Anda di halaman 1dari 17

Oleh :

Ristania, S.Ked
PEMBIMBING: DR. SINDU SAKSONO, SP.BA (K)
Identifikasi
Nama : By. H
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 4 bulan
Alamat : Sekayu
Kebangsaan : Indonesia
Agama : Islam
MRS :
Anamnesa
Keluhan Utama (alloanamnesis)
Tidak memiliki anus

Riwayat Perjalanan Penyakit


± 3 bulan SMRS, sejak lahir, penderita tidak
mempunyai anus, pada umur tiga hari dilakukan operasi
pada penderita sehingga penderita buang air besar melalui
perut.
Pemeriksaan Fisik
A. Status Generalis

Keadaan umum : sedang


Berat badan : kg
Suhu : 36,5 ºC
Nadi : 122 x/menit
Pernapasan : 24 x/menit
Pupil : Isokor
Mata : Konjunctiva pucat (-), sklera
ikterik (-)
Kulit : Tidak ada kelainan
KGB : Tidak ada pembesaran
Pemeriksaan Fisik
Status generalis cont

Leher : Tidak ada kelainan


Paru-paru : Tidak ada kelainan
Jantung : Tidak ada kelainan
Abdomen : Lihat status lokalis
Genitalia Eksterna : Tidak ada kelainan
Ekstremitas Superior : Tidak ada kelainan
Ekstremitas Inferior : Tidak ada kelainan
Anal : Lihat status lokalis
Pemeriksaan Fisik
B. Status Lokalis

Regio abdomen
I : tampak kolostomi
pada perut kiri bawah
P : lemas
P : tympani
A : Bising usus (+) normal
Pemeriksaan Fisik
Status Lokalis cont

Regio Anal
I : Anus (-)
Anal dimple (+)
Fistula (-)
Pemeriksaan Penunjang
A. Pemeriksaan laboratorium Hitung jenis
Hematologi -Basofil : 0%
 Hb : 10,0 g/dl -Eosinofil : 1%
 Ht : 30 vol% -Batang : 2%
 Leukosit : 16.600 -Segment : 46%
/mm3 -Limposit : 43%
 Trombosit : 271.000 -Monosit : 8%
/mm³
 LED : 16 mm/jam Kimia darah
 Waktu pembekuan : 3 menit Natrium : 130 mmol/l
 Waktu perdarahan : 9 menit Kalium : 4,4 mmol/l
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Radiologis
 Jarak antara marker dengan punctum anal dimple
= 2 cm
Diagnosis Kerja

Post kolostomi atas indikasi atresia


ani pro PSA.
Penatalaksanaan
Puasa
IVFD KAEN 1B gtt L/menit (mikro)
AB
Rencana PSARP

Post PSA:
KAEN 1B gtt L/menit (mikro)
Cefotaxim 2x 250 mg
Metronidazol 3x150 mg
Tramadol 1 amp/kolf
Prognosis

Quo ad vitam : bonam


Quo ad functionam : dubia ad bonam
ANALISIS KASUS

Seorang balita laki-laki, berusia 4 bulan, bertempat


tinggal di luar kota Palembang berkebangsaan Indonesia,
agama Islam, menjalani rawat inap di Departemen Bedah
Rumah Sakit Dr. Moh. Hoesin Palembang sejak
Penderita dibawa berobat ke RSMH dengan keluhan tidak
memiliki anus. Sejak lahir, os buang air besar melalui
perut. Dari anamnesis, kita dapat berpikir akan adanya
atresia ani.
Analisis Kasus cont
Pada pemeriksaan fisik status generalis dalam batas
normal. Pada status lokalis di regio abdomen pada inspeksi
tampak usus keluar dari perut, pada palpasi abdomen
lemas, perkusi abdomen tympani, dan pada auskultasi
terdengar bising usus (+) normal. Pada regio anus, inspeksi
tidak terdapat anus, anal dimple (+), fistula (-). Hasil
pemeriksaan fisik semakin menguatkan diagnosis atresia
ani tanpa fistula.
Pada pemeriksaan radiologi invertogram dengan knee
chest position, didapat jarak antara marker dengan
punctum dimple 2 cm.
Analisis Kasus cont

Pada pemeriksaan radiologi invertogram dengan knee


chest position, didapat jarak antara marker dengan
punctum dimple 2 cm. Hasil ini menunjukkan bahwa
kelainan ini merupakan kelainan letak tinggi
(supralevator), di mana jarak antara ujung buntu
rektum dengan kulit lebih dari 1 cm.
Analisis Kasus cont

Penatalaksanaan pada penderita yaitu puasa, diberikan


terapi IVFD. Dilakukan pemasangan kateter untuk menilai
keseimbangan cairan. Antibiotik diberikan untuk
mengatasi infeksi yang terjadi pada saluran cerna berupa
enterokolitis. Direncanakan terapi berupa PSA untuk
pembuatan saluran setelah pernah kolostomi.
Prognosis pasien ini quo ad vitam dan quo ad functionam
adalah bonam.

Anda mungkin juga menyukai