POKOK BAHASAN III

ANALISIS & PERENCANAAN

PENAMPANG PERSEGI TERLENTUR
SI-65221
DASAR –– SI-65221

1. PENGERTIAN/PEMAHAMAN BALOK
TERLENTUR
BETONDASAR

2. PENAMPANG PERSEGI BERTULANGAN

STRUKTURBETON

TUNGGAL
3. PENAMPANG PERSEGI BERTULANGAN
MK: STRUKTUR

RANGKAP
4. PENAMPANG “T”
MK:

5. PENAMPANG BERTULANGAN GESER

by Nicodemus Rupang
III. ANALISIS & PERENCANAAN PENAMPANG
33 -- 11
TERLENTUR
 1. PENGERTIAN/PEMAHAMAN BALOK
TERLENTUR
SI-65221
DASAR –– SI-65221
BETONDASAR

Balok Terlentur
STRUKTURBETON
MK: STRUKTUR

Diagram Bidang
MK:

Momen

by Nicodemus Rupang
III. ANALISIS & PERENCANAAN PENAMPANG
33 -- 22
TERLENTUR
 SI-65221
DASAR –– SI-65221
BETONDASAR

Balok Terlentur
STRUKTURBETON
MK: STRUKTUR

Diagram Bidang
MK:

Gaya Lintang (Geser)

by Nicodemus Rupang
III. ANALISIS & PERENCANAAN PENAMPANG
33 -- 33
TERLENTUR
 As As’
SI-65221
DASAR –– SI-65221

As’ As
BETONDASAR
STRUKTURBETON

l1 (bentangan) l2 (bentangan)
MK: STRUKTUR

 15 l1  53 l1  15 l1  15 l2  53 l2  15 l2
(daerah lapangan) (daerah lapangan)
(daerah (daerah tumpuan) (daerah
tumpuan) tumpuan)
MK:

Pembagian Daerah Lapangan & Tumpuan

by Nicodemus Rupang
III. ANALISIS & PERENCANAAN PENAMPANG
33 -- 44
TERLENTUR
 As’ OH
NT
CO NGAN
SI-65221

A N
DASAR –– SI-65221

As N U LAs N GA As
P E L A PA
A H
Penampang Persegi RPenampang
DAE Tulangan Rangkap Tulangan Tunggal
Persegi Penampang “T”
BETONDASAR

Tulangan Tunggal
STRUKTURBETON

As s O
AT H As
N
CO NGAN
MK: STRUKTUR

U L A UA N
PEN As’ TUMP As’
R A H
Penampang PersegiAEPenampang
MK:

Persegi Penampang Persegi

D Tulangan Rangkap Tulangan Rangkap
Tulangan Tunggal
by Nicodemus Rupang
III. ANALISIS & PERENCANAAN PENAMPANG
33 -- 55
TERLENTUR
 PERSYARATAN PENAMPANG BALOK
Tul. Tekan Penutup / selimut beton minimum:
SI-65221

3 D 25
DASAR –– SI-65221

≥ 40 mm u/ balok
As’ ≥ 20 mm u/ pelat
Sengkang
Jarak bersih min. antara batang tulangan:
BETONDASAR

D10 - 150
h d
≥ 25 mm;
≥ diameter tulangan pokok;
STRUKTURBETON

As ≥ 4/3 diameter agregat terbesar.

MK: STRUKTUR

Tul Tarik
6 D 25 Jarak bersih min. antara lapis tulangan:
b
≥ 25 m.
≥ diameter tulangan pokok;
Jarak maks. antara sengkang:
MK:

≤ d/2

by Nicodemus Rupang
III. ANALISIS & PERENCANAAN PENAMPANG
33 -- 66
TERLENTUR
 PENENTUAN DIMENSI BALOK
Dimensi balok dapat ditentukan/diperkirakan melalui pendekatan empiris dengan,
SI-65221
DASAR –– SI-65221

rasio (d/b) berkisar 1,0 s/d 3,0

dimana secara umum biasanya diambil:
nilai 1,5 s/d 2,2.
BETONDASAR

Rasio (d/b) tersebut tidak mengikat terutama jika ukuran balok sudah ditentukan
atau dengan pertimbangan segi estetika dan segi fungsional, sehingga:
STRUKTURBETON

rasio (d/b) < 1,0 maupun (d/b) > 3,0.

Dimensi balok merupakan fungsi dari rasio tulangan tarik, beban terfaktor, mutu
MK: STRUKTUR

beton dan mutu baja tulangan:

bd = f (MU ,  , fc’, fy ).
MK:

Untuk pendekatan dapat diambil: Mu = MR

by Nicodemus Rupang
III. ANALISIS & PERENCANAAN PENAMPANG
33 -- 77
TERLENTUR
 2. PENAMPANG PERSEGI BERTULANGAN
TUNGGAL
SI-65221
DASAR –– SI-65221

Pengertian
Penampang persegi bertulangan tunggal dimaksudkan
BETONDASAR

bahwa balok tersebut hanya mempunyai tulangan tarik.

STRUKTURBETON

Hal ini dimaksudkan karena penampang beton yang ada

cukup kuat menahan tegangan tekan yang terjadi
MK: STRUKTUR

sehingga tidak dibutuhkan adanya tulangan tekan.

MK:

by Nicodemus Rupang
III. ANALISIS & PERENCANAAN PENAMPANG
33 -- 88
TERLENTUR
 Analisis Kekuatan Lentur
SI-65221
DASAR –– SI-65221

Analisis penampang dimaksudkan untuk memeriksa kemampuan

pikul penampang, sehingga unsur-unsur penampang yang perlu
diketahui yaitu: tulangan tarik (As), lebar (b), tinggi total (h), tinggi
BETONDASAR

efektif (d) dan mutu bahan baja (fy) dan mutu beton (fc’).
Asumsi bahwa tulangan baja tarik telah mencapai tegangan luluh (f y)
STRUKTURBETON

dan berdasarkan blok tegangan tekan ekivalen ((Whitney), diperoleh

intensitas tegangan rata-rata 0,85fc’, bekerja selebar b dengan
MK: STRUKTUR

kedalamam a maka untuk penampang terlentur dengan hanya

tulangan tarik, digambarkan diagram tegangan-regangan seperti
gambar berikut.
MK:

by Nicodemus Rupang
III. ANALISIS & PERENCANAAN PENAMPANG
33 -- 99
TERLENTUR
 c’= 0,003 0,85fc’
SI-65221

b
DASAR –– SI-65221

Blok c a =  c ½a ND
Tekan
garis netral
BETONDASAR

h d
z = d - ½a
Mn
STRUKTURBETON

As
NT
s = εy fy
MK: STRUKTUR

(a) Penampang terlentur (b) Diag. Regangan (c) Diag. Tegangan &
kopel momen dalam

Diagram Regangan - Tegangan Tulangan Tunggal

Diagram Regangan–Tegangan Penampang Tulangan Tunggal

MK:

by Nicodemus Rupang
III. ANALISIS & PERENCANAAN PENAMPANG
33 -- 10
10
TERLENTUR
 SI-65221 b

fc’
DASAR –– SI-65221

ga
h r is 0,85fc’
ne
tra
0,8
l c a 5
fc ’
d
BETONDASAR

tit
ik
be + N a = β1 c
rat
D
tu =
STRUKTURBETON

l. t
ari 0,
k 85
As fc ’
a
MK: STRUKTUR

z b
=
(d
N -½
Gambar T
= a)
MK:

A
Blok Tegangan Ekivalen s fy

by Nicodemus Rupang
III. ANALISIS & PERENCANAAN PENAMPANG
33 -- 11
11
TERLENTUR
 SI-65221
DASAR –– SI-65221
BETONDASAR

Keseimbangan gaya horisontal,  H = 0  ND = NT

STRUKTURBETON

Gaya tekan, ND = 0,85 fc’ b a (3.1.1)

Gaya tarik, NT = As fy (3.1.2)
MK: STRUKTUR

Lengan momen, z = d - ½a (3.1.3)

Pers. momen nominal, Mn = ND . z = NT . z
MK:

Mn = 0,85 fc’ b a (d - ½a) (3.1.4)

M = A f (d - ½a)
n y
s PENAMPANG
III. ANALISIS & PERENCANAAN
(3.1.5)
by Nicodemus Rupang 33 -- 12
12
TERLENTUR
 Hasil subtitusi pers. (3.1.1) dengan (3.1.2), diperoleh:
As f y
Tinggi blok tekan beton: a  (3.1.6)
0,85 f c ' b
SI-65221
DASAR –– SI-65221

Ingat! As
Rasio tulangan tarik:   As   b d (3.1.7)
bd
 d fy
BETONDASAR

Sehingga: a  (3.1.8)
0,85 f c '
STRUKTURBETON

Untuk kemudahan perhitungan selanjutnya, maka ada dua versi yang

dapat ditempuh untuk memperoleh persamaan hubungan antara:
Rasio tulangan tarik (ρ) dengan Koefisien tahanan (k atau Rn),
MK: STRUKTUR

yaitu:
 fy
Versi I: Koefisien tahanan (notasi k) dan rasio 
f ' c
fy
MK:

Versi II: Koefisien tahanan (notasi Rn) dan rasio m

0,85 fc '
by Nicodemus Rupang
III. ANALISIS & PERENCANAAN PENAMPANG
33 -- 13
13
TERLENTUR
 Versi I
fy
Jika: rasio   (3.1.9)
f c'
d
SI-65221

Subt. pers. (3.1.9) ke (3.1.8): a  

DASAR –– SI-65221

(3.1.10)
0,85
d  d 
Subt. pers. (3.10) ke (3.4), M n  0,85 f c ' b d  1
2 
0,85  0,85 
BETONDASAR

  
M n  b d fc '   1 
2

 1,70 
STRUKTURBETON

  
Jika: koefisien tahanan: k  fc '   1   (3.1.11)
 1,70 
MK: STRUKTUR

Maka momen nominal: Mn = b d2 k (3.1.12)

Subt. Pers. (3.1.9) ke (3.1.11), selanjutnya dengan rumus ABC

diperoleh: 0,85 f c '  2k 
MK:

  1  1  
Rasio tulangan tarik: fy  0,85 f c '  (3.1.13)
 
by Nicodemus Rupang
III. ANALISIS & PERENCANAAN PENAMPANG
33 -- 14
14
TERLENTUR
 Versi II
fy
Jika: rasio m (3.1.9a)
0,85 f c '
SI-65221
DASAR –– SI-65221

Subt. pers. (3.1.9a) ke (3.1.8a): a  dm (3.1.10a)

Subt. pers. (3.1.10a) ke (3.1.4), M n  0,85 f c ' b  d m  d  12  d m 

BETONDASAR

M n  b d 2  f y  1  12  m 
Rn   f y  1  12  m 
STRUKTURBETON

Jika: koefisien tahanan: (3.1.11a)

Maka momen nominal: Mn = b d2 Rn (3.1.12a)
MK: STRUKTUR

Dari Pers. (3.1.11a), selanjutnya dengan rumus ABC diperoleh:

1  2mRn 
 1  1
MK:

Rasio tulangan tarik: (3.1.13a)

m  f y 

by Nicodemus Rupang
III. ANALISIS & PERENCANAAN PENAMPANG
33 -- 15
15
TERLENTUR
 RINGKASAN
Versi I Versi II
STRUKTURBETON
MK: STRUKTUR
MK: SI-65221
DASAR –– SI-65221
BETONDASAR

by Nicodemus Rupang
III. ANALISIS & PERENCANAAN PENAMPANG
33 -- 16
16
TERLENTUR
 SYARAT KEKUATAN PENAMPANG
SI-65221
DASAR –– SI-65221

Untuk keamanan kekuatan penampang maka momen

nominal (Mn) harus dikalikan dengan faktor reduksi
kekuatan () = 0,80, shg diperoleh momen pikul
BETONDASAR

penampang (MR):
STRUKTURBETON

MR =  Mn =  b d2 k (3.14)
MK: STRUKTUR

Syarat: MR  Mu (3.15)
MK:

by Nicodemus Rupang
III. ANALISIS & PERENCANAAN PENAMPANG
33 -- 17
17
TERLENTUR
 ANALISIS TULANGAN TUNGGAL
DATA
b, h, d, fc', fy & As
PENAMPANG
SI-65221
DASAR –– SI-65221

RASIO
TINGGI  As f y 
BETONDASAR

TULANG a 
AN
BLOK TEKAN  0,85 fc ' b
STRUKTURBETON

As
  N D = 0,85 f c ' b a
b d GAYA-GAYA
NT = As fy
MK: STRUKTUR

 syarat min    maks

KOPPEL
MR   Mn
MOMEN MOMEN
MK:

Mn = NT . z = ND . z T
z = d - ½a NOMINAL PIKUL
by Nicodemus Rupang
III. ANALISIS & PERENCANAAN PENAMPANG
33 -- 18
18
TERLENTUR
 PERENCANAAN Mu = 1,2 M D + 1,6 M L
TULANGAN TUNGGAL DATA b, h, f c ' & f y
PENAMPANG d = h - x
SI-65221

 0,85 f c ' 1   
DASAR –– SI-65221

1,4 600
 min  &  maks  0,75   
RASIO TUL. & fy  fy 
  600  f y


   fy
MOMEN TAHANAN k maks  f c '   1 
 1,7


    maks
fc '
MAX. M 0,85 f c '  2k 
  1 1 
BETONDASAR

u
k  fy  0,85 f c ' 
 b d 2  
RASIO
MRR ≥ MUU KOEF.ISIEN
TULANGAN
STRUKTURBETON

TAHANAN ACT.
TARIK
M R m aks   b d 2 k m aks
MK: STRUKTUR

KEBUTUHAN
KONTR
TULANGAN
OL
TARIK
dact ≥ dperht
MK:

GAMBAR As = ρ b d
PENULANG Jarak tulangan
AN
III. ANALISIS & PERENCANAAN PENAMPANG
by Nicodemus Rupang 33 -- 19
19
TERLENTUR
 SI-65221
DASAR –– SI-65221

CONTOH KASUS
BETONDASAR

PENAMPANG PERSEGI
STRUKTURBETON

BERTULANGAN TUNGGAL
MK: STRUKTUR
MK:

by Nicodemus Rupang
III. ANALISIS & PERENCANAAN PENAMPANG
33 -- 20
20
TERLENTUR
 3. PENAMPANG PERSEGI BERTULANGAN
RANGKAP
SI-65221
DASAR –– SI-65221

Pengertian
Penampang persegi bertulangan rangkap
BETONDASAR

dimaksudkan bahwa balok tersebut selain mempunyai

STRUKTURBETON

tulangan tarik, juga mempunyai tulangan tekan. Hal

ini dimaksudkan karena penampang beton yang ada
MK: STRUKTUR

tidak cukup kuat menahan tegangan tekan yang terjadi

sehingga dibutuhkan adanya tulangan tekan.
MK:

by Nicodemus Rupang
III. ANALISIS & PERENCANAAN PENAMPANG
33 -- 21
21
TERLENTUR
 Analisis Kekuatan Lentur
Pada dasarnya prinsip dan asumsi-asumsi dasar penampang persegi
SI-65221

bertulangan rangkap sama dengan penampang persegi bertulangan

DASAR –– SI-65221

tunggal. Kecuali karena adanya tulangan tekan, dimana tulangan

baja tekan (fs’) merupakan fungsi dari regangannya tepat pada titik
berat tulangan tekan. Sesuai dengan prinsip terdahulu, bahwa baja
BETONDASAR

berperilaku elastik hanya pada saat mencapai regangan luluhnya.

Dengan dasar tersebut di atas akan terjadi dua kondisi perhitungan
STRUKTURBETON

penampang bertulangan rangkap, yaitu kondisi I bilamana regangan

tekan baja (s’) sama atau lebih besar dari regangan luluhnya (y)
MK: STRUKTUR

maka tegangan tekan baja (fs’) sama dengan tegangan luluhnya (fy).
Sedangan kondisi II bilamana regangan tekan baja (s’) lebih kecil
dari regangan luluhnya (y) maka tegangan tekan baja (fs’) juga
MK:

lebih kecil dari tegangan luluhnya (fy).

by Nicodemus Rupang
III. ANALISIS & PERENCANAAN PENAMPANG
33 -- 22
22
TERLENTUR
 SI-65221
DASAR –– SI-65221

b c’= 0,003 0,85fc’

d’ ½a
As’ c s’ a =  c ND2
ND1
Mn
BETONDASAR

garis netral
h As’ d z1= d -½a z2=d – d’
STRUKTURBETON

As NT1 NT2

s=εy fy
beton - baja baja - baja
MK: STRUKTUR

(a) Penampang terlentur (b) Diag. Regangan (c) Diag. Tegangan &
kopel momen dalam

Diagram Regangan - Tegangan Tulangan Tunggal

Diagram Regangan–Tegangan Penampang Tulangan Rangkap

MK:

by Nicodemus Rupang
III. ANALISIS & PERENCANAAN PENAMPANG
33 -- 23
23
TERLENTUR
 SI-65221
DASAR –– SI-65221
BETONDASAR

Kondisi I   s '   y sehingga f s '  f y

STRUKTURBETON

Kondisi II   s '   y sehingga fs '  f y

Karena adanya kombinasi beton dan baja dalam menerima tegangan
MK: STRUKTUR

tekan, maka momen tahanan dalam akan terdiri atas dua bagian
koppel momen, yaitu pasangan antara beton tekan (ND1) dengan
tulangan baja tarik awal (NT1) (sesuai yang dibutuhkan pada tulangan
MK:

tunggal) dan pasangan tulangan baja tekan (ND2) dengan tambahan

tulangan baja tarik (NT2). Lihat gambar diagram.
by Nicodemus Rupang
III. ANALISIS & PERENCANAAN PENAMPANG
33 -- 24
24
TERLENTUR
 SI-65221
DASAR –– SI-65221
BETONDASAR

Keseimbangan gaya horisontal,  H = 0  ND = NT

STRUKTURBETON

ND = ND1 + ND2 ; NT = NT1 + NT2 ; ND1 = NT1 & ND2 = NT2

Gaya tekan, ND1 = 0,85 fc’ b a (3.2.1)
MK: STRUKTUR

ND2 = As’ fs’ (3.2.2)

Gaya tarik, NT 1 = As1 fy (3.2.3)
MK:

NT2 = As2 fy (3.2.4)

Luas tulanganIII.tarik,
ANALISIS
A s = A
& PERENCANAAN s1+ A s2
PENAMPANG
by Nicodemus Rupang 33 -- 25
25
TERLENTUR
 SI-65221
DASAR –– SI-65221
BETONDASAR

Lengan momen, z1 = d - ½ a (3.2.5)

STRUKTURBETON

z2 = d - d’ (3.2.6)
Pers. momen nominal, Mn = Mn1 + Mn2
MK: STRUKTUR

Mn = ND1 z1 + ND2 z2
Mn = 0,85 fc’ b a (d - ½a) + As’ fs ‘ (d - d’ ) (3.2.7)
MK:

Mn = NT1 . z1 + NT2 . Z2
Mn = A&s1PERENCANAAN
III. ANALISIS fy (d - ½a) +PENAMPANG
As2 fy (d - d’ ) (3.2.8)
by Nicodemus Rupang 33 -- 26
26
TERLENTUR
 Perhatikan!!!
Diagram Regangan:
fy
εy 
Es
SI-65221
DASAR –– SI-65221

0,003 : c  s' :  c  d' 

 c  d' 
 s'  0,003
c

0,003 : c   s ' :  c  d ' 

  s '  0,003
 c  d'  (3.2.9)
c
BETONDASAR

0,003 : c   s :  d  c
 d  c
 s  0,003
c

0,003 : c   s :  d  c 
STRUKTURBETON

 d c (3.2.10)
  s  0,003
c

Syarat: Regangan tarik baja: εs ≥ εy sehingga: fs = fy

MK: STRUKTUR

Kondisi I:
Apabila: Regangan tekan baja: εs’ ≥ εy maka: f s’ = f y
MK:

Kondisi II:
Apabila: Regangan tekan baja: εs’ < εy maka: f s’ < f y
by Nicodemus Rupang
III. ANALISIS & PERENCANAAN PENAMPANG
33 -- 27
27
TERLENTUR
 Kondisi I  εs ≥ εy & εs’ ≥ εy

Kondisi ini mengindikasikan bahwa: baik baja tarik maupun baja

tekan telah meluluh, sehingga: fs = fy & fs’ = fy
SI-65221
DASAR –– SI-65221

Dengan demikian:
NT2 = ND2 atau As2 .fs = As’ fs’ atau As2 .fy = As’ fy
BETONDASAR

maka: As2 = As’ ; As = As1 + As2 ; As1 = As - As’

STRUKTURBETON

Dari pers. keseimbangan gaya tekan dengan gaya tarik:

ND1 = 0,85 fc’ b a & NT1 = (As .fy) - (As’ fy) = (As - As’ ) fy
MK: STRUKTUR

ND1 = NT1  0,85 fc’ b a = (As - As’ ) fy

Tinggi blok tekan beton:
( A  A ') f y As1 f y
MK:

a  s s atau a 
0,85 f c ' b
(3.2.11)
0,85 f c ' b
by Nicodemus Rupang
III. ANALISIS & PERENCANAAN PENAMPANG
33 -- 28
28
TERLENTUR
 Kondisi II  εs ≥ εy & εs’ < εy

Kondisi ini mengindikasikan bahwa: baik baja tarik telah meluluh

akan tetapi baja tekan belum meluluh, sehingga: fs = fy & fs’ < fy
SI-65221
DASAR –– SI-65221

Dengan demikian:
NT2 = ND2 atau As2 .fs = As’ fs’ atau As2 .fy = As’ fs’
BETONDASAR

maka: As2 ≠ As’ ; As = As1 + As2 ; As1 = As - As2

STRUKTURBETON

Dari pers. keseimbangan gaya tekan dengan gaya tarik:

ND1 = 0,85 fc’ b a & NT1 = (As .fy) - (As’ fs’)
MK: STRUKTUR

ND1 = NT1  0,85 fc’ b a = (As .fy) - (As’ fs)  fs’ = εs’ Es
Tinggi blok tekan beton:
A f  A 'f ' As1 f y
MK:

s y s s atau a  (3.2.11a)
a  0,85 f c ' b
0,85 f c ' b
by Nicodemus Rupang
III. ANALISIS & PERENCANAAN PENAMPANG
33 -- 29
29
TERLENTUR
 ANALISIS TULANGAN RANGKAP
DATA
b, h, d, fc’, fy, As & As’
PENAMPANG
SI-65221
DASAR –– SI-65221

TINGGI  As1 f y 
a 
HITUNG BLOK TEKAN  0,85 f c ' b
BETONDASAR

LUAS TULANGAN & c = a / β1

Asumsi semua tul. meluluh GARIS NETRAL
STRUKTURBETON

fy
As & As’  As1 , As2  y 
Es
HITUNG c d'
 s '  0 , 003
MK: STRUKTUR

REGANGA c
d c
N  s  0 , 003
c
εss’ ≥ εyy εss’ < εyy
MK:

KONDISI - I KONDISI - II

by Nicodemus Rupang
III. ANALISIS & PERENCANAAN PENAMPANG
33 -- 30
30
TERLENTUR
 SI-65221
DASAR –– SI-65221 KONDISI I ANALISIS TULANGAN RANGKAP

εss’ ≥ εyy
KONDISI - I
BETONDASAR

ND1 = 0,85 fc' b a

NT = ND
GAYA-GAYA ND2 = As' fy
STRUKTURBETON

ND = ND1 + ND2 KOPPEL NT1 = As1 fy

NT = NT1 + NT2
NT2 = As2 fy
MK: STRUKTUR

Mn = Mn1 + Mn2 MOMEN MOMEN

Mn = ND1 z1 + ND2 z2 NOMINAL PIKUL
MK:

z1 = ( d - ½ a ) & z2 = (d – d’) MR = φ M n
by Nicodemus Rupang
III. ANALISIS & PERENCANAAN PENAMPANG
33 -- 31
31
TERLENTUR
 KONDISI II ANALISIS TULANGAN RANGKAP

εss’ < εyy TINGGI

SI-65221

KONDISI - II BLOK TEKAN

DASAR –– SI-65221

TEG. BAJA
BETONDASAR

TEKAN ( fss’ )
STRUKTURBETON

GAYA-GAYA
MK: STRUKTUR

KOPPEL

MOMEN MOMEN
MK:

NOMINAL PIKUL
by Nicodemus Rupang
III. ANALISIS & PERENCANAAN PENAMPANG
33 -- 32
32
TERLENTUR
 PERENCANAAN
TULANGAN RANGKAP
DATA
PENAMPANG
SI-65221
DASAR –– SI-65221

RASIO TUL. &

BETONDASAR

MOMEN
TAHANAN
STRUKTURBETON

MRR max
MK: STRUKTUR

max

MRR max ≥ MUU MRR max < MUU

MK:

max max
TUL. TUNGGAL TUL. RANGKAP

by Nicodemus Rupang
III. ANALISIS & PERENCANAAN PENAMPANG
33 -- 33
33
TERLENTUR
 PERENCANAAN
TULANGAN RANGKAP
MR max
max
<
MU
SI-65221
DASAR –– SI-65221

KOEF.ISIEN TINGGI BLOK MOMEN

BETONDASAR

TAHANAN Act. TEG. TEKAN TAHANAN

STRUKTURBETON

HITUNG
GAYA-GAYA
REGANG
KOPPEL
MK: STRUKTUR

AN

εss’ ≥ εyy εss’ < εyy

MK:

KONDISI - I KONDISI - II
by Nicodemus Rupang
III. ANALISIS & PERENCANAAN PENAMPANG
33 -- 34
34
TERLENTUR
 KONDISI I PERENCANAAN
εss’ ≥ εyy TULANGAN RANGKAP
KONDISI - I
SI-65221
DASAR –– SI-65221

RASIO
TULANGAN
BETONDASAR

TARIK

KEBUTUHAN
STRUKTURBETON

TULANGAN
TARIK
MK: STRUKTUR

KONTR
OL
GAMBAR
MK:

PENULANGA
N
by Nicodemus Rupang
III. ANALISIS & PERENCANAAN PENAMPANG
33 -- 35
35
TERLENTUR
 SI-65221
DASAR –– SI-65221

CONTOH KASUS
BETONDASAR

PENAMPANG PERSEGI
STRUKTURBETON

BERTULANGAN RANGKAP
MK: STRUKTUR
MK:

by Nicodemus Rupang
III. ANALISIS & PERENCANAAN PENAMPANG
33 -- 36
36
TERLENTUR
 Persamaan2 di atas memperlihatkan hubungan k vs r dalam bentuk pers.
kuadrat yang dipengaruhi oleh nilai teg. baja (fy) dan teg. beton (fc‘).

  
SI-65221
DASAR –– SI-65221

Nilai koefisien tahanan dari pers.(3.1.10): k = fc‘   1 

 2 . 0,85 

1,70 k
dari (3.1.10) diperoleh pers kuadrat:  2 1,70  0
fc '
BETONDASAR

 2k 
dengan rumus abc diperoleh:   0,85  1  1 
 0,85 f c ' 
STRUKTURBETON

 fy fc '
Dari pers. 3.1.5  atau:  
fc ' fy
MK: STRUKTUR

maka: 0,85 f c '  2k 

  1 1  (3.1.12)
fy  0,85 f c ' 
 
MK:

by Nicodemus Rupang
III. ANALISIS & PERENCANAAN PENAMPANG
33 -- 37
37
TERLENTUR
 d
a  a  dm
0,85
SI-65221
DASAR –– SI-65221

 fy fy
 m
fc ' 0,85 fc '

  
BETONDASAR

k  fc '   1   Rn = ρ fy (1 - ½ ρ m)
 1,70 
1  
STRUKTURBETON

0,85 f c '  2k  2mRn

  1 1   1 1 
fy  0,85 f c '  m  fy 
  
MK: STRUKTUR

M n = b d2 k Mn = b d2 Rn
MK:

by Nicodemus Rupang
III. ANALISIS & PERENCANAAN PENAMPANG
33 -- 38
38
TERLENTUR