Anda di halaman 1dari 13

PROBLEM ZIS

Kristia Monika 3180025


EKSISTENSI BAZ/LAZ DALAM
PEMBANGUNAN EKONOMI UMAT
• Badan Amil Zakat Nasional (disingkat BAZNAS) adalah
lembaga yang
melakukan pengelolaan zakat secara nasional. Secara definitif,
lembaga
pengelola zakat (LPZ) merupakan sebuah institusi yang
bertugas
dalam pengelolaan zakat, infaq dan shadaqah, baik yang
dibentuk oleh
pemerintah seperti BAZ maupun yang dibentuk oleh
masyarakat dan
dilindungi oleh pemerintah seperti LAZ.
• pemberdayaan ekonomi umat, berarti upaya untuk
meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat Islam
dari kondisi tidak mampu, serta melepaskan diri dari
perangkap kemiskinan dan keterbelakangan ekonomi. Dengan
kata lain, sebagai upaya membangun kemandirian umat di
bidang ekonomi
• Di Indonesia sendiri, BAZ/LAZ sudah melakukan beberpapa
program zakat yang difokuskan untuk kepentingan
pengentasan kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat,
seperti Launching Program Community Development “Misi
Zakat Community Development di Pulau Kera”, Rumah Pintar
dan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemberdayaan Masyarakat
Dhuafa melalui program Zakat Community Development
(ZCD).
TEKNIS PELAKSANAAN ZAKAT
PRODUKTIF
Cara-cara pelaksanaan zakat sangatlah terinci dalam ajaran Islam
seperti yang dapat kita lihat penjabarannya yang lengkap dalam
kitab-kitab fiqh. Yang terpenting diantaranya adalah ketentuan-
ketentuan sebagai berikut :
• Jenis-jenis harta benda atau kekayaan yang dikenai zakat.
• Besarnya kekayaan yang dikenai zakat dari tiap-tiap jenis
tersebut (nishab).
• Besarnya zakat yang dipungut dari tiap-tiap jenis tersebut.
• Waktu pemungutannya (haul).
• Jenis-jenis penerima zakat (ashnaf).
• Cara-cara pembagiannya
• Pengumpulan zakat, infaq, shadaqah, hibah, wasiat, waris, dan
kafarah akan dilakukan di seluruh desa/kelurahan oleh badan
amil zakat desa/kelurahan dengan melibatkan pengurus-
pengurus masjid sebagai unit pengumpul zakat di wilayah
masingmasing dibantu oleh petugas penyuluh dan petugas
pengumpul yang dilatih oleh badan amil zakat kabupaten/kota
dibawah bimbingan ulama dan pemerintah setempat.
Beberapa keuntungan dari pengelolaan zakat yang dilakukan oleh
lembaga pengelola zakat dan yang memiliki kekuatan hukum
formal antara lain
• untuk menjamin kepastian dan kedisiplinan pembayar zakat
• untuk menjaga perasaan rendah diri para mustahiq zakat
apabila berhadapan langsung untuk menerima zakat dari para
muzakki
• untuk mencapai efisiensi dan efektifitas, serta sasaran yang
tepat dalam penggunaan harta zakat menurut skala prioritas
yang ada pada suatu tempat
• untuk memperlihatkan syi’ar Islam dalam semangat
penyelenggaraan pemerintahan yang Islami
Model pengelolaan zakat secara produktif ini telah dicontohkan
pada masa Khalifah Umar Ibn Khathab yang menyerahkan zakat
berupa tiga ekor unta sekaligus kepada salah seorang mustahiq
yang sudah rutin meminta zakatnya tetapi belum berubah
nasibnya. Pada saat penyerahan tiga ekor unta itu, khalifah
mengharapkan agar yang bersangkutan tidak datang lagi sebagai
penerima zakat tetapi diharapkan khalifah sebagai pembayar
zakat. Harapan Khalifah Umar Ibn Khathab tersebut ternyata
menjadi kenyataan, karena pada tahun berikutnya orang ini
datang kepada Khalifah Umar Ibn Khathab bukan meminta zakat,
tetapi untuk menyerahkan zakatnya.
SHODAQOH JARIYAH & WAKAF
• Shodaqoh jariyah adalah sedekah yang diniatkan untuk
kebaikan. Nantinya kebaikan itu masih terus dirasakan hingga
orang yang bersedekah tersebut meninggal.
• Contoh, sedekah dalam pembangunan masjid, sekolah,
pesantren, saluran air, dll.
• cakupan sedekah jariyah dapat diperluas ke berbagai bidang
selama masih bermanfaat bagi generasi mendatang. Standar
kemanfaatan tentunya mengacu kepada hal-hal yang telah
dibenarkan oleh syari’at. Dalam hal ini bidang keagaamaan,
bidang sosial, serta bidang pendidikan masih membuka
peluang yang sangat besar untuk bersedekah. Mendirikan,
membangun serta merawat berbagai fasilitas yang sering
dipergunakan seperti lembaga pendidikan, pendirian rumah
sakit, panti asuhan untuk anak yatim dan anak-anak terlantar
serta hal-hal lain yang masih membutuhkan uluran tangan dari
kaum dermawan, kesemuanya itu dapat dimasukkan dalam
kategori sedekah jariyah.
• Wakaf adalah kata yang berasal dari kata kerja waqofa (fiil
madi ), yaqifu (fiil mudori’), waqfan (isim masdar) yang
berarti berhenti atau berdiri. Sedangkan wakaf menurut syara’
adalah menahan harta yang mungkin diambil manfaatnya tanpa
menghabiskan atau merusakkan bendanya (ainnya) dan
digunakan untuk kebaikan.
• Menurut para ulama, wakaf ada dua macam, yaitu wakaf ahli
(khusus) dan wakaf khairi (umum).
Dalam fiqih Islam dikenal ada 4 (empat) rukun atau unsur wakaf,
antara lain adalah:
1. Orang yang berwakaf (waqif);
2. Benda yang diwakafkan (mauquf);
3. Penerima wakaf (nadzir);
4. Lafaz atau pernyataan penyerahan wakaf.
Pelaksanaan wakaf dianggap sah apabila terpenuhi syarat-syarat yaitu:
• Wakaf harus orang yang sepenuhnya menguasai sebagai pemilik benda
yang akan diwakafkan. Si Wakif tersebut harus mukallaf (akil baligh)
dan atas kehendak sendiri.
• Benda yang akan diwakafkan harus kekal dzatnya, berarti ketika timbul
manfaatnya dzat barang tidak rusak. Harta wakaf hendaknya
disebutkan dengan terang dan jelas kepada siapa dan untuk apa
diwakafkan.
• Penerima wakaf haruslah orang yang berhak memiliki sesuatu, maka
tidak sah wakaf kepada hamba sahaya.
• Ikrar wakaf dinyatakan dengan jelas baik dengan lisan maupun tulisan.
• Dilakukan secara tunai dan tidak ada khiyar (pilihan) karena wakaf
berarti memindahkan wakaf pada waktu itu. Jadi, peralihan hak terjadi
pada saat ijab qobul ikrar wakaf oleh Wakif kepada Nadzir sebagai
penerima benda wakaf.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai