Anda di halaman 1dari 13

Studi Perbandingan Tata Kelola Pemilu

Shaheen Mozaffar dan Andreas Schedler


Tata Kelola Pemilu
Tata kelola pemilu adalah rangkaian kegiatan yang luas yang menciptakan dan memelihara kerangka kerangka k
erja institusional yang luas yang mengatur tata cara persaingan dalam pemilu dan pemilu itu sendiri.

Di Negara Demokrasi yang maju sekalipun, kesalahan sering terjadi saat pelaksanaaan pemilu

Pada Pemilu Presiden AS Tahun 2000 memberikan sebuah pengalaman yang sangat penting
bagi penyelenggaraan pemilu, khususnya terkait Tata Kelola Pemilu. Sejumlah kesalahan yang
terjadi karena mulai dari surat suara yang rusak, daftar pemilih yang tidak akurat, penghitunga
n dan tabulasi suara yang tidak akurat, serta human error membuat hasil pemilu kurang kredi
bel. Ketidak akuratan ini karena tata kelola pemilu yang diabaikan.

Pemilihan umum Presiden Amerika Serikat 2000 adalah pertarungan antara calon presiden da
ri Partai Demokrat, Al Gore, melawan calon dari Partai Republik, George W. Bush. Pemilu ini di
menangkan Bush dengan selisih yang tipis dengan memperoleh 271 suara elektoral, sementar
a Gore hanya mendapatkan 266 suara elektoral. Muncul sengketa terkait dengan pemenang 2
5 suara elektoral di Florida, terutama karena perbedaan 537 suara di Florida membuat Bush
memenangkan pemilu ini. Keputusan Mahkamah Agung dalam kasus Bush vs Gore pada tangg
al 12 Desember 2000 menghentikan semua upaya penghitungan ulang, sehingga Florida jatu
h ke tangan Bush dan membuatnya memenangkan pemilu ini.
Muhammad Imam Subkhi 2
Tata Kelola Pemilu Bekerja Pada Tiga Tingkatan

Tingkatan Pembuatan Atu Tingkat Implementasi Atu Tingkat Ajudikasi,


ran, ran,
tata kelola pemilu melibatka
tata kelola pemilu mengoordinas n mediasi dan penyelesaian
tata kelola pemilu berkaitan dengan r ikan tugas-tugas personel yang b sengketa yang timbul dari pr
ancangan lembaga yang mendefinisik eragam dan mengatur pelaksana
an kerangka dasar pemilu demokrati an kegiatan yang saling berkaita
oses dan hasil pemilihan da
s. Aturan kompetisi dalam pemilu da n yang kompleks untuk menetap n persaingan pemilu.
n aturan organisasi pelaksana pemilu kan dasar kelembagaan yang st
mengkonfigurasi kerangka kerja ini.
abil dalam persaingan pemilu.
Dalam Implementasi Aturan, sering dihadapkan pada tig
a hal yang saling bertentangan
Tantangan efisiensi administrasi
Penekanan pada perencanaan proyek tidak selalu berarti kekaku

1
an birokrasi, namun pentingnya mengambil pembelajaran dari p
emilihan sebelumnya untuk mengurangi biaya marjinal pemiliha
n di masa depan.

Tantangan netralitas politik


2 Partai oposisi cenderung membaca kegagalan teknis sebagai ind
ikator kecurangan. Persimpangan antara kecurigaan politik dan
ketidakmampuan teknis dapat memicu perselisihan yang akut b
erpotensi menggagalkan seluruh proses.

Tantangan akuntabilitas publik


3 Akuntabilitas melibatkan tiga dimensi kunci: informasi,
keadilan, dan penegakan aturan.
Penyusunan Peraturan
Memilih dan mendefinisikan aturan dasar dari pelaksanaan pemilu.

Aturan Kompetisi atau sistem Pemilihan Umum: Aturan Tata Kelola Pemilihan Umum
Elemen: Elemen:
• Formula • Pendaftaran pemilih
• Besaran Dapil • Pendaftaran partai dan kandidat
• Batas Dapil • Pembiayaan dan regulasi kampanye
• Ukuran perakitan • Pemantauan pemilu
• Tabel jadwal pemilu • Desain surat suara
• Franchise/penyebarluasan • TPS
• Pemungutan, penghitungan, dan tabulasi suara
• Badan pengelola pemilu
• Otoritas penyelesaian sengketa

Muhammad Imam Subkhi 5


Pelaksanaan Peraturan
Mengatur pelaksanaan permainan

Elemen:
• Pendaftaran pemilih, kandidat, partai
• Pendaftaran pemantau pemilu
• Pendidikan pemilih
• Organisasi pemilihan
• Voting, penghitungan, dan pelaporan

Muhammad Imam Subkhi 6


A ju dika s i A tu ra n
Pengesahan hasil pemilihan dan penyelesaian

Elemen:

• Penerimaan aduan sengketa.


• Pengolahan kasus
• Publikasi dan implementasi putus
an

Muhammad Imam Subkhi


7
Pelembagaan Ketidakpastian Demokrasi
• Pemilu sebagai salah satu bidang kehidupan modern saat ini, menjadikan lembaga formal
(pemerintah) dilihat sah apabila dalam pelaksanaanya, hasil tidak pasti.
• Maksudnya pemenang pemilu tidak boleh ditentukan di awal, namun harus diketahui setel
ah hasil pemilihan yang dilakukan warga negara dihitung secara keseluruhan. Hal ini untuk
mengatur persaingan yang adil dalam kompetisi politik. Hal yang tidak pasti ini juga untuk
memastikan imparsialitas penyelenggara pemilu.
• Dalam istilah John Rawls, seluruh peserta pemilu diletakkan dalam the veil of ignorance di
mana seluruhnya pada posisi yang sama tidak ada perbedaan. Namun dalam pelaksanaan
kontestasi pemilu, mereka harus mematuh aturan yang telah ditetapkan. Seluruh actor poli
tik harus berusaha dengan berbagai strategi yang dimiliki untuk meraih dukungan public u
ntuk meraih kemenangan.
• Dalam proses politik, maka sering kita lihat adanya kompromi yang dilakukan oleh pihak be
rkuasa dengan pihak oposisi. Kompromi ini dilakukan pada tahap awal untuk membentuk l
embaga yang menjamin pelaksanaan pemilu berjalan dengan baik, dan tetap memegang pr
insip imparsialitas. Selain itu, kompromi ini juga dilakukan untuk merumuskan bagaimana c
ara penyelesaian sengketa pemilu. Lembaga penyelesaian sengketa pemilu harus mampu
memutus perselisihan dan memberikan hasil yang dapat dipatuhi oleh semua pihak.

Muhammad Imam Subkhi 8


Struktur Lembaga Tata Kelola Pemilu
Enam dimensi dasar yang harus diperhatikan dalam pembentukan lembaga tata kelola pemilu.

Sentralisasi Spesialisasi
1 Perlu memerhatikan apakah dibentuk secara te
rpusat, atau setiap daerah dibentuk sendiri sec
ara otonom. Bentuk negara federal atau negara
4 EMB apakah terpisah dengan lembaga peradila
n pemilu, atau digabung

kesatuan turut mempengaruhi.

Birokratisasi Delegasi
2 Desainer pemilu harus menentukan apakah lem
baga penyelenggara pemilu akan dibentuk seca
ra permanen, atau ad hoc.
5 Pembagian kewenangan antara Partai berkuasa
dengan posisi, terdiri dari perwakilan partai poli
tik, atau menunjuk pihak ketiga untuk mengisi E
MB

Independensi Regulasi
3 Bentuknya independen, atau dilaksanakan oleh
kementerian dalam negeri 6 Membatasi EMB dengan sejumlah regulasi supa
ya melaksanakan pemilu secara imparsial.

Muhammad Imam Subkhi 9


Pendekatan dalam Studi Proses Tata Kelola Pemilu

Pendekatan komprehensif Pendekatan Subyektif


Dilakukan apabila ada upaya menut
Membuat checklist pemeriksaa upi pelanggaran. Sehingga menggun
n terhadap setiap tahapan. Dila akan persepsi aktor politik yang men
kukan untuk mendeteksi di bag jadi oposisi atau korban. Tapi harus
ian mana terdapat kelemahan hati-hati, karena pihak oposisi serin
g membesar-besarkan masalah.
dalam pelaksanaaan tata kelola
pemilu

Pendekatan Selektif Pendekatan Tidak Langsung

Membatasi analisis untuk isu-isu spesifi Tuduhan manipulasi pemilu m


k, misalnya besaran biaya kampanye par
tai politik, pendaftaran pemilih, pengelo
enjadi tidak relevan ketika par
laan logistic, dan sejumlah isu spesifik l tai oposisi memenangkan pem
ain adalah contoh aspek procedural yan ilu.
g bisa digunakan untuk studi komparasi.
Bukti Pemilu demokratis adala
h silih bergantinya kekuasaan.

Muhammad Imam Subkhi 10


• Pemilu yang tidak demokratis lahir dari kegagalan untuk melembagakan lembaga-lembaga
ketata kelolaan pemilu yang impaarsial. Sekalipun pemilu dilaksanakan dari secara kolabor
atif antara pihak penguasa dan oposisi, namun jika tata kelola pemilu ini tidak di desain im
parsial, tetap mengakibatkan ketidakstabilan politik. Dengan tata kelola pemilu yang impar
sial, mampu memberikan kepastian hukum yang diperlukan dari demokrasi, politik dapat b
erubah dari konflik bersenjata atas aturan permainan untuk kompetisi damai dalam aturan
permainan.
• Aturan sudah demokratis, namun dalam pelaksanaannya apakah diterapkan untuk semua,
atau malah diskriminatif, atau bahkan aturan dibuat lebih diskriminatif?
• Lembaga peradilan pemilu apakah benar-benar imparsial atau tidak? Karena putusannya bi
sa menghancurkan seluruh proses tata kelola pemilu yang sudah berjalan.
• Kegagalan dalam melaksanakan tata kelola pemilu, bisa memicu konflik di dalam suatu neg
ara.

Muhammad Imam Subkhi 11


Belajar Dari Afrika
tentang pilihan model EMB

Warisan politik rezim ot Struktur perpecahan et


Warisan institusional dari
oriter Afrika pasca-kolo Negosiasi politik
pemerintahan kolonial
nial nopolitik .

diukur dalam hal tradisi a yang diukur berdasarkan f yang membentuk hubung yang dihasilkan di antara
nglophone peninggalan k rekuensi pemilu (yang seri an kekuasaan dan mengin mereka
elembagaan dan desentra ng dibatasi) dan tingkat p formasikan preferensi insti
lisasi pemerintahan versus ersaingan politik yang diizi tusional kelompok prode
francophone dan tradisi lu nkan; mokrasi dan pemegang ja
sophone dari statisme dan batan otoriter;
pemerintahan terpusat;
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai