Anda di halaman 1dari 8

KESMAS, Vol.9, No.2, September 2015, hlm.

125 ~ 132 ISSN:


1978 - 0575
• 125

FAKTOR TERKAIT CARPAL TUNNEL SYNDROME (CTS)


ANTARA PEKERJA PENGUPAS KULIT BAWANG DI SEGIRI
SAMARINDA, KALIMANTAN TIMUR

Dina Lusiana Setyowati, Dyah Dwijayanti, Muhamad Sultan


Departemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
Mulawarman
Email: dina_setyowati@yahoo.com

Abstrak
Latar Belakang: Berbagai aktivitas yang melibatkan tangan secara berulang sering kali dikaitkan dengan
Carpal Tunnel Syndrome (CTS). CTS ditentukan oleh kompresi saraf median di pergelangan tangan.
Mengupas kulit bawang merupakan pekerjaan berisiko yang dapat dengan mudah terkena CTS. Untuk
mengetahui hubungan antara repetitif gerakan, lama bekerja, masa kerja, riwayat penyakit dan CTS pada
pekerja pengupas kulit bawang merah di Pasar Segiri Samarinda.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional untuk menganalisis hubungan antar variabel.
Subjek penelitian ini adalah masyarakat yang bekerja sebagai pengupas bawang merah di Pasar Segiri
Samarinda dan metode pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling dengan
jumlah partisipan 31 orang. Analisis data menggunakan Chi-Square dengan Program SPSS 16 dengan taraf
signifikansi 0,05 (5%).
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara repetitive motions (p =
0,008), lama bekerja (p = 0,000), pekerjaan pelayanan (p = 0,034) dan CTS; dan tidak ada hubungan antara
riwayat penyakit dengan CTS (p = 1.000).
Kesimpulan: Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada hubungan antara repetitive motions, durasi kerja,
pekerjaan service dengan Carpal Tunnel Syndrome (CTS); dan tidak ada hubungan antara riwayat Penyakit
dan Carpal Tunnel Syndrome (CTS).

Kata kunci: CTS, Lama Bekerja, Pekerjaan Pelayanan, Riwayat Penyakit, Gerakan Berulang

1. Perkenalan
Perkembangan industri di Indonesia saat ini mengalami peningkatan yang sangat pesat,
baik industri formal maupun informal. Sektor informal merupakan salah satu usaha yang memiliki
risiko kesehatan yang sangat tinggi. Sayangnya, secara umum dunia usaha belum tersentuh oleh
pemberi kerja kepada para pekerjanya.1Berbagai aktivitas yang menggunakan tangan secara
berulang-ulang dalam waktu lama seringkali dikaitkan dengan terjadinya Carpal Tunnel Syndrome
(CTS). Carpal Tunnel Syndrome (CTS) merupakan manifestasi kompresi saraf median di dalam
terowongan karpal pergelangan tangan akibat peningkatan tekanan intra-terowongan dari
berbagai sumber.2 Penelitian Tana melaporkan bahwa kasus CTS yang berhubungan dengan
pekerjaan merupakan salah satu Gangguan Trauma Kumulatif yang paling cepat menyebabkan
terjadinya kelainan pada pekerja. Hal ini dapat mengakibatkan kerugian akibat penurunan
produktivitas, peningkatan biaya pengobatan dan peningkatan santunan akibat keterbatasan dan
kecacatan pekerja. Nyeri CTS bervariasi mulai dari rasa yang sedikit tidak nyaman hingga kondisi
tidak mampu melakukan pekerjaan dengan tangan.3
Gerakan berulang merupakan salah satu faktor risiko penyebab Carpal Tunnel Syndrome
(CTS). Ini akan meningkatkan tekanan pada carpal tunnel yang akan menyebabkan kerusakan yang
mungkin menjadi penyebab kompresi pada saraf dan menyebabkan CTS.4Durasi tindakan juga
menjadi salah satu faktor risiko yang dapat memicu terjadinya Carpal Tunnel Syndrome (CTS).
Harsono melaporkan, terjadi peningkatan masa kerja pengidap Carpal Tunnel Syndrome (CTS)
kepada pekerja akibat gerakan jari yang berulang secara terus menerus selama beberapa waktu.

Faktor Terkait Carpal Tunnel Syndrome (CTS) Diantara Kulit Bawang .... (Dina Lusiana S)
126 • ISSN: 1978 - 0575

dalam jangka waktu yang lama, menyebabkan stres pada jaringan di sekitar terowongan karpal.5 Telah
melaporkan bahwa CTS dikaitkan dengan penyakit dan kondisi tertentu seperti diabetes,
hipotiroidisme, kehamilan, artritis reumatoid, dan faktor terkait pekerjaan.6
Usaha pengupasan kulit bawang merah di lingkungan pasar Segiri Samarinda
merupakan usaha sektor informal berupa jasa. Hasil survei pendahuluan
menunjukkan bahwa pengupas kulit bawang merah telah terpapar faktor risiko
Carpal Tunnel Syndrome (CTS), yaitu akibat gerakan berulang, lama kerja, masa kerja
dan juga riwayat penyakit. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
hubungan antara gerakan berulang, lama kerja, masa kerja dan riwayat penyakit
terhadap kejadian Carpal Tunnel Syndrome (CTS) terhadap pengupas kulit bawang
merah di Pasar Segiri Samarinda.

2. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian survey analitik dengan desain studi cross sectional.
Sampel adalah pengupas bawang merah di Pasar Segiri Samarinda dengan jumlah sampel 31
orang sebagai purposive sampling. Carpal tunnel syndrome (CTS) didefinisikan sebagai
kompresi saraf median di pergelangan tangan. Ini adalah sindrom kompresi yang paling
umum dan penyebab paling sering adalah idiopatik. Meskipun regresi spontan dimungkinkan,
aturan umumnya adalah gejala akan lebih buruk. Diagnosis utamanya adalah klinis, dari gejala
dan tes provokatif. Analisis data menggunakan uji statistik chi square dengan α = (0,05), CI 95%.

3. Hasil dan Analisis


A. Karakteristik Responden
Tabel 1 menunjukkan informasi tentang kelompok umur dan tingkat pendidikan.
Subjek dalam penelitian ini (n = 31) adalah pengupas bawang merah di Pasar Segiri
Samarinda. Persentase responden CTS 34-39 tahun adalah 75,0%. Sebagian besar
responden 65,4% berpendidikan dasar adalah CTS.

Tabel 1. Karakteristik Responden


CTS
Variabel
Iya % Tidak %
Usia
16 - 21 2 66.7 1 33.3
22 - 27 2 40.0 3 60.0
28 - 33 7 63.6 4 36.4
34 - 39 9 75.0 3 25.0
Tingkat Pendidikan
Dasar 17 65.4 9 34.6
Midlle 3 60.0 2 40.0

Analisis data dilakukan dengan menggunakan Paket Statistik untuk Ilmu


Sosial (SPSS) versi 16.00. Hubungan antara gerakan berulang, masa kerja, lama
bekerja, riwayat sakit dan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) pada pekerja pengupas
kulit bawang merah Pasar Segiri Samarinda ditunjukkan pada Tabel 2.

KESMAS Vol. 9, No.2, September 2015: 125 - 132


KESMAS ISSN: 1978 - 0575 • 127

Tabel 2. Hubungan Gerakan Repetitif, Pekerjaan Pelayanan, Lama Kerja,


Riwayat Penyakit dan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) Diantara Bawang
Pekerja Pengupas Kulit Pasar Segiri Di Samarinda
CTS
Faktor p
Ya (n) % Tidak (n) %
Gerakan Berulang
Risiko (> 30 / menit) 12 92.3 1 7.7 0,008
Tanpa Resiko (<30 / menit) 8 44.4 10 55.6
Pekerjaan Layanan
> 5 Tahun 13 86.7 2 133 0,034
<5 Tahun 7 43.8 9 56.3
Durasi Pekerjaan
2 jam 9 100 0 0 0,000
1 - 2 Jam 10 76.9 3 23.1
<1 Jam 1 11.1 8 88.9
Sejarah Penyakit
Iya 2 66.7 1 33.3 1.000
Tidak 18 64.3 10 35.7

B.Hubungan Repetitive Movement dengan Carpal Tunnel Syndrome (CTS)


Antar Pengupas Bawang di Pasar Segiri Samarinda
Dalam penelitian ini, Carpal Tunnel Syndrome didiagnosis menggunakan Tes
Phalen. Dan untuk pengukuran gerakan repetitif dilakukan dengan merekam responden
saat mengupas bawang merah selama satu menit kemudian dihitung jumlah gerakan
berulang yang dilakukan saat mengupas bawang bombay. Berdasarkan penelitian
bahwa ada hubungan antara gerakan repetitif dengan Carpal Tunnel Syndrome (p =
0,008) pada pekerja pengupas bawang merah di Pasar Segiri Samarinda. Hasil tersebut
sejalan dengan hasil penelitian Kurniawan4Pada wanita pemetik melati di desa
Karangcengis Kabupaten Purbalingga juga menunjukkan hasil yang sama yaitu ada
hubungan antara gerakan berulang dengan CTS dengan nilai p = 0,0013.
Berdasarkan Tabel 1 terlihat bahwa jumlah responden yang melakukan gerakan
berulang berisiko atau lebih dari 30 kali per menit dan mengalami Carpal Tunnel Syndrome
sebanyak 12 responden (92,3%). Sedangkan responden yang tidak beresiko jika melakukan
gerakan berulang atau kurang dari 30 kali per menit serta mengalami Carpal Tunnel
Syndrome sebanyak 8 responden (44,4%). Berdasarkan hasil penelitian, 13 responden dengan
resiko gerakan berulang atau lebih dari 30 kali per menit sebanyak 12 responden (92,3%)
mengalami Carpal Tunnel Syndrome. 12 responden mungkin mengalami Carpal Tunnel
Syndrome karena menurut Bridger7 aktivitas berulang, gerakan cepat dapat merangsang
reseptor nyeri saraf. Keluhan otot terjadi karena otot menerima tekanan dari beban kerja
yang terus menerus tanpa memperoleh kesempatan untuk relaksasi. Gerakan lengan dan
tangan yang bergerak berulang kali, terutama saat pekerjaan memiliki risiko bahaya yang
tinggi cenderung paling banyak mengalami CTD. Tingkat resiko akan meningkat jika
pekerjaan dilakukan dengan tenaga besar, dalam waktu yang sangat cepat dan waktu
pemulihan yang lebih sedikit. Selain itu, peningkatan pengulangan gerakan yang sama setiap
hari akan meningkatkan risiko terjadinya tendinitis. Kerusakan ini dapat menjadi penyebab
kompresi pada saraf dan penyebab CTS. Kurniawan dalam penelitiannya juga menyatakan
bahwa gerakan berulang akan meningkatkan tekanan pada carpal tunnel. Penekanan pada
terowongan karpal akan menyebabkan kerusakan baik yang dapat diperbaiki maupun yang
tidak dapat diperbaiki. Meningkatkan intensitas dan durasi, akan menurunkan aliran darah di
pembuluh darah tepi. Dalam jangka waktu yang lama akan mempengaruhi aliran sirkulasi
kapiler darah dan akhirnya berdampak pada permeabilitas pembuluh darah di pergelangan
tangan.4
Menurut Suherman5 Usia merupakan salah satu risiko yang terkait dengan kejadian CTS, hal ini dikarenakan semakin tua semakin
berkurangnya cairan sinovial yang dapat menyebabkan pembengkakan pada

Faktor Terkait Carpal Tunnel Syndrome (CTS) Diantara Kulit Bawang .... (Dina Lusiana S)
128 • ISSN: 1978 - 0575

sendi. Penderita CTS biasanya terjadi pada usia 30-60 tahun. Bertambahnya usia akan terjadi
degenerasi tulang dan keadaan ini akan terjadi pada usia 30 tahun dimana terjadi degenerasi
berupa kerusakan jaringan, penggantian jaringan menjadi jaringan parut, berkurangnya
cairan dan hal ini membuat kestabilan pada tulang dan otot menjadi lebih stabil. dikurangi.
Berdasarkan studi Maghsoudipour bahwa kecepatan tinggi pekerjaan manual, usia
merupakan faktor signifikan yang berhubungan dengan CTS.8
Hubungan postur (bahu, lengan dan pergelangan tangan) dengan CTS.9Postur
pergelangan tangan saat bekerja mengupas bawang merah dan teknik mengupas bawang
merah juga menjadi salah satu faktor terjadinya Carpal Tunnel Syndrome. Pengamatan
postur pergelangan tangan dari video menunjukkan bahwa setiap responden memiliki teknik
peeling yang bervariasi. Selain itu, posisi tangan saat mengupas pun berbeda. Teknik dan
posisi tangan saat mengupas berpengaruh pada tekanan dan beban pada pergelangan
tangan saat mengupas. Misalnya gerakan yang kelebihan energi akan lebih beresiko terkena
CTS karena tekanan pada pergelangan tangan akan menyebabkan stress pada area lorong
karpal pergelangan tangan. Sisanya 10 responden (55,6%) tidak beresiko dan tidak
mengalami Carpal Tunnel Syndrome karena tidak melakukan gerakan repetitif agar tidak
mengalami CTS. Dan penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki durasi
yang singkat kurang dari satu jam. dimana responden meluangkan waktu untuk
mengistirahatkan tangan kurang dari satu jam. Sehingga dengan tindakan durasi yang
singkat bisa mencegah stres pada saraf median di pergelangan tangan.

C.Hubungan Lama Kerja dengan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) pada Pekerja
Pengupas Kulit Bawang di Pasar Segiri Sariinda
Durasi tindakan (jam) responden yang cukup lama untuk mengupas kulit
bawang dalam sehari. Data durasi diperoleh dari wawancara responden terhadap
kuesioner responden. Berdasarkan hasil penelitian bahwa ada hubungan antara
lama kerja dengan Carpal Tunnel Syndrome pada pekerja pengupas bawang merah
di Pasar Segiri kota Samarinda (p = 0,000). Hasil tersebut tidak sejalan dengan
penelitian Kurniawan4pada pemetik melati, dan juga penelitian Tana10 di mana
Para pekerja garmen menurut hasil mereka tidak ada hubungan antara lama
bekerja dan Carpal Tunnel Syndrome.
Hasil survei mengungkapkan bahwa mayoritas dari 31 responden bekerja
lebih dari 8 jam per hari. Dan dari 9 responden yang memiliki durasi kerja lama
lebih dari 2 jam, semua responden sebanyak 9 orang (100%) mengalami CTS, dan
untuk durasi 13 responden yang saat ini bekerja yaitu 1-2 jam, Ada 10 responden
(76,9%) yang mengalami CTS dan 3 responden (23,1%) yang tidak mengalami CTS.
Sedangkan untuk durasi tindakan pendek yaitu kurang dari 1 jam terdapat satu
responden (11,1%) yang mengalami CTS dan 8 responden (88,9%) yang tidak
mengalami CTS. Untuk durasi tindakan lebih dari 2 jam, seluruh responden
sebanyak 9 orang (100%) mengalami keluhan CTS. Hal tersebut dapat disebabkan
oleh lamanya terpapar faktor risiko, salah satunya adalah gerakan berulang yang
dilakukan responden saat bekerja.4, Semakin lama durasi dan masa kerja akan
semakin lama gerakan berulang yang dilakukan dan akan menurunkan aliran darah
pada pembuluh darah tepi. Dalam jangka waktu yang lama akan mempengaruhi
aliran sirkulasi kapiler darah dan akhirnya berdampak pada permeabilitas
pembuluh darah di pergelangan tangan. Faktor karakteristik responden lain seperti
usia juga berpengaruh karena usia tua dan lama bekerja, sedangkan melakukan
aktivitas dengan lama bekerja dapat meningkatkan risiko mengalami CTS. Faktor
ekonomi juga dapat mempengaruhi, semakin banyak bawang yang dikupas maka
responden juga akan mendapatkan keuntungan berupa gaji atau bayaran yang
lebih tinggi. Sehingga banyak dari responden yang lebih memilih tetap bekerja
daripada mengistirahatkan tangan.
Sebanyak 10 responden dengan durasi tindakan sedang hingga

KESMAS Vol. 9, No.2, September 2015: 125 - 132


KESMAS ISSN: 1978 - 0575 • 129

mengalami CTS yang dapat disebabkan oleh faktor lain seperti lama kerja lebih
dari 8 jam, waktu kerja lebih dari 5 tahun dan yang berisiko terkena CTS. Faktor
ergonomis seperti gerakan repetitif yang dilakukan, teknik pengelupasan, posisi
tangan dan jari saat mengupas, posisi memegang pisau atau cutter dapat
menjadi faktor pendukung lain untuk gerakan berulang yang dilakukan pada
peningkatan risiko terjadinya tendinitis. Kerusakan ini dapat menjadi penyebab
kompresi saraf dan penyebab CTS. Posisi tangan saat menggenggam juga
berpengaruh untuk posisi genggaman yang baik harus disalurkan melalui
kekuatan genggaman di otot antara pangkal ibu jari dan kelingking, tidak hanya
di bagian tengah telapak tangan tana.3Dan dapat dilihat dari posisi
menggenggam responden masih banyak yang tidak fit atau didesain tidak
ergonomis sehingga dapat beresiko munculnya CTS.
Sebanyak 3 responden dan durasi tindakan tidak mengalami CTS dikarenakan 3
responden tidak melakukan gerakan repetitif sehingga responden tersebut tidak
mengalami CTS karena tidak terkena faktor risiko yaitu gerakan berulang. Untuk 8 orang
yang memiliki durasi pendek dan tidak mengalami CTS dapat disebabkan karena durasi
tindakan yang singkat, atau kurang dari satu jam. Suma'mur11 mengungkapkan bahwa
durasi berkaitan dengan keadaan fisik tubuh pekerja. Menurut Grandjean12, efek dari
gerakan berulang sangat tergantung pada lamanya. Paparan pekerja yang
berkepanjangan ditentukan oleh lamanya bekerja dari pekerja itu sendiri. Karena
lamanya bekerja selama ini pekerja terpapar oleh indikator penyebab CTS. Oleh karena
durasi yang singkat responden terpapar gerakan berulang yang pendek sehingga
responden tidak mengalami CTS. Selain itu 8 responden bisa mengistirahatkan
tangannya sehingga tidak ada tekanan pada pergelangan tangan responden. Durasi
tindakan responden yang singkat yaitu kurang dari satu jam dan mengalami CTS dapat
disebabkan oleh faktor ergonomis yaitu gerakan berulang yang dilakukan beresiko atau
lebih dari 30 kali per menit dimana diketahui bahwa pengulangan gerakan yang sama
setiap hari akan meningkatkan resiko terjadinya tendinitis. Kerusakan ini dapat menjadi
penyebab saraf dan menyebabkan kompresi pada CTS. Selain video saat mengupas
bawang, terlihat bahwa responden mengupas bawang merah dengan gerakan yang
cepat dan bertenaga juga dapat menyebabkan responden mengalami CTS. Gerakan
lengan dan tangan dilakukan berulang kali, terutama bila pekerjaan tersebut memiliki
risiko tinggi yang membahayakan terjadinya CTD. Tingkat pengulangan, durasi
pengerahan tenaga dan waktu yang dihabiskan dalam pengerahan tenaga yang kuat
menunjukkan risiko yang signifikan untuk CTS.9

D.Hubungan Kerja Service dengan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) pada Pengupas
Bawang di Pasar Segiri Samarinda
Pekerjaan pelayanan adalah waktu responden bekerja sebagai pengupas
bawang bombai sampai dengan proses wawancara. Data pekerjaan pelayanan diperoleh
dari wawancara responden terhadap kuesioner responden. Berdasarkan hasil nilai p =
0,034, artinya ada hubungan antara kerja service dan Carpal Tunnel Syndrome
pada pekerja pengupas bawang merah di Pasar Segiri Samarinda.
2014. Penelitian ini menurut penelitian yang dilakukan oleh Armstrong13, itu di sana
merupakan hubungan antara masa kerja dengan kejadian Carpal Tunnel Syndrome
dengan nilai p <0,05. Selain itu Wahyudi14mengemukakan dalam penelitiannya
tentang keset pekerja mendapatkan nilai p rush pada tahun 0046, hal ini
menunjukkan bahwa masa kerja berhubungan dengan kejadian CTS. Hasil
penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Rogier15,yang menyebutkan tidak ada
hubungan kerja waktu dengan kejadian carpal tunnel syndrome.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 15 responden yang beresiko yang pekerjaannya masa bakti
lebih dari 5 tahun sebanyak 13 responden (86,7%) pernah memberikan

Faktor Terkait Carpal Tunnel Syndrome (CTS) Diantara Kulit Bawang .... (Dina Lusiana S)
130 • ISSN: 1978 - 0575

keluhan Carpal Tunnel Syndrome. Hal ini bisa jadi karena pekerjaan yang berkaitan dengan lamanya waktu pemaparan terhadap gerakan berulang yang dilakukan. Risiko gerakan

berulang yang berisiko lebih dari 30 kali per menit dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan stres pada jaringan di sekitar carpal tunnel sehingga jaringan tersebut mengalami

degenerasi dan menyebabkan carpal tunnel menjadi saluran yang sempit. Mayoritas responden yang memiliki masa kerja yang panjang juga memiliki umur 30-60 tahun yang beresiko,

usia tersebut merupakan faktor risiko yang akan dialami CTS. Sebanyak dua responden (13,3%) tidak mengalami keluhan Carpal Tunnel Syndrome dapat disebabkan karena telah ahli

dalam mengerjakan mengupas bawang, selain itu dari kuisioner wawancara diketahui bahwa durasi waktu istirahat responden cukup lama. Tambahan, Salah satu responden menyatakan

obat-obatan obat sering kali kaku dan nyeri sendi. 16 responden yang tidak beresiko atau pekerjaan masa kerja kurang dari 5 tahun, sebanyak 7 responden (43,6%) mengalami Carpal

Tunnel Syndrome, hal ini dapat disebabkan oleh faktor ergonomis seperti resiko gerakan berulang, posisi tangan dan posisi pegangan selain teknik mengupas bawang. Selain faktor

ergonomis juga dapat mempengaruhi umur, lama kerja, lama bekerja dan istirahat ternyata juga dapat mempengaruhi responden terpapar Carpal Tunnel Syndrome. Sebanyak 9

responden (56,3%) tidak memiliki keluhan Carpal Tunnel Syndrome dapat disebabkan karena kurangnya pengalaman sehingga tidak terampil dalam pekerjaan yang menyebabkan

responden dalam bekerja sehingga lambatnya gerakan berulang yang dilakukan tidak beresiko mengalami gangguan. mengembangkan CTS. 16 responden yang tidak beresiko atau

pekerjaan masa kerja kurang dari 5 tahun, sebanyak 7 responden (43,6%) mengalami Carpal Tunnel Syndrome, hal ini dapat disebabkan oleh faktor ergonomis seperti resiko gerakan

berulang, posisi tangan dan posisi pegangan selain teknik mengupas bawang. Selain faktor ergonomis juga dapat mempengaruhi umur, lama kerja, lama bekerja dan istirahat ternyata

juga dapat mempengaruhi responden terpapar Carpal Tunnel Syndrome. Sebanyak 9 responden (56,3%) tidak memiliki keluhan Carpal Tunnel Syndrome dapat disebabkan karena

kurangnya pengalaman sehingga tidak terampil dalam pekerjaan yang menyebabkan responden dalam bekerja sehingga lambatnya gerakan berulang yang dilakukan tidak beresiko

mengalami gangguan. mengembangkan CTS. 16 responden yang tidak beresiko atau pekerjaan masa kerja kurang dari 5 tahun, sebanyak 7 responden (43,6%) mengalami Carpal Tunnel

Syndrome, hal ini dapat disebabkan oleh faktor ergonomis seperti resiko gerakan berulang, posisi tangan dan posisi pegangan selain teknik mengupas bawang. Selain faktor ergonomis

juga dapat mempengaruhi umur, lama kerja, lama bekerja dan istirahat ternyata juga dapat mempengaruhi responden terpapar Carpal Tunnel Syndrome. Sebanyak 9 responden (56,3%)

tidak memiliki keluhan Carpal Tunnel Syndrome dapat disebabkan karena kurangnya pengalaman sehingga tidak terampil dalam pekerjaan yang menyebabkan responden dalam bekerja

sehingga lambatnya gerakan berulang yang dilakukan tidak beresiko mengalami gangguan. mengembangkan CTS. Hal ini bisa disebabkan oleh faktor ergonomis seperti resiko gerakan

berulang, posisi tangan dan posisi pegangan disamping teknik pengupasan bawang merah. Selain faktor ergonomis juga dapat mempengaruhi umur, lama kerja, lama bekerja dan

istirahat ternyata juga dapat mempengaruhi responden terpapar Carpal Tunnel Syndrome. Sebanyak 9 responden (56,3%) tidak memiliki keluhan Carpal Tunnel Syndrome dapat

disebabkan karena kurangnya pengalaman sehingga tidak terampil dalam pekerjaan yang menyebabkan responden dalam bekerja sehingga lambatnya gerakan berulang yang dilakukan tidak beresiko mengalami gangguan. me

E.Hubungan Riwayat Penyakit dengan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) pada


Bawang Pengupas di Pasar SegiriSamarinda
Dalam penelitian ini riwayat penyakit merupakan riwayat penyakit
berbagai responden yang dapat menjadi faktor pemicu dan pendukung
munculnya Carpal Tunnel Syndrome (CTS). Berdasarkan hasil uji statistik
menggunakan uji Chi Square (α) diperoleh nilai p = 1.000. Artinya tidak ada
hubungan riwayat penyakit dengan Carpal Tunnel Syndrome pada pekerja
pengupas bawang merah di pasar Samarinda Segiri tahun 2014. Berdasarkan
analisis diketahui bahwa dari tiga responden memiliki riwayat penyakit yang
berhubungan dengan CTS, sebanyak 2 responden (6.5 %) menderita Carpal
Tunnel Syndrome. Satu orang mengalami obesitas, satu orang menderita
Arthriris Rheumatoid atau radang sendi, dan keduanya sama-sama menjadi
responden penderita diabetes melitus. Penyakit bisa menjadi faktor yang
menyebabkan munculnya Carpal Tunnel Syndrome. Responden sebanyak satu
orang (3. 2%) tidak ada keluhan Carpal Tunnel Syndrome. Jenis riwayat penyakit
yang dialami responden adalah adanya cedera atau patah tulang pada jar
telunjuk tangan kanan. Meski pernah mengalami patah tulang, namun
responden tidak merasakan adanya keluhan CTS. Hal ini dapat disebabkan
responden pada saat bekerja mengupas bawang merah lebih banyak
menggunakan tangan kiri dibandingkan dengan tangan kanan. 28 responden
yang tidak memiliki riwayat penyakit yang berhubungan dengan CTS, sebanyak
18 responden (58,1%) mengalami Carpal Tunnel Syndrome. Dan sebanyak 10
responden (32,3%) tidak mengalami Carpal Tunnel Syndrome. Hal ini dapat
disebabkan oleh faktor lain yang dibahas di atas seperti pergerakan berulang
yang dilakukan saat bekerja, lama bekerja, lama bekerja, lama bekerja, riwayat
pekerjaan dan pekerjaan lain yang sedang dijalani.
Dalam penelitian kami, kami tidak dapat menemukan hubungan antara
riwayat penyakit dan CTS yang sama dengan penelitian yang dilakukan oleh
Kurniawan.4 pada wanita pemetik melati dimana penelitiannya menunjukkan tidak
ada korelasi antara kesehatan dengan CTS (p value = 0,083). Dan juga studi tentang

KESMAS Vol. 9, No.2, September 2015: 125 - 132


KESMAS ISSN: 1978 - 0575 • 131

maghsoudipour yang tidak dapat menemukan hubungan yang signifikan antara


penyakit hormonal, reumatologi dan kejadian CTS.8

4. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian hubungan antara gerakan berulang, lama kerja,
masa kerja pelayanan dan riwayat penyakit dengan kejadian Carpal Tunnel Syndrome
(CTS) pada pengupas kulit bawang merah di Pasar Segiri Samarinda dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan. antara gerakan berulang (p =
0,008), Lama bekerja (p = 0,000), masa kerja (p = 0,034) dan Carpal Tunnel Syndrome
(CTS). Tidak ada hubungan Riwayat Penyakit dengan Carpal Tunnel Syndrome (CTS)
antara pengupas bawang merah (p = 1.000).
Saran yang dapat diberikan diharapkan para responden khususnya bagi responden yang
memiliki keluhan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) dapat mengontrol gerakan repetitif / repetitif pada
saat bekerja minimal kurang dari 30 kali per menit dengan menggunakan pisau atau cutter yang
lebih tajam. Sehingga kulit bawang merah bisa langsung dikupas dengan 1 gerakan saja dan
mengurangi beban pada pergelangan tangan dan tangan. Responden saat bekerja menggunakan
alat pelindung diri khusus yang terbuat dari karet elastis dan diberi bantalan pada area pergelangan
tangan, guna menopang dan membatasi pergerakan pergelangan tangan. Dan diharapkan kepada
responden untuk selalu mengistirahatkan tangan minimal 4-5 menit setiap jamnya untuk
mengurangi risiko CTS dan sebelum bekerja dan saat istirahat melakukan peregangan tangan untuk
mengurangi tekanan pada saraf median di pergelangan tangan saat bekerja.

Referensi
1. Effedi, Fikri, Ergonomi bagi pekerja sektor informal, Jakarta, Cermin Dunia Kedokteran,
2009.
2. Gelberman RH, Hergenroeder PT, Hargens AR, Lundorg GN, Akeson WH, Sindrom Terowongan
Karpal. Sebuah studi tentang tekanan kanal Carpal,J Bone Joint Surg Am,
vol / no: 63 (3), hlm.380-3, 1981.
3. Tana, Lusianawaty, Sindrom terowoga karpal pada pekerja, pecegahaan dan pengobatan,
Jurnal Kedokteran Trisakti, Jakarta, 2003.
4. Bina Kurniawan, dkk., Faktor risiko kejadian Carpal Tunnel Sindrome (CTS) pada pekerja wanita
pemetik melati di Desa Karangkecis, Purbalingga, Jurnal Promosi Kesehatan, vol.
3, Semarang, 2008.
5. Suherman B., Beberapa faktor yang berhubungan dengan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) Pada
Petugas Rental Komputer di Kelurahan Kauripan Tasikmalaya,Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Siliwangi, 2012.
6. Spinner RJ, Bachman JW, Amadio PC, Banyak wajah dari Carpal Tunnel Syndrome,
Mayo Clin Proc, vol / no: 64 (3), hlm. 829-36, 1989. Bridger, RS, Pengantar Ilmu Ergonomi, Edisi
7. Internasional, Seri Teknik Umum, McGraw-Hill Inc, 1995.

8. Maryam Maghsoudipour, Sasan Maghimi, Faize Deghaan, Azar Rahimpanah, Asosiasi Faktor Risiko
Kerja dan Non Kerja dengan Prevalance of Work Related Carpal Tunnel Syndrome, J Pekerjaan
Rehabilitasi, vol. 18, hlm. 152-158, 2008. Susan Burt, James A Deddens, Ken Crombie, Yan Jin, Steve
9. Wurzelbacher, Jessica Ramsey,Sebuah studi prospektif tentang Carpal Tunnel Syndrome: Faktor
Tempat Kerja dan Risiko Individu, BMJ Publishing Group Ltd, 2013.

10. Lusianawaty Tana, dkk., Carpal Tunnel Syndrome pada pekerja garmen di Jakarta, Buletin
Penelitian Kesehatan, vol / no: 32 (2), hlm.73-82, 2004.
11. Suma'mur, Ergonomi untuk Produktivitas Kerja, Jakarta, CV Aji Mas Agung, 1989.
12. Gradjean E., Fitting The Task To The Man, 4t Ed., Lodon, Taylor dan Francis Inc, 1993.
13. Armstrong, Theodore, Faktor Risiko untuk Carpal Tunnel Syndrome dan Median Neuripathy dalam
Populasi Kerja, Journal of Occupational & Enviromental Medicine, vol / no: 50 (12),
hlm. 1355-1364, 2008.

Faktor Terkait Carpal Tunnel Syndrome (CTS) Diantara Kulit Bawang .... (Dina Lusiana S)
132 • ISSN: 1978 - 0575

14. Wahyudi W., Hubungan Lama Paparan Getaran dengan Kejadian CTS pada Pekerja Tikar
Mendong di Bagian Penjahitan, Tasikmalaya, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Siliwangi,
2007.
15. Rogier, M van Rijn, Asosiasi antara faktor-faktor yang berhubungan dengan pekerjaan dan sindrom
terowongan karpal — tinjauan sistematis, Jurnal Kerja, Lingkungan & Kesehatan, vol / no: 35 (1), hal.
19-36, 2009.

KESMAS Vol. 9, No.2, September 2015: 125 - 132

Anda mungkin juga menyukai