Anda di halaman 1dari 68

Kelompok IV

• Zulfadly ( Ketua Kelompok)


• Andi Usmussaadah P
• Sri Rahayu ( Skriber)
• Intan Nursiani A (notulen)
• Riska Amaliah
• Andi Usmussaadah P
• Andi Ikhtirami
• Muftiah Jauristika
• Balqis Dwiyanti
• Mufidah
• Melati Putri Dita
• Intan Nursiani A
Seorang perempuan berusia 25 tahun datang ke Skenario 2
IGD Rumah Sakit dengan keluhan sesak napas
dialami sejak 6 jam yang lalu. Keluhan disertai
dengan bunyi “ngik-ngik” yang sering dialami sejak
umur 15 tahun, terutama bila dingin. Hampir setiap
malam pasien terbangun dari tidurnya karena
batuk dan dada terasa berat. Pada pemeriksaan fisis
tidak ditemukan demam ataupun penurunan berat
badan. Pasien menyangkal hidung tersumbat dan
sakit kepala. Pasien tidak merokok. Pada
pemeriksaan thoraks didapatkan inspeksi dan
palpasi simetris, perkusi sonor kedua paru,
auskultasi paru didapatkan bunyi napas
bronkovesikuler dan bunyi wheezing pada kedua
lapangan paru.
Kata Kunci

Perempuan berusia 25 tahun datang ke Tidak ditemukan demam ataupun penurunan


a IGD RS e berat badan

Keluhan sesak napas dialami sejak 6 Menyangkal hidung tersumbat dan sakit
b jam yang lalu f kepala

Keluhan disertai dengan bunyi “ngik-ngik”


c yang sering dialami sejak umur 15 tahun,
g Tidak merokok
terutama bila dingin

Hampir setiap malam terbangun dari Pemeriksaan thoraks : inspeksi dan palpasi simetris,
perkusi sonor kedua paru, auskultasi paru didapatkan
d tidurnya karena batuk dan dada terasa h bunyi napas bronkovesikuler dan bunyi wheezing
berat pada kedua lapangan paru.
Kata Sulit
Bunyi bronkovesikuler : Bunyi napas
Bunyi Wheezing : Mengi bronkovesikuler adalah suara yang timbul
adalah campuran antara suara napas vesikuler
(wheezing)yaitu suara napas yang dan bronkial. Pada suara napas vesikuler,
terdengar kontinu, nadanya lebih suara inspirasi lebih keras, lebih panjang dan
tinggi dibandingkan karena pitchnya (nada) lebih tinggi dari suara
ekspirasi. Suara napas vesikuler terdengar
adanya penyempitan saluran hampir diseluruh lapangan paru, kecuali pada
napas kecil (bronkus perifer dan daerah supra sternal dan interscapula. Suara
bronkiolus) vesikuler dapatmengeras pada orang kurus
atau post “exercise” dan melemah pada orang
gemuk.

Kata Sulit
Rumusan Masalah
Rumusan Masalah
Bagaimana anatomi fisiologi sistem pernafasan
terhadap skenario?
1
Bagaimana definisi, klasifikasi, & etiologi dari sesak napas?
2
Bagaimana faktor resiko terjadinya sesak napas pada
skenario? 3
Bagaimana patomekanisme sesak napas pada skenario?
4
Bagaimana patomekanisme bunyi wheezing,batuk, & dada
terasa berat terutama pada malam hari? 5
Bagaimana hubungan dingin terhadap sesak & bunyi ngik-ngik?
6
Bagaimana penatalaksanaan awal terhadap skenario?
7

8 Bagaimana DD terkait skenario?

Bagaimana integrasi keislaman terhadap skenario?


9
Problem
Tree
1
Mahasiswa mampu mengetahui & menjelaskan anatomi fisiologi sistem pernapasan terhadap
skenario

Mahasiswa mampu mengetahui & menjelaskan definisi, klasifikasi, etiologi, &


2 faktor resiko dari sesak napas

3 Mahasiswa mampu mengetahui & menjelaskan patomekanisme & hubungan


gejala-gejala pada skenario

4 Mahasiswa mampu mengetahui & menjelaskan penanganan awal terhadap


kasus pada skenario

Learning Outcome
5 Mahasiswa mampu mengetahui & menjelaskan DD terkait skenario

6 Mahasiswa mampu mengetahui & menjelaskan integrasi keislaman terkait skenario


Anatomi dan Fisiologi
Sistem pernapasan
• Hidung
Anatomi sistem pernapasan Tersusun atas tulang dan tulang rawan hialin, kecuali
naris anterior yang dindingnya tersusun atas jaringan ikat
• Sinus Paranasal
fibrosa dan tulang rawan. Permukaan luarnya dilapisi
Merupakan rongga-rongga berisi udara yang terdapat kulit dengan kelenjar sebasea besar dan rambut. Terdapat
dalam tulang tengkorak yang berhubungan dengan rongga epitel respirasi: epitel berlapis silindris bersilia bersel
hidung. Ada 4 sinus: maksilaris, frontalis, etmoidalis dan goblet dan mengandung sel basal. Didalamnya ada konka
sphenoidalis nasalis superior, medius dan inferior.
• Faring
Lanjutan posterior dari rongga mulut. Ada 3
rongga : nasofaring, orofaring, dan Trakea
laringofaring. Tersusun atas 16 – 20 cincin tulang rawan. Celah
diantaranya dilapisi oleh jaringan ikat fibro elastik.
Struktur trakea terdiri dari: tulang rawan, mukosa,
epitel bersilia, jaringan limfoid dan kelenjar.

• Laring
Organ berongga dengan panjang 42 mm dan diameter
40 mm. Terletak antara faring dan trakea. Dinding
dibentuk oleh tulang rawan tiroid dan krikoid.
Muskulus ekstrinsik mengikat laring pada tulang hyoid.
Muskulus intrinsik mengikat laring pada tulang tiroid
dan krikoid berhubungan dengan fonasi. Fungsi laring
untuk membentuk suara, dan menutup trakea pada
saat menelan (epiglotis). Ada 2 lipatan mukosa yaitu
pita suara palsu (lipat vestibular) dan pita suara (lipat
suara). Celah diantara pita suara disebut rima glotis.
• Bronkus
Cabang utama trakea disebut bronki
primer atau bronki utama. Bronki primer
bercabang menjadi bronki lobar,
bronki segmental, bronki subsegmental.
Struktur bronkus primer mirip dengan
trakea hanya cincin berupa lempeng
tulang rawan tidak teratur. Makin ke
distal makin berkurang, dan pada
bronkus subsegmental hilang sama
sekali. Otot polos tersusun atas anyaman
dan spiral.
• Bronkiolus
Cabang ke 12 – 15 bronkus. Tidak
mengandung lempeng tulang rawan,
tidak mengandung kelenjar submukosa.
Otot polos bercampur dengan jaringan
ikat longgar.
• Bronkiolus respiratorius
• Alveolus
Merupakan peralihan bagian konduksi
Kantong berdinding sangat tipis pada bronkioli terminalis. Tempat
ke bagian respirasi paru. Lapisan : epitel kuboid, terjadinya pertukaran oksigen dan karbondioksida antara darah dan
kuboid rendah, tanpa silia. Mengandung kantong tipis (alveoli). udara yang dihirup. Jumlahnya 200 - 500 juta. Bentuknya bulat
• Duktus Alveolaris poligonal, septa antar alveoli disokong oleh serat kolagen, dan elastis
Lanjutan dari bronkiolus. Banyak mengandung alveoli. halus. Sel epitel terdiri sel alveolar gepeng ( sel alveolar tipe I ), sel
Tempat alveoli bermuara. alveolar besar ( sel alveolar tipe II).
Fisiologi sistem pernapasan
Definisi, klasifikasi, etiologi, &
faktor resiko dari sesak napas
Definisi

Dispnea berasal dari Bahasa Yunani terdiri


dari dys yang berarti sulit dan pneuma yang
berarti bernapas sehingga secari harfiah diartikan
sebagai kesulitan bernapas. Dispnea menurut
definisi America thoracic Society didefinisikan
sebagai pengalaman subyektif ketidaknyaman
dalam bernapas yang terdiri dari berbagai sensai
yang bervariasi dalam intensitas secara kualitatif.
Klasifikasi

1 2
 Berdasarkan waktu :
 Berdasarkan aktivitas : o Dispnea akut : sesak napas yang
Menurut American Thoracic Society berlangsung kurang dari satu bulan
o Derajat tidak ada (0), tidak terganggu oleh sesak
o Dispnea kronik : sesak napas yang
saat bergegas jalan atau berjalan sedikit mendaki;
o Derajat ringan (1), terganggu oleh sesak saat berlangsung lebih dari satu bulan
bergegas jalan atau berjalan sedikit mendaki;
o Derajat sedang (2), jalan lebih lambat disbanding
orang seumurnya karena sesak atau harus berhenti
untuk bernapas saat berjalan biasa;
o Derajat berat (3), berhenti untuk bernapas setelah
berjalan 100 meter atau setelah berjalan beberapa
menit pada ketinggian tetap;
o Derajat sangat berat (4), sesak saat berpakaian atau
melepas pakaian
Etiologi

GANGGUAN MEKANIK TERHADAP PROSES


VENTILASI PENINGKATAN RESPIRATORY DRIVE
Obstruksi aliran napas (sentral atau perifer) :Asma, Hipoksemia
PPOK,Tumor endobronkial , Stenosis trakea / laring Asidosis metabolik : Penyakit ginjal,anemia,
Gangguan pengembangan paru (stiff lung) : Interstitial
hemoglobinopati, Penurunan curah jantung
fibrosis, Gagal jantung
Stimulasi reseptor intrapulmoner : Infiltrative lung
Gangguan pengembangan dinding dada atau
diafragma : Penebalan pleura, obesiti, massa disease, hipertensi pulmoner, edem paru
intraabdomen, kehamilan.

KELEMAHAN POMPA NAPAS


VENTILASI RUGI (WASTED (RESPIRATORY PUMP)
VENTILATION) Absolut : Riwayat poliomyelitis,
1. DISFUNGSI PSIKOLOGIK
Destruksi kapiler : Misal pada Penyakit neuromuskular (Sindrom
Guillain Barre, muscular dystrophy,
2. anxietas dan kecemasan
emfisema.
Obstruksi pembuluh darah SLE, hipertiroidisme)
besar, Misal emboli paru Relatif : Hiperinflasi, Efusi pleura,
Pneumotoraks
Kurang
berolahraga
Memiliki penyakit Usia & Jenis kelamin:
Kehamilan
paru sebelumnya kebanyakan laki-laki
daripada perempuan
Polusi udara

Faktor Resiko Sesak Napas

Merokok Obesitas
Hemoglobin
rendah Pekerjaan : tempat industri,
pertambangan,dll
Patomekanisme dan Hubungan Gejala-
Gejala pada Skenario
Sesak
Mengi (wheezing)

Mengi (wheezing) yaitu suara napas yang terdengar kontinu,


nadanya lebih tinggi dibandingkan karena adanya
penyempitan saluran napas kecil (bronkus perifer dan
bronkiolus)
Mengi atau wheeze adalah napas yang berbunyi suling yang
menunjukkan adanya penyempitan saluran bapas, baik
secara fisiologik (oleh karena dahak) maupun secara
Penyempitan jalan nafas dapat disebabkan oleh anatomik (oleh karena konstriksi).
sekresi berlebihan, konstriksi otot polos, edema
mukosa, tumor, maupun benda asing.
Wheezing dapat terjadi secara difus di seluruh dada
seperti pada asma atau secara lokal seperti pada
penyumbatan oleh lendir atau benda asing.
Batuk Malam Hari

Reseptor batuk terdapat di faring dan


laring, hingga bronkus segmental 
merespons rangsangan mekanis,
inflamasi, termal, dan kimia

Variasi diurnal menunjukkan


bahwa tidur dan ritme sirkadian
mempengaruhi mekanisme
perubahan saluran nafas.

Malam hari terjadi irama sirkadian berupa akumulasi eosinofil, sel NK, makrofag dan
peningkatan aktifitas sel mast di saluran pernafasan.
Menghirup udara dingin

pendinginan dan pengeringan


mukosa

Infiltrasi sel radang Aktivasi saraf


eosinofil, sel mast

Spasme otot polos,


Pelepasan mediator radang leukotrien,
Mekanisme Gejala yang prostaglandin, dan histamin
vasokonstriksi

dipicu oleh Dingin


Edema, sekresi mukus ↑↑

Pergerakan turbulen Bronkokonstriksi Dada terasa berat


udara ↑↑

Untuk memenuhi
Wheezing (ngik-ngik) kebutuhuan O2

Dyspnea
Penanganan awal
terhadap kasus pada skenario
Penatalaksnanaan awal

Pendekatan Tanda-tanda ABCDE merupakan Saat berhadapan


ABCDE berlaku klinis dari dengan pasien,
alat untuk
untuk semua kondisi kritis mengidentifikasi atau pastikan terlebih
pasien, baik dahulu keamanan
serupa terlepas memerintah kondisi
diri, orang-orang di
orang dewasa dari penyebab kritis atau sekitar.
dan anak-anak. yang kegawatdaruratan.
mendasarinya.
A B C D E
Airway Breathing Circulation Disability Exsposure
Diagnosis
Banding
ASMA
BONKIAL
Definisi
Asma bronkial adalah salah satu penyakit
paru yang termasuk dalam kelompok penyakit
paru alergi dan imunologi yang merupakan
suatu penyakit yang ditandai oleh tanggap
reaksi yang meningkat dari trakea dan
bronkus terhadap berbagai macam rangsangan
dengan manifestasi berupa kesukaran
bernapas yang disebabkan oleh penyempitan
yang menyeluruh dari saluran napas.
Penyempitan ini bersifat dinamis dan derajat
penyempitan dapat berubah, baik secara
spontan maupun karena pemberian obat.
Epidemiologi

WHO ISAAC RSUD


Hingga saat ini jumlah Hasil penelitian International Study on Pada tahun 2005 di RSUD
penderita asma di dunia Asthma and Allergies in Childhood Arifin Achmad Pekanbaru
(ISAAC) pada tahun 2005
diperkirakan mencapai didapatkan kelompok umur
menunjukkan bahwa di Indonesia
300 juta orang  400 terbanyak yang menderita asma
prevalensi penyakit asma meningkat
juta penderita pada adalah 25-34 tahun sebanyak 17
dari 4,2% menjadi 5,4%. Diperkirakan
orang (24,29%) dari 70 orang,
tahun 2025 prevalensi asma di Indonesia 5% dari
dan perempuan lebih banyak
seluruh penduduk Indonesia, artinya
saat ini ada 12,5 juta pasien asma di dari pada laki-laki (52,86%).
Indonesia
Etiologi

Ekstrinsik (alergik).

Intrinsik (non
alergik).

Asma gabungan
Patomekanisme

Sel mast, eosinofil, sel


Hiperreaktivitas limfosit T, makrofag,
saluran napas neutrofil dan selepitel

Mengaktivasi
Histamin dan
target saluran
napas leukotrin

Bronkokonstriksi, Kebocoran
kebocoran mikrovaskular dan
mikrovaskular hipersekresi mukus

Asma
Gejala

Rasa Pernafasa
Nyeri Tachicard Sesak
Batuk Mengi berat
dada i Napas
n cepat
dangkal
dada

Pada serangan asma yang lebih


berat :
Serangan asma
- Silent chest Pada asma alergik - seringkali terjadi
- Sianosis Pilek atau bersin pada malam hari.
- Gangguan kesadaran
- Hyperinflasi dada
Faktor
Faktor Resiko
genetik

Faktor
Lingkungan

Hiperre
aktivitas
bronkus Obesitas
Jenis Kelamin
Usia dini, laki-laki :
perempuan adalah 2:1
Usia remaja, laki-laki :
perempuan menjadi
1:1.
Dewasa wanita > pria
Ras
Klasifikasi

Asma saat tanpa serangan


Intermitten
Persisten ringan
Persisten sedang
Persisten berat

Asma saat serangan


asma serangan ringan
asma serangan sedang
asma serangan berat.
Klasifikasi derajat asma berdasarkan gambaran klinis secara umum pada orang dewasa

       
Derajat asma Gejala Gejala malam Faal paru
 

Intermitten Bulanan   APE≥80%


  * Gejala<1x/minggu. ≤ 2 kali sebulan * VEP1≥80% nilai prediksi APE≥80%
* Tanpa gejala diluar serangan. nilai terbaik.
* Serangan singkat. * Variabiliti APE<20%.

Persisten ringan Mingguan   APE>80%


  * Gejala>1x/minggu tetapi<1x/hari. >2 kali sebulan * VEP1≥80% nilai prediksi APE≥80%
* Serangan dapat mengganggu aktifiti dan tidur nilai terbaik.
* Variabiliti APE 20-30%.
Persisten sedang Harian   APE 60-80%
  * Gejala setiap hari. >2 kali sebulan * VEP1 60-80% nilai prediksi
* Serangan mengganggu aktifiti dan tidur. APE 60-80% nilai terbaik.
* Membutuhkan bronkodilator setiap hari. * Variabiliti APE>30%.

Persisten berat Kontinyu   APE 60≤%


  * Gejala terus menerus Sering * VEP1≤60% nilai prediksi
* Sering kambuh APE≤60% nilai terbaik
* Aktifiti fisik terbatas * Variabiliti APE>30%
Klasifikasi asma menurut derajat serangan
Parameter klinis, fungsi faal paru, Ringan Sedang Berat Ancaman henti napas
laboratorium
         
Sesak (breathless) Berjalan Berbicara Istirahat

Bayi : Bayi : Bayi :  


Menangis keras -Tangis pendek dan lemah Tidakmau makan/minum
-Kesulitan menetek/makan

Posisi Bisa berbaring Lebih suka duduk Duduk bertopang lengan  

Bicara Kalimat Penggal kalimat Kata-kata  

Kesadaran Mungkin iritabel Biasanya iritabel Biasanya iritabel Kebingungan

Sianosis Tidak ada Tidak ada Ada Nyata

Wheezing Sedang, sering hanya Nyaring, sepanjang ekspirasi ± Sangat nyaring, terdengar Sulit/tidak terdengar
pada akhir ekspirasi inspirasi tanpa stetoskop
Penggunaan otot bantu Biasanya tidak Biasanya ya Ya Gerakan paradok torako-
respiratorik abdominal

Retraksi Dangkal, retraksi Sedang, ditambah retraksi Dalam, ditambah napas cuping Dangkal / hilang
interkostal suprasternal hidung
Frekuensi napas Takipnu Takipnu Takipnu Bradipnu
Pedoman nilai baku frekuensi napas pada anak sadar :
Usia Frekuensi napas normal per menit
< 2 bulan <60
2-12 bulan < 50
1-5 tahun < 40
6-8 tahun < 30

Frekuensi nadi Normal Takikardi Takikardi Dradikardi


Pedoman nilai baku frekuensi nadi pada anak
Usia Frekuensi nadi normal per menit
2-12 bulan < 160
1-2 tahun < 120
6-8 tahun < 110

Pulsus paradoksus Tidak ada Ada Ada Tidak ada, tanda kelelahan otot
(pemeriksaannya tidak praktis) (< 10 mmHg) (10-20 mmHg) (>20mmHg) respiratorik

PEFR atau FEV1        


(%nilai dugaan/%nilai terbaik)      
Pra bonkodilator >60% 40-60% <40%
Pasca bronkodilator >80% 60-80% <60%, respon<2 jam

SaO2 % >95% 91-95% ≤ 90%  


PaO2 Normal (biasanya tidak perlu >60 mmHg <60 mmHg  
diperiksa)

PaCO2 <45 mmHg <45 mmHg >45 mmHg  


Diagnosis

Anamnesis
Anamnesis meliputi adanya gejala yang episodik, Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada pasien asma tergantung dari derajat
gejala berupa batuk, sesak napas, mengi, rasa berat di
obstruksi saluran napas. Tekanan darah biasanya meningkat,
dada dan variabiliti yang berkaitan dengan cuaca. frekuensi pernapasan dan denyut nadi juga meningkat,
Faktor-faktor yang mempengaruhi asma, riwayat ekspirasi memanjang diserta ronki kering, mengi.
keluarga dan adanya riwayat alergi.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium - Pemeriksaan radiologi
- Pemeriksaan tes kulit
Pemeriksaan sputum - Elektrokardiografi
Pemeriksaan darah. - Scanning paru
- Spirometri
Penatalaksanaan
PPOK
Definisi

Penyakit Paru Obstruksi Kronik


(PPOK) disebut sebagai
penyakit kronis progresif pada
paru yang ditandai oleh adanya
hambatan atau sumbatan aliran
udara yang bersifat irreversible
atau reversible.
PPOK ini terdiri dari bronchitis kronik dan emfisema atau gabungan keduanya

Bronchitis kronik merupakan kelainan


saluran napas yang ditandai oleh batuk
kronik berdahak minimal 3 bulan dalam
setahun, sekurang-kurangnya dua tahun
berturut-turut yang tidak disebabkan
penyakit lainnya.

Emfisema merupakan suatu kelainan


anatomis paru yang ditandai oleh
pelebaran rongga udara distal
bronkiolus terminal, disertai kerusakan
dinding alveoli.
Klasifikasi

Berdasarkan
FEV1

Berdasarkan
Gejala
Epidemiologi

-Amerika Latin : 7,8%-32,1%


-Asia Pasifik :3,5%-6,7% (rata-rata 6,3%)
-Tertinggi di Vietnam, terendah Hongkong
Vietnam dan Singapura
Amerika
Latin
Asia Pasifik
Hongkong -Indonesia  40-65 tahun  8,8%
-Riskesdas 2013 >20 tahun 3,7%
-Provinsi Nusa Tenggara Timur (10%) dan
terendah di Provinsi Lampung (1,4%)
COPD-Jumlah Kematian Berdasarkan Jenis Kelamin, 1999-2009
COPD-Tingkat Kematian Berdasarkan Usia Berdasarkan Jenis
Kelamin 2009
Emphysema-Tingkat Prevalensi per 1000, 2011 Bronkhitis Kronik-Tingkat Prevalensi
per 1000, 2011
Etiologi

Radang
Hilangnya
Peningkatan
mukosa
Edema
Bronkoko
sekresi
interstisial
saluran
mucus
recoil
ntriksi
napas
Faktor
Faktor Resiko
pejamu
(host)
Faktor
lingkungan

Faktor Lain :
-Pertambahan penduduk
Kebiasaa -Meningkatnya usia rata-rata penduduk
n dari 54 tahun menjadi 63 tahun
merokok -Industrialisasi
-Polusi udara terutama di kota besar, di
lokasi industry, dan di pertambangan
Patomekanisme

Faktor Pencetus Partikel noxius


PPOK terhirup

Lapisan mukus Saluran


yang melapisi pernapasan &
mukosa bronkus mengendap

Menghambat
Iritasi pada sel-
aktivitas silia &
pergerakan cairan sel mukosa

Kelenjar mukosa
Produksi melebar & terjadi
mukus berlebih hiperplasia sel goblet
Terdapat tiga jenis emfisema yaitu

Emfisema
asinar distal
Emfisema (paraseptal),
panasinar
(panlobuler),

Emfisema
sentriasina
r
Gejala

Sesak
Napas
Demam

Batuk dengn
atau tanpa
sputum

Gangguan
Tidur

Malaise
Diagnostik

Anamnesis:
o Riwayat merokok dengan atau tanpa gejala pernapasan
o Riwayat terpajan zat iritan
o Riwayat penyakit sebelumnya termasuk asma bronchial, alergi, sinusitis, polip nasal, infeksi saluran

nafas saat masih anak-anak, dan penyakit respirasi lainnya.


o Riwayat eksaserbasi atau pernah dirawat di rumah sakit untuk penyakit respirasi
o Riwayat penyakit emfisema dalam keluarga
o Terdapat faktor predisposisi pada masa bayi/anak, misal berat badan lahir rendah (BBLR), infeksi

saluran napas berulang, lingkungan asap rokok dan polusi udara


o Batuk berulang dengan atau tanpa dahak
o Sesak dengan atau tanpa bunyi mengi
Pemeriksaan fisik: Pemeriksaan penunjang
o Bunyi mengi dan ekspirasi yang memanjang - Spirometri, analisis gas darah, foto toraks dan EKG.
o barrel chest. Sianosis, kontraksi otot-otot
-Foto toraks AP dan lateral: pada emfisema
aksesoris pernapasan, pelebaran sela iga,
terlihat gambaran hiperinflasi, hiperlusen,
hipertrofi otot bantu pernapasan, dan pursed lips breathing
ruang retrosternal melebar, diafragma
(PPOK sedang-berat)
o Muscle wasting mendatar, jantung menggantung
o Palpasi, perkusi dan auskultasi: fremitus melemah, sela iga /tear drop/eye drop appearance. Pada
melebar, hipersonor dan batas jantung mengecil, letak diafragma bronkitis kronis terdapat corakan
rendah, suara napas vesikuler normal atau melemah, ronkhi dan
bronkovaskuler.
atau mengi saat bernapas biasa atau saat ekspirasi paksa
Penatalaksanaan

oPemberian oksigen (PaO2 > 60 mmHg atau Sat O2 > 90%, ) dengan menggunakan ventury mask. Bila
terapi oksigen tidak dapat mencapai kondisi oksigenasi adekuat, harus digunakan ventilasi mekanik.
Dalam penggunaan ventilasi mekanik usahakan dengan Noninvasive Positive Ventilation (NIPPV), bila
tidak berhasil ventilasi mekanik digunakan dengan intubasi.
oBronkodilator kerja cepat: β2-agonis dan anti kolinergik dosis ditinggikan dan frekuensi pemberian
dinaikkan.
oSteroid: oral atau intravena. Pada eksaserbasi derajat sedang dapat diberikan prednisone 30 mg/hari
selama 1-2 minggu, pada derajat berat diberikan intravena.
oAntibiotic: oral atau intravena
oEvaluasi ketat tanda-tanda gagal napas
Tabel
DD
Terbangun
Prmpn/ 25 Sesak Suara Sejak 15 Cuaca Dada terasa
Penyakit
thn napas Wheezing tahun lalu dingin
setiap Batuk
berat Ket
malam
TD meningkat, frekuensi
pernapasan dan denyut nadi
juga meningkat, ekspirasi
Asma memanjang diserta ronki
bronkial +
eksaserbasi
+ + + + + + + kering, mengi, Spirometri
akut (peningkatan FEV1 atau FVC
sebanyak lebih dari 20%),
Radiologi, tes kulit,
Lab,mukus.
Ronkhi, wheezing, suara
napas vesikuler
+/- + Susah tidur
PPOK
45 Thun
+ +/- +/- + + melemah/normal, corakan
bronkovaskuler meningkat,
barrel chest
Bronkitis +/- Hipersekresi mucus pagi
+ + +/- +/- +/- + +/-
Kronik 45 Thun hari, demam
Hipersekresi mucus, barrel
chest, ronkhi, puresed-lips
Emfisema +/- + +/- - - + + +/- breathing, hipersonor,
wheezing, suara napas
vesikuler melemah/normal
Integrasi
Keislaman
“Barangsiapa yang Allah menghendaki akan diberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia
melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki
Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia
sedang mendaki ke langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang
tidak beriman” (QS al-An’am : 125)
“Yaitu, Rabb yang menjadikan untukmu api dari pohon yang hijau. Maka,
tiba-tiba kamu nyalakan daripadanya” (QS Yaasin : 80)
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai