PEMBAHASAN
6.2 Pembahasan
A. Hubungan Usia Dengan Kejadian CTS (Carpal Tunnel Syndrome)
Hasil penelitian pada petani penyadap pohon karet di desa Karang Manik
menyatakan pada hasil uji statistic diperoleh nilai p value=0,057, hal ini
menyatakan ada hubungan yang bermakna secara statistic antara usia dengan
kejadian Carpal Tunnel Syndrome (CTS). Tabel 5.7 diketahui perhitungan risk
estimate dengan nilai RP=1,905, artinya petani yang berumur ≥30 tahun
mempunyai risiko untuk mengalami kejadian CTS 1,905 kali lebih besar
dibandingkan dengan petani yang berumur <30 tahun.
44 Universitas Sriwijaya
45
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Kurniawan dkk (2008) yang menyatakan tidak ada hubungan antara usia dengan
CTS dengan nilai (p=1,000). Namun hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Darno (2011) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara
Carpal Tunnel Syndrome (CTS) dengan usia pada pemetik daun teh, dimana
diperoleh nilai (p=0,038), begitu juga pada penelitian yang dilakukan oleh
Wahyuningrum dkk (2013) yang menyatakan ada hubungan antara usia dengan
CTS pada pekerja pelinting jenang dengan nila (p=0,057).
Menurut Hobby (2005) mengatakan bahwa CTS biasanya mulai dirasakan
pada usia 20-60 tahun. Dengan meningkatnya usia seseorang maka dapat
menyebabkan penurunan kapasitas fisik, Carpal Tunnel Syndrome (CTS) semakin
meningkat dengan bertambahnya usia (Pakasi, 2005). Ada beberapa jenis
pekerjaan yang sangat berpengaruh dengan umur, terutama yang berhubungan
dengan sistem indera dan kekuatan fisik. Biasanya pekerja yang memiliki umur
yang lebih muda memiliki penglihatan dan pendengaran yang lebih tajam, gerakan
yang lebih lincah dan daya tahan tubuh yang kuat. Usia seseorang berbanding
langsung dengan kapsitas fisik sampai batas tertentu dan mencapai puncaknya
pada usia 25 tahun. Pada usia 50-60 tahun kekuatan otot menurun sebesar 25%
dan kemampuan sensoris-motoris menurun sebanyak 60% (Darno, 2011).
Diketahui hasil penelitian dengan petani penyadap pohon karet di desa
Karang Manik mayoritas usia ≥30 tahun menunjukkan bahwa sebagian petani
berada pada usia yang memiliki resiko tinggi terjadinya CTS. Upaya yang dapat
dilakukan untuk menghindari atau meminimalisir timbulnya CTS pada petani
yaitu dengan lebih memperhatikan waktu istirahat, mengurangi penekanan
ekstrem pada bagian pergelangan tangan, dan melakukan sedikit olahraga
(stretching) di sela-sela jam kerja agar pekerja dapat meregangkan otot yang
tegang. Hasil penelitian ini, didukung oleh teori dan penelitian sebelumnya, maka
dapat disimpulkan bahwa usia merupakan salah satu faktor risiko yang dapat
menyebabkan kejadian Carpal Tunnel Syndrome (CTS).
Universitas Sriwijaya
46
Universitas Sriwijaya
47
(CTS) karena struktur pergelangan tangan membesar dan dapat menekan pada
saraf pergelangan tangan (Haque, 2009).
Penjelasan diatas dapat dikatakan bahwa petani penyadap pohon karet yang
berjenis kelamin perempuan lebih berisiko untuk terkena CTS dibandingkan
dengan petani yang berjenis kelamin laki-laki. Hasil penelitian pada petani
penyadap pohon karet di desa Karang Manik kecamatan Belitang II mayoritas
berjenis kelamin perempuan menunjukkan bahwa hampir seluruh petani yang
diteliti memiliki resiko tinggi terjadinya kejadian CTS. Hasil penelitian ini,
didukung oleh teori dan penelitian sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa
usia merupakan salah satu faktor risiko yang dapat menyebabkan kejadian Carpal
Tunnel Syndrome (CTS).
Universitas Sriwijaya
48
Universitas Sriwijaya
49
Universitas Sriwijaya
50
CTS diperoleh hasil (p=0,004) dengan rata-rata 19,80o dengan nilai sudut paling
tinggi 40o dan nilai sudut terendah adalah 0o. Namun pada penelitian yang
dilakukan oleh Rudi (2007) menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan antara
postur tangan dengan CTS dengan nilai (p=0,692), begitu juga pada penelitian
Fitriani (2012) menunjukkan tidak ada hubungan antara postur tangan dengan
kejadian CTS (p=0,873).
Postur tangan adalah salah satu permasalahan dalam ergonomi. Pada
ergonomi banyak membicarakan tentang analisis sikap kerja dan postur kerja.
Dimana sikap kerja dan postur kerja yang tidak alamiah dapat mengakibatkan
keluhan gangguan otot, saraf, dan tulang (rangka) akibat pekerjaan yang ekstrem.
Sehingga hal ini dapat menyebabkan menurunnya produktivitas kerjanya dan
menambah biaya untuk kompensasi keluhan gangguan otot, saraf, dan tulang
(rangka) (Tarwaka, 2011). Posisi kerja statis dan postur tangan tidak ergonomis
pada bahu, lengan, dan pergelangan tangan dalam jangka waktu yang lama akan
menyebabkan peradangan pada jaringan otot, syaraf, maupun keduanya.
Pembengkakan tersebut akan menekan saraf medianus tangan sehingga bisa
menimbulkan CTS. Fleksi dan ekstensi, fleksi yaitu posisi pergelangan tangan
yang menekuk ke arah dalam dan membentuk sudut ≥45o (Wichaksana dkk,
2002).
Semakin tinggi nilai gerakan extension pada pergelangan tangan petani
penyadap pohon karet maka keluhan akan semakin tinggi dan besar sudut
pergelangan tangan pada petani sangat bervariasi. Hal ini dikarenakan pekerjaan-
pekerjaan yang dilakukan juga sangat bervariasi. Gerakan extension paling tinggi
ditemukan pada proses penyadapan pohon karet yang berumur tua () sehingga
petani harus menggunakan galah (kayu tambahan pada pisau sadap) yaitu
mencapai 40o-45o dan paling rendah pada penyadapan pohon karet yang berumur
muda yaitu sebesar 0o-30o. Untuk keluhan pada petani penyadap pohon karet
umumnya mengeluhkan nyeri dan kesemutan pada pergelangan tangan dan daerah
lengan. Namun, petani penyadap pohon karet mengaku jika dipijat dan
diistirahatkan sebentar maka nyeri sudah teratasi. Sehingga mayoritas petani
hanya mengeluhkan keluhan-keluhan ringan.
Universitas Sriwijaya
51
Hasil penelitian ini, didukung oleh teori dan penelitian sebelumnya, maka
dapat disimpulkan bahwa postur tangan merupakan salah satu faktor risiko yang
dapat menyebabkan kejadian Carpal Tunnel Syndrome (CTS).
Universitas Sriwijaya
52
dipulihkan apabila ada jeda waktu istirahat yang digunakan untuk peregangan
otot. Dampak gerakan berulang akan meningkat bila gerakan tersebut dilakukan
dengan postur tangan janggal dan beban yang berat. Hasil penelitian ini, didukung
oleh teori dan penelitian sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas
berulang merupakan salah satu faktor risiko yang dapat menyebabkan kejadian
Carpal Tunnel Syndrome (CTS).
Universitas Sriwijaya