Anda di halaman 1dari 17

“Noise Induced

GIAN IKM-IKK REFARAT


KULTAS KEDOKTERAN MARET 2021
VERSITAS HALU OLEO

hearing Loss”

PENYUSUN :
Novita Rantetasak, S.Ked/K1B1 20 031
PEMBIMBING :
dr. Arimaswati, M.Sc

Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Kedokteran Komunitas


Fakultas Kedokteran
Universitas Halu Oleo
PENDAHULUAN

“Noise Induced Hearing Nilai ambang batas yang


Loss” adalah gangguan diperkenankan menurut
pendengaran yang keputusan menteri tenaga kerja:
disebabkan akibat terpajan 51/menaker/1999 adalah 85 dBA untuk
oleh bising yang cukup pemaparan selama 8 jam sehari atau
keras dalam jangka waktu
yang cukup lama dan 40 jam dalam seminggu
biasanya diakibatkan oleh
bising dari lingkungan
kerja.
EPIDEMIOLOGI
Data Survei Multi
WHO Center Study di Asia RISKESDAS 2013
Tenggara
Melaporkan bahwa gangguan Prevalensi
pendengaran akibat bising Indonesia termasuk 4 Gangguan
pekerjaan merupakan negara dengan Pendengaran
kecelakaan akibat kerja prevalensi ketulian tertinggi di Indonesia
terbanyak kedua yang diderita yang cukup tinggi berada di Provinsi
seumur hidup. yaitu 4,6%, sedangkan Nusa Tenggara Timur
3 negara lainnya yakni (3.7%), dan provinsi
Sri Lanka (8,8%), Sulawesi Tenggara
Myanmar(8,4%) dan memiliki prevalensi
india(6,3%) Gangguan
pendengaran yang
sama dengan rata
rata nasional 2.6 %.
ANATOMI DAN FISIOLOGI
DEFINISI NIHL
NIHL : gangguan pendengaran Bising : Campuran bunyi pada nada
yang disebabkan akibat terpajan murni dengan berbagai frekuensi
oleh bising yang cukup keras dan
melebihi nilai ambang batas (NAB)
dalam jangka waktu yang cukup
lama dan biasanya oleh bising
lingkungan kerja

Faktor-faktor pada NIHL:


•Intensitas bising adalah suara dalam satuan
area. Diukur menggunakan sound level meter
dengan satuan desibel (dB)
•Frekuensi adalah jumlah gelombang/getaran
per satuan detik dengan ukuran Hertz (Hz).
DEFINISI PENYAKIT AKIBAT KERJA
Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan
dan/atau lingkungan kerja termasuk penyakit terkait kerja. Penyakit terkait kerja adalah
penyakit yang mempunyai beberapa agen penyebab dengan faktor pekerjaan dan atau
lingkungan kerja memegang peranan bersama dengan faktor risiko lainnya
BATAS PAJANAN BISING
PATOGENESIS
Bising

Sel rambut luar yang menunjukan adanya


degenerasi

Stereosilia pada sel-sel rambut bagian luar menjadi kaku


sehingga mengurangi respon terhadap stimulasi

Hilangnya stereosilia

Sel-sel rambut mati dan digantikan oleh jaringan


parut

Semakin tinggi intensitas paparan bunyi, sel rambut dalam dan


sel penunjang mengalami kerusakan

Luasnya kerusakan pada sel rambut, dapat


menimbulkam degenerasi pada saraf
GEJALA KLINIS
• Pendengaran berkurang
• tinnitus
DIAGNOSIS
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.56 tahun 2016 tentang
Penyelenggaraan Penyakit Akibat Kerja, diagnosis penyakit akibat kerja dilaksanakan dengan
pendekatan 7 (tujuh) langkah yang meliputi:

1. Penegakan diagnosis klinis


2. Penentuan pajanan yang dialami pekerja di tempat kerja
3. Penentuan hubungan antara pajanan dengan penyakit
4. Penentuan kecukupan pajanan
5. Penentuan faktor individu yang berperan
6. Penentuan faktor lain di luar tempat kerja
7. Penentuan diagnosis okupasi.
1. Penegakan diagnosis klinis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, riwayat pekerjaan, pemeriksaan fisik dan otoskopi serta
pemeriksaan penunjang untuk pendengaran seperti audiometri

2. Penentuan pajanan yang dialami pekerja di tempat kerja


Sumber NIHL paling utama adalah paparan bising yang cukup lama. Pemeriksa perlu memastikan apakah
terdapat paparan bising dari tempat kerja pasien dengan meminta pasien menceritakan proses kegiatan pekerjaanya
dari awal bekerja hingga pekerjaanya selesai secara mendetail.

3. Penentuan hubungan antara pajanan dengan penyakit


Seseorang yang bekerja pada lingkungan dengan lingkungan bising dapat mengalami gangguan
pendengaran oleh karena pajanan bising yang mengakibatkan kerusakan di telinga dalam. Semakin lama orang
tersebut bekerja maka semakin berat pajanan bising yang didapatkan. Bila ada hasil pemeriksaan pra-kerja dan
berkala dapat digunakan sebagai salah satu data untuk menentukan penyakit berhubugan dengan pekerjaanya.
4. Penentuan kecukupan pajanan
Nilai ambang batas bising yang intensitasnya 85 dB atau lebih dapat mengakibatkan kerusakan pada
reseptor pendengaran Corti di telinga dalam. Yang sering mengalami kerusakan adalah alat Corti untuk reseptor
bunyi yang berfrekuensi 3000 Hertz (Hz) sampai dengan 6000 Hz dan yang terberat kerusakan alat Corti untuk
reseptor bunyi yang berfrekuensi 4000 Hz.

5. Penentuan faktor individu yang berperan


Perilaku dalam menggunakan Alat pelindung di tempat kerja Alat pelindung diri seperti sumbat telinga (ear
plugs), tutup telinga (ear muffs), dan pelindung kepala (helmet) yang dapat membantu memproteksi diri dari
pajanan bising yang berlebihan. Sehingga perilaku yang benar dalam menggunakan Alat pelindung di tempat kerja
sangat penting.

6. Penentuan faktor lain di luar tempat kerja


Sebagai dokter perusahaan atau dokter spesialis okupasi harus menanyakan kepada pasien terkait faktor lain
yang dapat menyebabkan keluhan tersebut seperti hobi atau aktivitas yang dilakukan diluar dari pekerjaan, perlu
ditanyakan juga apakah pasien mempunyai pekerjaan sambilan diluar dari pekerjaan sekarang dan sekiranya apakah
jenis pekerjaan dan bagaimana dapat menghubungkan apakah pekerjaan sambilan tersebut mempunyai hubungan
terhadap keluhan yang dialami
7. Penentuan diagnosis okupasi.
Setelah melakukan analisis 6 langkah di atas, maka dapat disimpulkan penyakit atau keluhan yang diderita
oleh pekerja adalah penyakit akibat kerja atau bukan penyakit akibat kerja
PENGOBATAN
Penurunan pendengaran akibat bising bersifat
permanen/irreversible tidak dapat disembuhkan sehingga tidak
memerlukan terapi medika mentosa. Yang dapat dilakukan
adalah pencegahan perburukan penurunan pendengaran dan
melakukan rehabiltasi pada orang yeng terkena NIHL.
Penanganan hearing loss harus dilakukan secara menyeluruh
dimulai dari pencegahan hingga tahap rehabilitasi.
PENCEGAHAN

Ear Plug

Ear Muff Helmet


PROGNOSI
S
Oleh karena jenis ketulian akibat terpapar bising adalah tuli sensorineural
koklea yang sifatnya menetap, dan tidak dapat diobati dengan obat maupun
pembedahan, maka prognosisnya kurang baik. Oleh karena itu yang terpenting
adalah pencegahan terjadinya ketulian
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai