Anda di halaman 1dari 31

ASSALAMU’ALAIKUM

ASSALAMU’ALAIKUM
WARAHMATULLAHI
WARAHMATULLAHI
WABARAKATUH
WABARAKATUH
TUGAS KELOMPOK
PELAJARAN
AGAMA ISLAM
“RIBA”
XI MIA 5
SMA NEGERI 9 BEKASI
TAHUN AJARAN 2016/2017
NAMA ANGGOTA

1. ANNISSA FITRIA ANGGRAINI


2. DINDA MAKTALINA PUTRI
3. JIHAD KSATRIA APRILIUM
4. SYIFA HANIA
PENGERTIAN
RIBA
LARANGAN RIBA
MACAM-MACAM RIBA
DALAM AL-QUR’AN

FAKTOR PENYEBAB DAMPAK RIBA


MAKAN RIBA

FAKTOR CARA MENGHINDARI


DIHARAMKANNYA RIBA RIBA

HAL-HAL YANG HIKMAH DIBALIK


MENIMBULKAN RIBA LARANGAN RIBA

CONTOH RIBA KESIMPULAN


Riba berarti menetapkan bunga atau melebihkan jumlah
pinjaman saat pengembalian berdasarkan persentase tertentu dari
jumlah pinjaman pokok, yang dibebankan kepada peminjam. Riba
secara bahasa bermakna: ziyadah (tambahan). Dalam pengertian
lain, secara linguistik riba juga berarti tumbuh dan membesar .
Sedangkan menurut istilah teknis, riba berarti pengambilan
tambahan dari harta pokok atau modal secara bathil.

Ada beberapa pendapat dalam menjelaskan riba, namun


secara umum terdapat benang merah yang menegaskan bahwa
riba adalah pengambilan tambahan, baik dalam transaksi jualbeli
maupun pinjam-meminjam secara bathil atau bertentangan
dengan prinsip muamalat dalam
Islam.
1. Riba Fadhl, yaitu tukar menukar dua barang yang sama jenisnya dengan
kwalitas berbeda yang disyaratkan oleh orang yang menukarkan. contohnya
tukar menukar emas dengan emas,perak dengan perak, beras dengan beras dan
sebagainya.
2. Riba Yad, yaitu berpisah dari tempat sebelum ditimbang dan diterima,
maksudnya : orang yang membeli suatu barang, kemudian sebelum ia menerima
barang tersebut dari si penjual, pembeli menjualnya kepada orang lain. Jual beli
seperti itu tidak boleh, sebab jual beli masih dalam ikatan dengan pihak
pertama.
3. Riba Nasi’ah yaitu riba yang dikenakan kepada orang yang berhutang
disebabkan memperhitungkan waktu yang ditangguhkan. Contoh : Aminah
meminjam cincin 10 Gram pada Ramlan. Oleh Ramlan disyaratkan
membayarnya tahun depan dengan cincin emas sebesar 12 gram, dan apa bila
terlambat 1 tahun, maka tambah 2 gram lagi, menjadi 14 gram dan seterusnya.
Ketentuan melambatkan pembayaran satu tahun.
4. Riba Qardh, yaitu meminjamkan sesuatu dengan syarat ada keuntungan atau
tambahan bagi orang yang meminjami/mempiutangi. Contoh : Ahmad
meminjam uang sebesar Rp. 25.000 kepada Adi. Adi mengharuskan dan
mensyaratkan agar Ahmad mengembalikan hutangnya kepada Adi sebesar Rp.
30.000 maka tambahan Rp. 5.000 adalah riba Qardh.
1. Nafsu dunia kepada harta benda
2. Serakah harta
3. Tidak pernah merasa bersyukur dengan apa yang telah
Allah SWT berikan
4. Imannya lemah
5. Selalu Ingin menambah harta dengan berbagai cara
termasuk riba
1. Merugikan orang lain
2. Sama dengan mengambil hak orang lain
3. Mendapat laknat dari Allah SWT.
4. Neraka ancamannya
5. Termasuk perbuatan syetan yang keji
6. Memperoleh harta dengan cara yang tidak adil
1. Tidak sama nilainya.
2. Tidak sama ukurannya menurut syara’,
baik timbangan, takaran maupun
ukuran.
3. Tidak tunai di majelis akad
Ø Seseorang menukar uang kertas Rp 10.000 dengan uang
receh Rp.9.950 uang Rp.50 tidak ada imbangannya atau
tidak tamasuk, maka uang receh Rp.50 adalah riba.
Ø Seseoarang meminjamkan uang sebanyak Rp. 100.000
dengan syarat dikembalikan ditambah 10 persen dari pokok
pinjaman, maka 10 persen dari pokok pinjaman dalah riba
sebab tidak ada imbangannya.
Ø Seseorang menukarkan seliter beras ketan dengan dua liter
beras dolog, maka pertukaran tersebut adalah riba, seabab
beras harus ditukar dengan beras yang sejenis dan tidak
boleh dilebihkan salah satunya. Jalan keluarnya ialah beras
ketan dijual terlebih dahulu dan uangnya digunakan untuk
membeli beras dolog.
‫اع َف ًةـ َواتَّقُوا ْ الل ّ َه‬ ِّ ْ ‫آمنُوا ْ ال َ تَأ ْ ـُكل ُوا‬
َ ‫الربَـا أ َ ْض َعافا ً ُّم َض‬ َ ‫ينـ‬
َ ِ
‫ذ‬ َ ّ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫ـا‬
‫ه‬َ ُ ّ ‫ي‬َ ‫يَـا أ‬
‫ون‬َ ‫ح‬ ُ ِ‫ل ََعلَّك ُْم تُ ْفل‬
[3:130] Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat
ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.

Catatan Kaki:

Yang dimaksud riba di sini ialah riba nasi’ah. Menurut sebagian besar ulama
bahwa riba nasi’ah itu selamanya haram, walaupun tidak berlipat ganda (Riba itu ada
dua macam: nasiah dan fadhl. Riba nasiah ialah pembayaran lebih yang disyaratkan
oleh orang yang meminjamkan. Riba fadhl ialah penukaran suatu barang dengan
barang yang sejenis, tetapi lebih banyak jumlahnya karena orang yang menukarkan
mensyaratkan demikian, seperti penukaran emas dengan emas, padi dengan padi, dan
sebagainya. Riba yang dimaksud dalam ayat ini riba nasiah yang berlipat ganda yang
umum terjadi dalam masyarakat Arab zaman jahiliyah.).
‫الشيْ َطا ُنـ ِم َنـ ال َْم ِ ّس‬ َّ ‫خبَّ ُط ُهـ‬ َ َ‫نـال َّ ك ََمـا يَ ُقو ُمـال ّ َ ِذي يَت‬ ‫ومو َ ِإ‬ ‫ق‬
ُ ‫ي‬ َ ‫ال‬ ‫ا‬
‫ـ‬ ‫ب‬ ‫الر‬
ِ ‫ـ‬
‫ن‬ َ ‫ُو‬ ‫ل‬ُ ‫ك‬ْ ‫ال ّ َ ِذي َنـ يأ‬
ُ َ َّ َ
َ َ
‫اءه‬
ُ ‫الربَـا َف َمـن َج‬ ّ ِ ‫الربَـا َوأ َح َّـل الل ّ ُهـ ال ْبَي ْ َعـ َو َح َّر َمـ‬ ّ ِ ‫َذلِ َكـ ِبأن ّ َُه ْمـ َقال ُوا ْ ِإن ّ ََمـا ال ْبَيْ ُعـ ِمثْ ُلـ‬
‫اب‬ ‫ح‬
َ ‫ص‬ْ َ ‫اد َفأ ُ ْول َـ ِئ َك أ‬ َ ‫ع‬
َ ‫ـ‬
‫ن‬ ْ ‫م‬ ‫و‬
َ ‫ـ‬
‫ه‬ ِ ّ ‫ل‬ ‫ال‬ ‫ى‬ ‫ـ‬
َ ‫ل‬‫إ‬ِ ‫ـ‬
‫ه‬ ُ ‫ر‬ ‫م‬ َ ‫م ْو ِع َظ ٌةـ ِمـن َر ِب ِهـ َفانتَ َهىـ َفل َ ُهـ مـا سـل ََف َوأ‬
ُ َ ُْ َ َ َ ّّ ّ َ
‫ون‬ َ ‫يها َخالِ ُد‬ َ ‫الن ّ َِار ُه ْم ِف‬
[2:275] Orang-orang yang makan (mengambil) riba(1) tidak dapat berdiri melainkan seperti
berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila(2). Keadaan mereka
yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli
itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.
Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari
mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu(3) (sebelum datang
larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba),
maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.
Catatan Kaki:
1. Riba itu ada dua macam: nasiah dan fadhl. Riba nasiah ialah pembayaran lebih yang
disyaratkan oleh orang yang meminjamkan. Riba fadhl ialah penukaran suatu barang dengan
barang yang sejenis, tetapi lebih banyak jumlahnya karena orang yang menukarkan
mensyaratkan demikian, seperti penukaran emas dengan emas, padi dengan padi, dan
sebagainya. Riba yang dimaksud dalam ayat ini riba nasiah yang berlipat ganda yang umum
terjadi dalam masyarakat Arab zaman jahiliyah.
2. Maksudnya: orang yang mengambil riba tidak tenteram jiwanya seperti orang
kemasukan syaitan.
3. Riba yang sudah diambil (dipungut) sebelum turun ayat ini, boleh tidak dikembalikan.
‫ح ُقـالل ّ ُهـال ِ ّْربَا‬
َ ‫يَ ْم‬
‫يم‬
ٍ ‫ث‬ِ َ ‫أ‬ ‫َار‬
ٍ ‫ف‬
ّ َ ‫ك‬ َ
‫ُل‬ّ ‫ك‬ ‫ب‬
ُ ِ
‫ح‬ ‫ي‬ َ ‫ال‬ ‫ه‬
ُ ّ ‫ل‬‫ال‬ ‫و‬
َ ِ
‫ات‬ ‫ق‬
َ ‫د‬
َ ‫الص‬
َ ّ ‫ي‬ ‫ب‬
ِ ‫ر‬ ‫ي‬ ‫و‬
ّ ُ ْ َ
ُ
[2:276] Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah(1). Dan Allah tidak
menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa(2).

Catatan Kaki:

1. Yang dimaksud dengan memusnahkan riba ialah memusnahkan harta itu atau
meniadakan berkahnya. Dan yang dimaksud dengan menyuburkan sedekah
ialah memperkembangkan harta yang telah dikeluarkan sedekahnya atau
melipat gandakan berkahnya.
2. Maksudnya ialah orang-orang yang menghalalkan riba dan tetap
melakukannya.
‫آمنُوا ْ اتَّ ُقوا ْ الل ّ َهـ َو َذ ُروا ْ َما‬
‫ـ‬‫ن‬ ‫ي‬ ِ
‫ذ‬ َ ّ ‫ل‬‫ا‬ ‫ـا‬
‫ه‬ َ
َ ُّ ‫يَـا أ‬
‫ي‬
َ َ
َ ‫الربَا ِإن ك ُنتُم ُّم ْؤ ِم ِن‬
‫ين‬ ِّ ‫بَ ِق َي ِم َن‬
Hai orang-orang yang beriman,
[2:278]

bertakwalah kepada Allah dan


tinggalkan sisa riba (yang belum
dipungut) jika kamu orang-orang yang
beriman.
‫ح ْر ٍبـ ِم َنـ الل َّ ِهـ َو َر ُسـولِ ِه ۖ َو ِإ ْن‬
َ ‫ب‬
ِ ‫وا‬ ُ ‫ن‬ ‫ذ‬
َ ْ ‫َف ِإ ْنـ ل َ ْمـتَ ْف َعل ُوا َفأ‬
‫ون‬َ ‫ون َول َا تُ ْظل َُم‬ َ ‫تُبْتُم َفلَك ُم ُر ُء أ‬
َ ‫وس ْم َوالِك ُْم ل َا تَ ْظلِ ُم‬ ُ ْ ْ
Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa
riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya
akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari
pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu
tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya. [2:279]
‫سـل َا يَ ْربُو‬‫ِم ْنـ ِربًـا لِيَ ْربُ َو ِفـي أ َ ْم َوا ِلـ الن ّ َا ِ َف‬ ‫َو َمـا آتَيْتُ ْمـ‬
‫يدو َنـ َو ْج َهـ الل ّ َ ِه‬ ُ ‫َو َمـا آتَيْتُ ْمـ ِم ْنـ َزك َا ٍةـ تُ ِر‬ ۖ ‫ِعن ْ َد الل ّ َِهـ‬
‫ون‬َ ‫َفأُول َٰ ِئ َك ُه ُمـ ال ُْم ْض ِع ُف‬
Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan
agar dia bertambah pada harta manusia, maka
riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa
yang kamu berikan berupa zakat yang kamu
maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah,
maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang
yang melipat gandakan (pahalanya).[QS.Rum:39]
‫اما‬ ‫ج‬ ‫ح‬ ‫ى‬ ‫ر‬ ‫ت‬ ‫اش‬ ‫ـي‬ ‫ب‬ َ ‫أ‬‫ـ‬
‫ت‬ ‫ي‬َ ‫أ‬ ‫ر‬ ‫ـ‬
‫ل‬ ‫ا‬‫ق‬ ‫ـ‬
‫ة‬ ‫ف‬ ‫ي‬ ‫ح‬ ‫ج‬ ‫ـي‬ ‫ب‬ َ ‫أ‬ ‫ـ‬
‫ن‬ ‫ب‬ ‫ـ‬
‫ن‬ ‫و‬‫ع‬ ِ
‫ـي‬
‫ن‬ ‫ر‬ َ
َ
ً ّ َ َ َ ْ ِ ُ ْ َ َ َ َ َ ْ َ ُ ِ ُ ْ ْ ُ َ ََ ‫أ‬
‫ب‬ ‫خ‬
ْ
‫ول‬َ ‫ت َف َسـأَلْتُ ُه َع ْنـ َذلِ َكـ َقا َلـ ِإ َ ّـن َر ُس‬ ْ َ ‫ر‬
‫ـ‬‫س‬ ِ ُ ‫ك‬ ‫ف‬ َ ‫ـ‬
‫ه‬ ِ ِ
‫م‬ ِ‫اج‬ ‫ح‬ َ َ َ َ ‫َفأ‬
‫م‬‫ب‬ِ ‫ر‬ ‫م‬ َ
‫الد ِم َوثَ َم ِن الْكَل ِْب‬ َّ ‫ع ْن ثَ َم ِن‬ َ ‫عل َيْ ِه َو َسل ّ َ َم ن َ َهى‬ َ ‫الل ّ َ ِه َصلَّى الل َّ ُه‬
‫الربَـا َو ُمو ِكل َُه‬
ِّ ‫اش َم َةـ َوال ُْم ْسـتَ ْو ِش َم َة َوآ ِك َلـ‬ ِ ‫َوك َ ْسـ ِب األ َ َم ِةـ َول ََع َنـ ال َْو‬
‫َول ََع َن ال ُْم َص ِ ّو َر‬
Diriwayatkan oleh Aun bin Abi Juhaifa, “Ayahku membeli seorang budak yang
pekerjaannya membekam (mengeluarkan darah kotor dari kepala), ayahku
kemudian memusnahkan peralatan bekam si budak tersebut. Aku bertanya kepada
ayah mengapa beliau melakukannya. Ayahku menjawab, bahwa Rasulullah
melarang untuk menerima uang dari transaksi darah, anjing, dan kasab budak
perempuan, beliau juga melaknat pekerjaan pentato dan yang minta ditato, me-
nerima dan memberi riba serta beliau melaknat para pembuat gambar.” (H.R.
Bukhari no. 2084 kitab Al Buyu)
‫لإـل َى‬ ِ ٌ ‫عنْهـم َقا َلـ َجا َءـ ِبال‬ ‫ه‬ َ
‫ـ‬ ‫ل‬ ‫ال‬ ‫ـي‬ ‫ض‬ ِ ‫ر‬ ‫ي‬
‫ـ‬ ‫ر‬ ‫د‬‫ْخ‬ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫د‬ ‫ي‬ ِ
‫ع‬ ‫ـ‬
‫س‬ َ ِ َ
َ ّ ِ
َ َّ ْ ُ ٍ َ َ َ َ ُ ‫أ‬
‫ا‬
‫ـ‬‫ب‬ ‫أ‬ ‫ع‬ ‫م‬ ‫ـ‬
‫س‬ ‫ـ‬
‫ه‬ َ ّ ‫ن‬
‫عل َيْ ِهـ َو َسـل ّ َ َم ِبتَ ْم ٍر بَ ْر ِن ٍ ّـي َف َقا َلـل َ ُهـ الن ّ َ ِب ُّـي َصـلَّى اللَّه‬ َ ‫الن ّ َ ِب ِ ّـي َصـلَّى اللَّـه‬
‫ت‬ ُ ‫ي َف ِب ْع‬ ‫عل َيْ ِهـ َو َسـل ّ َ َم ِم ْنـ أَي ْ َنـ َه َذا َقا َلـ ِبال ٌلـ ك َا َنـ ِعن ْ َدنَـا تَ ْم ٌر َر ِد ٌّـ‬ َ
‫ال‬ َ ‫عل َيْ ِهـ َو َسـل ّ َ َم َف َق‬ َ ‫ي َصـلَّى اللَّـه‬ ‫اع لِن ُ ْط ِع َمـ الن ّ َ ِب َ ّـ‬ٍ ‫اعيْ ِن ِب َصـ‬ َ ‫ِمن ْ ُهـ َصـ‬
‫عيْ ُن‬ َ ‫الربَـا‬ ِّ ‫عيْ ُنـ‬َ ‫عل َيْ ِهـ َو َسـل ّ َ َم ِعن ْ َد َذلِ َكـأ َ َّو ْهـ أ َ َّو ْهـ‬ َ ‫ي َصـلَّى اللَّـه‬ ‫الن ّ َ ِب ُ ّـ‬
‫آخ َر ث ُ ّ َم‬َ ‫الربَـا ال تَ ْف َع ْلـ َول َ ِك ْنـِإ َذا أ َ َر ْد َتـ أ َ ْنـ تَ ْشتَ ِر َيـ َف ِب ِعـالتَّ ْم َر ِببَيْ ٍعـ‬ ِّ
‫اشتَ ِر ِه‬ ْ
Diriwayatkan oleh Abu Said Al Khudri bahwa pada suatu ketika Bilal membawa
barni (sejenis kurma berkualitas baik) ke hadapan Rasulullah dan beliau
bertanya kepadanya, “Dari mana engkau mendapatkannya?” Bilal menjawab,
“Saya mem-punyai sejumlah kurma dari jenis yang rendah mutunya dan
menukar-kannya dua sha’ untuk satu sha’ kurma jenis barni untuk dimakan oleh
Rasulullah “, selepas itu Rasulullah terus berkata, “Hati-hati! Hati-hati! Ini
sesungguhnya riba, ini sesungguhnya riba. Jangan berbuat begini, tetapi jika
kamu membeli (kurma yang mutunya lebih tinggi), juallah kurma yang mutunya
rendah untuk mendapatkan uang dan kemudian gunakanlah uang tersebut untuk
‫يه َر ِضي اللَّه‬ ِ ‫الر ْح َم ِن بْ ُن أ َ ِبي بَك َْر َة َع ْن أ َ ِب‬ َّ ‫َح َّدثَنَا َعبْ ُد‬
‫الن َ َهى الن َّ ِب ُّي َصلَّى اللَّه َعل َيْ ِه َو َسل َّ َم َع ِن‬ َ ‫َعنْهم َق‬
‫اء ِب َس َوا ٍء َوأ َ َم َرنَا‬
ً ‫بإال َس َو‬ِ ِ ‫ال ْ ِف ّ َض ِة ِبال ْ ِف َّض ِة َوال َّذ َه ِب ِبال َّذ َه‬
‫ب ِبال ْ ِف َّض ِة كَيْ َف ِشئْنَا َوال ْ ِف َّض َة ِبال َّذ َه ِب‬ ‫ه‬ َ
‫ذ‬ ّ ‫ال‬ ‫اع‬
َ ََْ ‫أ‬
‫ت‬‫ب‬‫ن‬ ‫ن‬ْ َ
َ َ
‫كَيْ َف ِشئْنَا‬
Diriwayatkan oleh Abdurrahman bin Abu Bakr bahwa
ayahnya berkata, “Rasulullah melarang penjualan emas
dengan emas dan perak dengan perak kecuali sama
beratnya, dan membolehkan kita menjual emas dengan
perak dan begitu juga sebaliknya sesuai dengan keinginan
kita.” (H.R. Bukhari no. 2034, kitab Al Buyu).
‫عل َيْ ِه‬ َ ‫ه‬َ ّ ‫ل‬ ‫ال‬ ‫ى‬ َ ّ ‫ل‬ ‫ص‬ ‫ه‬ِ َ ّ ‫ل‬ ‫ال‬ ‫ول‬ُ ‫س‬ ‫ر‬ ‫ال‬
َ ‫ق‬
َ ‫ال‬ َ ‫ق‬
َ ‫ي‬ ِ ‫ر‬
ِ ‫د‬ ‫ْخ‬
ُ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫د‬ٍ ‫ي‬ ِ
‫ع‬ ‫س‬ ‫ي‬ ‫ب‬ِ َ ‫ع ْن أ‬
َ ُ َ ّ ْ َ َ
‫ير‬ُ ِ
‫ع‬ ‫الش‬
َ ّ ‫و‬ َ ‫ر‬
ّ ِ ُ ‫ْب‬ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫ب‬
ِ ‫ر‬
ُ ّ ُ ‫ْب‬ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫و‬
َ ِ
‫ة‬ ‫ض‬
َ ّ ِ
‫ف‬ ْ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫ب‬
ِ ‫ةـ‬ ُ ‫ض‬َ ّ ِ
‫ف‬ ْ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫و‬
َ ‫بـ‬ ِ ‫ه‬
َ َ
‫ذ‬ ّ ‫ال‬ ‫ب‬
ِ ‫بـ‬ ُ ‫ه‬َ َ
‫ذ‬ ّ ‫ال‬ ‫م‬ َ
َ ّ ‫َو َسـل‬
‫ير َوالتَّ ْم ُر ِبالتَّ ْم ِر َوال ِْمل ُْحـ ِبال ِْمل ِْحـ ِمثْال ِب ِمثْ ٍل يَ ًدا ِبيَ ٍد‬ ِ ‫الش ِع‬ َّ ‫ِب‬
‫اء‬‫و‬ ‫س‬ ِ
‫يه‬ ‫ف‬ِ ‫ي‬ ‫ط‬ ِ ‫ع‬ ‫ْم‬ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫و‬ ‫ذ‬ ِ
‫اآلخ‬ ‫ى‬ ‫ب‬ ‫ر‬ َ ‫أ‬ ‫د‬ ‫ق‬ ‫ف‬ ‫اد‬ ‫ز‬ ‫ت‬ ‫اس‬ َ
ٌ َ َ ْ ُ َ ُ َْ ْ َ َ َ َ َ ْ ‫اد أ‬‫و‬ِ َ ‫َف َم ْن َز‬
Diriwayatkan oleh Abu Said Al Khudri bahwa Rasulullah bersabda,
“Emas hendaklah dibayar dengan emas, perak dengan perak, gandum
dengan gandum, tepung dengan tepung, kurma dengan kurma, garam
dengan garam, bayaran harus dari tangan ke tangan (cash).
Barangsiapa memberi tambahan atau meminta tambahan,
sesungguhnya ia telah berurusan denga riba. Penerima dan pemberi
sama-sama bersalah.” (H.R. Muslim no. 2971, dalam kitab Al
Masaqqah)
‫ولالل ّ َ ِه َصلَّى اللَّه َعل َيْ ِه‬ ُ ‫َان َر ُسـ‬ َ ‫ال ك‬ َ ‫ب َر ِضـي اللَّه َعنْهم َق‬ ٍ ‫َح َّدثَناَـ َسـ ُم َر ُة بْ ُن ُجن ْ ُد‬
‫غ َدا ٍةـ ِإن َّ ُهـ أَتَا ِنـي اللَّيْل َ َةـ آ ِتيَا ِنـ َو ِإن ّ َُه َمـا ابْتَ َعثَا ِنـي َو ِإن ّ َُه َما َقاال‬ َ ‫َو َسـل ّ َ َم … َقا َلـ َذا َتـ‬
‫ول‬ ُ ‫ت أَن َّ ُهـ ك َا َنـ يَ ُق‬ُ ْ‫لِـي ان ْ َطلِ ْقـ َو ِإ ِن ّـي ان ْ َطل َ ْق ُتـ َم َع ُه َمـا َو ِإن ّاَـ أَتَيْن َاـ … َعلَـى ن َ َه ٍر َح ِسـب‬
‫الد ِمـ َو ِإ َذا ِفي الن ّ ََه ِر َر ُج ٌل َسا ِب ٌح يَ ْسبَ ُح َو ِإ َذا َعلَـى َش ِ ّـطالن ّ ََه ِر َر ُج ٌل َق ْد‬ َّ ‫أ َ ْح َم َر ِمثْ ِل‬
‫ج َار ًةـ ك َ ِث َير ًةـ َو ِإ َذا َذلِ َكـ ال َّسـا ِب ُح يَ ْسـبَ ُح َمـا يَ ْسـبَ ُح ثُ َّـم يَأ ْ ِتـي َذلِ َكال ّ َ ِذي‬ َ ‫َج َم َعـ ِعن ْ َد ُهـ ِح‬
‫ج ًرا َفيَن ْ َطلِ ُقـ يَ ْسـبَ ُح ثُ َ ّمـ يَ ْرجِ ُع‬ َ ‫ج َار َةـ َفيَ ْف َغ ُر ل َ ُهـ َفا ُهـ َفيُل ْ ِق ُم ُهـ َح‬َ ‫َق ْد َج َم َعـ ِعن ْ َد ُهـ ال ِْح‬
… َ ‫ج ًرا َقا َلـ ُقل ْ ُتـل َُه َمـا َمـا َه َذا ِنـَقاال‬ َ ‫ِإل َيْ ِهـ كُل ّ َ َمـا َر َج َعـ ِإل َيْ ِهـ َف َغ َر ل َ ُهـ َفا ُهـ َفأَل ْ َق َم ُهـ َح‬
ِّ ‫ج َر َف ِإن ّ َُه آ ِك ُل‬
‫الربَا‬ َ ‫عل َيْ ِه يَ ْسبَ ُح ِفي الن ّ ََه ِر َويُل ْ َق ُم ال َْح‬ َ ‫ت‬ َ ْ‫الر ُج ُلال ّ َ ِذي أَتَي‬ َّ ‫َوأ َ َّما‬
Diriwayatkan oleh Samurah bin Jundub bahwa Rasulullah e bersabda, “Malam tadi
aku bermimpi, telah datang dua orang dan membawaku ke Tanah Suci. Dalam
perjalanan, sampailah kami ke suatu sungai darah, di mana di dalamnya berdiri
seorang laki-laki. Di pinggir sungai tersebut berdiri seorang laki-laki lain dengan
batu di tangannya. Laki-laki yang di tengah sungai itu berusaha untuk keluar, tetapi
laki-laki yang di pinggir sungai tadi melempari mulutnya dengan batu dan
memaksanya kembali ke tempat asal. Aku bertanya, ‘Siapakah itu?’ Aku diberitahu,
bahwa laki-laki yang di tengah sungai itu ialah orang yang memakan riba.’ ” (H.R.
Bukhari no. 6525, kitab At Ta`bir)
‫ول الل َِّهـ َصلَّى‬ ُ ‫ع ْنـ َجا ِب ٍر َقا َلـ ل ََع َنـ َر ُسـ‬ َ
ِّ ‫عل َيْ ِهـ َو َسـل َّ َم آ ِك َلـ‬
‫الربَـا َو ُم ْؤ ِكل َُه‬ َ ‫ه‬
‫ـ‬ َ ّ ‫الل‬
‫اء‬ ‫و‬
ٌ َ َ ْ ‫س‬ ‫م‬ ‫ه‬
ُ ‫ال‬َ ‫ق‬
َ ‫و‬
َ ْ‫ه‬ِ ‫ي‬‫د‬َ ِ
‫ه‬ ‫ا‬‫ش‬ َ ‫و‬ ‫ه‬ُ
َ َ َ ‫ب‬ ِ
‫ت‬ ‫ا‬َ ‫ك‬‫و‬
Jabir berkata bahwa Rasulullah e mengutuk orang yang
menerima riba, orang yang membayarnya, dan orang yang
mencatatnya, dan dua orang saksinya, kemudian beliau
bersabda, “Mereka itu semuanya sama.” (H.R. Muslim
no. 2995, kitab Al Masaqqah).
Ø Riba merusak sumber daya manusia

Ø Riba merupakan penyebab utama terjadinya Inflasi

Ø Riba menghambat lajunya pertumbuhan ekonomi

Ø Riba menciptakan kesenjangan sosial

Ø Riba Faktor utama terjadinya krisis Ekonomi

ØRiba (bunga) menahan pertumbuhan ekonomi dan


membahayakan kemakmuran nasional serta kesejahteraan
individual dengan cara menyebabkan banyak terjadinya distrosi
di dalam perekonomian nasional seperti inflasi, pengangguran,
distribusi kekayaan yang tidak merata, dan resersi.
ØBunga menyebabkan timbulnya kejahatan ekonomi. Ia mendorong orang
melakukan penimbunan (hoarding) uang, sehingga memengaruhi peredaranya
diantara sebagian besar anggota masyarakat. Ia juga menyebabkan timbulnya
monopoli, kertel serta konsentrasi kekayaan di tangan sedikit orang. Dengan
demikian, distribusi kekayaan di dalam masyarakat menjadi tidak merata dan
celah antara si miskin dengan si kaya pun melebar. Masyarakat pun dengan
tajam terbagi menjadi dua kelompok kaya dan miskin yang
pertentangankepentingan mereka memengaruhi kedamaian dan harmoni di
dalam masyarakat. Lebih lagi karna bunga pula maka distorsi ekonomi seperti
resesi, depresi, inflasi dan pengangguran terjadi.

Ø Investasi modal terhalang dari perusahaan-perusahaan yang tidak mampu


menghasilkan laba yang sama atau lebih tinggi dari suku bunga yang sedang
berjalan, sekalipun proyek yang ditangani oleh perusahaan itu amat penting
bagi negara dan bangsa. Semua aliran sumber-sumber finansial di dalam negara
berbelok ke arah perusahaan-perusahaan yang memiliki prospek laba yang
sama atau lebih tinggi dari suku bunga yang sedang berjalan, sekalipun
perusahaan tersebut tidak atau sedikit saja memiliki nilai sosial.·
Ø Riba (bunga) yang dipungut pada utang internasional akan
menjadi lebih buruk lagi karena memperparah DSR (debt-
service ratio) negara-negara debitur. Riba (bunga) itu tidak
hanya menghalangi pembangunan ekonomi negara-negara
miskin, melainkan juga menimbulkan transfer sumber daya dari
negara miskin ke negara kaya. Lebih dari itu, ia juga
memengaruhi hubungan antara negara miskin dan kaya sehingga
membahayakan keamanan dan perdamaian internasional.
a. Wadiah atau titipan uang, barang dan surat berharga atau deposito.

b. Mudarabah adalah kerja sama antara pemlik modal dengan


pelaksanaan atas dasar perjanjian profit and loss sharing

c. Syirkah (perseroan) adalah diamana pihak Bank dan pihak


pengusaha sama-sama mempunyai andil (saham) pada usaha
patungan (jom ventura)

d. Murabahan adalah jual beli barang dengan tambahan harga ataaan.u


cost plus atas dasar harga pembelian yang pertama secara jujur.

e. Qard hasan (pinjaman yag baik atau benevolent loan), memberikan


pinjaman tanpa bunga kepada para nasabah yang baik sebagai salah
satu bentuk pelayanan dan penghargaan.
f. Menerapkan prinsip bagi hasil, hanya memberikan nisbah tertentu pada
deposannya, maka yang dibagi adalah keuntungan dari yang di dapat
kemudian dibagi sesuai dengan nisbah yang disepakati oleh kedua belah
pihak. Misalnya, nisbahnya dalah 60% : 40%, maka bagian deposan 60% dari
total keuntungan yang di dapat oleh pihak bank.

g. Selain cara-cara yang telah diterapkan pada Bank Syariah, riba juga dapat
dihindari dengan cara berpuasa. Mengapa demikian? Karena seseorang yang
berpuasa secara benar pasti terpanggil untuk hijrah dari sistem ekonomi
yang penuh dengan riba ke sistem ekonomi syariah yang penuh ridho Allah.
Puasa bertujuan untuk mewujudkan manusia yang bertaqwa kepada Allah
swt dimana mereka yang bertaqwa bukan hanya mereka yang rajin shalat,
zakat, atau haji, tapi juga mereka yang meninggalkan larangan Allah swt.
Puasa bukan saja membina dan mendidik kita agar semakin taat
beribadah, namun juga agar aklhak kita semakin baik. Seperti dalam
muamalah akhlak dalam muamalah mengajarkan agar kita dalam kegiatan
bisnis menghindari judi, penipuan, dan riba. Sangat aneh bila ada orang yang
berpuasa dengan taat dan bersungguh-sungguh namun masih
mempraktekan riba.
ü Allah SWT tidak mengharamkan sesuatu yang baik dan bermanfaat bagi
manusia, tetapi hanya mengharamkan apa yang sekiranya dapat membawa
kerusakan baik individu maupun masyarakat.

ü Cara riba merupakan jalan usaha yang tidak sehat, karena keuntungan yang
di peroleh si pemilik dana bukan merupakan hasil pekerjaan atau jerih
payahnya. Keuntungannya diperoleh dengan cara memeras tenaga orang
lain yang pada dasarnya lebih lemah dari padanya.

Ü Riba dapat menyebabkan krisis akhlak dan rohani. Orang yang meribakan
uang atau barang akan kehilangan rasa sosialnya, egois.

ü Riba dapat menimbulkan kemalasan bekerja, hidup dari mengambil harta


orang lain yang lemah. Cukup duduk di atas meja, orang lain yang memeras
keringatnya.

ü Riba dapat mengakibatkan kehancuran, banyak orang-orang yang


kehilangan harta benda dan akhirnya menjadi fakir miskin.
Riba berarti menetapkan bunga atau melebihkan jumlah
pinjaman saat pengembalian berdasarkan persentase tertentu dari
jumlah pinjaman pokok, yang dibebankan kepada peminjam. Riba
secara bahasa bermakna: ziyadah (tambahan). Sedangkan menurut
istilah teknis, riba berarti pengambilan tambahan dari harta pokok
atau modal secara bathil.

Macam-macam riba yaitu: Riba Yad, Riba Jahiliyah, Riba


Qardhi, Riba Fadli, dan Riba Nasi’ah. Di masa sekarang ini riba
banyak di temukan di bank konvensional. Faktor-faktor yang
melatar belakangi perbuatan memakan hasil riba yaitu: Nafsu dunia
kepada harta benda, serakah harta, tidak pernah merasa bersyukur
dengan apa yang telah Allah SWT berikan, imannya lemah, serta
selalu ingin menambah harta dengan berbagai cara termasuk riba.
WASSALAMU’ALAIKUM
WARAHMATULLAHI
WABARAKATUH

Anda mungkin juga menyukai