Anda di halaman 1dari 97

MODEL- MODEL

PEMBELAJARAN INOVATIF
DI SD
MODEL- MODEL
PEMBELAJARAN INOVATIF DI
SD
PEMBELAJARAN AKTIF INOVATIF/ INTERAKTIF
KREATIF EFEKTIF DAN MENYENANGKAN
(PAIKEM)
1.Model Pembelajaran Kontekstual (CTL)
2.Model Pembelajaran Kelompok / Cooperatif
Learning
3.Model Pembelajaran Konstruktivis
4.Model Pembelajaran Interaktif
5.Pendekatan Sains Teknologi Dan Masyarakat (STM)
Model
Pembelajaran
Kontekstual
(CTL)
Pembelajaran kontekstual mengakui bahwa
belajar merupakan sesuatu yang kompleks dan
multi dimensi yang jauh melampaui berbagai
metodologi yang hanya berorientasi kepada
latihan dan rangsangan/ tanggapan (stimulus-
response)

Pendekatan kontekstual (CTL);


Pendekatan yang menggabungkan berbagai teori
atau pendekatan yang memiliki asosiasi dengan
berbagai strategi.
Pembelajaran Kontekstual Dalam
Berbagai Versi
Versi- Versi CTL
• Versi pertama
menyebutkan adanya • Versi kedua
enam unsur kunci menyebutkan adanya
dalam CTL yaitu : tujuh komponen
1. Pembelajaran dalam CTL yaitu :
bermakna
2. Penerapan
1. Konstruktivisme
pengetahuan 2. Menemukan
3. Berpikir tingkat lebih 3. Bertanya
tinggi 4. Masyarakat belajar
4. Pengembangan 5. Pemodelan
kurikulum
6. Refleksi
5. Respon terhadap
budaya,dan 7. Penilaian yang
6. Penilaian autentik sebenarnya
• Versi ketiga menyebutkan adanya 8
komponen dari CTL Yaitu :
1. membuat hubungan yang bermakna
2. membuat kerja yang signifikan
3. pengaturan kerja mandiri
4. kolaborasi
5. berpikir krestif dan kritis
6. terkait dengan kepentingan individu
7. menggunakan standar tinggi
8. menggunakan penilaian autentik
Berbagai strategi yang
berasosiasi dengan CTL yaitu :
• CBSA • Inquirybased learning
• Problem-based
• Pendekatan proses
learning
• Life skills education • Cooperative-learning
• Authenthic • Service-learning
instruction
Pendekatan kontekstual juga dilandasi oleh
empat pilar pendidikan dari UNESCO. Dengan
landasan empat pilar pendidikan dari UNESCO,
yaitu :
- learning to do = mau dan mampu mengalami
dan mengerjakan sesuatu
- learning to know = mampu membangun
pengetahuan dan pemahaman terhadap dunia
disekitarnya
- learning to be = meningkatkan kepercayaan
diri dan membangun jati dirinya
- learning to live together = membentuk
kepribadiannya untuk memahami
kemajemukan dan melahirkan sikap2 positif
dan toleran terhadap keanekaragaman hidup.
Perbedaan Pola Pembelajaran
Kontekstual dan Konvensional
Konvensional Kontekstual

Menyadarkan kepada hafalan Menyadarkan pada memori


spasial
Pemilihan informasi ditentukan Pemilihan informasi berdasarkan
oleh guru kebutuhan individual siswa

Cenderung terfokus satu bidang Cenderung mengintegrasikan


(disiplin tertentu) beberapa bidang (disiplin)

Memberikan tumpukan informasi Selalu mengaitkan informasi


kepada siswa sampai pada dengan pengetahuan awal yang
saatnya diperlukan telah dimiliki
Penilaian hasil belajar hanya Menerapkan penilaian autentik
melalui kegiatan akademik berupa melalui penerapan praktis dalam
ujian/ ulangan pemecahan masalah
Ciri- ciri pembelajaran
pendekatan kontekstual
• Siswa secara aktif terlibat dalam proses
pembelajaran
• Siswa belajar dari teman melalui kerja kelompok,
diskusi dan saling mengoreksi
• Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata
• Perilaku siswa dibangun atas dasar kesadaran
diri
• Keterampilan dikembangkan atas dasar
pemahaman
• Pengetahuan dikonstruksi oleh siswa sendiri
• Penilaian autentik
Ilmu kognitif dan teori- teori tentang tingkah
laku yang secara bersama- sama mendasari
konsepsi dan proses pembelajaran
kontekstual, antara lain :
1. Konstruktivisme berbasis pengetahuan
2. Pembelajaran berbasis usaha / teori
pertumbuhan kecerdasan
3. Sosialisasi
4. Pembelajaran situasi
5. Pembelajaran distribusi
Komponen Dalam Pembelajaran
Kontekstual
Pendekatan pengajaran kontekstual harus
menekankan pada hal- hal :
1. Belajar berbasis masalah
2. Pengajaran autentik
3. Belajar berbasis inkuiri
4. Belajar berbasis proyek/ tugas terstruktur
5. Belajar berbasis kerja
6. Belajar jasa-layanan
7. Belajar kooperatif
Berkaitan dengan faktor kebutuhan individual
siswa maka untuk menggunakan pendekatan
pengajaran kontekstual guru harus
memperhatikan hal- hal berikut :
1. Merencanakan pembelajaran sesuai dengan
kewajaran perkembangan mental siswa.
2. Membentuk group belajar yang saling tergantung.
3. Menyediakan lingkungan yang mendukung
pembelajaran mendiri
4. Mempertimbangkan keragaman siswa.
5. Memperhatikan multi- intelegensi siswa.
6. Menggunakan teknik- teknik bertanya yang
meningkatkan pembelajaran siswa, perkembangan
pemecahan masalah dan keterampilan berpikir
tingkat tinggi.
7. Menerapkan penilaian autentik
Berkaitan dengan faktor peran guru agar proses
pengajaran kontekstual dapat lebih efektif maka guru
harus melaksanakan beberapa hal sebagai berikut :
1. Mengkaji konsep atau teori yang akan dipelajari oleh siswa.
2. Memahami latar belakang dan pengalaman hidup siswa.
3. Mempelajari lingkungan sekolah dan tempat tinggal siswa.
4. Merancang pengajaran dengan mengaitkan konsep atau teori
yang dipelajari dengan mempertimbangkan pengalaman
yang dimiliki siswa dan lingkungan kehidupan mereka.
5. Melaksanakan pengajaran dengan selalu mendorong siswa
untuk mengaitkan apa yang sedang dipelajari dengan
pengetahuan/ pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya
dan mengaitkan apa yang dipelajarinya dengan fenomena
kehidupan sehari- hari.
6. Melaksanakan penilaian terhadap pemahaman siswa.
Dalam pembelajaran kontekstual diperlukan strategi
pengajaran :
1. Menekankan pada pemecahan masalah/ problem.
2. Mengakui kebutuhan pembelajaran terjadi diberbagai
konteks, misalnya rumah, masyarakat dan tempat kerja.
3. Mengkontrol dan mengarahkan pembelajaran siswa.
4. Bermuara pada keragaman konteks hidup yang dimiliki siswa.
5. Mendorong siswa untuk belajar dari sesamaya an bersama-
sama atau menggunakan group belajar interdependen.
6. Menggunakan penilaian autentik
MODEL
PEMBELAJARAN
KELOMPOK /
COOPERATIF
LEARNING
Interaksi sosial yang positif dapat dibentuk
melalui kerja berkelompok. Arends (2004)
menyatakan bahwa masyarakat belajar dapat
meningkatkan interaksi dan hasil belajar siswa
baik secara individu maupun kelompok serta
kemampuan menemukan jawaban
permasalahan yang dihadapi secara lebih
kompleks.
Di dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif
ada 6 langkah :

1) Guru menyampaikan tujuan dan


memotivasi siswa
2) Guru menyajikan informasi melalui
demonstrasi atau memberikan bacaan
3) Guru mengorganisasikan siswa kedalam
kelompok2 belajar.
4) Siswa bekerja dan belajar di dalam
kelompok dengan bimbingan guru
5) Guru melakukan evaluasi
6) Siswa mendapatkan penghargaan.
MODEL PEMBELAJARAN
COOPERATIVE LEARNING
• Model cooeperative Studen Team
Achievement Divisions (STAD)
• Model cooperative Jigsaw
• Model cooperative Nambered Haed
Togather (NHT)
• Model cooperative Think –Pair-Share
• Model cooperative Group Invetigation ( GI)
• Model cooperative Intergrated Reading and
Composition (CIRCI)
Model cooeperative Studen Team
Achievement Divisions (STAD)
1. Guru menyajikan topik baru kepada siswa secara pereodik
2. Siswa didalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok
dengan anggota 4-5
3. Anggta kelompok hiterogen (jenis kelamin,ras, ethnik
kemampuan akdemik)
4. Disediakan lembar diskusi siswa (LDS)
5. Siswa saling membantu untuk menguasai materi melalui
tanya jawab antar nggota klmpk
6. Secara pereodik atau setiap selesai atau tiap selesai satu
topik guru melakukan evaluasi kelompok diberi skor
berdasarkan hasil evaluasi
7. Setiap siswa di dalam kelompok diberi skor berdasarkan
hasil evaluasi
8. Kepada siswa atau kelompok yang meraih prestasi akan
memperoleh penghargaan
Model Cooperative Jigsaw
1. Guru menyiapkan teks atau bahan akademik lainnya kepada siswa.
2. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dengan jumlah anggota 5 atau
6.
3. Anggota kelompok heterogen (jenis kelamin. ras, etnik., kemampuan
akademik) dan kelompok ini sebagai kelompok semula (home teams)
4. Setiap siswa di dalam tim semula bertanggung jawab untuk mempelajari
suatu bagian dari akademik, demikian juga untuk kelompok lainnya.
5. Para anggota dari berbagai kelompok yang memiliki tanggung jawab
sama terhadap salah satu bahan akademik bergabung membentuk “Tim
Pakar” untuk mengkaji bahan akademik yang menjadi bagiannya
6. Para anggota dan kelompok pakar kembali ke dalam kelompok semula
untuk menjadi ahli di dalam kelompoknya.
7. Setelah selesai diskusi guru melakukan evaluasi secara individual
terhadap penguasaan materi.
8. Setiap siswa di dalam kelompok di beri skor berdasarkan hasil evaluasi.
9. Kepada siswa atau kelompok yang meraih prestasi tinggi akan
memperoleh penghargaan.
Model Cooperative Numbered Head
Together (NHT)
1. Numbering, guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok
dengan jumlah anggota 3-5 orang siswa, kemudian memberi nomor
sehingga tiap siswa dalam kelompok memiliki nomor yang berbeda
2. Questioning, guru mengajukan pertanyaan kepada siswa.
3. Head togather para siswa berpikir bersama untuk unt uk
meyekinkan bahwa tiap anggota megetahui jawaban pertanyaan.
4. Answering, guru menyebut satu angka tertentu dan para siswa dari
tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan
menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas.
5. Setelah selesai diskusi guru melakukan evaluasi secara indiviual
tehadap penguasaan materi
6. Setiap siswa di dalam kelompok diberi skor berdasarkan hasil
evaluasi.
7. Kepada lelompok yang meraih prestasi tinggi akan memperoleh
penghargaan
ModelCooperative Think-Pair-Share
1. Thinking berpikir :guru mengajukan pertanyaan atau pemasalahan
yang terkait dengan materi bahan ajar kemudian siswa diberi waktu
beberapa menit untuk berpikir sendiri tentang jawaban pertaanyaan
tersebut
2. Pairing, berpasangan: guru meminta siswa untuk berpasangan dan
mendiskusikan mengenai apa yang telah dipikirkan.
3. Sharing/berbagi: guru mengarahkan siswa berbagi dan bekerjasama
dengan pasangannya mengenai apa yang dipikirkan. Guru juga
berkeliling kelas sehingga semakin banyak pasangan siswa yang
memperoleh kesempatan melaporkan hasil pemikirannya.
4. Setelah selesai diskusi guru melakukan evaluasi secara individual
terhadap penguasaan materi.
5. Setiap siswa di dalam kelompok diberi skor berdasarkan hasil
evaluasi.
6. Kepada siswa/ kelompok yang meraih prestasi tinggi akan
memperoleh penghargaan
Model Coopertive Group Investigation (GI)
1. Guru menyiapkan topik secara umum
2. Siswa di dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok dengan jumlah
anggota 2 atau 6 siswa.
3. Anggota kelompok heterogen
4. Guru menjadi fasilitator sehingga setiap kelompok mampu memilih subtopik
dari topik umum yang sudah disiapkan guru.
5. Para siswa dalam kelompok bersama guru merencanakan prosedur belajar,
kegiatan, dan tujuan yang akan dicapai dari subtopik yang sudah dipilih
6. Implementasi dan investigasi, siswa melaksanakan rencana yang telah
disusun melalui berbagai kegiatan dan sumber belajar.
7. Analisis dan sintesis, menganalisa dan mensitensiskan berbagai hasil
implementasi dan investigasi sehingga setiap kelompok dan meringkas dalam
suatu penyajian yang bermakna dan menarik.
8. Penyajian hasil akhir, semua kelompok mempresentasikan hasil ringkasannya
sehingga tercapai suatu perpektif yang luas mengenai topik tersebut.
9. Setelah selesai diskusi guru melakukan evaluasi secara individual terhadap
penguasaan materi.
10. Setiap siswa di dalam kelompok diberi skor berdasarkan hasil evaluasi
11. Kepada siswa atau kelompok yang meraih prestasi tinggi akan memperoleh
penghargaan.
Model Cooperative Integrated
Reading and Composition (CIRC)
1. Model ini merupakan sebuah program komprehensif dan lengkap
untuk pengajaran membaca dan menulis SD kelas tinggi
2. Siswa di dalam kelas diabagi dalam beberapa kelompokdengan
julah anggota 4 atau 5 siswa
3. Anggota kelompok heterogen
4. Siswa dilibatkan dalam kegiatan membaca, membuat prediksi,
memahami ide pokok, menulis tanggapan atas cerita, dan berlatih
perbendaraan kata dan tanya jawab guna mengasai materi.
5. Siswa terlibat dalam menulis draft, saling merevisi dan mengedit
pekerjaan untuk publikasi.
6. Guru melakukan evaluasi terhadap ketrampilan membaca
7. Setiap siswa diberi skor berdasarkan hasil evaluasi
8. Kepada siswa atau kelompok yang berprestasi diberi
penghargaan.
MODEL
PEMBELAJARAN
KONSTRUKTIVISME
DAN KOOPERATIF
PENGERTIAN MODEL
KONSTRUKTIVISME
 Salah satu pendangan tentang proses
pembelajaran yang menyatakan bahwa
dalam proses belajar (perolehan
pengetahuan) diawali dengan terjadinya
konflik kognitif.
 Terjadinya proses modifikasi struktur
kognitif dapat dilihat pada tabel
HAL BARU

SKEMA

Dibandingkan dgn konsep awal

Tidak cocok akomodasi cocok

ketidakseimbangan cocok

Jalan buntu keseimbangan asimilasi

Alternatif strategi lain mengerti


Berdasarkan pandangan tersebut, dapat
disimpulkan bahwa model kontruktivisme dlm
pembelajaran adalah “Suatu proses belajar
mengajar dimana siswa sendiri aktif secara
mental membangun pengetahuan, yang
dilandasi oleh struktur kognitif yang
dimilikinya”
a. Mengakui adanya konsepsi awal yang dimiliki
siswa
b. Menekankan padakemampuan minds-on dan
hand-on
c. Mengakuibhw dlm proses pembelajaran terjadi
perubahan konseptual
d. Mengakui bahwa pengetahuan tidak dapat
diperoleh secara pasif
e. Mengutamakan terjadinya interaksi sosial
Mengungkapkan konsepsi awal
Membangkitkan motivasi

Eksplorasi

Diskusi dan penjelasan konsep

Pengembangan apikasi
• Tahap pertama, siswa didorong agar mengemukakan pengetahuan
awalnya tentang konsep yang akan dibahas.
• Tahap kedua, siswa diberi kesempatan untuk menyelidiki dan menemukan
konsep melalui pengumpulan, pengorganisasian, dan penginterpretasian
data dalam suatu kegiatan yang telah dirancang pendidik. Kemudian
secara berkelompok didiskusikan dengan kelompok lain.
• Tahap ketiga, saat siswa memberikan penjelasan dan solusi yang
didasarkan pada hasil observasinya ditambah dengan peguatan pendidik.
• Tahap keempat, pendidik berusaha menciptakan iklim pembelajaran yang
memungkinkan siswa dapat mengaplikasikan pemahaman konseptualnya.
Kelebihan pembelajaran melalui
konstruktivisme
1. Kesesuaian antara psikologi
perkembangan dan metode belajar
2. Kelompok belajar secara kooperatif
3. Belajar berpusat pada siswa
4. Peranan guru lebih fleksibel.
MODEL
PEMBELAJARAN
INTERAKTIF
PENGERTIAN PEMBELAJARAN
INTERAKIF
Suatu pendekatan pembelajaran yang
merajuk pada pandangan konstruktivisme.
Model pembelajaran ini dikenal dengan
sebagai pendekatan “pertanyaan siswa”,
dimana guru berusaha untuk menggali
pertanyaan siswa. Jadi, siswa ditantang rasa
ingin tahunya terhadap objek yang sedang
dipelajari dengan cara mengajukan
pertanyaan. Kemudian siswa melakukan
penyelidikan atas pertanyaan mereka sendiri.
PERSIAPAN

Pengetahuan awal

Kegiatan eksplorasi

Pertanyaan siswa perbandingan

penyelidikan

Pertanyaan
susulan Pengetahuan akhir

Refleksi
PENDEKATAN
SAINS TEKNOLOGI
DAN MASYARAKAT
(STM)
 Pendidikan sains pada th 1960-1970 hanya ditujukan
kepada kemampuan warga negara agar melek sains
(scientific Literacy), tetapi pada tahun 80-an
pendidikan sains menekankan pada relevansi sains,
teknologi, isyu- isyu masyarakat yang ada kaitannya
dengan sains dan teknologi beserta dampaknya.
Penekanan ini dikenal dengan melek sains dan
teknologi (scientific and technological literacy), yang
dimaksud adalah bahwa semua warga negara yang
telah lulus dari sekolah hendaknya sadar akan
pentingnya sains dan teknologi, memiliki sikap yang
positif terhadap dampak yang ditimbulkan oleh
perkembangan sains dan teknologi, serta merasa
aman hidup dalam masyarakat yang selalu dikelilingi
oleh produk2 sains dan teknologi beserta dampaknya.
 Salah satu strategi yang dapat diterapkan dalam
mengantisipasi kemajuan sains dan teknologi
beserta dampaknya, dan dalam memasyarakatkan
sains dan teknologi adalah dengan menerapkan
pendekatan baru yang disebut sebagai
pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat (STM).
 Revormasi kurikulum sains 1960 menjadikan
sains sebagai produk dan proses. Dengan adanya
proyek yang mendukung pengajaran sains
tersebut diasumsikan bahwa jika struktur mata
pelajaran sains diajarkan dengan menekankan
pada inkuiri, tentunya siswa tidak hanya belajar
konten dan keterampilan inkuiri saja melainkan
dapat menggunakan dan mengaplikasikan
pengetahuan mengenai konsep2 sains dan
keterampilan2 inkuiri itu dalam kehidupan sehari-
harinya untuk memecahkan masalah.
A. KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN
Yager (1992), mendefinisikan STM yaitu
mencakup tujuan, kurikulum, asesmen dan
khususnya mengenai pengajaran. Yang menjadi
dasar apa yang dilakukan oleh STM adalah
menghasilkan warga negara yang memiliki
pengatahuan yang cukup sehingga mampu
membuat keputusan- keputusan yang krusial
tentang masalah2 dan isyu2 yang mutakhir dan
mengambil tindakan sesuai dengan keputusan
yang dibuatnya tersebut. Pada tahun 1983- 1986
Yager dan kawan2nya bekerja sama dengan 30 –
50 guru setiap tahunnya. Kerja sama itu
bertujuan untuk membantu guru- guru dalam
mengajar untuk mencapai lima tujuan utama.
Tujuan- tujuan dikarakteristikkan
sebagai domain, yaitu meliputi :
1. Domain Konsep
Domain konsep ini memfokuskan pada muatan
sains lebih dari muatan sains tradisional.
Domain konsep meliputi fakta- fakta:
-Informasi
-Hukum-hukum
-Prinsip- prinsip
-Penjelasan- penjelasan keberadaan sesuatu
dan teori yang digunakan oleh saintis.
2. Domain Proses
Proses2 sains berhubungan dengan
bagaimana saintis berpikir dan bekerja,yaitu
menggambarkan dimensi sains.
Ada 15 keterampilan proses yang meliputi:

1. Mengobservasi 9. Menginferensi
2. Menggunakan 10. Memprediksikan
hubungan ruang/waktu 11. Mengendalikan dan
3. Mengklasifikasi mengidentifikasi
4. Mengelompokkan dan variabel
mengorganisasi 12. Menginterpretasikan
5. Menggunakan bilangan data
6. Mengkuantifikasi 13. Merumuskan hipotesis
7. Mengukur 14. Memberikan defenisi
secara operasional
8. mengomunikasikan 15. Melaksanakan
eksperimen
3. Domain Aplikasi
Domain ini meliputi
• mengaplikasikan konsep2 dan keterampilan2 dalam
memecahkan masalah2 sehari- hari;
• memahami prinsip2 ilmiah dan prinsip teknologi yang
terdapat dalam rumah tangga, menggunakan proses2 ilmiah
dalam memecahkan masalah yang terjadi dalam kehidupan
sehari2;
• Memahami dan menilai laporan media massa mengenai
pengembangan pengetahuan;
• Mengambil keputusan yang berhubungan dengan
kesehatan pribadi, gizi, dan gaya hidup yang didasari oleh
pengetahuan konsep2 ilmiah daripada emosi,
mengintegrasikan sains dengan subyek2 lain;
• Mengambil tindakan khusus yang dirancang untuk
memecahkan masalah dan atau memberi kontribusi untuk
pemecahan masalah yang dihadapi secara lokal, regional,
nasional, maupun internasional dan terlibat dalam
kegiatan2 di masyarakat
4. Domain Kreativitas
Kemampuan menusia yang penting dalam domain ini
diantaranya meliputi :
Visualisasi
Menghasilkan gambaran mental
Menggabungkan obyek- obyek dan ide- ide dalam
cara2 baru
Memecahkan masalah dan teka-teki
Memprediksikan konsekuensi2 yang mungkin
Menyarankan alasan2 yang mungkin
Mendisain alat atau mesin
Menghasilkan ide2 yang tidak biasa.
5. Domain Sikap
• Pengembangan sikap2 positif terhadap sains pada
umumnya, kelas sains, program sains, kegunaan
belajar sains, dan guru2 sains;
• Pengembangan sikap2 positif terhadap diri
sendiri,eksplorasi emosi manusia, mengembangkan
kepekaan dan rasa hormat terhadap perasaan-
perasaan orang lain, mengekspresikan perasaan
dengan cara yang konstruktif, mengambil
keputusan mengenai nilai2 perorangan, mengambil
keputusan mengenai isyu2 lingkungan sosial dan
mengeksplorasi argument dalam sudut pandang
yang berbeda mengenai isyu2 yang ada tersebut.
B. TUJUAN, KURIKULUM, PENGAJARAN,
DAN EVALUASI STM
1. Tujuan Sains Teknologi dan Masyarakat
Menurut Yager (1992) tujuan pembelajaran STM adalah
sebagai berikut :
a. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk
membandingkan dan mengkontraskan sains dan
teknologi serta menghargai bagaimana sains dan
teknologi memberikan kontribusi pada pengetahuan
dan pengaruh baru.
b. Memberikan contoh2 dari masa lalu dan sekarang
mengenai perubahan2 yang sangat besar dalam
bidang sains dan teknologi yang dibawa pada
masyarakat, pertumbuhan ekonomi, dan proses2
politik
c. Memberikan/menawarkan pandangan global pada
hubungan sains dan teknologi pada masyarakat,
menunjukkan dampaknya pada pengembangan
bangsa dan ekologi bumi.
2. Kurikulum Sains Teknologi
dan Masyarakat
Kurikulum STM mengandung komponen2 :
a) isyu2 yang berhubungan dengan kehidupan siswa,
keluarga mereka dan masyarakat dan yang
menekankan pada tema2 yang mempunyai arti luas.
b) Prosedur2/ prose2 aktual dengan pengetahuan STM
diperoleh dengan pertanyaan “bagaimana kita
tahu?” dan “Apa yang dapat kita kerjakan?”
c) Strategi2 pengembilan keputusan dan penggunaan
strategi ini untuk mencapai keputusan2 pada
masalah2 nyata.
d) Kesempatan untuk mengumpulkan informasi
dengan cara membaca dan mewawancarai serta
mempublikasikannya kepada orang lain dengan
cara menulis laporan.
3. Pengajaran Sains Teknologi dan
Masyarakat
Pengajaran sains dengan menggunakan pendekatan
STM hendaknya mengandung komponen2 :
a) strategi2 yang berbeda untuk memberikan
pemahaman yang nyata mengenai pola2 penalaran
dan berpikir dari teman sebaya, orang dewasa, dan
para ahli.
b) Keterampilan2 dalam menguji validitas argumen
dan contoh2 yang tampaknya seperti penalaran
ilmiah yang membawa pada kesimpulan yang keliru.
c) Motivasi siswa untuk mengeksplorasi emosi dan
nilai2 dalam hubungan data dengan bukti2 khusus.
d) Penggunaan studi lapangan, pembicara tamu,
media informasi, film, dan kegiatan2 siswa, debat,
bermain peran dan simulasi
4. Evaluasi Dalam Sains Teknologi
dan Masyarakat
Komponen2 yang dievaluasi :
a. teknik2 non tradisional untuk menilai
keterampilan2 analitik dan penalaran.
b. Teknik2 yang mengembangkan kesadaran
lebih jauh dan pemahaman masalah2 dan
pemecahan STM.
c. Instrumen evaluasi untuk mengidentifikasi
kelemahan2 dalam penalaran siswa dan
kesenjangan dalam pemahaman untuk
meningkatkan pengajaran dan kurikulum.
Karakteristik Pendekatan STM dan Pendekatan
Tradisional dalam Pengajaran Sains
TRADISIONAL STM
Berpusat pada guru Berpusat pada siswa
Diarahkan oleh buku teks Menggunakan sumber belajar yang
bervariasi
Pengajaran kelompok, berdasarkan Mengenal perbedaan siswa, siswa kerja
kemampuan rata2 siswa individu
Kerja kelompok,khususnya di Siswa bekerjasama untuk memecahkan
laboratorium masalah dan isyu
Siswa terlibat sebagai penerima Siswa aktif memberikan kontribusi pada
pengajaran
Guru tidak membangun pengalaman Guru membangun pengalaman2 siswa
siswa dengan asumsi bahwa siswa dengan asumsi bahwa siswa belajar
belajar lebih efisien dengan cara lebih baik dari pengalaman2 mereka
penyajian yang diorganisasikan untuk sendiri
memahami informasi
Guru merencanakan pengajaran dari Guru merencanakan pengajaran
pedoman kurikulum dan buku teks berdasarkan masalah2 dan isu2 yang
sedang berlangsung
• Pengajaran tradisional adalah terlalu banyak dan
terlalu menekankan pada faktor2 dan teori2 tanpa
ada hubungannya dengan dunia di luar kelas atau di
luar laboratorium.
• Pengajaran sains adalah bahwa kita sekarang hidup
dibanjiri produk2 sains dan teknologi.
• Siswa harus dibekaliu dengan pengetahuan dan
keterampilan untuk menganalisis dan menilai isyu2
yang timbulu dari interaksi antara sains dan
teknologi di masyarakat, sehingga mereka dapat
membuat pertimbangan yang didasari dengan
pengetahuan.
Sifat- sifat orang yang melek
sains dan teknologi :
1. Menggunakan konsep2 sains, keterampilan2
proses, dan nilai2 dalam membuat suatu keputusan
yang bertanggung jawab.
2. Memahami bahwa masyarakat mengendalikan sains
dan teknologi melalui penyediaan sumber2.
3. Mengakui keterbatasan2 praktis dari kegunaan
sains dan teknologi dalam meningkatkan
kesejahteraan manusia.
4. Mengetahui konsep2 utama, hipotesis, dan teori
sains dan dapat menggunakannya.
5. Menghargai sains dan teknologi untuk merangsang
intelektual yang dimilikinya.
6. Memahami penerapan2 teknologi dan keputusan2
yang diperlukan dalam menggunakan teknologi.
NSTA mengajukan ciri2 dalam
menerapkan pendekatan STM :
1. Siswa mengidentifikasi masalah2 yang ada di daerahnya dan
dampaknya.
2. Dalam memecahkan masalah tersebut siswa dapat menggunakan
sumber2 setempat (nara sumber dan bahan2) untuk memperoleh
informasi yang dapat digunakan dalam pemecahan masalah.
3. Keterlibatan siswa secara aktif dalam mencari informasi yang dapat
diterapkan untuk memecahkan masalah2 nyata dalam hidupnya.
4. Perluasan untuk terjadinya belajar melebihi periode, kelas dan
sekolah.
5. Memusatkan pada pengaruh sains dan teknologi kepada individu.
6. Pandangan mengenai sains sebagai bahan lebih dari sekedar yang
hanya berisi konsep dan menyelesaikan ujian.
7. Penekanan pada keterampilan proses sains, agar dapat digunakan
oleh siswa dalam mencari solusi terhadap masalahnya.
8. Memberikan kesempatan pada siswa untuk berperan dalam
bermasyarakat sebagai usaha untuk memecahkan kembali masalah2
yang diidentifikasinya.
Ada 4 kategori strategi
konstruktivisme dalam pengajaran
sains dengan STM, yaitu :

1. Invitasi
2. Eksplorasi
3. Pengajuan penjelasan dan solusi
4. Pengambilan tindakan
Kegiatan- kegiatan dalam 4 kategori
tersebut :
1. Invite = apersepsi = invitasi
- belajar dimulai dengan melibatkan/ mengajak siswa
- mengajukan pertanyaan spontan guru pada siswa
- mengidentifikasi situasi di mana siswa berbeda persepsi
2. Explore = discover = create ( pencarian, penemuan,
pembentukan)
siswa dilibatkan untuk mengumpulkan data melalui;eksperimen,
diskusi, survey, wacana (studi literature)
3. Purpose explanation and solution
- siswa mengajukan penjelasan berdasarkan data yang telah
diperoleh
- siswa mengalami perubahan konsepsi
4. Take Action
siswa membentuk konsep baru; mengambil keputusan; melakukan tindakan
Langkah- langkah penggunaan
pendekatan STM dalam pengajaran sains
menurut Poedjiadi (1995)
1. Mula2 guru mengemukakan isyu2 atau
masalah aktual yang ada di masyarakat
dikaitkan dengan konsep2 yang akan dibahas,
tahap ini disebut apersepsi, invitasi, atau
eksplorasi.
2. Melaksanakan pembelajaran dengan
menggunakan strategi belajar tertentu yang
dapat dipilih oleh guru sesuai dengan
pedagogi materi subyek atau pedagogi materi
pelajaran. Dalam hal ini pedagogi berarti ilmu
dan seni mengajar. Tahap ini dapat disebut
sebagai tahap pembentukan konsep.
3. Konsep yang sudah dipahami peserta didik
dapat digunakan untuk menyelesaikan
masalah atau menganalisis isyu2 atau
masalah yang sudah dilontarkan pada awal
pembelajaran. Tahap ini dianggap sebagai
aplikasi konsep untuk menganalisis
fenomena dan menyelesaikan masalah.
4. Guru memberikan pemantapan konsep,
agar tidak terjadi miskonsepsi pada diri
siswa. Diharapkan agar pada tahap ini dapat
merekonstruksi atau merestrukturisasi
konsep yang salah. Tahap ini disebut
pemantapan konsep.
5. Melaksanakan evaluasi. Evaluasi hendaknya
dilakukan secara berkelanjutan dan
mencakup berbagai aspek
TERIMAKASIH
WASSALAM
MODEL-MODEL PEMBELAJARAN DALAM
KURIKULUM 2013

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN


KEBUDAYAAN
DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS
PROYEK (PROJECT BASED
LEARNING)

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN


KEBUDAYAAN
DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
Definisi/Konsep

• Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based


Learning=PjBL) adalah metoda pembelajaran yang
menggunakan proyek/kegiatan sebagai media. Peserta
didik melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi,
sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai
bentuk hasil belajar.

• Pembelajaran Berbasis Proyek merupakan metode


belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah
awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan
pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam
beraktifitas secara nyata.
Karakteristik PjBL
– Peserta didik membuat keputusan tentang sebuah kerangka
kerja.
– Adanya permasalahan atau tantangan yang diajukan kepada
peserta didik.
– peserta didik mendesain proses untuk menentukan solusi atas
permasalahan atau tantangan yang diajukan.
– Peserta didik secara kolaboratif bertanggungjawab untuk
mengakses dan mengelola informasi untuk memecahkan
permasalahan.
– Proses evaluasi dijalankan secara kontinyu.
– Peserta didik secara berkala melakukan refleksi atas aktivitas
yang sudah dijalankan.
– Produk akhir aktivitas belajar akan dievaluasi secara kualitatif.
– Situasi pembelajaran sangat toleran terhadap kesalahan dan
perubahan.

63
Keuntungan Pembelajaran Berbasis Proyek

– Meningkatkan motivasi belajar peserta didik untuk belajar,


mendorong kemampuan mereka untuk melakukan
pekerjaan penting, dan mereka perlu untuk dihargai.
– Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.
– Membuat peserta didik menjadi lebih aktif dan berhasil
memecahkan problem-problem yang kompleks.
– Meningkatkan kolaborasi.
– Mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan
mempraktikkan keterampilan komunikasi.
– Meningkatkan keterampilan peserta didik dalam mengelola
sumber.
Keuntungan Pembelajaran Berbasis Proyek

– Memberikan pengalaman kepada peserta didik


pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi proyek,
dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain
seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.
– Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan
peserta didik secara kompleks dan dirancang untuk
berkembang sesuai dunia nyata.
– Melibatkan para peserta didik untuk belajar mengambil
informasi dan menunjukkan pengetahuan yang dimiliki,
kemudian diimplementasikan dengan dunia nyata.
– Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan,
sehingga peserta didik maupun pendidik menikmati proses
pembelajaran.
Kelemahan Pembelajaran Berbasis Proyek

• Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah.


• Membutuhkan biaya yang cukup banyak
• Banyak instruktur yang merasa nyaman dengan kelas
tradisional, di mana instruktur memegang peran utama di
kelas.
• Banyaknya peralatan yang harus disediakan.
• Peserta didik yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan
pengumpulan informasi akan mengalami kesulitan.
• Ada kemungkinan peserta didik yang kurang aktif dalam kerja
kelompok.
• Ketika topik yang diberikan kepada masing-masing kelompok
berbeda, dikhawatirkan peserta didik tidak bisa memahami
topik secara keseluruhan
Langkah-Langkah Operasional
SISTEM PENILAIAN

• Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap


suatu tugas yang harus diselesaikan dalam
periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu
investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data,
pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data.

• Penilaian proyek dapat digunakan untuk mengetahui


pemahaman, kemampuan mengaplikasikan,
kemampuan penyelidikan dan kemampuan
menginformasikan peserta didik pada mata pelajaran
tertentu secara jelas.
SISTEM PENILAIAN

Pada penilaian proyek setidaknya ada 3 hal yang perlu


dipertimbangkan yaitu:

• Kemampuan pengelolaan
Kemampuan peserta didik dalam memilih topik, mencari informasi dan
mengelola waktu pengumpulan data serta penulisan laporan.

• Relevansi
Kesesuaian dengan mata pelajaran, dengan mempertimbangkan tahap
pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam pembelajaran.

• Keaslian
Proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil karyanya,
dengan mempertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk dan
dukungan terhadap proyek peserta didik.
SISTEM PENILAIAN

• Penilaian produk adalah penilaian


terhadap proses pembuatan dan kualitas
suatu produk. Penilaian produk meliputi
penilaian kemampuan peserta didik
membuat produk-produk teknologi dan
seni, seperti: makanan, pakaian, hasil
karya seni (patung, lukisan, gambar),
barang-barang terbuat dari kayu, keramik,
plastik, dan logam.
70
SISTEM PENILAIAN

Pengembangan produk meliputi 3 (tiga) tahap dan setiap


tahap perlu diadakan penilaian yaitu:

• Tahap persiapan, meliputi: penilaian kemampuan peserta


didik dan merencanakan, menggali, dan mengembangkan
gagasan, dan mendesain produk.

• Tahap pembuatan produk (proses), meliputi: penilaian


kemampuan peserta didik dalam menyeleksi dan
menggunakan bahan, alat, dan teknik.

• Tahap penilaian produk (appraisal), meliputi: penilaian produk


yang dihasilkan peserta didik sesuai kriteria yang ditetapkan.
 

71
MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
(PROBLEM BASED LEARNING )

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


TAHUN 2013 72
Definisi/Konsep

• Pembelajaran berbasis masalah


merupakan sebuah pendekatan
pembelajaran yang menyajikan masalah
kontekstual sehingga merangsang peserta
didik untuk belajar. Dalam kelas yang
menerapkan pembelajaran berbasis
masalah, peserta didik bekerja dalam tim
untuk memecahkan masalah dunia nyata
(real world)
Definisi/Konsep
lanjutan......

• Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu


metode pembelajaran yang menantang peserta
didik untuk “belajar bagaimana belajar”, bekerja
secara berkelompok untuk mencari solusi dari
permasalahan dunia nyata.

• Masalah yang diberikan ini digunakan untuk


mengikat peserta didik pada rasa ingin tahu pada
pembelajaran yang dimaksud. Masalah diberikan
kepada peserta didik, sebelum peserta didik
mempelajari konsep atau materi yang berkenaan
dengan masalah yang harus dipecahkan
PBL mengacu pada :
1. Kurikulum
2. Responsibility
3. Realisme
4. Active-learning
5. Umpan Balik
6. Keterampilan Umum
7. Driving Questions
8. Construktive Investigation
9. Autonomy
Kelebihan PBL

(1) Dengan PBL akan terjadi pembelajaran


bermakna. Peserta didik/mahapeserta didik
yang belajar memecahkan suatu masalah
maka mereka akan menerapkan pengetahuan
yang dimilikinya atau berusaha mengetahui
pengetahuan yang diperlukan. Belajar dapat
semakin bermakna dan dapat diperluas ketika
peserta didik/mahapeserta didik berhadapan
dengan situasi di mana konsep diterapkan
Kelebihan PBL
lanjutan............

(2) Dalam situasi PBL, peserta


didik/mahapeserta didik mengintegrasikan
pengetahuan dan ketrampilan secara
simultan dan mengaplikasikannya dalam
konteks yang relevan; dan
Kelebihan PBL
lanjutan............

(3) PBL dapat meningkatkan kemampuan


berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif
peserta didik/mahapeserta didik dalam
bekerja, motivasi internal untuk belajar,
dan dapat mengembangkan hubungan
interpersonal dalam bekerja kelompok
Langkah-langkah Operasional
dalam Proses Pembelajaran

1. Konsep Dasar (Basic Concept)


Fasilitator memberikan konsep dasar,
petunjuk, referensi, atau link dan skill yang
diperlukan dalam pembelajaran tersebut.
Hal ini dimaksudkan agar peserta didik
lebih cepat masuk dalam atmosfer
pembelajaran dan mendapatkan ‘peta’
yang akurat tentang arah dan tujuan
pembelajaran
Langkah-langkah Operasional
dalam Proses Pembelajaran
lanjutan........

2. Pendefinisian Masalah (Defining the


Problem)
Dalam langkah ini fasilitator menyampaikan
skenario atau permasalahan dan peserta
didik melakukan berbagai kegiatan
brainstorming dan semua anggota kelompok
mengungkapkan pendapat, ide, dan
tanggapan terhadap skenario secara bebas,
sehingga dimungkinkan muncul berbagai
macam alternatif pendapat
Langkah-langkah Operasional
dalam Proses Pembelajaran
lanjutan........

3. Pembelajaran Mandiri (Self Learning)


Peserta didik mencari berbagai sumber yang dapat
memperjelas isu yang sedang diinvestigasi. Sumber yang
dimaksud dapat dalam bentuk artikel tertulis yang tersimpan
di perpustakaan, halaman web, atau bahkan pakar dalam
bidang yang relevan.

Tahap investigasi memiliki dua tujuan utama, yaitu: (1) agar


peserta didik mencari informasi dan mengembangkan
pemahaman yang relevan dengan permasalahan yang telah
didiskusikan di kelas, dan (2) informasi dikumpulkan dengan
satu tujuan yaitu dipresentasikan di kelas dan informasi
tersebut haruslah relevan dan dapat dipahami.
Langkah-langkah Operasional
dalam Proses Pembelajaran
lanjutan........

4. Pertukaran Pengetahuan (Exchange


knowledge)
Setelah mendapatkan sumber untuk keperluan
pendalaman materi dalam langkah pembelajaran
mandiri, selanjutnya pada pertemuan berikutnya
peserta didik berdiskusi dalam kelompoknya untuk
mengklarifikasi capaiannya dan merumuskan
solusi dari permasalahan kelompok. Pertukaran
pengetahuan ini dapat dilakukan dengan cara
peserrta didik berkumpul sesuai kelompok dan
fasilitatornya
Langkah-langkah Operasional
dalam Proses Pembelajaran
lanjutan........

5. Penilaian (Assessment)

Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek


pengetahuan (knowledge), kecakapan (skill), dan sikap
(attitude). Penilaian terhadap penguasaan pengetahuan yang
mencakup seluruh kegiatan pembelajaran yang dilakukan
dengan ujian akhir semester (UAS), ujian tengah semester
(UTS), kuis, PR, dokumen, dan laporan.

Penilaian terhadap kecakapan dapat diukur dari penguasaan


alat bantu pembelajaran, baik software, hardware, maupun
kemampuan perancangan dan pengujian
Contoh Penerapan
lanjutan..........

Tahapan-Tahapan Model PBL


FASE-FASE PERILAKU GURU
Fase 1  Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan
Orientasi peserta didik kepada logistik yg dibutuhkan
masalah  Memotivasi peserta didik untuk terlibat aktif
dalam pemecahan masalah yang dipilih
Fase 2 Membantu peserta didik mendefinisikan
Mengorganisasikan peserta didik danmengorganisasikan tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah tersebut
Fase 3 Mendorong peserta didik untuk mengumpulkan
Membimbing penyelidikan individu informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen
dan kelompok untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan
masalah
Fase 4 Membantu peserta didik dalam merencanakan
Mengembangkan dan menyajikan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti
hasil karya laporan, model dan berbagi tugas dengan teman

Fase 5 Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang


Menganalisa dan mengevaluasi proses telah dipelajari /meminta kelompok presentasi
pemecahan masalah hasil kerja
Sistem Penilaian
• Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek
pengetahuan (knowledge), kecakapan (skill), dan sikap
(attitude). Penilaian terhadap penguasaan pengetahuan yang
mencakup seluruh kegiatan pembelajaran yang dilakukan
dengan ujian akhir semester (UAS), ujian tengah semester
(UTS), kuis, PR, dokumen, dan laporan.

• Penilaian terhadap kecakapan dapat diukur dari penguasaan


alat bantu pembelajaran, baik software, hardware, maupun
kemampuan perancangan dan pengujian. Sedangkan
penilaian terhadap sikap dititikberatkan pada penguasaan soft
skill, yaitu keaktifan dan partisipasi dalam diskusi,
kemampuan bekerjasama dalam tim, dan kehadiran dalam
pembelajaran. Bobot penilaian untuk ketiga aspek tersebut
ditentukan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan
Sistem Penilaian
lanjutan............

Penilaian pembelajaran dengan PBL dilakukan dengan authentic


assesment. Penilaian dapat dilakukan dengan portfolio yang
merupakan kumpulan yang sistematis pekerjaan-pekerjaan peserta
didik yang dianalisis untuk melihat kemajuan belajar dalam kurun
waktu tertentu dalam kerangka pencapaian tujuan pembelajaran.
Penilaian dalam pendekatan PBL dilakukan dengan cara evaluasi
diri (self-assessment) dan peer-assessment.

• Self-assessment. Penilaian yang dilakukan oleh pebelajar itu sendiri


terhadap usaha-usahanya dan hasil pekerjaannya dengan merujuk
pada tujuan yang ingin dicapai (standard) oleh pebelajar itu sendiri
dalam belajar.

• Peer-assessment. Penilaian di mana pebelajar berdiskusi untuk
memberikan penilaian terhadap upaya dan hasil penyelesaian
tugas-tugas yang telah dilakukannya sendiri maupun oleh teman
dalam kelompoknya
MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN
(DISCOVERY LEARNING)

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN


KEBUDAYAAN
DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
Definisi/Konsep

• Metode Discovery Learning adalah teori belajar yang


didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila
pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk
finalnya, tetapi diharapkan siswa mengorganisasi sendiri.

• Sebagai strategi belajar, Discovery Learning mempunyai


prinsip yang sama dengan inkuiri (inquiry) dan Problem
Solving. Tidak ada perbedaan yang prinsipil pada ketiga
istilah ini, pada Discovery Learning lebih menekankan pada
ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak
diketahui. Perbedaannya dengan discovery ialah bahwa pada
discovery masalah yang diperhadapkan kepada siswa
semacam masalah yang direkayasa oleh guru
Keuntungan Model Pembelajaran Penemuan

• Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan


keterampilan-keterampilan dan proses-proses kognitif. Usaha
penemuan merupakan kunci dalam proses ini, seseorang
tergantung bagaimana cara belajarnya.
• Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini sangat
pribadi dan ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan
dan transfer.
• Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya
rasa menyelidiki dan berhasil.
• Metode ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat
dan sesuai dengan kecepatannya sendiri.
• Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya
sendiri dengan melibatkan akalnya dan motivasi sendiri.
Keuntungan Model Pembelajaran Penemuan

• Metode ini dapat membantu siswa memperkuat konsep


dirinya, karena memperoleh kepercayaan bekerja sama
dengan yang lainnya.
• Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif
mengeluarkan gagasan-gagasan. Bahkan gurupun dapat
bertindak sebagai siswa, dan sebagai peneliti di dalam situasi
diskusi.
• Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu-raguan)
karena mengarah pada kebenaran yang final dan tertentu
atau pasti.
• Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik;
• Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada
situasi proses belajar yang baru;
Keuntungan Model Pembelajaran Penemuan

• Mendorong siswa berfikir dan bekerja atas inisiatif sendiri;


• Mendorong siswa berfikir intuisi dan merumuskan hipotesis
sendiri;
• Memberikan keputusan yang bersifat intrinsik; Situasi proses
belajar menjadi lebih terangsang;
• Proses belajar meliputi sesama aspeknya siswa menuju pada
pembentukan manusia seutuhnya;
• Meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa;
• Kemungkinan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai
jenis sumber belajar;
• Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu.
Kelemahan Model Pembelajaran Penemuan

• Metode ini menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran


untuk belajar. Bagi siswa yang kurang pandai, akan
mengalami kesulitan abstrak atau berfikir atau
mengungkapkan hubungan antara konsep-konsep, yang
tertulis atau lisan, sehingga pada gilirannya akan
menimbulkan frustasi.
• Metode ini tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang
banyak, karena membutuhkan waktu yang lama untuk
membantu mereka menemukan teori atau pemecahan
masalah lainnya.
• Harapan-harapan yang terkandung dalam metode ini dapat
buyar berhadapan dengan siswa dan guru yang telah terbiasa
dengan cara-cara belajar yang lama.
Kelemahan Pembelajaran Penemuan

• Pengajaran discovery lebih cocok untuk


mengembangkan pemahaman, sedangkan
mengembangkan aspek konsep, keterampilan
dan emosi secara keseluruhan kurang
mendapat perhatian.
• Pada beberapa disiplin ilmu, misalnya IPA
kurang fasilitas untuk mengukur gagasan yang
dikemukakan oleh para siswa
• Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan
untuk berfikir yang akan ditemukan oleh siswa
karena telah dipilih terlebih dahulu oleh guru.
Langkah-Langkah Operasional
1. Langkah Persiapan
a. Menentukan tujuan pembelajaran
b. Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal,
minat, gaya belajar, dan sebagainya)
c. Memilih materi pelajaran.
d. Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara
induktif (dari contoh-contoh generalisasi)
e. Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-
contoh, ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari siswa
f. Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke
kompleks, dari yang konkret ke abstrak, atau dari tahap enaktif,
ikonik sampai ke simbolik
g. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa
Langkah-Langkah Operasional

2. Pelaksanaan

a. Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan)


b. Problem statement (pernyataan/ identifikasi
masalah)
c. Data collection (Pengumpulan Data)
d. Data Processing (Pengolahan Data)
e. Verification (Pembuktian)
f. Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi)
SISTEM PENILAIAN

• Dalam Model Pembelajaran Discovery Learning, penilaian


dapat dilakukan dengan menggunakan tes maupun non tes.

• Penilaian yang digunakan dapat berupa penilaian kognitif,


proses, sikap, atau penilaian hasil kerja siswa. Jika bentuk
penialainnya berupa penilaian kognitif, maka dalam model
pembelajaran discovery learning dapat menggunakan tes
tertulis. Jika bentuk penilaiannya menggunakan penilaian
proses, sikap, atau penilaian hasil kerja siswa maka
pelaksanaan penilaian dapat dilakukan dengan pengamatan.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai