Kelompok 5
Kode etik dan perusahaan merupakan pedoman para pengusaha dalam menghadapi
permasalahan etika. Hal tersebut tidak diterapkan secara spesifik pada permasalahan, akan tetapi
sangat memerlukan interpretasi. Kode etik profesi merupakan bagian dari etika profesi. Kode etik
profesi cenderung lebih memperjelas, mempertegas, dan memperinci norma-norma ke dalam bentuk
yang lebih eklusif meskipun norma-norma tersebut sudah tersirat dalam etika profesi. Hal-hal harus
sangat diperhatikan yakni;
• Prinsip-prisip
• Kerangka
• Pendekatan Kerja
Memotivasi Perkembangan
Kerangka kerja menyertakan persyaratan tradisional untuk profitabiltas dan legalitas. Hal ini dirancang
untuk meningkatkan pertimbangan etis dengan mempersiapkan;
1. Pengetahuan dalam mengidentifikasi serta menganalisi isu penting.
2. Pendekatan untuk menggabungkan dan menerapkan factor keputusan.
Dalam Kerangka Kerja Pengambilan Keputusan terdapat beberapa standard penilaian komprehensif
dengan memperhatikan;
3. Konsekuensi atau kekayaan yang dibuat dalam hal keuntungan biaya.
4. Hak dan kewajiban yang terkena dampak.
5. Kesetaraan yang dilibatkan.
6. Motivasi atau kebijakan yang diharapkan.
Landasan Filosofis Kerangka Kerja Pengambilan Keputusan
• Konsekuensialisme
Bertujuan untuk memaksimalkan hasil akhir sebuah keputusan. Hal ini
berpendapat bahwa sebuah perbuatan benar secara moral jika perbuatan tersebut
mampu memaksimalkan kebaikan bersih. Utilitarialisme dengan utilitas secara
keseluruhan mampu mecakup keselurahan varian. Hal ini hanya berfokus pada hasil
akhir karena dianggap sebagai Teleologis.
• Deontologi
Penalaran deontologis didasarkan pada rasional membuat keputusan mengenai apa yang baik
untuk dilakukan, akan mempertimbangka tidakan apa yang akan baik untuk dilakukan oleh semua
individu. Penggunaan pendekatan yang sama dapat menghasilkan rasa hormat pada HAM dan
perlakuan adil bagi semua dengan memenuhi kewajiban atau tugas yang menghormati moral.
Konsekuensialisme berfokus pada utilitas dan dapat mengakibatkan pada keputusan yang
mengabaikan, meremehkan atau membatasi keadilan atau kejujuran suatu keputusan dan rasa hormat
pada tugas yang dilibatkan. Namun, menggabungkan pendekatan konsekuensialis dengan
deontologis akan membuat waspada pada situasi dimana keinginan yang dianggap bermanfaat akan
menjadi pembenaran penggunaan tindakan yang tidak etis.
Etika Kebajikan
• Etika kebajikan berkaitan dengan aspek yang memotivasi karakter moral yang ditunjukkan oleh
para pengambil keputusan. Tanggung jawab khususnya kesalahan atau layak dianggap salah baik
moralitas dan hukum, memiliki dua dimensi: actus reus (tindakan yang salah) dan mens rea
(pikiran yang salah)
• Kebajikan adalah karakter yang membuat orang bertindak etis dan membuat orang tersebut
menjadi manusia yang bermoral. Kebijaksanaan adalah kunci kebajikan dalam menentukan pilihan
yang tepat diantara pilihan-pilihan yang ekstrem. Tiga kebajikan penting atau kebajikan cardinal
lainnya adalah keberanian, kesederhanaan, dan keadilan. Watak lain yang sering disebut sebagai
kebajikan meliputi: kejujuran, integritas, kepentingan, pribadi yang terkendali, belas kasih,
kesetaraan, ketidakberpihakan, kemurahan hati, kerendahan hati, dan kesederhanaan.
• Kebajikan harus selalu ditanamkan sepanjang waktu, sehingga mereka menjadi tertanam/melekat
dan bisa menjadi referensi yang konsisten. “jika Anda memiliki kebajikan, itu adalah bagian dari
karakter anda, suatu sifat atau watak yang biasa anda tunjukkan dalam tindakan. Hal ini bukan
hanya sesuatu yang dapat anda tunjukkan, tetapi sesuatu yang biasanya atau selalu anda
tunjukkan”. Untuk ahli etika kebajikan, memiliki kebajikan adalah persoalan derajat.
Ada beberapa keraguan tentang kekuatan etika kebajikan sebagai pendekatan untuk EDM. Sebagai
contoh, etika kebajikan berkaitan dengan proses pengambilan keputusan yang menggabungkan
kepekaan moral, persepsi, imajinasi, penilaian, dan beberapa mengklaim bahwa hal ini tidak
mengarah ke prinsip-prinsip EDM yang mudah digunakan. Kritik lainnya yang relevan termasuk
bahwa :
• Interprestasi kebajikan adalah hal yang sensitive terhadap budaya
• Seperti juga penafsiran dari apa yang dibenarkan atau yang benar.
• Persepsi seseorang tentang apa yang benar pada tingkat tertentu dipengaruhioleh ego atau
kepentingan pribadi
Sniff Tests dan Aturan Praktis Umum – Tes Awal Etikalitas Sebuah Keputusan
Pendekatan filosofis memberikan dasar bagi pendekatan keputusan praktis dan bantuan yang
berguna, meskipun sebagian besar eksekutif dan akuntan professional tidak menyadari bagaimana
dan mengapa demikian.
Empat kepentingan yang harus dipenuhi oleh sebuah keputusan untuk dipertimbangkan etis
• Kesejahteraan : Keputusan yang diusulkan akan menghasilkan lebih banyak keuntungan daripada biaya
• Keadilan : Distribusi manfaat dan beban harus berimbang
• Hak : Keputusan yang diusulkan tidak boleh melanggar hak pemangku kepentingan dan pembuat keputusan
• Sifat kebajikan : keputusan yang diusulkan harus menunjukkan kebajikan seperti yang diharapkan
Pengukuran Dampak yang Dapat Diukur
Laba
Laba menurut Otoritas Jasa Keuangan adalah kelebihan pendapatan dibandingkan dengan
jumlah biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut (profit).
Pada saat kondisi inflasi, laba merupakan hal yang sangat penting untuk menggantikan
inventory pada harga tinggi yang diperlukan. Pengukuran laba dikembangkan dengan baik dan
hanya dibutuhkan beberapa pendapat tentang penggunaannya dalam pengambilan keputusan etis.
Produk yang Tidak Termasuk dalam Laba
• Analisis dapat didasarkan dalam tiga • Keuntungan dari rumusan nilai yang
kemungkinan : diharapkan adalah kerangka kerja analisis
• paling optimis biaya – manfaat. Diidentifikasi untuk
• Pesimis menyerkana risiko yang terkait dengan hasil.
• perkiraan terbaik atau dalam nilai-nilai • Pendekatan ini disebut sebagai analisis risiko -
yang diharapkan. manfaat (RBA), dan dapat diterapkan di mana
hasil berisiko ditemukan dalam kerangka
• Semua ini merupakan nilai-nilai yang berikut :
diharapkan, yang merupakan kombinasi dari
nilai dan kemungkinan terjadinya.
Formulanya sebagai berikut :
Identifikasi dan Peringkat Pemangku Kepentingan
• Tim Rowley (1997), sekelompok pemangku kepentingan akan diperlakukan sebagai jaringan
yang dinamis, dan perkiraan yang di buat memengaruhi siapa, serta meramalkan isu-isu dan
kepentingan mana yang menjadi lebih penting
Penilaian Dampak yang Tidak Dapat Dikualifikasi
Pastin menggunakan konsep etika aturan dasar untuk menangkap gagasan bahwa individu dan
organisasi memiliki aturan aturan dasar atau nilai nilai fundamental yang mengatur perilaku mereka atau
perilaku yang diharpakan . jika keputusan dianggap menyinggu nilai nilai ini ada kemungkinnan akan
terjadi kekcewaan atau bales dendam . Hal ini dapat menyebabkan pemberhentian atau pemutusan kerja
seorang pegawai yang bertindak tanpa menyebabkan pemberhentian kerja sesorang pegawai yang bertindak
tanpa membahi dengan baik aturan dasar etika organisasi tempat dia berkerja Pastin menunjukkan bahwa
individu sering (secara hati-hati tidak) dalam mengungkapkan nilai-nilai mereka, dan rekayasa balik
menawarkan cara untuk melihat, melalui tindakan-tindakan mereka di masa lalu, dan apa nilai-nilai mereka
sebenarnya.
Konsep aturan etika digunakan untuk mennujukan nilai aturan yang muncul akibat penggunaan prinsip
prisnip etis terhadap dilemma etika . Pembentukan aturan berdasarkan raa hormat terhadap hak hak individu
terbukti dapat membantu ketika melakukan intreppretasi yang sangat sulit atau ketika eksekutif senior ingin
menghapus ambiguitas tentang apa yang mereka percaya harus dialkukan dalam situasi tertentu
Seperti dua pendekatan lainnya untuk analisis pemangku kepentingan , pendekatan Pastin tradisonal
tidak secara khusus memasukkan tinjauan terperinci dari motivasi bagi keputusan yang terlibat atau
kebijakan atau karakter yang diharapkan
Memperluas dan Memadukan Pendekatan Tradisional
Dari waktu ke waktu, masalah etika akan muncul yang mungkin tidak sesuai dengan salah satu pendekatan yang telah
diuraikan. Sebagai contoh, isu yang diangkat oleh permasalahan etika dapat diperiksa dengan pendekatan 5-pertanyaan,
kecuali jika ada dampak jangka panjang yang signifikan atau hal lain yang lebih membutuhkan analisis biaya-manfaat
daripada keuntungan sebagai pertaryaan tingkat pertama. Untungnya, analisis biaya-manfaat dapat diganti atau
ditambahkan untuk memperkaya pendelatan tersebut. Demikian pula, konsep etika aturan dasar dapat dipindahkan ke
pendekatan non-Pastin, jika diperlukan dalam keputusan yang berhubungan dengan keadaan perusahaan. Harus hati-
hati ketika memperluas dan menggabungkan pendekatan pendekatan yang ada. Namun, untuk memastikan bahwa
masing-masing bidang kebaikan, keadilan, dan dampaknya terhadar hak-hak individu telah diperiksa dalam analisis
yang komprehensif-jika tidak, keputusan akhir kemungkinan salah.
Pendekatan Filosofis dan Analisis Damapak Pemangku Kepentingan
Pendekatan filosofis konsekuensialisme , deotologi dan etika kebijakan yang dikembangkan menjadi landasan dan
harus selalu diingat untuk menginformasikan dan memperkaya analisis ketika menggunakan 3 pendekatan damapak
pemangku kepentingan . Selanjutnya pendekatan analisis dampak pemangku kepentingan yang digunakan harus
memberikan pemahaman tentang fakta fakta , hak , kewajiban dan keadilan yang terlibat dalam keputusan atau
tindakan yang penting untuk analisis etika yang tepat dari motivasi kebijakan dan karakter yang diharapkan
Memodifikasi Pendekatan Tradisional Analisis Damapak Pemangku Kepentingan :
Menilai Motivasi , Kebijakan yang Diharapkan dan Sifat Karakter
Jika perilaku pribadi atau perusahaan tidak memenuhi harapan, mungkin akan berdampak negatif pada
reputasi dan kemampuan untuk mencapai tujuan strategis yang berkelanjutan dalam jangka menengah dan
Panjang.
Proses penilaian dampak pemangku kepentingan akan menawarkan kesempatan untuk menilai motivasi yang
mendasari keputusan atau tindakan yang diusulkan. Meskipun tidak mungkin pengamat akan mengetahui
dengan persis motivasi nyata yang terlintas di pikiran pengambil keputusan itu, sangat mungkin untuk
memproyeksikan persepsi yang dimiliki para pemangku kepentingan atas tindakan tersebut. Dalam pikiran
para pemangku kepentingan, persepsi akan menentukan dampak reputasi apakah persepsi tersebut benar atau
tidak. Selain itu, dimungkinkan untuk menduga dari remunerasi dan sistem motivasi lainnya yang diterapkan,
apakah motivasi pengambil keputusan cenderung etis atau tidak.
Untuk memastikan analisis EDM (ethical decision making) yang komprehensif, penilaian motivasi, kebajikan,
dan sifat karakter yang diharapkan, harus ditambahkan pada pendekatan tradisional sehingga menghasilkan 5-
Pertanyaan Modifikasi atau Analisis Tucker, Pendekatan Standar Moral yang Dimodifikasi, Pendekatan Pastin
yang Dimodifikasi, atau kombinasi turunan dari pendekatan yang dimodifikasi.
Permasalahan Lainnya dalam Pengambilan Keputusan Etis
Masalah Bersama
Istilah masalah Bersama mengacu pada kesengajaan atau mengetahui penggunaan asset atau sumber daya
yang dimiliki Bersama secara berlebihan. Misalnya, polusi merupakan penyalahgunaan lingkungan, yang
kita pakai Bersama.
Pengambil keputusan yang tidak peka terhadap masalah bersama biasanya tidak mengalokasikan nilai
yang cukup untuk penggunaan aset atau sumber daya, dan oleh karena itu mereka membuat keputusan
yang salah. Menyadari masalah ini dapat memperbaiki pengambilan keputusan.
Mengembangkan Aksi yang Lebih Etis
Perbaikan berulang adalah salah satu keuntungan menggunakan kerangka EDM yang diusulkan. Gunakan
serangkaian pendekatan filosofis, 5-pertanyaan. Standar moral, pastin, atau pendekatan Bersama yang
dapat menentukan aspek tidak etis dari suatu keputusan, dan kemudian memodifikasinya berulang kali
untuk memperbaiki dampak keseluruhan dari keputusan tersebut. Misalnya, jika Anda yakin bahwa suatu
keputusan tidak adil bagi kelompok pemangku kepentingan tertentu, Anda dapat mengubah keputusan
tersebut dengan menghapus atau mengganti teks, gambar, atau tindakan yang menyinggung untuk
meningkatkan kompensasi untuk kelompok itu. Pada akhir setiap pendekatan EDM, harus ada rencarian
yang spesifik untuk hasil sama- sama untung Proses ini melibatkan pelaksanaan imajinasi moral.
Kekeliruan Umum dalam Pengambilan Keputusan Etis
1. Identifikasi fakta dan semua kelompok pemangku kepentingan serta kepentingan yang mungkin
akan terpengaruh.
2. Membuat peringkat para pemangku kepentingan serta kepentingan mereka, identifikasi yang
paling penting dan lebih mempertimbangkan mereka dalam analisis.
3. Menilai dampak dari tindakan yang diusulkan pada setiap kepentingan kelompok pemangku
kepentingan berkenaan dengan kekayaan mereka, keadilan perlakuan, dan hak-hak lainnya,
termasuk harapan kebajikan, menggunakan pertanyaan kerangka kerja yang komprehensif, dan
memastikan bahwa perangkap umum yang dibahas nanti tidak masuk ke dalam analisis.
Langkah-Langkah Menuju sebuah Keputusan Etis
Akan sangat membantu untuk mengorganisasikan analisis keputusan etis menggunakan tujuh
langkah yang digariskan oleh American Accounting Association (1993) sebagai berikut:
1. Tentukan fakta-apa, siapa, di mana, kapan, dan bagaimana.
2. Menetapkan isu etis.
3. Mengidentifikasi prinsip-prinsip utama, aturan, dan nilai-nilai.
4. Tentukan alternatif
5. Bandingkan nilai-nilai dan alternatif, serta melihat apakah muncul keputusan yang jelas.
6. Menilai konsekuensi.
7. Membuat keputusan Anda.