Anda di halaman 1dari 12

KELOMPOK 10

PJK : SITI AISYAH


Anggota Kelompok :
• NANANG HIDAYAT (21010110)
• RIZALUL GHOISI (21010112)
• EKA PRASETIO BUDIYANTO (21010113)
• BEERTY APRILIAN (21010114)
• KANTO HARYANTO (21010115)
• HERU ERLANGGA PAIZIN (21010116)
• DANIEL CARLOS GULZOM (21010117)
• DIMAS (21010119)

PERCOBAAN 1
PENGUKURAN DAN PERHITUNGAN PERCEPATAN
GRAVITASI

1.1 Tujuan
1. Mengenal dan dapat menggunakan alat ukur dasar dalam fisika
2. Dapat mengolah data dan menuliskannya dalam aturan baku
3. Menghitung percepatan gravitasi di suatu tempat dengan percobaan
ayunan bandul.
4. Menghitung percepatan gravitasi di suatu tempat dengan percobaan
pegasberosilasi.
5. Mengetahui prosedur pengukuran dan perhitungan percepatan
gravitasi

1
1.2 Dasar Teori
1.2.1 Pengukuran
Suatu pengukuran besaran fisika, seperti panjang, suhu, kuat
arus dll selalu diliputi ketidakpastian, hal tersebut sudah menjadi
prinsip umum dalam fisika eksperimental. Sebabnya adalah :
• Keterbatasan alat ukur (Least Count/nst = nilai skala terkecil)
• Kesalahan pengukuran (human error)
• Kesalahan sistem:
• Kesalahan kalibrasi alat ukur
• Kesalahan titik nol
• Kesalahan pegas (akibat umur alat)
Kesalahan-kesalahan tersebut menyebabkan hasil pengukuran
kurang tepat, dapat lebih besar atau lebih kecil. Inilah yang dimaksud
ketidakpastian dalam percobaan.

Least Count (nst = nilai skala terkecil)


Setiap alat ukur pada umumnya memiliki keterbatasan daya
ukur, atau keterbatasan kemampuan dalam mengukur suatu besaran,
keterbatasan ini disebut Least Count atau nilai skala terkecil. Dalam
suatu alat ukur jarang sekali terdapat skala yang berjarak kurang dari
1 mm, hal ini karena mata manusia umumnya sulit melihat jarak
kurang dari 1 mm.

Nonius
Pada beberapa alat ukur, terdapat alat bantu skala yang
disebut nonius. Nonius membuat seolah-olah dua garis skala yang
kecil menjadi besar, dan mudah dilihat..
Pada gambar 1.1 di bawah ini skala nonius (bagian bawah) titik
0 nya berimpit dengan nilai 2 dan angka 10 nya berimpit dengan 2,9.

2
Artinya 9 skala utama dibagi menjadi 10 bagian. Sehingga jarak antara
skala nonius seakan-akan 0,01 pada skala utama.

Gambar 1.1
(atas) Skala utama
(bawah) Skala nonius

Gambar 1.2
Ilustrasi Jangka Sorong
A. Definisi
Pengukuran adalah membandingkan suatu besaran dengan
besaran lain yang telah ditetapkan sebagai standar pengukuran. Alat
bantu dalam proses pengukuran disebut alat ukur. Alat ukur dalam
kehidupan sehari-hari sangat banyak, misalnya alat ukur panjang
(mistas, jangka sorong, dan mikrometer sekrup), alat ukur massa, alat
ukur waktu, dan alat ukur suhu, dll (Sasmito, 2010).

3
Pengukuran pada dasarnya merupakan kegiatan penentuan
angka bagi suatu objek secara sistematik. Pengukuran memegang
peranan penting, baik untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi maupun untuk penyajian informasi. Senada dengan pendapat
di atas, maka Harun Rasyid (2008:9) mengatakan bahwa
“pengukuran adalah suatu proses pemberian angka kepada suatu
atribut atau karakteristik tertentu yang dimiliki oleh orang,hal atau
objek tertentu menurut aturan atau formulasi yang jelas. Sedangkan
menurut Arkundato (2008:1.3) pengukuran merupakan proses
mengukur suatu besaran, yaitu membandingkan nilai besaran yang
sedang kita ukur dengan besaran lain sejenis yang dipakai sebagai
acuan. Pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa hasil dari setiap
pengukuran dapat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan. Hasil
pengukuran tidak sama seperti pada literatur. Pengukuran dapat
menjadi gangguan baik kepada objek ukur maupun kepada alat ukur
maka hampir dapat dipastikan tidak ada hasil ukur yang nilainya tepat
sama dengan nilai sebenarnya dari besaran yang diukur. Sebuah hasil
ukur selalu mengandung ketidakpastian. Sutrisno (2007:1.5)
mengatakan penting untuk mengetahui apa penyebab dan seberapa
besar ketidakpastian yang terdapat dalam suatu hasil ukur agar dapat
menghindari sebanyak mungkin penyebab ketidakpastian dan
menekannya sekecil mungkin, sesuai dengan yang dibenarkan.
Pendidik yang cenderung membuat soal tes yang terlalu mudah atau
sulit, sehingga hsail pengukuran bisa under atau over estimate dari
kemampuan yang sebenarnya. Setiap peserta didik yang dites, tentu
memiliki rasa kecemasan walau besarnya bervariasi. Apabila ada
peserta didik yang selalu memiliki tingkat kecemasan yang tinggi
ketika dites, hasil pengukurannya cenderung under estimate dari
kemampuan yang sebenarnya. Harun Rasyid (2008:10) mengatakan

4
hasil pengukuran harus memiliki kesalahan sekecil mungkin. Tingkat
kesalahan ini berkaitan dengan kehandalan alat ukur. Alat ukur yang
baik memberi hasil yang konstan bila digunakan berulang-ulang,
asalkan kemampuan yang diukur tidak berubah.

B. Alat Ukur
Melakukan pengukuran dalam suatu besaran fisika, sangat
dibuthkan dengan namanya alat ukur, dengan adanya alat ukur dapat
membantu kita mendapatkan data hasil pengukuran. Faktor lain selain
alat ukur untuk mendapatkan hasil yang akurat perlu adanya
faktorfaktor lain yang dapat mempengaruhi proses pengukuran, antara
lain benda yang diukur, proses dalam pengukuran, kondisi suatu
lingkungan dan orang yang melakukan pengukuran. (Mikrajuddin,
2016).

C. Sejarah dan Pengertian Jangka Sorong


Jangka sorong pertama kali ditemukan pada tahun 1631 oleh
seorang berkebangsaan prancis bernama Pierre Vernier. (Physic Level
1 Laboratory, 2). Jangka sorong merupakan alat ukur panjang yang
mempunyai batas ukur sampai 10 cm dengan ketelitiannya 0.1 mm
atau 0.01 cm. (Agustiana dan Tika, 2013). Jangka sorong memiliki
berbagai ukuran dengan rentang pengukuran dari 100 mm hingga 3000
mm (4 inci sampai 120 inci). (Flack, 2014:6) Jangka sorong tidak
hanya digunakan untuk mengukur panjang tetapi jangka sorong juga
dapat digunakan untuk mengukur diameter sebuah cincin, diameter
bagian dalam pipa dan juga dapat digunakan untuk mengukur kedalam
sebuah benda serta dapat digunakan untuk mengukur luas benda.
Jangka sorong yang dapat digunakan untuk mengukur bagian dalam
dan luas suatu benda terdiri dari bilah utama atau bilah yang dibagi
dalam mm dan suatu bilah pembantu yang dibagi 100. Seratus garis

5
pada bilah pembantu sama dengan 49 milimeter pada bilah utama
sehingga setiap garis =100/49 mm. Bila suatu garis bilah pembantu
berimpit dengan suatu tanda pada skala utama, maka harga ukurnya
adalah jumlah skala dihitung dari angka 0×0.02 mm. (Poerwanto dkk,
2012:79)

Bagian-bagian pada Jangka Sorong

1.2.2 Perhitungan Percepatan Gravitasi


Percepatan gravitasi adalah perubahan kecepatan gaya tarik
bumi terhadap benda atau zat. Percepatan gravitasi didefinisikan
memiliki nilai sebesar 9,80665 m/s². Namun pada umumnya
digunakan nilai sebesar 9,81 m/s² untuk mempermudah. Semakin zat
atau benda tersebut jauh, makin kecil percepatan gravitasinya.

Untuk menentukan percepatan gravitasi dapat dilakukan dengan metode :

6
1. Ayunan Bandul.
2. Osilasi Pegas Berbeban.

Untuk Ayunan Bandul :

Gambar 1. 4

Ilustrasi Ayunan Bandul Bila

sudut ayunan (Q) kecil, maka :

=
........................................................Persamaan 1.1
Sehingga didapatkan persamaan:

............................................................Persam
aan 1.2

Keterangan :
T = Periode ayunan bandul (s)

7
g = Percepatan gravitasi (m/s2)
l = Panjang tali penggantung (m)

Untuk Pegas :

Gambar 1.5

Osilasi Pegas

........ ............................................Persamaan 1.3

.............................................................Persamaan 1.4
Sehingga Persamaan
konstanta pegas :

Statis

8
…...............................................................Persamaan 1.5
Dinamis

..................................................................Persamaan 1.6

Keterangan :
T = Periode osilasi (s) c =
Konstanta pegas (kg/s²) m =
Massa pegas (kg) x = Besar
simpangan (m) g = Percepatan gravitasi
(m/s²)

Gravitasi

Gravitasi adalah sebuah fenomena alam yang umum kita ketahui di dunia ini.
Menurut Wikipedia Berbahasa Inggris, gravitasi didefinisikan sebagai sebuah
fenomena alam dimana benda saling menarik satu-sama lain termasuk
Bintangbintang, Galaksi-galaksi dan bahkan juga Cahaya dan partikel sub-atomik.

Gravitasi adalah penyebab dari Dilasi Waktu (dimana waktu berjalan lebih
lambat pada gravitasi kuat). Di bumi, gravitasi memberikan Berat pada objek fisik
dan menyebabkan ombak. Gravitasi memiliki jarak yang tak terbatas, dan tidak dapat
diserap, dirubah, ataupun dihalau.
Gravitasi juga telah dideskripsikan dalam “Teori Umum dari Relativitas” yang
terkenal, yang digagas oleh Albert Einstein pada 1915. Teori ini lah yang
menggambarkan gravitasi, bukan sebagai gaya, melainkan sebagai konsekuensi dari
kelengkungan ruang-waktu yang disebabkan oleh distribusi massa/energi yang tidak
merata. Untuk kebanyakan aplikasi, gravitasi sudah dapat didekati dengan baik oleh
Hukum Newton tentang gravitasi, yang menyatakan bahwa gaya gravitasi pada dua
benda, massa nya berbanding lurus dengan produk massa mereka dan berbanding
terbalik dengan kuadrat jarak diantara mereka.

9
Bentuk bumi yang tidak benar-benar bulat mengakibatkan adanya gaya
sentrifugal yang menentang gravitasi lebih besar di daerah equator, hal ini yang
menyebabkan bahwa jarak equator ke pusat bumi lebih jauh daripada jarak kutub ke
pusat bumi. (Giancoli, D.C. 1998).
Akibatnya percepatan gravitasi bumi di daerah equator menjadi lebih kecil
dibandingkan percepatan gravitasi dikedua kutub. Keberagaman Topografi
permukaan bumi juga menyebabkan perbedaan besar kecilnya percepatan gravitasi di
setiap tempat karena tergantung dari jaraknya ke permukaan bumi. Artinya semakin
tinggi benda tersebut berada dari permukaan bumi maka semakin kecil percepatan
gravitasi yang dimiliki benda tersebut. Faktor lain yang menyebabkan perbedaan
gravitasi bumi di setiap tempat adalah kepadatan atau kerapatan massa bumi.
Kepadatan atau kerapatan masa bumi disetiap tempat berbeda-beda, hal yang paling
bisa menjelaskan hal ini adalah antara daerah daratan dan lautan. Daratan memiliki
kerapatan massa yang lebih tinggi dibandingkan di daerah lautan, sehingga
percepatan gravitasi bumi di daerah daratan lebih kecil dibandingkan di lautan
(Daryono, 1992: 14-15).
Beberapa fenomena alam yang membuktikan hal tersebut adalah misalnya saat
terjadi gempa bumi. Saat terjadi gempa bumi kecenderungan pusat gempa atau titik
episentrum dari gempa tersebut umumnya berada disekitar perairan atau di tengah
laut, karena gaya tarik terhadap bumi disekitar laut lebih besar. (Sumarjono dkk.
2004).
Potensi kecenderungan untuk terjadinya tsunami juga cukup besar berada di
daerah lautan, akibat gaya gravitasi yang lebih besar di tengah laut yang
menimbulkan tarikan cukup kuat terhadap air laut sehingga tiba-tiba menjadi surut
dan seketika pula berbalik menjadi sangat pasang dan dengan gaya yang besar akibat
reaksi dari gaya gravitasi yang ditimbulkan begitu besar. Beberapa fenomena
tersebutlah yang akan dibuktikan dalam penelitian ini, sehingga nantinya
mendapatkan data akurat yang mendukung teori tersebut bahwa besarnya percepatan
gravitasi bumi di setiap tempat berbeda-beda.

1.3 Alat dan Bahan Percobaan


1.3.1 Alat

• Jangka Sorong
• Mistar
• Neraca Pegas

10
• Stopwatch
• Tiang Statif

1.3.2 Bahan
• Beban
• Pipa
• Tali

1.4 Prosedur Percobaan


1.1.1 Prosedur Percobaan Pengukuran
1. Menyiapkan Alat dan Bahan pada Percobaan Pengukuran.
2. Benda yang akan diukur dijepitkan antara A dan B, dan menekan
pengunci K.
3. Mengamati pembacaan pada skala utama dan skala nonius. Skala
utama terletak pada U bagian bawah dan skala nonius yang terletak
pada N.
4. Mencatat pembacaan pada skala utama dengan membaca garis
terakhir pada skala utama sebelum angka nol pada skala nonius.
5. Mencatat pembacaan angka pada skala nonius yang ditunjukkan
oleh garis lurus yang dibentuk oleh skala utama dan skala nonius.
Kemudian kalikan dengan ketelitian pada
6. skala nonius yang sudah dikonversi satuannya.
7. Menjumlahkan pembacaan angka yang tercatat dari skala utama dan
skala nonius dengan menggunakan rumus yang tertera pada modul.
8. Mencatat hasil pengukuran benda, mengukur benda lain dengan
menggunakan prosedur yang sama dan mencatat
hasilnya.Merapikan kembali alat dan bahan yang telah digunakan.
1.1.2 Perhitungan Percepatan Gravitasi Menggunakan Ayunan Bandul
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam
percobaan ayunan bandul.
2. Mencatat massa beban yang akan digunakan.
3. Mengikatkan beban dengan tali.

11
4. Menggantungkan tali pada tiang statif, lalu mengukur ketinggian
tali tersebut.
5. Membuat suatu simpangan, lalu melepaskan beban.
6. Menghitung dan mencatat banyaknya waktu dan banyaknya
ayunan bandul tersebut dalam keadaan diam.
7. Mengulang percobaan sebanyak dua kali.
8. Mengulang langkah 4 sampai dengan 7 dengan panjang tali yang
berbeda.
9. Merapihkan kembali alat dan bahan yang telah digunakan.

1.1.3 Perhitungan Percepatan Gravitasi menggunakan Osilasi Pegas


1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Mencatat massa beban yang akan digunakan.
3. Menggantungkan beban pada neraca pegas.
4. Membuat suatu simpangan, kemudian melepaskan beban hingga
timbul osilasi dengan beban.
5. Menghitung dan mencatat waktu dan banyaknya osilasi pegas
sampai gas tersebut dalam keadaan diam.
6. Mengulang langkah 2 sampai dengan 6 dengan beban yang
berbeda.
7. Merapihkan kembali alat dan bahan yang telah digunakan.

12

Anda mungkin juga menyukai