Anda di halaman 1dari 43

EMULSI

Defenisi
 Emulsi adalah suatu dispersi di mana fase
terdipersi terdiri dari bulatan-bulatan kecil
zat cair yang terdistribusi ke seluruh
pembawa yang tidak bercampur

 Emulsi adalah sediaan yang mengandung


bahan obat cair atau  distabilkan dengan
zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok.
Keuntungan emulsi
 Menutupi rasa minyak yang tidak enak
 Lebih mudah dicerna dan diabsorpsi karena

ukuran minyak diperkecil


 Memperbaiki penampilan sediaan karena

merupakan campuran yang homogen


secara visual
 Meningkatkan stabilitas obat yang lebih

mudah terhidrolisa dalam air


Kerugian Emulsi
 Sediaan emulsi kurang praktis daripada
sediaan tablet
 Sediaan emulsi mempunyai stabilitas

yang rendah daripada sediaan tablet


karena cairan merupakan media yang
baik untuk pertumbuhan bakteri
 Takaran dosisnya kurang teliti

dibandingkan sediaan larutan


2. TIPE EMULSI
.

Emulsi tipe O/W ( oil in water) atau


M/A ( minyak dalam air).
Adalah emulsi yang terdiri dari butiran
minyak yang tersebar kedalam air.
Minyak sebagai fase internal dan air
sebagai fase external.
 

. Emulsi tipe W/O ( water in oil ) atau


A/M ( air dalam minyak)
Adalah emulsi yang terdiri dari butiran
air yang tersebar kedalam minyak. Air
sebagai fase internal dan minyak
sebagai fase external.
 Emulsi ganda telah dikembangkan
berdasarkan pencegahan pelepasan bahan
aktif. Dalam tipe emulsi ini dihadirkan 3 fase
yang disebut bentuk emulsi A/M/A atau
M/A/M atau disebut “emulsi dalam emulsi”.
 Kebanyakan emulsi yang berlaku dalam

farmasi mempunyai partikel terdispersi


dengan diameter dalam range 0,1-100 µm.
: oil : water water

w/o o/w
Komposisi Emulsi

Emulsi yang stabil harus terdiri


dari 3 komponen yaitu
 Fase terdispersi (bahan obat)
 medium pendispersi (pembawa)
 bahan pengemulsi.
3. TEORI PEMBENTUKAN EMULSI
1. Teori Tegangan Permukaan (Surface
Tension)
Daya kohesi : daya tarik menarik antara
molekul yang sejenis.
Daya adhesi : daya tarik menarik antarmolekul
yang tidak sejenis

Daya kohesi suatu zat selalu sama sehingga


pada permukaan suatu zat cair akan terjadi
perbedaan tegangan karena tidak adanya
keseimbangan daya kohesi. Tegangan yang
terjadi pada pada permukaan tersebut
dinamakan “tegangan permukaan” (surface
tension).
Semakin tinggi perbedaan tegangan yang
terjadi, semakin sulit kedua zat cair tersebut
untuk bercampur.

Tegangan yang terjadi pada air akan


bertambah dengan penambahan garam-garam
anorganik atau senyawa elektrolit, tetapi akan
berkurang dengan penambahan senyawa organik
tertentu seperti sabun.

Dalam teori ini dikatakan bahwa penambahan


emulgator akan menurunkan atau
menghilangkan tegangan yang terjadi pada
bidang batas sehingga antara kedua zat cair
tersebut akan mudah bercampur.
2. Teori Orientasi Bentuk Baji (Oriented
Wedge)

Teori ini menjelaskan fenomena terbentuknya


emulsi berdasarkan adanya kelarutan selektif
dari bagian molekul emulgator: ada bagian yang
bersifat suka air atau mudah larut dalam air, dan
ada bagian yang suka minyak atau mudah larut
dalam minyak.

Jadi, setiap molekul emulgator dibagi menjadi


dua bagian, yaitu :
a. Bagian hidrofilik, yaitu bagian emulgator yang
suka air.
b. Bagian lipofilik, yaitu bagian emulgator yang
suka minyak.
Masing-masing bagian akan bergabung dengan zat
cair yang disenanginya, bagian hidrofil ke dalam air, dan
bagian lipofil ke dalam minyak. Dengan demikian,
emulgator seolah-olah menjadi tali pengikat antara air dan
minyak. Antara kedua bagian tersebut akan membuat
suatu keseimbangan.

Setiap jenis emulgator memiliki harga keseimbangan


yang besarnya tidak sama. Harga keseimbangan ini dikenal
dengan istilah HLB (Hydrofol Lypofil Balance), yaitu angka
yang menunjukkan perbandingan antara bagian hidrofil
dengan bagian lipofil.

Semakin besar harga HLB, maka semakin


banyak bagian yang suka air, artinya emulgator
tersebut lebih mudah larut dalam air dan
demikian sebaliknya.
Harga HLB Kegunaan

1-3 Antifoaming agent

4-6 Emulgator tipe a/m

7-9 Pembasah (wetting agent)

8-12 Emulgator tipe m/a

13-15 Detergent

16-18 Peningkat kelarutan


3. Teori Film Plastik (Interfacial Film)
Teori ini mengatakan bahwa emulgator akan diserap
pada batas antara air dan minyak, sehingga
terbentuk lapisan film yang akan membungkus
partikel fase dispers atau fase internal.

Dengan terbungkusnya partikel tersebut, usaha


antara partikel yang sejenis untuk bergabung
menjadi terhalang. Dengan kata lain fase dispers
menjadi stabil.
 Zat pengemulsi teradsorpsi dan membentuk
lapisan tipis yang mengelilingi tetes-tetes cairan
terdispersi untuk mencegah terjadinya koalesens.
Ada 3 jenis lapisan yang terbentuk 1. lapisan
monomolekuler : lapisaan tunggal yang
mengelilingi fase terdispersi
 2. multimolekuler : lapisan ganda yang
meneglilingi fase terdispersi dengan penambahan
surfaktan berlebih
 3. lapisan serbuk atau liat : dibentuk oleh serbuk-
serbuk yang mengelilingi permukaan tetes cairan
4. Teori Lapisan Listrik Rangkap (Electric Double
Layer)

Jika minyak terdispersi ke dalam air, satu lapis air yang


langsung berhubungan dengan permukaan minyak akan
bermuatan sejenis, sedangkan lapisan berikutnya akan
mempunyai muatan yang berlawanan dengan lapisan di
depannya. Dengan demikian seolah-olah tiap partikel
minyak dilindungi oleh 2 benteng lapisan listrik yang saling
berlawanan.

Benteng tersebut akan menolak setiap usaha partikel


minyak yang akan mengadakan penggabungan menjadi satu
molekul yang besar, karena susunan listrik yang
menyelubungi setiap partikel minyak mempunyai susunan
yang sama. Dengan demikian antara sesama partikel akan
tolak-menolak, dan stabilitas emulsi akan bertambah.

Mekanisme pembentukan emulsi
 Tegangan permukaan diturunkan
 pemecahaan tetesan cairan menjadi lebih kecil
 Emulgator akan membentuk lapisan pelindung
 Zeta potensial akan menimbulkan lapisan listrik
ganda sehingga terjadi gaya tolak- menolak

Untuk mencapai terbentuknya emulsi yang stabil,


dibutuhkan pembentukan misel
Misel
 Salah satu sifat surfaktan adalah mengalami
agregasi spontan dalam air dan membentuk
struktur seperti misel,.
 Konsentrasi terkecil surfaktan membentuk
misel ini disebut Critical Micelle
Concentration (CMC). Tegangan permukaan
akan menurun hingga CMC tercapai. Setelah
CMC tercapai, tegangan permukaan akan
konstan yang menunjukkan bahwa antar
muka menjadi jenuh dan terbentuk misel
yang berada dalam keseimbangan dinamis.
Potensial Zeta
 Potensial yang dihasilkan oleh lapisan rangkap
menciptakan suatu pengaruh tolak menolak
antara tetesan – tetasan minyak, sehingga
mencegah penggabungan. Walaupun potensial
listrik tolak tidak dapat diukur secara langsung
untuk membandingkan dengan teori. Toeri
kuantitas yang behubungan, potensial zet dapat
ditentukan.
 
 Potensial zeta untuk suatu emulsi yang
distabilkan dengan surfaktan yang sebanding
dengan dengan potensial lapisan rangkap.
 
Ketidakstabilan emulsi
 Creaming → naiknya tetes yang terdispersi ke
permukaan emulsi, sehingga tampak jelas
terjadi pemisahan fase minyak dan air.

dpt kembali bila adanya pengocokan → krn


tetesan terdispersi msh dikelilingi atau
diselubungi oleh lapisan pelindung dari zat
pengemulsi yaitu emulgator
Hukum Stokes

Keterangan:
 V = Kecepatan sedimentasi (cm/detik)
 D = Diameter partikel (cm)
 ρs = Kerapatan fase dispers (g/ml)
 ρo = Kerapatan fase kontinyu (medium

dispers) (g/ml)
 g = Gaya gravitasi(cm/detik2)
 η = Viskositas medium dispers (poise)
Kerapatan fase terdispersi > kerapatan fase
kontinyu (emulsi w/o)
Kerapatan fase terdispersi < kerapatan fase
kontinyu (emulsi o/w)

Creaming mengarah ke atas pada emulsi tipe


o/w, dimana kecepatan sedimentasinya
negatif (ρo-ρw) < 0, begitupun sebaliknya
Creaming mengarah ke bawah pada emulsi
tipe w/o, dimana kecepatan sedimentasinya
positif (ρw-ρo) > 0.
2. Koalesensi dan cracking (breaking) adalah
pecahnya emulsi karena film yang meliputi
partikel rusak dan butir minyak berkoalesensi
atau menyatu menjadi fase tunggal yang
memisah.
Bersifat irreversible (tidak dapat diperbaiki
kembali).
a. Peristiwa kimia : seperti penambahan alkohol,
perubahan pH, penambahan elektrolit CaO, CaCl2
eksikatus, NaCl.
b. Peristiwa fisika : seperti pemanasan, penyaringan,
pendinginan, pengadukan.
c. Peristiwa biologis : seperti fermentasi bakteri, jamur,
atau ragi.
3. Inversi fase adalah peristiwa berubahnya
tipe emulsi w/o menjadi o/w secara tiba-tiba
atau sebaliknya. Bersifat irreversible.

4. Ostwald Ripening adalah fenomena yang


diamati pada suatu larutan padat ataupun
cair, di mana terjadi perubahan struktur
menjadi partikel lebih besar. Terjadi karena
adanya dorongan termodinamik, partikel
besar lebih disukai dari partikel yang lebih
kecil
I
EMULGATOR ATAU ZAT PENGEMUL
N IS
EFE
D
emulgator
merupakan
bahan yang dapat R IA
I TE
menurunkan KR tidak toksik
tegangan
permukaan
Rasa dan bau
secara bertahap yang dapat
sehingga dapat diterima
menstabilkan Stabil secara
suatu emulsi kimia dan dapat
tercampurkan
dengan bahan lain
dalam formula.
Jenis-jenis zat pengemulsi
1. Bahan-bahan Karbohidrat (gom, tragakan,
agar, pektin)
Pada umumnya termasuk golongan karbohidrat dan merupakan
emulgator tipe o/w, sangat peka terhadap elektrolit dan
alkohol kadar tinggi, dan dapat dirusak oleh bakteri. Oleh
karena itu pembuatan emulsi harus ditambahkan bahan
pengawet

2. Zat-zat protein (gelatin, kuning telur,


kasein).
Zat-zat ini menghasilkan emulsi m/a. kerugian gelatin sebagai
pengemulsi adalah bahwa emulsi yang disiapkan dari gelatin
seringkali terlalu cair dan menjadi lebih cair dalam pendiaman
 3. alkohol dengan bobot molekul tinggi
(stearil alkohol, setil alkohol, gliseril
monostearat)
Bahan-bahan ini digunakan terutama sebagai
zat pengental dan penstabil untuk emulsi
m/a dari lotio dan salep tertentu yang
digunakan untuk obat luar. Kolesterol dan
turunan kolesterol juga bisa digunakan
sebagai emulsi untuk obat luar menghasilkan
emulsi a/m
 4. zat-zat pembasah
Zat-zat ini mengandung gugus hidrofilik dan
lipofilik. Ada yang bersifat kationik, anionik, dan
non ionik. Beberapa zat ini bisa membentuk
emulsi m/a dan beberapa lainnya bisa
membentuk emulsi a/m
Zat pengemulsi anionik (trietanolamin oleat dan
sulfonat : natrium lauril sulfat)
Zat pengemulsi kationik (benzalkonium klorida)
Zat pengemulsi nonionik (ester-ester sorbitan
atau tween dan span)
 5. zat padat yang terbagi halus
Tanah liat koloid termasuk bentonit,
magnesium hidroksida, dan aluminium
hidroksida. Umumnya membentu emulsi m/a
bila bahan yang tidak larut ditambahkan ke
fase air, jika ada sejumlah volume fase air lebih
besar daripada fase minyak. Jika serbuk padat
halus ini ditambahkan ke dalam minyak dan
volume minyak lebih besar, suatu zat seperti
bentonit sanggup membentuk emulsi a/m
• METODE GOM BASAH
CARA PEMBUATAN (METODE INGGRIS)
Emulgator ditabur di atas air

1. Pembuatan corpus emulsi Terbentuk mucilago/mengembang

Tambahkan minyak
4 : 2 : 1 (sedikit demi sedikit)

Gerus hingga terbentuk emulsi primer


minyak emulgator
air
• METODE GOM KERING
(METODE KONTINENTAL)
Emulgator + minyak

2 : 1 : 1,5 Emulgator terbasahi

Tambahkan air sekaligus


minyak emulgator air
Gerus hingga terbentuk emulsi prime
seperti susu
CARA PEMBUATAN
(lanjutan)

2. Penambahan zat aktif

• Zat aktif dilarutkan terlebih dahulu dalam pelarut yang sesuai (sesuai
kelarutan zat aktif).
Misal zat aktif A larut dalam air, maka dilarutkan dulu dalam air.
• Masukkan zat aktif yang telah dilarutkan ini ke dalam corpus emulsi ya
sudah dibuat.

3. Aduk hingga homogen.


4. Masukkan dalam kemasan.
5. Ad dengan air.
6. Tutup kemasan.
7. Beri etiket.
CARA PEMBUATAN

 METODE BOTOL/METODE BOTOL FORBES


Digunakan untuk minyak menguap dan minyak yang
viskositasnya rendah.
- serbuk gom dimasukkan ke dalam botol kering.
- ditambahkan 2 bagian air.
- tutup botol.
- kocok kuat.
-tambahkan sisa air sedikit demi sedikit sambil dikocok.
Cara Membedakan Tipe Emulsi
 Dengan pengenceran fase
Emulsi m/a diencerkan dengan air.
Emulsi a/m diencerkan dengan minyak.
 Tes warna
Zat warna larut air larut di fasa air.
Contoh pewarna : metilen biru, metilen merah, amarant.
Zat warna larut minyak larut di fase minyak.
Contoh pewarna : sudan III (warna merah)
 Tes konduktivitas
Lampu akan nyala bila elektrode dicelupkan pada emulsi
m/a. Sebaliknya, akan mati bila elektrode dicelupkan
pada emulsi a/m.
 Dengan kertas saring
Emulsi m/a kertas saring basah.
Emulsi a/m timbul noda minyak.
HLB and Use of Surfactants
Amphiphilic surfactants are
characterized by the hydrophilic-
lipophilic balance (HLB): a relative ratio
of polar and non-polar groups in the
surfactant
 HLB ca. 1 to 3.5: Antifoams
 HLB ca. 3.5 to 8: Water-in-Oil
Emulsifiers
 HLB ca. 7 to 9: Wetting and
spreading agents
 HLB ca. 8 to 16: Oil-in-Water
Emulsifiers
 HLB ca. 13 to 16: Detergents
 HLB ca. 15 to 40: Solubilizers
Perhitungan HLB Butuh
R/ Petrolatum 25 g (1) HLB 7-8
Setil alkohol 20 g (2) HLB 15
Emulsifier 2 g (3)
Pengawet 0,2 g
air ad 100 g
Fase minyak :Petr + Setil = 25 +20 = 45 g
Petr. = 25/45 x 100% = 55,5%
Setil = 20/45 x 100% = 44,5%
Nilai HLB butuh minyak (ow):
(55,5 % x 8)+(44,5%x15)=11,04
Perhitungan Emulgator gabungan
 Jika diinginkan emulgator gabungan Tween 80 dan
span 80 (total 2 g), maka berapa g masing-
masing diperlukan?
 Span 80 (HLB = 4.3) , Tween 80 (HLB = 15.0) HLB
butuh minyak 11.04?
Total Tween dan span =100%(1),maka
Jika Tween 80 =x,maka span 80 = 1-x
Maka :
HLB span . %span + HLB tween.%tween:
4.3.(1-x) + 15.x = 11,04 x = 0.63
Tween 80 diperlukan 63 % dan Span 80 diperlukan 37 %
dari 2 gram emulgator dalam R/
(HLB1 x B1) + (HLB2 x B2) + …… = (HLB Cmpuran x B campuran)
Cara lain
Tween 80 HLB 15 6,74
HLB butuh 11,04
Span 80 HLB 4,3 selisih 3,96
10,70
Jadi Span 80 = 6,74/10,70 x 100% =63%
Tween 80 = 3,96/10,70 x 100% =37%
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai