Anda di halaman 1dari 23

Upaya Mewujudkan Patient Safety dalam

Penanganan COVID-19 di Rumah Sakit Bhakti


Husada Banyuwangi

ESTIK IKKA INDAH P


WARDA ARUMSARI
DEFINISI
Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem
yang diterapkan untuk mencegah terjadinya cedera
akibat perawatan medis dan kesalahan pengobatan
melalui suatu sistem assesment resiko, identifikasi
dan pengelolaan faktor risiko, pelaporan dan analisis
insiden, kemampuan belajar dan tindak lanjut dari
insident serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya risiko
Tujuan penerapan sistem keselamatan pasien di
rumah sakit antara lain:
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien dirumah
sakit
2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap
pasien dan masyarakat.
3. Menurunnya Kejadian Tak Diharapkan (KTD)
4. Terlaksananya program pencegahan sehingga tidak
terjadi pengulangan KTD.
Dalam upaya pencapaian tujuan keselamatan pasien ini, setiap
rumah sakit wajib melaksanakan sistem keselamatan pasien
melalui upaya- upaya sebagai berikut:
1. Akselerasi program infeksion control prevention (ICP)
2. Penerapan standar keselamatan pasien dan pelaksanaan 7
langkah menuju keselamatan pasien rumah sakit. Dan dievaluasi
melalui akreditasi rumah sakit.
3. Peningkatan keselamatan penggunaan darah (blood safety).
4. Dievaluasi melalui akreditasi rumah sakit.
5. Peningkatan keselamatan pasien di kamar operasi cegah
terjadinya wrong person, wrong site, wrong prosedure (Draft SPM
RS:100% tidak terjadi kesalahan orang, tempat, dan prosedur di
kamar operasi)
6. Peningkatan keselamatan pasien dari kesalahan obat.
7. Pelaksanaan pelaporan insiden di rumah sakit dan ke komite
keselamatan rumah sakit.
Manfaat Program Keselamatan
Pasien
Program keselamatan pasien ini memberikan berbagai manfaat bagi
rumah sakit antara lain:
Adanya kecenderungan “Green Product” produk yang aman di bidang
industri lain seperti halnya menjadi persyaratan dalam berbagai
proses transaksi, sehingga suatu produk menjadi semakin laris dan
dicari masyarakat.
b. Rumah Sakit yang menerapkan keselamatan pasien akan lebih
mendominasi pasar jasa bagi Perusahaan-perusahaan dan Asuransi-
asuransi dan menggunakan Rumah Sakit tersebut sebagai provider
kesehatan karyawan/klien mereka, dan kemudian di ikuti oleh
masyarakat untuk mencari Rumah Sakit yang aman.
c. Kegiatan Rumah Sakit akan lebih memfouskan diri dalam kawasan
keselamatan pasien.
Indikator Keselamatan
Pasien
WHO Collaborating Center For Patient Safety berupaya menetapkan
Sembilan Solusi keselamatan pasien untuk mempermudah pendeteksian
terjadinya masalah pada keselamatan pasien di Rumah Sakit, yaitu :
(1) Perhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirip (look-alike, sound-alike
medication names).
(2) Pastikan Identifikasi pasien,
(3) Komunikasi secara benar saat serah terima pasien,
(4) Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar, (5)
Kendalikan cairan elektrolit pekat,
(6) Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan pelayanan,
(7) Hindari salah cateter dan salah sambung gelamng,
(8) Gunakan alat injeksi sekali pakai, dan
(9) Tingkatkan kebersihan tangan unuk pencegahan infeksi nosokomial
Sasaran Keselamatan Pasien
terdapat enam sasaran keselamatan pasien yang menjadi
prioritas gerakan keselamatan pasien. Enam sasaran
keselamatan pasien adalah tercapainya hal-hal sebagai
berikut :
Sasaran I : Mengidentifikasi Pasien dengan Tepat
Sasaran II: Meningkatkan Komunikasi yang Efektif
Sasaran III: Peningkatan Keamanan Obat yang
Membutuhkan Perhatian
Rumah sakit perlu mengembangkan suatu pendekatan
untuk memperbaiki keamanan obat-obat yang perlu
diwaspadai (high-alert).
Sasaran IV: Mengurangi Risiko Salah Lokasi, Salah
Pasien dan Tindakan Operasi
Sasaran V: Mengurangi Risiko Infeksi
Sasaran VI: Pengurangan Risiko Pasien Jatuh
Hukum Patient Safety
UU Rumah Sakit No. 44 tahun 2009 menyatakan pelayanan
kesehatan yang aman merupakan hak pasien dan menjadi
kewajiban rumah sakit untuk menyelenggarakan pelayanan
kesehatan yang aman (Pasal 29 dan 32). UU Rumah Sakit
secara tegas menyatakan bahwa rumah sakit wajib
menerapkan standar keselamatan pasien. Standar dimaksud
dilakukan dengan melakukan pelaporan insiden,
menganalisa dan menetapkan pemecahan masalah. Untuk
pelaporan, rumah sakit menyampaikannya kepada komite
yang membidangi keselamatan pasien yang ditetapkan oleh
menteri (Pasal 43).
PANDEMI COVID 19
Coronavirus adalah keluarga besar virus yang
menyebabkan penyakit mulai dari gejala ringan
sampai berat. Ada setidaknya dua jenis coronavirus
yang diketahui menyebabkan penyakit yang dapat
menimbulkan gejala berat seperti Middle East
Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute
Respiratory Syndrome (SARS).
Pandemi adalah sebuah epidemi yang telah menyebar
ke beberapa negara atau benua, dan umumnya
menjangkiti banyak orang. Sementara, epidemi
merupakan istilah yang digunakan untuk peningkatan
jumlah kasus penyakit secara tiba-tiba pada suatu
populasi di area tertentu.
Tanda dan gejala umum infeksi COVID-19 antara lain
gejala gangguan pernapasan akut seperti demam, batuk
dan sesak napas. Masa inkubasi rata-rata 5-6 hari
dengan masa inkubasi terpanjang 14 hari. Pada kasus
COVID-19 yang berat dapat menyebabkan pneumonia,
sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan
kematian. Tanda-tanda dan gejala klinis yang
dilaporkan pada sebagian besar kasus adalah demam,
dengan beberapa kasus mengalami kesulitan bernapas,
dan hasil rontgen menunjukkan infiltrat pneumonia
luas di kedua paru.
Menurut WHO cara mencegah penularan virus corona
dengan menerapkan hidup sehat dan menjaga
kebersihan. Berikut saran WHO:
1.Cuci tangan sesering mungkin
2. Terapkan social distancing
3.Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut
4. Lakukan aturan bersin yang benar
5. Jika mengalami demam, batuk, dan kesulitan
bernapas, segeralah berobat
Pasien Safety Covid 19 di RS
PDP sedang isolasi di RS Darurat dan PDP berat segera dilakukan isolasi di
RS rujukan untuk mendapatkan tatalaksana lebih lanjut.
Pasien dalam pengawasan ditempatkan dalam ruang isolasi sementara yang
sudah ditetapkan, yakni:
• Pasien dalam pengawasan menjaga jarak lebih dari 1 meter satu sama lain
dalam ruangan yang sama.
• Terdapat kamar mandi khusus yang hanya digunakan oleh pasien dalam
pengawasan.
Petugas kesehatan menginstruksikan pasien dalam pengawasan untuk
melakukan hal-hal sebagai berikut:
Menggunakan masker medis ketika menunggu untuk dipindahkan ke
fasilitas kesehatan yang diganti secara berkala atau apabila telah kotor.
Tidak menyentuh bagian depan masker dan apabila tersentuh wajib
menggunakan sabun dan air atau pembersih berbahan dasar alkohol.
Apabila tidak menggunakan masker, tetap menjaga kebersihan pernapasan dengan
menutup mulut dan hidung ketika batuk dan bersin dengan tisu atau lengan atas bagian
dalam. Diikuti dengan membersihkan tangan menggunakan pembersih berbahan dasar
alkohol atau sabun dan air.
Petugas kesehatan harus menghindari masuk ke ruang isolasi sementara. Apabila terpaksa
harus masuk, maka wajib mengikuti prosedur sebagai berikut:
• Petugas menggunakan APD lengkap.
• Membersihkan tangan menggunakan pembersih berbahan dasar alkohol atau sabun dan
air sebelum dan sesudah memasuki ruang isolasi.
d. Tisu, masker, dan sampah lain yang berasal dari dari ruang isolasi sementara harus
ditempatkan dalam kontainer tertutup dan dibuang sesuai dengan ketentuan nasional
untuk limbah infeksius.
e. Permukaan yang sering disentuh di ruang isolasi harus dibersihkan menggunakan
desinfektan setelah ruangan selesai digunakan oleh petugas yang menggunakan alat
pelindung diri (APD) yang memadai.
f. Pembersihan dilakukan dengan menggunakan desinfektan yang mengandung 0.5%
sodium hypochlorite (yang setara dengan 5000 ppm atau perbandingan 1/9 dengan air).
PEMBAHASAN
RSU Bhakti Husada merupakan RS pertama di
Banyuwangi yang didirikan tahun 1898 (Berdasarkan
Letter C Desa) dan diresmikan oleh Belanda tahun
1912 (Berdasarkan Kabar Harian Belanda)-
Zienkenhuis Krikilan, kemudian diambil alih oleh
Pemerintah Republik Indonesia yaitu PT Perkebunan
Nusantara pada tahun 1966 sehingga resmi
menyandang nama Rumah Sakit Umum Bhakti
Husada.
Rumah sakit ramah lingkungan juga harus
mengedepankan kualitas dan keselamatan pasien
(patient safety). Semakin meningkatnya jumlah
limbah B3 medis padat dari pelayanan kesehatan
berpotensi memaparkan pasien dan masyarakat
umum terhadap bahaya infeksi, efek beracun dan
cedera serta mencemari lingkungan.
Beberapa upaya yang dilakukan RSU Bhakti Husada dalam rangka mewujudkan
patient safety dalam penanganan COVID-19 yaitu :
Membentuk tim penanganan COVID 19
Membuat SPO berkaitan dengan apapun yang berhubungan dengan COVID 19
yaitu mulai dari alur masuk, tata laksana penanganan pasien, termasuk APD yang
diperlukan selama penanganan COVID 19
Pengadaan APD set untuk petugas garda depan
Pemberian masker kepada seluruh karyawan baik layanan maupun non layanan
pasien
Penyemprotan disinfektan setiap hari oleh petugas di seluruh area rumah sakit
Meniadakan jam kunjung dan membatasi keluarga pasien rawat inap untuk
didampingi 2 orang dan membatasi pendamping pasien rawat jalan hanya 1 orang
Melakukan screening suhu mulai dari pintu gerbang
Membuat tempat duduk dengan social distancing.
Gambar 1. Pengadaan set APD untuk petugas kesehatan medis

Gambar 2. Pencegahan dengan personal hygiene untuk petugas kesehatan


Gambar 3. Himbauan untuk pengunjung RSU Bhakti Husada

Gambar 4. Pencegahan penularan COVID 19 untuk pasien rawat jalan


Gambar 5. Pencegahan penularan COVID 19 untuk pasien rawat jalan

Gambar 6. Pencegahan penularan COVID 19 untuk pasien rawat jalan


Gambar 6. Pencegahan penularan COVID 19 untuk pasien rawat jalan
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai