Anda di halaman 1dari 33

Farmasi Sosial

Peranan Farmasis Di
Puskesmas
Oleh Kel 3 (S1-VIB) :
Alfionny De Valin 1801044
E. Kalilah Dzakira Falindy 1801052
Mutiara Septiani 1801062
Riza Dwi Oktaviani 1801071
Yanto 1801079
Winda Oktavia Raisa 1901126

Dosen Pengampu :
apt. Ricka Octaviani, M. Sc.

http://www.free-powerpoint-templates-design.com
Pokok Bahasan
01 Kegiatan Manegerial
a. Perencanaan Kebutuhan f. Pengendalian
b. Permintaan g. Pencatatan, Pelaporan, dan
c. Penerimaan Pengarsipan
d. Penyimpanan h. Pemantauan dan Evaluasi
e. Pendistribusian Pengelolaan

02 Pelayanan Farmasi Klinik


a. Pengkajian Resep,
Penyerahan Obat, dan e. Pemantauan dan Pelaporan
Pemberian Informasi Obat ESO
b. Pelayanan Informasi Obat f. Pemantauan Terapi Obat
(PIO) (PTO)
c. Konseling g.Evaluasi Penggunaan Obat
d. Ronde / Visite Pasien
01 Kegiatan Manegerial
Perencanaan Kebutuhan, Permintaan, Penerimaan

a. Perencanaan b. Pengadaan c. Penerimaan

Meliputi pemilihan,
Dapat dilakukan Meliputi
pengumpulan data,
dengan dua cara pemeriksaan label,
memperkirakan kebutuhan
yaitu: melakukan kemasan dan jika
periode yang akan datang
permintaan ke diperlukan bentuk
ditambah stok penyangga
Dinkes fisik obat. obat yang
(buffer stock), Menyusun
Kabupaten/Kota dan diterima= dicatat
dan menghitung rencana
pengadaan mandiri jenis, jumlah, ED
kebutuhan obat
(pembelian).
menggunakan metode
yang sesuai
Menurut Departemen Kesehatan RI Tahun 2007,
kegiatan pengadaan obat di Puskesmas meliputi
Pengadaan Obat penyusunan daftar permintaan obat yang sesuai
kebutuhan, pengajuan kebutuhan permintaan obat
kepada Dinas Kesehatan Daerah Tingkat II/ Gudang
Obat dengan menggunakan formulir daftar permintaan
obat serta penerimaan dan pengecekan jumlah obat.

Peraturan Presiden RI Nomor 70 tahun 2012


tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, sejak
tahun 2013 penetapan harga obat untuk pengadaan
pemerintah dilaksanakan melalui lelang harga satuan (e-
katalog), dengan harapan agar pengadaan obat lebih
transparan, efektif, efisien dan akuntabel dalam rangka
menjamin tersedianya obat yang aman, bermutu dan
berkhasiat.

Menurut Permenkes No.63 tahun 2014 tentang


Pengadaan Obat berdasarkan Katalog Elektronik
(eCatalogue), bertujuan untuk menjamin
transparansi/keterbukaan, efektifitas dan efisiensi proses
pengadaan obat dalam rangka memenuhi kebutuhan
pelayanan kesehatan yang hasilnya dapat dipertanggung
jawabkan.
Penyimpanan, Pendistribusian, Pengendalian

d. Penyimpanan
Tujuan penyimpanan adalah untuk memelihara mutu
sediaan farmasi, menghindari penggunaan yang tidak
bertanggungjawab, menjaga ketersediaan, serta memudahkan 0
pencarian dan pengawasan.

e. Pendistribusian
Pendistribusian adalah kegiatan pengeluaran dan penyerahan
sediaan farmasi dan BMHP dari puskesmas induk untuk
memenuhi kebutuhan pada jaringan pelayanan puskesmas
(Puskesmas pembantu, Puskesmas keliling, dan bidan desa).

f. Pengendalian
• Pengendalian ketersediaan;
• Pengendalian penggunaan;
• Penanganan ketika terjadi kehilangan, kerusakan, dan
kedaluwarsa.
g. Pencatatan, Pelaporan, dan Pengarsipan 0

Pencatatan dan pelaporan obat di Puskesmas


merupakan rangkaian kegiatan dalam rangka
penatalaksanaan obat-obatan secara tertib, baik obat
yang diterima, disimpan, didistribusi dan digunakan di
Puskesmas dan atau unit pelayanan lainnya.

Pencatatan dan Tujuan pencatatan dan


Pelaporan pelaporan adalah:
 Bukti bahwa suatu
Puskesmas bertanggung jawab atas kegitan telah dilakukan
terlaksananya pencatatan dan pelaporan Tujuan Sumber data untuk
obat yang tertib, lengkap serta tepat waktu melakukan pengaturan
untuk mendukung pelaksanaan seluruh dan pengendalian
pengelolaan obat (Depkes, 2003). Sumber data untuk
perencanaan kebutuhan
Sarana yang digunakan untuk pencatatan dan pelaporan obat di
Sumber data untuk
Puskesmas adalah Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan
Obat (LPLPO) dan kartu stok. pembuatan laporan
g. Pencatatan, Pelaporan, dan Pengarsipan

Pengarsipan

Pengarsipan data obat di


Puskesmas merupakan
kegiatan dalam rangka Kegiatan pencatatan dan
penatalaksanaan obat- pelaporan di Puskesmas
obatan secara tertib, baik menggunakan format
obat yang diterima, Laporan Pemakaian dan
disimpan, didistribusikan Lembar Permintaan Obat
dan digunakan di (LPLPO).
Puskesmas.

LPLPO berfungsi sebagai Analisis penggunaan


obat; Perencanaan kebutuhan obat;
Pengendalian persediaan obat; Pembuatan
laporan pengelolaan obat.
Pemusnahan Obat

Pemusnahan  Obat  kadaluwarsa atau rusak yang mengandung


narkotika atau psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan
1 disaksikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

Pemusnahan Obat selain narkotika dan psikotropika dilakukan


2 2020
oleh Apoteker dan disaksikan oleh tenaga kefarmasian
2019
lain yang
memiliki surat izin praktik atau surat izin kerja.

Pemusnahan dibuktikan dengan berita acara pemusnahan


menggunakan Formulir.
3
1. Sediaan Cair
bentuk cairan seperti sirop, dan infus dapat
dilarutkan dalam sejumlah besar air hingga
encer dan dibuang ke saluran pembuangan air
Cara Pemusnahan Obat sedikit demi sedikit selama periode tertentu
(tanpa memberikan dampak serius terhadap
kesehatan dan lingkungan)

2. Sediaan Padat Dan Setengah Padat


• Dibuang ke tempat penimbunan sampah setelah dikeluarkan dari wadahnya. Tiap harinya tidak
boleh melebihi 1% dari limbah rumah tangga.
• Enkapsulasi: (imobilisasi obat-obatan dengan memadatkannya dalam tong plastik atau besi)
Sebelum dipergunakan, tong harus bersih dan kandungan sebelumnya harus bukan bahan yang
mudah meledak atau berbahaya. Tong diisi hingga 75% kapasitasnya dengan obat- obatan
padat atau setengan padat, lalu sisa ruang dipenuhi dengan campuran kapur- semen- air
(15:1:15) hingga terisi penuh, kemudian tong ditutup dengan dikelim atau pengelasan.
• Inersiasi (Insinerasi suhu sedang dan tinggi)
Pengenceran: Untuk Sediaan Padat Seperti Tablet bisa dengan cara direndam dalam air Yang
Banyak sampai larut dan dibuang, ini tidak perlaku untuk obat antiinfeksi, sitotastik, dan obat lain
yang dapat mempengaruhi pencemaran dan membahayakan lingkungan.
h. Pemantauan dan Evaluasi Pengelolaan
Pemantauan dan evaluasi dilakukan secara
periodik dengan tujuan untuk:
Sebagai tindak lanjut terhadap pelayanan
kefarmasian di Puskesmas perlu dilakukan
Mengendalikan dan menghindari terjadinya kesalahan
monitoring dan evaluasi kegiatan secara
dalam pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis
berkala.
Habis Pakai sehingga dapat menjaga kualitas maupun
pemerataan pelayanan
Monitoring merupakan kegiatan
Memperbaiki secara terus-menerus pengelolaan
 pemantauan terhadap pelayanan
Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
kefarmasian dan evaluasi merupakan
proses penilaian kinerja  pelayanan
kefarmasian itu sendiri. Memberikan penilaian terhadap capaian kinerja
pengelolaan
h. Pemantauan dan Evaluasi Pengelolaan
Hal-hal yang perlu dimonitor dan dievaluasi oleh farmasis
dalam pelayanan kefarmasian di Puskesmas, antara lain :

Sumber daya manusia (SDM)

Setiap kegiatan pengelolaan Pelayanan farmasi klinik


Sediaan Farmasi dan Bahan (pemeriksaan kelengkapan resep,
Medis Habis Pakai, harus skrining resep,penyiapan sediaan,
dilaksanakan sesuai standar pengecekan hasil peracikan dan
prosedur operasional. penyerahan obat yang disertai
Standar Prosedur Operasional informasinya serta  pemantauan
pemakaian obat bagi penderita
(SPO) ditetapkan oleh Kepala
penyakit tertentu seperti TB, Malaria
Puskesmas. dan Diare)

Pengelolaan sediaan farmasi


(perencanaan, dasar perencanaan,
pengadaan,penerimaan dan
Mutu pelayanan (tingkat kepuasan distribusi)
konsumen)
02 Pelayanan Farmasi Klinik
Pelayanan Farmasi Klinik
1. Pengkajian Resep, Penyerahan Obat dan Pemberian Informasi Obat
a. Pengkajian dan pelayanan Resep
Kegiatan pengkajian resep dimulai dari seleksi persyaratan administrasi, persyaratan farmaseti dan
persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan.
Persyaratan administrasi meliputi:
1.Nama, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien.
2.Nama, dan paraf dokter.
3.Tanggal resep.
4.Ruangan/unit asal resep.

Persyaratan farmasetik meliputi: Persyaratan klinis meliputi:


1.Bentuk dan kekuatan sediaan. 1. Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan Obat.
2.Dosis dan jumlah Obat 2.Duplikasi pengobatan.
3.Stabilitas dan ketersediaan. 3.Alergi, interaksi dan efek samping Obat.
4.Aturan dan cara penggunaan. 4.Kontra indikasi.
5.Inkompatibilitas (ketidakcampuran 5.Efek adiktif
Obat).
Pelayanan Farmasi Klinik
b. Kegiatan Penyerahan (Dispensing) dan Pemberian Informasi Obat
Pelayanan yang dimulai dari tahap menyiapkan/meracik Obat, memberikan label/etiket, menyerahan
sediaan farmasi dengan informasi yang memadai disertai pendokumentasian.
Tujuan:
1.Pasienmemperoleh Obatsesuai dengankebutuhanklinis/pengobatan.
2.Pasien memahami tujuan pengobatan dan mematuhi intruksi pengobatan

2. Pelayanan Informasi Obat (PIO)


Merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh Apoteker untuk
memberikan informasi secara akurat, jelas dan terkini kepada
dokter,apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien
Tujuan:
1.Menyediakan informasi mengenai Obat kepada tenaga kesehatan laindi
lingkungan Puskesmas, pasien dan masyarakat.
2.Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan yang berhubungan
dengan Obat (contoh: kebijakan permintaan Obat oleh jaringan dengan
mempertimbangkan stabilitas, harus memiliki alat penyimpanan yang
memadai).
3.Menunjang penggunaan Obat yang rasional.
Kegiatan:
a.Memberikan dan menyebarkan informasi kepada
konsumen secara pro aktif dan pasif.
b.Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga
kesehatan melalui telepon, surat atau tatap muka. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan
c.Membuat buletin, leaflet, label Obat, poster, majalah
dinding dan lain-lain.
d.Melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat a.Sumber Informasi Obat
b.Tempat
jalan dan rawat inap, serta masyarakat.
c.Tenaga
e.Melakukan pendidikan dan/atau pelatihan bagi tenaga
d.Perlengkapan
kefarmasian dan tenaga kesehatan lainnya terkait
dengan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai.
f. Mengoordinasikan penelitian terkait Obat dan
kegiatan Pelayanan Kefarmasian.
3. Konseling
Merupakan suatu proses untuk mengidentifikasi dan penyelesaian masalah pasien yang berkaitan
dengan penggunaan Obat pasien rawat jalan dan rawat inap, serta keluarga pasien.
Kegiatan:
Tujuan
a.Membuka komunikasi antara apoteker
Memberikan dengan pasien.
pemahaman yang benar b.Menanyakan hal-hal yang menyangkut
mengenai Obat kepada Obat yang dikatakan oleh dokter kepada
pasien/keluarga pasien pasien dengan metode pertanyaan terbuka
antara lain, (openended question), misalnya apa yang
dikatakan dokter mengenai obat, bagaimana
-Tujuan pengobatan cara pemakaian, apa efek yang diharapkan
-Jadwal pengobatan dari Obat tersebut, dan lain-lain.
-Cara c.Memperagakan dan menjelaskan
dan lama
mengenai cara penggunaan Obat
penggunaan obat d.Verifikasi akhir, yaitu mengecek
-Efek samping pemahaman pasien, mengidentifikasi dan
-Tanda-tanda toksisitas menyelesaikan masalah yang berhubungan
-Cara penyimpanan dengan cara penggunaan Obat untuk
-Penggunaan Obat. mengoptimalkan tujuan terapi.
Faktor Yang Perlu diperhatikan
Setelah dilakukan konseling,
pasien yang memiliki
kemungkinan mendapat risiko
a.Kriteria pasien: masalah terkait Obat, seperti:
1)Pasien rujukan dokter. komorbiditas, lanjut usia,
2)Pasien dengan penyakit kronis. lingkungan sosial, karateristik
3)Pasien dengan Obat yang berindeks Obat, kompleksitas pengobatan,
terapetik sempit dan poli farmasi. kompleksitas penggunaan Obat,
4)Pasien geriatrik. kebingungan atau kurangnya
5)Pasien pediatrik. pengetahuan dan keterampilan
6)Pasien pulang sesuai dengan tentang bagaimana menggunakan
kriteria di atas Obat dan/atau alat kesehatan
b. Sarana dan prasarana: perlu dilakukan pelayanan
1) Ruangan khusus. kefarmasian di rumah (Home
2) Kartu pasien/catatan konseling. Pharmacy Care) yang bertujuan
tercapainya keberhasilan terapi
70% 80%
Obat.
4. Ronde/ Visite Pasien
Tujuan:

Merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang a.Memeriksa Obat pasien.

dilakukan secara mandiri atau bersama tim profesi b.Memberikan rekomendasi kepada
dokter dalam pemilihan Obat dengan
kesehatan lainnya terdiri dari dokter, perawat, ahli gizi, dan
mempertimbangkan diagnosis dan kondisi
lain-lain.
klinis pasien.
Kegiatan: c.Memantau perkembangan klinis pasien
yang terkait dengan penggunaan Obat.
a.Persiapan
d.Berperan aktif dalam pengambilan
b.Pelaksanaan
keputusan tim profesi kesehatan dalam
c.Pembuatan dokumentasi
terapi pasien.
d.Rekomendasi
Kegiatan Visite Mandiri
a.Untuk Pasien Baru
• Apoteker memperkenalkan diri dan menerangkan tujuan dari kunjungan.
• Memberikan informasi mengenai sistem pelayanan farmasi dan jadwal pemberian Obat.
• Menanyakan Obat yang sedang digunakan atau dibawa dari rumah, mencatat jenisnya dan melihat instruksi
dokter pada catatan pengobatan pasien.
• Mengkaji terapi Obat lama dan baru untuk memperkirakan masalah terkait Obat yang mungkin terjadi.

b. Untuk Pasien Lama Dengan Instruksi Baru


• Menjelaskan indikasi dan cara penggunaan Obat baru.
• Mengajukan pertanyaan apakah ada keluhan setelah pemberian Obat.

c. Untuk Semua Pasien


• Memberikan keterangan pada catatan pengobatan pasien.
• Membuat catatan mengenai permasalahan dan penyelesaian masalah dalam satu buku yang akan
digunakan dalam setiap kunjungan.
Kegiatan Visite Bersama Tim
a. Melakukan persiapan yang dibutuhkan seperti memeriksa catatan pegobatan pasien dan menyiapkan pustaka
penunjang.
b. Mengamati dan mencatat komunikasi dokter dengan pasien dan/atau keluarga pasien terutama tentang Obat.
c. Menjawab pertanyaan dokter tentang Obat.
d. Mencatat semua instruksi atau perubahan instruksi pengobatan, seperti Obat yang dihentikan, Obat baru, perubahan
dosis dan lain-lain.
Faktor Yang Perlu Pasien rawat inap yang telah pulang ke rumah ada
diperhatikan kemungkinan terputusnya kelanjutan terapi dan
a. Memahami cara berkomunikasi yang
kurangnya kepatuhan penggunaan Obat. Untuk itu,
efektif.
perlu juga dilakukan pelayanan kefarmasian di rumah
b. Memiliki kemampuan untuk berinteraksi
(Home Pharmacy Care) agar terwujud komitmen,
dengan pasien dan tim.
keterlibatan, dan kemandirian pasien dalam
c. Memahami teknik edukasi.
penggunaan Obat sehingga tercapai keberhasilan
d. Mencatat perkembangan pasien.
terapi Obat.
5. Pemantauan dan Pelaporan Efek Samping Obat (ESO)

Tujuan:

Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon


a.Menemukan efek samping Obat sedini
terhadap Obat yang merugikan atau tidak
mungkin terutama yang berat, tidak dikenal dan
diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang
frekuensinya jarang.
digunakan pada manusia untuk tujuan
b.Menentukan frekuensi dan insidensi efek
profilaksis, diagnosis dan terapi atau
samping Obat yang sudah sangat dikenal atau
memodifikasi fungsi fisiologis.
yang baru saja ditemukan.
Kegiatan:
a.Menganalisis laporan efek samping Obat.
b.Mengidentifikasi Obat dan pasien yang mempunyai resiko tinggi mengalami efek
samping Obat.
c.Mengisi formulir Monitoring Efek Samping Obat (MESO).
d.Melaporkan ke Pusat Monitoring Efek Samping Obat Nasional.

Faktor Yang Perlu diperhatikan


a.Kerja sama dengan tim kesehatan lain.
b.Ketersediaan formulir Monitoring Efek
Samping Obat.
Kegiatan:
6. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
a.Memilih pasien yang
Kriteria Pasien memenuhi kriteria.
a.Anak-anak dan lanjut usia, b.Membuat catatan awal.
ibu hamil dan menyusui.
Tujuan: c.Memperkenalkan diri pada
b.Menerima Obat lebih dari 5
a.Mendeteksi masalah pasien.
(lima) jenis.
yang terkait dengan d.Memberikan penjelasan
Merupakan proses yang c.Adanya multidiagnosis.
Obat. pada pasien.
memastikan bahwa d.Pasien dengan gangguan
seorang pasien b.Memberikan e.Mengambil data yang
fungsi ginjal atau hati.
mendapatkan terapi
rekomendasi e.Menerima Obat dengan dibutuhkan.
Obat yang efektif,
terjangkau dengan penyelesaian masalah indeks terapi sempit. f.Melakukan evaluasi.
memaksimalkan efikasi
yang terkait dengan f.Menerima Obat yang sering g.Memberikan rekomendasi.
dan meminimalkan efek
samping diketahui menyebabkan reaksi
Obat.
Obat yang merugikan.
7. Evaluasi Penggunaan Obat

Merupakan kegiatan untuk mengevaluasi penggunaan Obat


secara terstruktur dan berkesinambungan untuk menjamin Obat
yang digunakan sesuai indikasi, efektif, aman dan terjangkau
(rasional).

Tujuan:
a.Mendapatkan gambaran pola penggunaan Obat pada kasus tertentu.
b.Melakukan evaluasi secara berkala untuk penggunaan Obat
tertentu.
Pelayanan Obat

Pelayanan obat adalah proses kegiatan yang meliputi


aspek teknis dan non teknis yang harus dikerjakan mulai dari
penerimaan resep dokter hingga penyerahan obat kepada
pasien.
Semua resep yang telah dilayani oleh puskesmas harus
dipelihara dan disimpan minimal 3 tahun dan pada setiap
resepnya harus diberi tanda:
a. Umum untuk resep umum
b. Askes untuk resep yang diterima oleh peserta asuransi
kesehatan
c. Gratis untuk resep yang diberikan kepada pasien yang
dibebaskan dari pemibiayaan retribusi
Sarana dan Prasarana
1. Ruang penerimaan resep meliputi tempat 2. Ruang pelayanan Example Text :
resep dan peracikan
Get a modern PowerPoint Presentation
penerimaan resep, 1 (satu) set meja dan kursi, (produksi sediaan that
secara terbatas)
is beautifully designed.meliputi
You can simply:
impress your audience and add a unique
serta 1 (satu) set komputer, jika memungkinkan. a) Rak Obat sesuai kebutuhan
zing and appeal dan meja
to your Presentations.
Easy to change colors, photos and Text. I
Ruang penerimaan resep ditempatkan pada peracikan. hope and I believe that this Template will
your Time, Money and Reputation. I hope
bagian paling depan dan mudah terlihat oleh b) Di ruang peracikan disediakan
and I believe that peralatan
this Template will your
pasien. Time, Money and Reputation. Easy to
peracikan, timbangan Obat, air minum (air
change colors, photos and Text. I hope and
mineral) untuk pengencer,
I believe sendok
that this Template Obat,
will your Time,
Money and Reputation.
bahan pengemas Obat, lemari pendingin,
termometer ruangan,
Example Textblanko
: salinan resep,
Get a modern PowerPoint Presentation
etiket dan that label Obat,
is beautifully buku
designed. You can catatan
simply
impress your audience and add a unique
3. Ruang Penyerahan Obat meliputi pelayanan zing andresep, buku-buku
appeal to your Presentations.
konter penyerahan Obat, buku Easy to change colors, photos and Text. I
referensi/standar sesuai kebutuhan, serta
hope and I believe that this Template will
pencatatan penyerahan dan your Time, Money and Reputation. I hope
alat tulis secukupnya.
pengeluaran Obat. and I believe that this Template will your
Ruang ini diatur
Time,agar
Money mendapatkan
and Reputation. Easycahayato
change colors, photos and Text. I hope and
dan sirkulasi Iudara believe that yang
this Templatecukup. Jika
will your Time,
Money and Reputation.
memungkinkan disediakan pendingin ruangan
(air conditioner) sesuai kebutuhan
Sarana dan Prasarana

4. Ruang konseling meliputi satu set meja dan kursi


konseling, lemari buku, buku-buku referensi sesuai
kebutuhan, leaflet, poster, alat bantu konseling, buku 6. Ruang arsip Ruang arsip dibutuhkan untuk
catatan konseling, formulir jadwal konsumsi Obat, menyimpan dokumen yang berkaitan dengan
formulir catatan pengobatan pasien, dan lemari arsip pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis
(filling cabinet), serta 1 (satu) set komputer, jika Pakai dan Pelayanan Kefarmasian dalam
memungkinkan. jangka waktu tertentu.

5. Ruang penyimpanan Obat dan Bahan Medis


Habis Pakai Ruang penyimpanan harus
memperhatikan kondisi sanitasi, temperatur,
kelembaban, ventilasi, pemisahan untuk menjamin
mutu produk dan keamanan petugas. Selain itu juga
memungkinkan masuknya cahaya yang cukup
Meningkatnya kualitas hidup dan kepatuhan pasien adanya apoteker

Fungsi adanya konseling :


• Membangun hubungan
Apoteker dapat meningkatkan kepercayaan dengan pasien
kualitas hidup dan kepatuhan pasien • Menunjukkan perhatian dan
dikarena dengan adanya apoteker, kepedulian kepada pasien
kegiatan konseling dapat di adakan. • Membantu pasien mengatur dan
beradaptasi dengan penyakit dan
Kegiatan Konseling merupakan obatnya
proses komunikasi dua arah antara • Membantu pasien menggunakan
Apoteker dengan pasien/keluarga obat dengan benar
untuk meningkatkan pengetahuan, • Meningkatkan kemampuan
pemahaman, kesadaran dan pasien untuk menyelesaikan
kepatuhan sehingga terjadi masalah kesehatannya
perubahan perilaku dalam • Mencegah atau mengurangi
penggunaan obat dan masalah berkaitan dengan efek
menyelesaikan masalah yang samping, reaksi obat yang
dihadapi pasien. merugikan, dan ketidakpatuhan
Faktor yang mempengaruhi rendahnya peranan farmasis di puskesmas
1. Beban kerja yang tidak sesuai
Pelayanan resep yang jumlahnya lebih
dari 100 lembar perhari dan pelaporan 2. Apoteker belum tersedia di
obat yang terlalu berat (over loaded) semua puskesmas perawatan
dibandingkan jumlah tenaga yang dan non perawatan sehingga
tersedia. Bahkan ada puskesmas pelayanan resep dilakukan oleh
dengan apoteker tanpa didampingi TTK tenaga non profesional. (Supardi
sama sekali sehingga harus meminta et al., 2012)
tambahan tenaga nonkesehatan secara
bergilir. (Supardi et al., 2012)

5. Sarana pengelolaan obat yang 4. Tidak tepatnya permintaan obat 3. Usia pekerja
belum lengkap seperti tempat oleh Apoteker, dapat terjadi Pekerja yang lebih muda lebih
penyimpanan obat sehingga overstock ataupun kekurangan obat. mudah beradaptasi, fleksibel,
kegiatan pengelolaan tidak (Satibi et al., 2018) mudah menerima teknologi baru
tercapai dengan baik. (Waluyo. serta memiliki kepuasan yang
2015) lebih tinggi. (Satibi et al., 2018)
Daftar Pustaka
Depkes RI. 2007. Keputusan Mentri Kesehatan RI No:
900/MENKES/VII/2007. Konsep Asuhan Kebidanan. Jakarta
Depkes RI. Direktorat Jenderal Pelayanan Kefarmasian dan Alat
Kesehatan. 2004. Pedoman Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan
Kesehatan di Puskesmas. Jakarta : Depkes RI.
Kementerian Kesehatan, 2016. Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 74 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas,Departemen Kesehatan RI, Jakarta
Menkes RI. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 73 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek. Jakarta: Kemenkes.
Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah Nomor 14 Tahun 2012 Tentang Petunjuk Teknis Peraturan
Presiden Nomor 70 Tahun 2012 Tentang Perubahan Kedua Atas
Peraturan Presiden NOMOR 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesianomor 74 Tahun
2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Puskesmas.
Rantucci, M. 2006. Pharmacists Talking With Their Patients: A Guide to Patient

Counseling. 2nd Edition. Baltimore, MD: Lippincott Williams and Wilkins.

Satini, Eliza Hanum Daulay., Gusti Ayu Oviani., Karina Erlianti., Achmad Fudholi., Dyah

Ayu Puspandari. 2018. Kinerja Apoteker dan Faktor Yang Mempengaruhi Pada Era Jaminan

Kesehatan Nasional di Puskesmas. JMPF Vol 8(1), 2018JMPF Vol. 8 No. 1 : 32–38

Supardi, Sudibyo., Andi Leny Susyanti dan Max J. Herman. 2012. Evaluasi Peran

Apoteker Berdasarkan Pedoman Pelayanan Kefarmasian Di Puskesmas Media Litbang

Kesehatan Volume 22 Nomor 4.

Supardi, Sudibyo., Andi Leny Susyanti, Raharni dan Max J. Herman. 2012. Kebijakan

Penempatan Apoteker di Puskesmas.

Waluyo, Yohanes Wahyu., Umi Athiyah., Thinni Nurul Rochmah. 2015. Faktor yang

Mempengaruhi Pengelolaan Obat Publik di Instalasi Farmasi Kabupaten (Studi di Papua

Wilayah Selatan). Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia, April 2015, Hlm. 94-101
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai