Anda di halaman 1dari 34

Manajemen

Penanganan
Korban Massal

Kelompok 4 A1
Dosen Pengampu
Dr. dr. Dien Gusta Anggraini Nursal, MKM
ANGGOTA KELOMPOK

Amelani Yonelia (1911212037)


Azura Maurizka Putri (1911212053)
Dayyan Shiddiq (1911212051)
Fayza Arini (1911212029)
Ridha Putri Gunawan Siregar (1911213027)
Salma Winda Aufa (1911211041)
Tantri Febria (1911212043)
Tiara Nurul Fadhilah (1911212023)
Viona Puti Chairunisa (1911213005)
Contents
Table 1
Manajemen
2
Sistem
Penanganan Manajemen
Korban Massal Bencana Massal
Manajemen Penanganan Korban Massal

Bencana Massal Korban Massal Jenis-jenis


Bencana Massal
Suatu peristiwa yang Korban relatif banyak akibat 1. Natural disaster :
disebabkan oleh alam atau penyebab yang sama dan tsunami, gempa bumi,
karena ulah manusia, yang perlu pertolongan segera banjir, tanah longsor
dapat terjadi secara tiba-tiba dengan kebutuhan sarana, dan sejenisnya
atau perlahan lahan, yang fasilitas dan tenaga yang 2. Man Made Disaster :
menyebabkan hilangnya jiwa lebih dari yang tersedia kecelakaan udara,
manusia, kerusakan harta laut, darat, kebakaran
benda dan lingkungan, serta hutan dan sejenisnya
melampaui kemampuan dan
sumber daya masyarakat untuk
menanggulanginya.
Sistem Manajemen
Bencana Massal
Penatalaksanaan di Lapangan
A. Proses Penyiagaan

Pelaporan ke Penyebaran
Penilaian
Tingkat Informasi
Awal
Pusat Pesan Siaga
Penatalaksanaan di Lapangan
B. Identifikasi Awal Lokasi Bencana

Daerah pusat Lokasi pos Lokasi pos pelayanan


bencana komando medis lanjutan

Lokasi VIP dan Akses jalan ke


Lokasi evakuasi
media massa lokasi.
Penatalaksanaan di Lapangan
C. Tindakan Keselamatan

1. Aksi langsung
2. Aksi pencegahan
● Daerah pusat bencana
● Area sekunder
● Area tersier

Tenaga Pelaksana
Langkah penyelamatan akan diterapkan oleh Tim Rescue
dengan bantuan dari Dinas Pemadam Kebakaran dan
unitunit khusus
Penatalaksanaan di Lapangan
D. Langkah Pengamanan

Melindungi tim Mencegah terjadinya Melindungi masyarakat


penolong dari campur kemacetan dalam alur dari kemungkinan risiko
tangan pihak luar. evakuasi korban dan terpapar oleh
mobilisasi sumber daya. kecelakaan yang terjadi.
Penatalaksanaan di Lapangan
E. Pos Komando

Tenaga Pelaksana Metode


Penatalaksanaan di Lapangan
F. Pencarian dan Penyelamatan
Kegiatan pencarian dan penyelamatan terutama
dilakukan oleh Tim Rescue (Basarnas, Basarda) dan
dapat berasal dari tenaga suka rela bila dibutuhkan.
Tim ini akan:
1. Melokalisasi korban.
2. Memindahkan korban dari daerah berbahaya ke
tempat pengumpulan/penampungan jika diperlukan.
3. Memeriksa status kesehatan korban (triase di
tempat kejadian).
4. Memberi pertolongan pertama jika diperlukan.
5. Memindahkan korban ke pos medis lanjutan jika
diperlukan. Bergantung pada situasi
Perawatan di Lapangan
A. Triase
Triase (Triage) berasal dari kata Perancis yang berarti “menyeleksi”.
Triase bencana adalah suatu sistem untuk menetapkan prioritas perawatan medis
berdasarkan berat ringannya suatu penyakit ataupun tingkat kedaruratannya, agar
dapat dilakukan perawatan medis yang terbaik kepada korban sebanyak-
banyaknya, di dalam kondisi dimana tenaga medis maupun sumber-sumber
materi lainnya serba terbatas (Zailani dkk, 2009).

Prinsip – Prinsip Triase


1)Triase umumnya dilakukan untuk seluruh pasien
2)Waktu untuk Triase per orang harus lebih dari 30 detik
3)Prinsip utama Triase adalah melaksanakan prioritas dengan urutan “nyawa” >
“fungsi” > “penampilan”.
4)Pada saat melakukan Triase, maka kartu Triase akan dipasangkan kepada
korban luka untuk memastikan urutan prioritasnya
Perawatan di Lapangan
A. Triase
Triase dilakukan untuk mengidentifikasi secara cepat korban yang membutuhkan
stabilisasi segera (perawatan di lapangan) dan mengidentifikasi korban yang
hanya dapat diselamatkan dengan pembedahan darurat (life-saving surgery).

Korban yang membutuhkan stabilisas


segera
Korban yang memerlukan pengawasan
ketat, tetapi perawatan dapat ditunda
sementara
Korban yang tidak memerlukan pengobatan
atau pemberian pengobatan dapat ditunda

Korban yang telah meninggal dunia.


Perawatan di Lapangan
A. Triase
Triase lapangan dilakukan pada tiga kondisi:

1. Triase di Tempat 3. Triase Evakuasi

2. Triase Medik
Perawatan di Lapangan
A. Triase Bisa Berjalan

Pernapasan
Ringan

Metode Triase
Simple Triage and Rapid Treatment Ya Tidak

(START) adalah metode yang telah


30/menit ↑ 30/menit ↓ Manajemen Jalan Napas
dikembangkan atas pemikiran
bahwa Triase harus “akurat”,
“cepat”, dan “universal”. Metode Parah Sirkulasi Bernapas Tidak Bernapas

tersebut menggunakan 4 macam


observasi yaitu, “bisa berjalan”, Parah Mati

“bernafas”, “sirkulasi darah”, dan


“tingkat kesadaran” untuk
menentukan tindakan dan penting
sekali bagi seluruh anggota medis Tidak Teraba dari Radial Tes Pengisian Kapiler Teraba nadi radial
untuk mampu melakukan Triase
dengan metode ini (Zailani, dkk, Parah > 2 detik < 2 detik Kesadaran

2009).
Untuk alur pelaksanaan triase pada Tidak Mengikuti
Perintah
Mengikuti
Perintah
korban bencana massal, dapat
dilihat pada skema berikut : Parah Sedang
Perawatan di Lapangan
A. Triase
Contoh
Kartu
Triase
Perawatan di Lapangan
B. Pertolongan Pertama

Pada “tempat hijau” 3 1 Lokasi bencana, sebelum


dari pos medis lanjutan korban dipindahkan.

Dalam ambulans saat 4 2 Tempat penampungan


korban dipindahkan ke sementara
fasilitas kesehatan
Perawatan di Lapangan
C. Pos Medis Lanjutan

Tujuan
Sebagai upaya untuk menurunkan jumlah kematian dengan memberikan perawatan efektif
(stabilisasi) terhadap korban secepat mungkin
Upaya stabilisasi korban mencakup intubasi, trakeostomi, pemasangan drain thoraks,
pemasangan ventilator, penatalaksanaan syok secara medikamentosa, analgesia, pemberian
infus, fasiotomi, imobilisasi fraktur, pembalutan luka, pencucian luka bakar

Fungsi
Fungsi pos medis lanjutan ini dapat disingkat menjadi “Three ‘T’ rule” (Tag, Treat,
Transfer) atau hukum tiga (label, rawat, evakuasi
Perawatan di Lapangan
C. Pos Medis Lanjutan
a. Organisasi Pos Medis Lanjutan

Struktur internal pos medis lanjutan dasar, terdiri atas:


● Satu pintu masuk yang mudah ditemukan atau diidentifikasi.
● Satu tempat penerimaan korban/tempat triase yang dapat menampung paling
banyak dua orang korban secara bersamaan.
● Satu tempat perawatan yang dapat menampung 25 orang korban secara
bersamaan.
Perawatan di Lapangan
C. Pos Medis Lanjutan
a. Organisasi Pos Medis Lanjutan

Tempat perawatan ini dibagi lagi menjadi :


● Tempat perawatan korban gawat darurat (korban yang diberi tanda dengan
label merah dan kuning). Lokasi ini merupakan proporsi terbesar dari seluruh
tempat perawatan.
● Tempat perawatan bagi korban nongawat darurat (korban yang diberi tanda
dengan label hijau dan hitam).
Perawatan di Lapangan
C. Pos Medis Lanjutan
a. Organisasi Pos Medis Lanjutan

● Pos medis lanjutan standar, terdiri atas

1. Satu pintu keluar


2. Dua buah pintu masuk (Gawat Darurat dan Non- Gawat Darurat). Untuk memudahkan
identifikasi, kedua pintu ini diberi tanda dengan bendera merah (untuk korban gawat
darurat) dan bendera hijau (untuk korban non gawat darurat).
3. Dua tempat penerimaan korban/triase yang saling berhubungan untuk memudahkan
pertukaran/pemindahan korban bila diperlukan.
Perawatan di Lapangan
C. Pos Medis Lanjutan
a. Organisasi Pos Medis Lanjutan

4. Tempat perawatan Gawat Darurat yang berhubungan


dengan tempat triase Gawat Darurat, tempat ini dibagi
menjadi:

▪ Tempat perawatan korban dengan tanda merah (berhubungan


langsung dengan tempat triase)

▪ Tempat perawatan korban dengan tanda kuning (setelah


tempat perawatan merah)
Perawatan di Lapangan
C. Pos Medis Lanjutan
a. Organisasi Pos Medis Lanjutan

5. Tempat perawatan Non Gawat Darurat, berhubungan dengan tempat triase Non Gawat Darurat, dibagi
menjadi:
- Tempat korban meninggal (langsung berhubung-an dengan tempat triase)
- Tempat perawatan korban dengan tanda hijau (setelah tempat korban meninggal) Setiap tempat
perawatan ini ditandai dengan bendera sesuai dengan kategori korban yang akan dirawat di tempat
tersebut.
6. Sebuah tempat evakuasi yang merupakan tempat korban yang kondisinya telah stabil untuk menunggu
pemindahan ke Rumah Sakit.
Perawatan di Lapangan
C. Pos Medis Lanjutan
b. Tenaga Pelaksana Pos
Medis Lanjutan Standar Tenaga medis yang akan
dipekerjakan di pos ini adalah dokter dari
• Unit Gawat Darurat
• Ahli Anestesi
• Ahli Bedah
• Tenaga Perawat

Dapat pula dibantu oleh


• Tenaga Perawat
• Tenaga Medis Gawat Darurat
• Tenaga pelaksana Pertolongan Pertama
akan turut pula bergabung dengan tim
yang berasal dari Rumah Sakit
Perawatan di Lapangan
C. Pos Medis Lanjutan
b. Tenaga Pelaksana Pos Medis Lanjutan
Tenaga pelaksana pos medis lanjutan standar dapat dibedakan berdasarkan lokasi tempat
pemberian pelayanan, baik itu triase maupun perawatan seperti berikut

1. Tempat Triase
• Triase Gawat Darurat
a) Pelaksana triase, terdiri dari seorang dokter yang telah berpengalaman (dianjurkan dokter
yang bekerja di Unit Gawat Darurat Rumah Sakit, ahli anestesi atau ahli bedah).
b) Dibantu oleh perawat, Tenaga Medis Gawat Darurat, atau tenaga pertolongan pertama.
c) Petugas administrasi yang bertugas untuk meregistrasi korban.

• Triase Non Gawat Darurat


a) Pelaksana triase adalah perawat yang berpengalaman, Perawat atau Tenaga Medis Gawat
Darurat.
b) Dibantu oleh tenaga Pertolongan Pertama.
c) Petugas administrasi (diambil dari tenaga Pertolongan Pertama).
Perawatan di Lapangan
C. Pos Medis Lanjutan
b. Tenaga Pelaksana Pos Medis Lanjutan

2. Tempat Perawatan
• Tempat Perawatan Gawat Darurat
a) Penanggung jawab perawatan gawat darurat, merupakan seorang dokter spesialis, konsultan
atau dokter terlatihDibantu oleh perawat, Tenaga Medis Gawat Darurat, atau tenaga
pertolongan pertama.
b) Tempat Perawatan Merah terdiri dari:
 Ketua tim, merupakan seorang ahli anestesi, dokter Unit Gawat Darurat atau seorang perawat
yang berpengalaman.
 Perawat/penata anestesi dan/atau perawat dari Unit Gawat Darurat.
 Sebagai tenaga bantuan adalah Tenaga Medis Gawat Darurat atau para tenaga Pertolongan
Pertama.
 Tenaga pengangkut tandu.
Perawatan di Lapangan
C. Pos Medis Lanjutan
b. Tenaga Pelaksana Pos Medis Lanjutan
c) Tempat Perawatan Kuning terdiri dari:
 Ketua tim, merupakan seorang perawat (penata anestesi atau perawat dari Unit Gawat
Darurat) atau seorang Perawat.
 Sebagai tenaga bantuan adalah Tenaga Medis Gawat Darurat atau para tenaga Pertolongan
Pertama.
 Tenaga pengangkut tandu

• Tempat Perawatan Non Gawat Darurat


a) Tim Perawatan Area Hijau
 Ketua tim, merupakan tenaga medis gawat darurat yang berpengalaman
 Sebagai tenaga bantuan adalah tenaga medis gawat darurat atau para tenaga pertolongan
pertama.
 Tenaga pengangkut tandu.

b) Daerah penempatan korban yang telah meninggal dunia (korban yang diberi tanda dengan
kartu hitam). Tidak diperlukan petugas di bagian ini.
Perawatan di Lapangan
C. Pos Medis Lanjutan
b. Tenaga Pelaksana Pos Medis Lanjutan

3. Lokasi Evakuasi
a) Dipimpin oleh seorang Perawat/tenaga medis gawat darurat berpengalaman yang mampu:
 Memeriksa stabilitas korban
 Memeriksa peralatan yang dipasang pada korban
 Monitoring korban sebelum dilakukan pemindahan ke fasilitas lain
 Supervisi pengangkutan korban
 Menyediakan / mengatur pengawalan
b) Petugas administrasi
c) Penanggung jawab transportasi yang merupakan petugas senior dari Dinas Pemadam
Kebakaran atau Layanan Ambulans. Petugas ini berhubungan dengan Kepala pos medis
lanjutan dan pos komando.
Perawatan di Lapangan
C. Pos Medis Lanjutan
b. Tenaga Pelaksana Pos Medis Lanjutan

4. Peralatan (kebutuhan minimum)


a) Tempat Triase
 Tanda pengenal untuk menandai setiap tempat / bagian dan petugas
 Kartu triase
 Peralatan administrasi
 Tandu (empat buah)
 Alat penerangan
 Sfigomanometer, stetoskop, lampu senter, sarung tangan
Perawatan di Lapangan
C. Pos Medis Lanjutan
b. Tenaga Pelaksana Pos Medis Lanjutan

b) Tempat Perawatan Gawat Darurat


 Tanda pengenal untuk Ketua (jaket merah dengan tulisan “Ketua”) dan untuk setiap Ketua tim
(kain berwarna merah / kuning yang dipergunakan di lengan)
 Alat penerangan
 Tandu 62
 Selimut
 Peralatan administrasi
 Sfigomanometer, stetoskop, lampu senter, sarung tangan

 Peralatan medis bencana alam


Perawatan di Lapangan
C. Pos Medis Lanjutan
b. Tenaga Pelaksana Pos Medis Lanjutan

c) Tempat Perawatan Non Gawat Darurat


 Peralatan penerangan khusus
 Alat membalut / bidai
 Peralatan administrasi
 Sfigmanometer, stetoskop, lampu senter, sarung tangan
d) Lokasi Evakuasi
 Alat penerangan
 Tandu
 Peralatan administrasi
 Sfigomanometer, stetoskop, lampu senter, sarung tangan
Perawatan di Lapangan
D. Pos Penatalaksanaan Evakuasi

Fungsi
● Mengumpulkan korban dari berbagai pos medis lanjutan
● Melakukan pemeriksaan ulang terhadap para korban
● Meneruskan/memperbaiki upaya stabilisasi korban
● Memberangkatkan korban ke fasilitas kesehatan tujuan
Perawatan di Lapangan
D. Pos Penatalaksanaan Evakuasi

● Jika bencana yang terjadi mempunyai beberapa daerah pusat


bencana, di setiap daerah pusat bencana tersebut harus
didirikan pos medis lanjutan
● Untuk mencapai efisiensi ini korban yang berasal dari berbagai
pos medis lanjutan akan dipindahkan ke satu tempat dengan
fasilitas stabilisasi dan evakuasi yang lebih baik
● Tempat penampungan korban sebelum pemindahan disebut
sebagai Pos Penatalaksanaan Evakuasi yang dapat berupa
sebuah “Rumah Sakit Lapangan”, Poliklinik, Rumah Sakit tipe
B, atau fasilitas sejenis
Thank You
Any Question ?

Anda mungkin juga menyukai