Anda di halaman 1dari 25

Alinyemen Horisontal

dipengaruhi oleh gaya sentrifugal

G = berat kendaraan ,
g = gaya gravitasi bumi
V = kecepatan kendaraan
R =jari-jari lengkung lintasan
Untuk mengimbangi gaya sentrifugal tersebut dapat berasal dari :
• gaya gesekan melintang antara ban kendaraan dengan GV2
permukaan jalan (Fs) G sin   Fs  cos 
• komponen berat kendaraan akibat kemiringan melintang
g R
permukaan jalan  superelevasi (e)

 GV2  GV2
G sin   f  G cos   sin    cos 
 g R  g R

GV2
G sin   fG cos    cos   f sin  
g R

G
sin 
cos 
 fG 
GV2
g R
1  ftg  e  tg

ef <<<
GV2
G e  f   1  ef  e f V 2

g R  diabaikan
1  ef gR

jika V dinyatakan dalam


V2 V2
km/jam, g = 9,81m/det²,
dan R dalam m
e f  e f 
gR
127 R
ALINYEMEN HORISONTAL

Korelasi antara lengkung (D) dan radius (R)

25
D  360 

2R
1432,39
D
R
R dalam meter
ALINYEMEN HORISONTAL

 R <<< → D >>> → lengkung semakin tajam


 R >>> → D <<< → lengkung tumpul

 Radius lengkung horisontal dipengaruhi oleh e


dan f serta nilai kecepatan rencana’
V2
e f 
gR
 maka jika R <<< dan D >>> otomatis nilai e
dan f nya >>>
ALINYEMEN HORISONTAL

 untuk pertimbangan peningkatan jalan yang akan


datang hendaknya jangan merencanakan
alinyemen horisontal dengan radius (R ) minimum
karena akan menghasilkan lengkung yang tajam
Rumus radius minimum (Rmin) :

e+f = 0 ; jalan
V2
R min  lurus,R tak
127 emaks  fmaks  terhingga
 e+f = (e+f)maks ;
181913,53 emaks  fmaks jalan pada lengkung
Dmaks  dengan R minimum
V2
ALINYEMEN HORISONTAL

 Kemiringan melintang normal pada jalan lurus


dibutuhkan untuk kebutuhan drainase jalan dan
besarnya berkisar antara 2 – 4 %

 Besarnya kemiringan melintang normal ini tergantung


jenis lapis perkerasan yang dipergunakan
 semakin kedap air muka jalan semakin landai
kemiringan melintang jalan yang dibutuhkan
Sebaliknya lapis permukaan yang mudah dimasukin
oleh air harus mempunyai kemiringan yang cukup besar
ALINYEMEN HORISONTAL

 Lengkung peralihan adalah lengkung dimana


sebagai tempat peralihan penampang melintang
dari jalan lurus ke jalan dengan super elevasi
ALINYEMEN HORISONTAL

 panjang lengkung peralihan yang dibutuhkan


haruslah memenuhi batasan akan :
1.Kelandaian relatif yang akan diperkenankan
2.Bentuk lengkung spiral
3.Panjang lengkung peralihan berdasarkan metode
SHORTT
4.lama perjalanan yang dilakukan pengemudi untuk
menghindari kesan patahnya tepi perkerasan
( AASHTO menetapkan 2 detik;Bina marga
menetapkan 3 detik(luar kota))
ALINYEMEN HORISONTAL

 pengukuran panjang lengkung peralihan Ls


menurut metode Bina marga dimulai dari awal
peralihan penampang melintang berbentuk normal
sampai dicapai bentuk
penampang melintang sesuai superelevasi yang
dibutuhkan
 pengukuran panjang lengkung peralihan Ls
menurut metode AASHTO dimulai dari
penampang melintang berbentuk
sampai dicapai bentuk penampang melintang
sesuai superelevasi yang dibutuhkan
ALINYEMEN HORISONTAL

 Landai relatif (1/m) adalah besarnya kelandaian


akibat perbedaan elevasi tepi perkerasan sebelah
luar sepanjang lengkung peralihan dan hanya
berdasarkan tinjauan perubahan bentuk
penampang melintang jalan saja.
Menurut Bina marga
Ç∟ Landai relatif
e 1/m = h/Ls
h en 1/m = ((e+en)*B)/Ls
en
ALINYEMEN HORISONTAL

Sedangkan menurut AASHTO

Ç∟ Landai relatif
e
h1 1/m = h1/Ls
0% en 1/m = ((e)*B)/Ls

dimana
1/m = landai relatif
Ls = panjang Lengkung Peralihan
B = lebar jalur 1 arah (meter)
e = superelevasi (m/m’)
en = kemiringan melintang normal (m/m’)
ALINYEMEN HORISONTAL

 Panjang lengkung peralihan Ls yang dibutuhkan


harus diperhitungkan mengikuti metode
pengukuran panjang lengkung peralihan yang
digunakan
 Rumus panjang lengkung peralihan (Ls)
berdasarkan SHORTT :
Ls = 0,022 V3 /(R*C)
Dimana : Ls = panjang lengkung peralihan (m)
R = jari – jari busur lingkaran (m)
V = kecepatan rencana (km/jam)
C = perubahan percepatan (m/det3) = 1-3 m/det3
ALINYEMEN HORISONTAL

DIAGRAM SUPERELEVASI 
Menggambarkan pencapaian superelevasi dari
elevasi normal ke elevasi penuh
ALINYEMEN HORISONTAL

DIAGRAM SUPERELEVASI  berguna untuk


melihat bentuk penampang melintang pada setiap
titik di lengkung horisontal
ALINYEMEN HORISONTAL

Bentuk lengkung horisontal


1.Lengkung Horisontal sederhana (circle –
circle)
ALINYEMEN HORISONTAL

Rumus yang digunakan :


Tc  Rc * tg 1
2 
Rc * (1  cos 12  
Ec   Tc * tg 1
4 
cos 12 

Lc  * Rc,  dalam derajat
180
Lc = 0,01745 β * Rc, β dalam derajat
Lc = β * Rc, β dalam radial
ALINYEMEN HORISONTAL
Pada lengkung bentuk circle ini tidak
diperhitungkan lengkung peralihan (Ls), dan hanya
menggunakan lengkung peralihan fiktif (Ls’).
Bina marga menempatkan ¾ Ls’ dibagian lurus (kiri
atau kanan Tc) dan ¼ Ls’ dibagian lengkung (kanan
atau kiri Tc)
AASHTO menempatkan 2/3 Ls’ dibagian lurus dan
1/3 Ls’ dibagian lengkung
ALINYEMEN HORISONTAL
ALINYEMEN HORISONTAL
2. LENGKUNG HORISONTAL DENGAN
LENGKUNG PERALIHAN / SPIRAL –
CIRCLE – SPIRAL (S-C-S)
ALINYEMEN HORISONTAL

Rumus yang digunakan :


 L2  L2
x  L1  
2  y 
 40 R  6R
 2
 Ls 2

Xs  Ls1 
Ls
 Ys 
40 Rc 2 6 Rc
 

Ls 90 Ls
s  radial s  derajat
2 Rc Rc
Ls 2
 Rc1  coss 
3
p Ls
6 Rc k  Ls  2
 Rc sin s
40 Rc
ALINYEMEN HORISONTAL

Sudut pusat busur lingkaran = θc, dan sudut spiral = θs.


Jika besarnya sudut perpotongan kedua tangen adalah β,
maka:
c    s
Es   Rc  p  sec 1 2   Rc
Ts   Rc  p  tg 1
2  k
c
Lc  Rc
180

Lc untuk lengkung s-c-s ini sebaiknya ≥ 20 m


ALINYEMEN HORISONTAL
3. LENGKUNG HORISONTAL DENGAN
SPIRAL – SPIRAL (S-S)
ALINYEMEN HORISONTAL
3. LENGKUNG HORISONTAL DENGAN
SPIRAL – SPIRAL (S-S)
Rumus-rumus untuk Iengkung berbentuk spiral-
lingkaran-spiral dapat dipergunakan juga untuk
Iengkung spiral-spiral asalkan memperhatikan hal – hal
sebagai berikut :
1.Panjang Lc = 0 karena SC berimpit dengan SC
2.Θs = ½ β
3.Rc yang dipilih harus sedemikian rupa sehingga Ls
yang dibutuhkan lebih besar dari Ls yang menghasilkan
landai relatif minimum yang disyaratkan
ALINYEMEN HORISONTAL

Anda mungkin juga menyukai