagai
kebutuhan yang layak
Pendekatan Pastin untuk analisis dampak pemangku kepentingan

ASPEK KUNCI TUJUAN PEMERIKSAAN


Etika aturan dasar Untuk menjelaskan sebuah organisasi dan aturan dan
nilai nilai individu
Etika titik akhir Untuk menentukan manfaat bersih yang paling baik
untuk semua pihak
Etika peraturan Untuk menentukan batasan batasan yang harus
dipertimbangkan sesorang atau organisasi sesuai
dengan prinsip prinsip etis
Etika kontrak sosial Untuk menentukan cara bagaimana memindahkan
batasan batasan demi menghapus kkehawatiran atau
konflik
Pendekatan Pastin Tradisional

Pastin menggunakan konsep etika aturan dasar untuk menangkap gagasan bahwa individu dan
organisasi memiliki aturan aturan dasar atau nilai nilai fundamental yang mengatur perilaku mereka atau
perilaku yang diharpakan . jika keputusan dianggap menyinggu nilai nilai ini ada kemungkinnan akan
terjadi kekcewaan atau bales dendam . Hal ini dapat menyebabkan pemberhentian atau pemutusan kerja
seorang pegawai yang bertindak tanpa menyebabkan pemberhentian kerja sesorang pegawai yang bertindak
tanpa membahi dengan baik aturan dasar etika organisasi tempat dia berkerja Pastin menunjukkan bahwa
individu sering (secara hati-hati tidak) dalam mengungkapkan nilai-nilai mereka, dan rekayasa balik
menawarkan cara untuk melihat, melalui tindakan-tindakan mereka di masa lalu, dan apa nilai-nilai mereka
sebenarnya.
Konsep aturan etika digunakan untuk mennujukan nilai aturan yang muncul akibat penggunaan prinsip
prisnip etis terhadap dilemma etika . Pembentukan aturan berdasarkan raa hormat terhadap hak hak individu
terbukti dapat membantu ketika melakukan intreppretasi yang sangat sulit atau ketika eksekutif senior ingin
menghapus ambiguitas tentang apa yang mereka percaya harus dialkukan dalam situasi tertentu
Seperti dua pendekatan lainnya untuk analisis pemangku kepentingan , pendekatan Pastin tradisonal
tidak secara khusus memasukkan tinjauan terperinci dari motivasi bagi keputusan yang terlibat atau
kebijakan atau karakter yang diharapkan
Memperluas dan Memadukan Pendekatan Tradisional
Dari waktu ke waktu, masalah etika akan muncul yang mungkin tidak sesuai dengan salah satu pendekatan yang telah
diuraikan. Sebagai contoh, isu yang diangkat oleh permasalahan etika dapat diperiksa dengan pendekatan 5-pertanyaan,
kecuali jika ada dampak jangka panjang yang signifikan atau hal lain yang lebih membutuhkan analisis biaya-manfaat
daripada keuntungan sebagai pertaryaan tingkat pertama. Untungnya, analisis biaya-manfaat dapat diganti atau
ditambahkan untuk memperkaya pendelatan tersebut. Demikian pula, konsep etika aturan dasar dapat dipindahkan ke
pendekatan non-Pastin, jika diperlukan dalam keputusan yang berhubungan dengan keadaan perusahaan. Harus hati-
hati ketika memperluas dan menggabungkan pendekatan pendekatan yang ada. Namun, untuk memastikan bahwa
masing-masing bidang kebaikan, keadilan, dan dampaknya terhadar hak-hak individu telah diperiksa dalam analisis
yang komprehensif-jika tidak, keputusan akhir kemungkinan salah.

 
Pendekatan Filosofis dan Analisis Damapak Pemangku Kepentingan
Pendekatan filosofis konsekuensialisme , deotologi dan etika kebijakan yang dikembangkan menjadi landasan dan
harus selalu diingat untuk menginformasikan dan memperkaya analisis ketika menggunakan 3 pendekatan damapak
pemangku kepentingan . Selanjutnya pendekatan analisis dampak pemangku kepentingan yang digunakan harus
memberikan pemahaman tentang fakta fakta , hak , kewajiban dan keadilan yang terlibat dalam keputusan atau
tindakan yang penting untuk analisis etika yang tepat dari motivasi kebijakan dan karakter yang diharapkan
 
Memodifikasi Pendekatan Tradisional Analisis Damapak Pemangku Kepentingan :
Menilai Motivasi , Kebijakan yang Diharapkan dan Sifat Karakter

 Mengapa Mempertimbangkan Harapan Motivasi dan Perilaku?


Para pengambil keputusan di masa lalu tidak mengenali pentingnya harapan pemangkuu kepentingan akan kebajikan. Jika mereka
mengenalinya, keputusan yang dibuat oleh eksekutif perusahaan. Beberapa eksekutif dimotivasi oleh keserakahan, bukan oleh kepentingan
pribadi yang berfokus pada kebaikan semua orang. Sementara itu, yang lainnya menyetujui keputusan yang tidak etis karena mereka tidak
mengakui bahwa mereka diharapkan untuk berperilaku berbeda dan memiliki tugas untuk melakukannya. Beberapa beralasan bahwa jika semua
orang sedang melakukan hal yang sama, bagaimana mungkin itu menjadi suatu hal yang salah? Intinya adalah mereka lupa mempertimbangkan
kebajikan (dan tugas) secara tepat yang seharusnya mereka tunjukkan. Apabila suatu tugas fidusia merupakan utang kepada pemegang saham
dan pemangku kepentingan lainnya di masa depan, kebijakan yang diharapkan sifat karakter seperti integritas , profesionalisme , keberanian
dan seterusnya tidak diperhtingkan dengan pantas
Hal ini juga terlihat bahwa karyawan yang terus-menerus membuat keputusan untuk alasan yang salah bahkan jika konsekuensi hasil
adalah benar dapat menimbulkan risiko tata kelola yang tinggi. Terdapat banyak contoh di mana eksekutif yang hanya termotivasi oleh
keserakahan tergelincir ke dalam praktik tidak etis, dan yang lainnya tersesat oleh sistem insentif yang salah. Motivasi yang didasarkan pada
kepentingan pribadi yang terlalu sempit dapat menghasilkan keputusan yang tidak etis ketika pedoman diri dan/atau pengawasan eksternal yang
pantas tidak mencukupi. Pemantauan eksternal tidak mungkin menangkap semua keputusan sebelum pelaksanaan, maka penting bagi semua
karyawan untuk memahami motivasi yang luas akan membela kepentingan diri dan organisasi mereka dari perspektif pemangku kepentingan.
Akibatnya, para pembuat keputusan harus mempertimbangkan motivasi dan perilaku yang diharapkan oleh para pemangku kepentingan dalam
pendekatan EDM komprehensif, dan organisasi harus meminta akuntabilitas dari karyawan atas harapan itu melalui mekanisme tata kelola.
Penilaian Etis Motivasi dan Perilaku

Jika perilaku pribadi atau perusahaan tidak memenuhi harapan, mungkin akan berdampak negatif pada
reputasi dan kemampuan untuk mencapai tujuan strategis yang berkelanjutan dalam jangka menengah dan
Panjang.
Proses penilaian dampak pemangku kepentingan akan menawarkan kesempatan untuk menilai motivasi yang
mendasari keputusan atau tindakan yang diusulkan. Meskipun tidak mungkin pengamat akan mengetahui
dengan persis motivasi nyata yang terlintas di pikiran pengambil keputusan itu, sangat mungkin untuk
memproyeksikan persepsi yang dimiliki para pemangku kepentingan atas tindakan tersebut. Dalam pikiran
para pemangku kepentingan, persepsi akan menentukan dampak reputasi apakah persepsi tersebut benar atau
tidak. Selain itu, dimungkinkan untuk menduga dari remunerasi dan sistem motivasi lainnya yang diterapkan,
apakah motivasi pengambil keputusan cenderung etis atau tidak.
Untuk memastikan analisis EDM (ethical decision making) yang komprehensif, penilaian motivasi, kebajikan,
dan sifat karakter yang diharapkan, harus ditambahkan pada pendekatan tradisional sehingga menghasilkan 5-
Pertanyaan Modifikasi atau Analisis Tucker, Pendekatan Standar Moral yang Dimodifikasi, Pendekatan Pastin
yang Dimodifikasi, atau kombinasi turunan dari pendekatan yang dimodifikasi.
Permasalahan Lainnya dalam Pengambilan Keputusan Etis

Masalah Bersama
Istilah masalah Bersama mengacu pada kesengajaan atau mengetahui penggunaan asset atau sumber daya
yang dimiliki Bersama secara berlebihan. Misalnya, polusi merupakan penyalahgunaan lingkungan, yang
kita pakai Bersama.
Pengambil keputusan yang tidak peka terhadap masalah bersama biasanya tidak mengalokasikan nilai
yang cukup untuk penggunaan aset atau sumber daya, dan oleh karena itu mereka membuat keputusan
yang salah. Menyadari masalah ini dapat memperbaiki pengambilan keputusan.
Mengembangkan Aksi yang Lebih Etis
Perbaikan berulang adalah salah satu keuntungan menggunakan kerangka EDM yang diusulkan. Gunakan
serangkaian pendekatan filosofis, 5-pertanyaan. Standar moral, pastin, atau pendekatan Bersama yang
dapat menentukan aspek tidak etis dari suatu keputusan, dan kemudian memodifikasinya berulang kali
untuk memperbaiki dampak keseluruhan dari keputusan tersebut. Misalnya, jika Anda yakin bahwa suatu
keputusan tidak adil bagi kelompok pemangku kepentingan tertentu, Anda dapat mengubah keputusan
tersebut dengan menghapus atau mengganti teks, gambar, atau tindakan yang menyinggung untuk
meningkatkan kompensasi untuk kelompok itu. Pada akhir setiap pendekatan EDM, harus ada rencarian
yang spesifik untuk hasil sama- sama untung Proses ini melibatkan pelaksanaan imajinasi moral.
Kekeliruan Umum dalam Pengambilan Keputusan Etis

Contoh kesalahan berulang-ulang dilakukan oleh para pengambil keputusan :


1. Menyetujui budaya perusahaan yang tidak etis
2. Salah menafsirkan harapan masyarakat
3. Keterkaitan diantara pemangku kepentingan
4. Kegagalan untuk mengidentifikasi semua kelompok pemangku kepentingan
5. Kegagalan untuk membuat peringkat kepentingan tertentu dari para pemangku kepentingan
6. Mengacuhkan kekayaan, keadilan, atau hak
7. Kegagalan untuk mempertimbangkan motivasi untuk keputusan
8. Kegagalan untuk mempertimbangkan kebajikan yang diharapkan untuk ditunjukkan.
Langkah-Langkah untuk sebuah Keputusan Etis

1. Identifikasi fakta dan semua kelompok pemangku kepentingan serta kepentingan yang mungkin
akan terpengaruh.
2. Membuat peringkat para pemangku kepentingan serta kepentingan mereka, identifikasi yang
paling penting dan lebih mempertimbangkan mereka dalam analisis.
3. Menilai dampak dari tindakan yang diusulkan pada setiap kepentingan kelompok pemangku
kepentingan berkenaan dengan kekayaan mereka, keadilan perlakuan, dan hak-hak lainnya,
termasuk harapan kebajikan, menggunakan pertanyaan kerangka kerja yang komprehensif, dan
memastikan bahwa perangkap umum yang dibahas nanti tidak masuk ke dalam analisis.
Langkah-Langkah Menuju sebuah Keputusan Etis

Akan sangat membantu untuk mengorganisasikan analisis keputusan etis menggunakan tujuh
langkah yang digariskan oleh American Accounting Association (1993) sebagai berikut:
1. Tentukan fakta-apa, siapa, di mana, kapan, dan bagaimana.
2. Menetapkan isu etis.
3. Mengidentifikasi prinsip-prinsip utama, aturan, dan nilai-nilai.
4. Tentukan alternatif
5. Bandingkan nilai-nilai dan alternatif, serta melihat apakah muncul keputusan yang jelas.
6. Menilai konsekuensi.
7. Membuat keputusan Anda.

Anda mungkin juga menyukai