Anda di halaman 1dari 3

GUNCANGAN DARI MEDIA

ELEKTRONIK
Tiga puluh tahun kemudian, televisi mulai hadir disusul dengan
teknik percetakan berwarna. Bila radio membutuhkan waktu 38 tahun
untuk menjangkau lima puluh juta
rumah tangga, televisi hanya membutuhkan tiga belas tahun (Dobbs,
Manyika & Woet zel, 2015).
Dari sini sudah tampak bahwa televisi akan menciptakan per ubahan
lebih cepat, yang dinikmati oleh produsen mass consu mer goods,
seperti P&G, Unilever, Coke,
Pepsi, Levi's, Nestle, Ford, Philips, dan Siemens.
Dari segi pemasaran, kehadirantelevisi lagi-lagi memicu shifting
sehingga
menggeser sebagian besar anggaran periklanan. Sejumlah kantor
penyiaran raksasa,
seperti ABC, NBC, dan CBS, menguasai segmen konsumsi media baru.
Selama enam
puluh tahun televisi menjadi sumber informasi dan hiburan utama
Tren beriklan pun menjadi candu bagi hampir semua pelaku bisnis.
Sebagai gambaran, saya ilustrasikan seperti ini. Pada 1950, rasio iklan
TV per jam
tayang hiburan atau berita adalah 1:15 (empat menit iklan untuk satu
jam tayang
hiburan TV). Pada 1970, durasi iklan naik dua kali lipat. Rasio ini terus
meningkat seiring munculnya layanan TV berbayar dan kini internet.
Sejatinya penonton mulai terganggu
dan perilakunya mulai bergeser menjadi lebih interaktif. Namun, apa
yang stasiun TV dan agensi periklanan lakukan? Mereka makin
menaikan iklan dan jam tayangnya,
terutama di arena prime time. Akibatnya porsi anggaran periklanan
untuk radio dan surat kabar semakin tertekan.
Meskipun pada 2009-2013, majalah Time mengingatkan bahwa
pendapatan
iklan di program TV prime time anjlok 12,5%, insan periklanan seolah
tak kehilangan
akal. Para eksekutif program TV berbayar rela memotong durasi serial
TV hanya agar
punya lebih banyak spot untuk disisipi iklan. Rasio iklan saat itu sudah
SHIFTING KE DUNIA DIGITAL

Lalu, tiba-tiba dunia dikejutkan lagi di awal abad ini dengan media dan
cara-cara
komunikasi periklanan yang baru. The Guardian (23 Agustus 2017), surat
kabar harian
internasional asal Inggris, memberitakan bahwa WPP, perusahaan periklanan
multinasional
terbesar di dunia, mengalami penurunan pendapatan sebesar 0,9% menjadi
£ 15,2miliar.
Menurut CEO WPP Martin Sorrell, ini merupakan pertumbuhan terburuk
sejak 2009.
Fenomena ini menjadi perhatian bagi kompetitor WPP. Tiga perusahaan
periklanan lainnya di Madison Avenue Big Four yaitu: Publikis, Interpublik,
dan Omincom telah melihat tantangan
serupa. Namun, apakah yang dialami WPP merupakan disruption? Saya
awalnya menduga
ini hanya sebuah siklus ekonomi biasa. Namun, saya jadi mengerti tatkala
Sorrell mengatakan, "Faktor utamanya adalah adanya disruption dalam
teknologi."

Anda mungkin juga menyukai