Anda di halaman 1dari 18

Asuhan Keperawatan Pasien dengan

Diagnosa Medis Apendicitis

Oleh
Rendi Editya D
Anatomi & Fisiologi
• Apendiks merupakan organ berbentuk tabung,
panjangnya kira-kira 10cm (kisaran 3- 15cm), dan
berpangkal di caecum.
• Lumennya sempit di bagian proksimal dan
melebar di bagian distal.
• Namun demikian, pada bayi, apendiks berbentuk
kerucut, lebar pada pangkalnya dan menyempit
ke arah ujungnya. Keadaan ini mungkin menjadi
sebab rendahnya insiden appendicitis pada usia
itu
• Apendiks menghasilkan lender 1-2ml
per hari. Lendir itu normalnya
dicurahkan ke dalam lumen dan
selanjutnya mengalir ke caecum.
Hambatan aliran lender di muara
apendiks tampaknya berperan pada
pathogenesis appendicitis.
Immunoglobulin sekretoar yang dihasilkan oleh GALT (gut
associated lymphoid tissue) yang terdapat di sepanjang
saluran cerna termasuk apendiks, ialah IgA. Immunoglobulin
itu sangat efektif sebagai pelindung terhadap infeksi. Namun
demikian, pengangkatan apendiks tidak mempengaruhi
sistem imun tubuh karena jkumlah jaringan limf disini kecil
sekali jika dibandingkan dengan jumlahnya di saluran cerna
dan di seluruh tubuh
Appendicitis
• Appendicitis adalah peradangan yang
terjadi pada Appendix vermicularis, dan
merupakan penyebab abdomen akut yang
paling sering pada anak-anak maupun
dewasa
• 250.000 kasus appendicitis yang terjadi di
Amerika Serikat setiap tahunnya dan
terutama terjadi pada anak usia 6-10 tahun
INSIDEN
• Insidensi tertinggi pada kelompok umur 20-30
tahun, setelah itu menurun. Insidensi pada laki-
laki dan perempuan umumnya sebanding,
kecuali pada umur 20-30 tahun, insidensi lelaki
lebih tinggi
• 250.000 kasus appendicitis yang terjadi di
Amerika Serikat setiap tahunnya dan terutama
terjadi pada anak usia 6-10 tahun. Appendicitis
lebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan
perempuan dengan perbandingan 3:2
ETIOLOGI
• Adanya obstruksi pada lumen appendix sehingga terjadi kongseti
vaskuler, iskemik nekrosis dan akibatnya terjadi infeksi.
• Appendicitis umumnya terjadi karena infeksi bakteri. Penyebab
obstruksi yang paling sering adalah fecolith. Fecolith ditemukan
pada sekitar 20% anak dengan appendicitis.
• Penyebab lain dari obstruksi appendiks meliputi: Hiperplasia folikel
lymphoid Carcinoid atau tumor lainnya Benda asing (pin, biji-bijian)
Kadang parasit
• Penyebab lain yang diduga menimbulkan Appendicitis adalah
ulserasi mukosa appendix oleh parasit E. histolytica, Bakteri aerob
fakultatif , Bakteri anaerob Escherichia coli Viridans streptococci
Pseudomonas aeruginosa Enterococcus Bacteroides fragilis
Peptostreptococcus micros Bilophila species Lactobacillus species
PATOGENESIS
• Appendicitis terjadi dari proses inflamasi ringan hingga perforasi,
khas dalam 24-36 jam setelah munculnya gejala, kemudian diikuti
dengan pembentukkan abscess setelah 2-3 hari
• Awalnya, pasien akan merasa gejala gastrointestinal ringan seperti
berkurangnya nafsu makan, konstipasi, dan nyeri abdomen.
• Anoreksia berperan penting pada diagnosis appendicitis,
khususnya pada anak-anak.
• Distensi appendiks menyebabkan perangsangan serabut saraf
visceral dan dipersepsikan sebagai nyeri di daerah periumbilical.
• Adanya distensi yang semakin bertambah menyebabkan mual dan
muntah, dalam beberapa jam setelah nyeri. Jika mual muntah
timbul lebih dulu sebelum nyeri, dapat dipikirkan diagnosis lain5
Perforasi Appendiks
• Peningkatan suhu melebihi 38.6oC,
leukositosis > 14.000, dan gejala
peritonitis pada pemeriksaan fisik seperti
peningkatan bising usus, diare
Tanda dan Gejala
• Nyeri merupakan gejala yang pertama kali muncul.
• Seringkali dirasakan sebagai nyeri tumpul, nyeri di
periumbilikal yang samar-samar, tapi seiring dengan waktu
akan berlokasi di abdomen kanan bawah
• Jika inflamasi dari appendiks terjadi di dekat ureter atau
bladder, gejal dapat berupa nyeri saat kencing atau perasaan
tidak nyaman pada saat menahan kencing dan distensi
kandung kemih.
• Anorexia, mual, dan muntah biasanya terjadi dalam beberapa
jam setelah onset terjadinya nyeri. Muntah biasanya ringan.
• Diare dapat terjadi akibat infeksi sekunder dan iritasi pada
ileum terminal atau caecum.
Asuhan Keperawatan Pasien
dengan Diagnosa Medis Apendicitis
Identitas :
- Usia anak 6-10 tahun dan dewasa 20-30
tahun lebih beresiko
- Laki-laki > perempuan
- Negara maju > negara berkembang
Keluhan Utama
Nyeri pada periumbilikal/kuadran kanan
bawah
Raja Isteri Pengiran Anak Saleha

Diagnosis
Appendicitis (RIPASA)

Right Iliaca Fossa (RIF)


Pemeriksaan Penunjang
• leukosit diatas 10.000
• Pemeriksaan urinalisis membantu untuk
membedakan appendicitis dengan
pyelonephritis atau batu ginjal. Meskipun
demikian, hematuria ringan dan pyuria dapat
terjadi jika inflamasi appendiks terjadi di dekat
ureter1.
• Ultrasonografi sering dipakai sebagai salah
satu pemeriksaan untuk menunjang diagnosis
Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut bd agen pencedera fisiologis
ditandai dengan PQRST
2. Hipertermia bd proses penyakit (infeksi)
ditandai dengan suhu…dll
3. Defisit nutrisi bd faktor psikologis anoreksia
ditandai dengan BB turun > 10 % dll
4. Resiko infeksi bd ketidak adekuatan
pertahanan tubuh sekunder
KASUS 1
• Laki-laki 24 tahun dirawat diruang bedah.
• Keluhan Utama : Nyeri perut kanan bawah
• Riwayat Penyakit Sekarang : datang ke UGD RSUD
dengan keluhan nyeri perut kanan bawah sejak 1 hari
SMRS. Pasien juga mengeluh muntah 2x, isi makanan.
Pasien juga merasakan mual dan nafsu makan menurun.
Pasien juga merasakan badan sedikit demam. 2 hari
SMRS pasien mengeluh nyeri di perut bagian tengah. BAB
(+) warna kuning, BAK (+) warna kuning terakhir 4 jam
SMRS. Pasien belum pernah merasakan keluhan yang
sama sebelumnya. Pasien jarang memakan sayuran dan
buahbuahan dalam menu makanan sehari-harinya.
Lanjutan Kasus 1
• Kesan Umum  Keadaan umum : lemah.  Kesadaran :
Composmentis, GCS 15 ( E4 V5 M6 ).  Status gizi : status gizi
normal, BB:60 kg , TB:168cm b. Tanda-tanda Vital  Tekanan darah :
120/80 mmHg  Nadi : 98x/mnt,regular, isi dan tegangan kuat  RR :
22x/mnt  Suhu : 38.9 derajat celcius  SaO2 : 99% c. Keadaan
Tubuh  Kepala : Mesosefal  Kulit : turgor cukup, Sianosis (-),
keringat dingin (-)  Mata : Konjungtiva anemis (-/-), pupil isokor,
reflek pupil (+/+), sclera ikterik (-/-), diplopia (-), kabur (-), oedem
palpebra (-/-), mata cowong (-/-)  Hidung : sekret (-/-)  Telinga :
discharge (-/-), gangguan pendengaran (-)  Mulut : bibir kering (-),
mukosa kering (-), sianosis (-)  Leher : simetris, tidak ada
pembesaran kelenjar limfe,kaku kuduk (-)  Tenggorokan : T1-T1,
faring hiperemis (-)  Thoraks : bentuk dada normal, simetris, sela iga
melebar (-), retraksi intercostal (-), retraksi suprasternal (-), retraksi
Lanjutan Kasus 1
• Pulmo I :simetris saat statis dinamis Pa :sterm
fremitus paru kanan dan kiri normal Pe :sonor di
hemitoraks dekstra dan sinistra Au :suara dasar
vesikuler +/+, suara tambahan Ronki basah
halus(-/-), wheezing(-/-)  Abdomen : I : datar,
venektasi (-) Au :bising usus (+) menurun Pe :
timpani, pekak sisi (+) N , pekak alih (-), area traube
timpani, nyeri ketok kostovertebra (-) Pa : supel,
nyeri tekan (+)kanan bawah, defans muskular (-),
rovsing sign (+), mc burney sign (+), psoas sign (+),
obturator sign (+), hepar dan lien tak teraba.
Pemeriksaan Laboratorium

Anda mungkin juga menyukai