Anda di halaman 1dari 28

1

PENGERTIAN STBM

Sanitasi Total Berbasis


Masyarakat (STBM) adalah
pendekatan untuk merubah perilaku
hygiene dan sanitasi melalui
pemberdayaan masyarakat dengan
metode pemicuan (triggering)

2
PENGERTIAN STBM

Sanitasi Total adalah kondisi


suatu komunitas yang meliputi :
1.Tidak BAB sembarangan
2.Mencuci tangan pakai sabun
3.Mengelola air minum dan makanan
yang aman
4.Mengelola sampah dengan benar
5.Mengelola limbah cair rumah tangga
dengan aman
3
PENGERTIAN STBM
Berbasis Masyarakat adalah sebuah kegiatan
pembangunan yang menempatkan masyarakat sebagai
subjek, dengan indikator sebagai berikut :

1.Masyarakat terlibat secara total dalam melaksanaan


kegiatan (melakukan analisa masalah dan potensi, menyusun
perencanaan, menjalankan kegiatan/program, bertanggung
jawab terhadap pemanfaatan dan pemeliharaan, melakukan
monitoring dan evalusi serta mampu melakukan
pengembangan dan reflikasi kegiatan)

2.Inisiatif datang dari masyarakat

4
PENGERTIAN STBM

Berbasis Masyarakat adalah ………..

3.Pemimpin informal (Natural Leader) muncul dari aksi


kolektif yang dilakukan oleh masyarakat dan merekalah yang
akan memimpin prakarsa kolektif di masa depan

4.Masyarakat tidak mengikuti model-model/cetak biru


pembangunan yang diperkenalkan

5.Inovasi dan keberagaman model muncul dari masyarakat


sendiri

6.Keputusan yang dibuat oleh masyarakat tidak bergantung


pada petunjuk maupun tekanan dari luar

5
LATAR BELAKANG
Pembelajaran dari program-program yang
gagal

Sifatnya Top Down

Masyarakat tidak
dilibatkan atau hanya
sekedar diberitahu

Proyek sepenuhnya
dibiayai pemerintah

6
LATAR BELAKANG
Pembelajaran dari program-program yang
gagal
Pengelolaan tidak melibatkan
masyarakat

Perilaku Hidup Bersih Sehat


(PHBS) hanya sebagai
aksesoris  tidak berhasil
merubah perilaku

Perencanaan dilakukan oleh


tenaga ahli, kemudian
dijelaskan kepada
masyarakat/ Pemda
7
LATAR BELAKANG
Pembelajaran dari program-program yang
gagal

Teknologi memimpin, masyarakat


mengikuti (pilihan teknologi ditetapkan
oleh pembawa proyek)

Banyak sarana yang telah dibangun, tidak


digunakan dan dipelihara, karena tidak
ada DEMAND (kebutuhan) yang muncul
ketika program dilaksanakan dan
pendekatan yang digunakan tidak berhasil
memunculkan DEMAND dari masyarakat
sasaran
8
LATAR BELAKANG
Pembelajaran dari program-program yang
gagal

 Jumlah alokasi dana yang diberikan


tidak melihat tingkat kemiskinan
masyarakat (disamaratakan). Subsidi
lebih banyak dinikmati oleh keluarga
yang mampu

 Fakta menunjukkan bahwa di daerah


yang mendapat bantuan proyek
sanitasi dasar, sekalipun target
bangunan fisik tercapai, namun,
kebiasaan BAB di sembarang tempat
(OPEN DEFECATION ) tetap berjalan.

9
Outcome: Menurunnya kejadian penyakit diare dan penyakit berbasis lingkungan
yang berkaitan sanitasi dan perilaku melalui penciptaan kondisi sanitasi total

Output:
1. Setiap individu dan komunitas mempunyai akses terhadap sarana sanitasi dasar
sehingga dapat mewujudkan komunitas yang bebas dari buang air di sembarang
tempat (ODF).
2. Setiap rumahtangga telah menerapkan pengelolaan air minum dan makanan yang
aman di rumah tangga.
3. Setiap rumah tangga dan sarana pelayanan umum dalam suatu komunitas (seperti
sekolah, kantor, rumah makan, puskesmas, pasar, terminal) tersedia fasilitas cuci
tangan (air,sabun, sarana cuci tangan), sehingga semua orang mencuci tangan dengan
benar.
4. Setiap rumah tangga mengelola limbahnya dengan benar.
5. Setiap rumah tanga mengelola sampahnya dengan benar.

Pilar 1: Pilar 2: Pilar 3: Pilar 4: Pilar 5:


Stop BABS CTPS PAM-RT PS-RT PAL-RT

4 Komponen dasar STBM : ……………………………


Outcome: ………….

Output:
1 – 5 ………………….

PILAR 2 PILAR 3
PILAR 1: PILAR 4 PILAR 5
CTPS PAM-RT
Stop BABS Pengelolaan Pengelolaan
(Cuci (Pengelolaan
(Buang Air Sampah Air Limbah
Tangan Air Minum
Besar Rumah Rumah
Sembarangan) Pakai Rumah
Tangga Tangga
Sabun) Tangga)

Komponen dasar STBM:


1. Perubahan Perilaku
2. Peningkatan akses sanitasi yang berkelanjutan
3. Pengelolaan berbasis masyarakat yang berkelanjutan
4. Dukungan institusi kepada masyarakat (enabling environment)
Konsep
 Meningkatkan kebutuhan
 Mengembangkan supply
 Menciptakan lingkungan yang kondusif

Institutionalization
Prinsip
Tidak ada subsidi untuk skala rumah tangga

Pendekatan
 Pemberdayaan masyarakat melalui
pemicuan
 Kemitraan melalui kerja sama multi pihak
 Pengembangan TTG lokal spesifik
 Meningkatkan kapasitas kelembagaan
lokal
PERBEDAAN UTAMA STBM VS
STRUKTUR PENDEKATAN “TARGET DRIVEN”

KRITERIA PROG. DENGAN STBM


TARGET DRIVEN
Input dari luar Subsidi benda-benda Pemberdayaan
masyarakat untuk jamban masyarakat

Model Pihak luar memberikan Inovasi masyarakat untuk


petunjuk tentang Model mengembangkan
berbagai model.
Cakupan Sebagian Menyeluruh

Indikator Jumlah sarana yang Perubahan Perilaku


keberhasilan dibangun
yang digunakan

14
PERBEDAAN UTAMA STBM VS
STRUKTUR PENDEKATAN “TARGET DRIVEN”

KRITERIA PROG. DENGAN STBM


TARGET DRIVEN
Material yang Semen, Porslain, batu bata, Dimulai dengan apa yang
digunakan dan lain-lain. dimiliki oleh masyarakat,
misalnya bambu, kayu,
karung goni, dan lain-lain.
Biaya Mahal Selalu dengan biaya yang
terjangkau oleh
masyarakat.
Siapa yang Kelompok yang mampu Semua masyarakat,
mendapakan (menengah ke atas). termasuk kelompok miskin
akses dan yang termiskin.
Waktu yang Seperti yang ditargetkan Ditentukan oleh masyarakat
dibutuhkan oleh proyek
Motivasi utama Subsidi / bantuan Harga diri

15
PERBEDAAN UTAMA STBM VS
STRUKTUR PENDEKATAN “TARGET DRIVEN”

KRITERIA PROG. DENGAN STBM


TARGET DRIVEN
Replikasi Oleh lembaga luar secara Oleh masyarakat sendiri
formal (melalui hubungan
persaudaraan, perkawanan,
pemimpin agama, dll).
Keberlanjutan Sulit untuk dipastikan Dipastikan oleh masyarakat
Sangsi Tidak ada Seperti yang telah
diputuskan oleh
masyarakat. Contoh yang
terjadi di India : denda 20
rupee (10 rupee untuk
pengelola dan 10 rupee
untuk yang menemukan
pelaku “open defecation”).
Cara monitoring Seperti yang dicontohkan Seperti yang diputuskan
oleh proyek. oleh masyarakat (bisa
harian, bulanan, mingguan)
17
STMB

PILAR 2 PILAR 3
PILAR 1: PILAR 4 PILAR 5
CTPS PAM-RT
Stop BABS Pengelolaan Pengelolaan
(Cuci (Pengelolaan
(Buang Air Sampah Air Limbah
Tangan Air Minum
Besar Rumah Rumah
Sembarangan) Pakai Rumah
Tangga Tangga
Sabun) Tangga)

CLTS
19
20
SEJARAH CLTS
 Pendekatan CLTS pertama kali diperkenalkan oleh
Kamal Kar di sebuah komunitas kecil di district
Rajshahi Bangladesh melalui lembaga yang
bernama (VERC), dan mulai berkembang pada tahun
2001.

 Bermula dari “participatory impact assesment” yang


dilakukan oleh Kamar Kar terhadap proyek air bersih
dan sanitasi yang sudah 10 tahun dilaksanakan oleh
sebuah LSM – VERC (Daya Pendidikan Desa),
didanai oleh Water Aid (sebuah LSM International).

 Salah satu rekomendasi utamanya adalah : Perlunya


pengembangan sebuah strategi untuk secara perlahn-
lahan mencabut subsidi untuk pembangunan toilet.

21
Penerapan pendekatan CLTS di beberapa
negara
 Pendekatan CLTS dimulai dari negara-negara yang
sangat miskin.

 Berawal di beberapa komunitas di Bangladesh  saat


ini sudah diadopsi secara massal di negara tersebut.

 India, di satu negara bagiannya yaitu Provinsi


Maharasthra telah mengadopsi pendekatan CLTS ke
dalam program pemerintah secara massal yang disebut
dengan program Total Sanitation Campaign (TSC).

 Pendekatan CLTS mulai diterapkan di beberapa negara


lain seperti Cambodia, Afrika, Nepal, Mongolia dan
Indonesia, dll.

22
Penerapan pendekatan CLTS di Indonesia
 Tahun 2004 perwakilan Pemerintah Indonesia
melakukan kunjungan studi ke Bangladesh dan
India.

 April 2005, dengan dukungan dana dari Proyek


WASPOLA (proyek kemitraan pemerintah
Indonesia – AUSAID – Bank Dunia) dilakukan uji
coba pendekatan CLTS di 6 Kabupaten (Muaro
Jambi, Muara Enim, Sambas, Sumbawa, Bogor
dan Lumajang.

 Saat ini pendekatan CLTS sudah diterapkan di


hampir seluruh propinsi di Indonesia.
23
24
Apakah CLTS itu?

Pendekatan Community Led Total


Sanitation (CLTS) adalah suatu
pendekatan yang diterapkan untuk
memfasilitasi masyarakat dalam
memahami permasalahan dan
potensi peningkatan sanitasi di
komunitasnya

25
Prinsip CLTS

1. Tanpa subsidi kepada masyarakat (tanpa


pengecualian, termasuk masyarakat termiskin).
2. Tidak menggurui, tidak memaksa, tidak
mempromosikan jamban.
3. Masyarakat sebagai pemimpin.
4. Masyarakat terlibat secara total dalam
melakukan analisis permasalahan dan potensi,
perencanaan, pelaksanaan , pemanfaatan dan
pemeliharaan.

26
Contoh Jamban Buatan Masyarakat
(Setelah dilakukan Peneran CLTS)

27
Contoh Jamban Buatan Masyarakat
(Setelah dilakukan Peneran CLTS)

28

Anda mungkin juga menyukai