EKSISTENSI BAZ/LAZ DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI UMAT • Badan Amil Zakat Nasional (disingkat BAZNAS) adalah lembaga yang melakukan pengelolaan zakat secara nasional. Secara definitif, lembaga pengelola zakat (LPZ) merupakan sebuah institusi yang bertugas dalam pengelolaan zakat, infaq dan shadaqah, baik yang dibentuk oleh pemerintah seperti BAZ maupun yang dibentuk oleh masyarakat dan dilindungi oleh pemerintah seperti LAZ. • pemberdayaan ekonomi umat, berarti upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat Islam dari kondisi tidak mampu, serta melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan ekonomi. Dengan kata lain, sebagai upaya membangun kemandirian umat di bidang ekonomi • Di Indonesia sendiri, BAZ/LAZ sudah melakukan beberpapa program zakat yang difokuskan untuk kepentingan pengentasan kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat, seperti Launching Program Community Development “Misi Zakat Community Development di Pulau Kera”, Rumah Pintar dan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemberdayaan Masyarakat Dhuafa melalui program Zakat Community Development (ZCD). TEKNIS PELAKSANAAN ZAKAT PRODUKTIF Cara-cara pelaksanaan zakat sangatlah terinci dalam ajaran Islam seperti yang dapat kita lihat penjabarannya yang lengkap dalam kitab-kitab fiqh. Yang terpenting diantaranya adalah ketentuan- ketentuan sebagai berikut : • Jenis-jenis harta benda atau kekayaan yang dikenai zakat. • Besarnya kekayaan yang dikenai zakat dari tiap-tiap jenis tersebut (nishab). • Besarnya zakat yang dipungut dari tiap-tiap jenis tersebut. • Waktu pemungutannya (haul). • Jenis-jenis penerima zakat (ashnaf). • Cara-cara pembagiannya • Pengumpulan zakat, infaq, shadaqah, hibah, wasiat, waris, dan kafarah akan dilakukan di seluruh desa/kelurahan oleh badan amil zakat desa/kelurahan dengan melibatkan pengurus- pengurus masjid sebagai unit pengumpul zakat di wilayah masingmasing dibantu oleh petugas penyuluh dan petugas pengumpul yang dilatih oleh badan amil zakat kabupaten/kota dibawah bimbingan ulama dan pemerintah setempat. Beberapa keuntungan dari pengelolaan zakat yang dilakukan oleh lembaga pengelola zakat dan yang memiliki kekuatan hukum formal antara lain • untuk menjamin kepastian dan kedisiplinan pembayar zakat • untuk menjaga perasaan rendah diri para mustahiq zakat apabila berhadapan langsung untuk menerima zakat dari para muzakki • untuk mencapai efisiensi dan efektifitas, serta sasaran yang tepat dalam penggunaan harta zakat menurut skala prioritas yang ada pada suatu tempat • untuk memperlihatkan syi’ar Islam dalam semangat penyelenggaraan pemerintahan yang Islami Model pengelolaan zakat secara produktif ini telah dicontohkan pada masa Khalifah Umar Ibn Khathab yang menyerahkan zakat berupa tiga ekor unta sekaligus kepada salah seorang mustahiq yang sudah rutin meminta zakatnya tetapi belum berubah nasibnya. Pada saat penyerahan tiga ekor unta itu, khalifah mengharapkan agar yang bersangkutan tidak datang lagi sebagai penerima zakat tetapi diharapkan khalifah sebagai pembayar zakat. Harapan Khalifah Umar Ibn Khathab tersebut ternyata menjadi kenyataan, karena pada tahun berikutnya orang ini datang kepada Khalifah Umar Ibn Khathab bukan meminta zakat, tetapi untuk menyerahkan zakatnya. SHODAQOH JARIYAH & WAKAF • Shodaqoh jariyah adalah sedekah yang diniatkan untuk kebaikan. Nantinya kebaikan itu masih terus dirasakan hingga orang yang bersedekah tersebut meninggal. • Contoh, sedekah dalam pembangunan masjid, sekolah, pesantren, saluran air, dll. • cakupan sedekah jariyah dapat diperluas ke berbagai bidang selama masih bermanfaat bagi generasi mendatang. Standar kemanfaatan tentunya mengacu kepada hal-hal yang telah dibenarkan oleh syari’at. Dalam hal ini bidang keagaamaan, bidang sosial, serta bidang pendidikan masih membuka peluang yang sangat besar untuk bersedekah. Mendirikan, membangun serta merawat berbagai fasilitas yang sering dipergunakan seperti lembaga pendidikan, pendirian rumah sakit, panti asuhan untuk anak yatim dan anak-anak terlantar serta hal-hal lain yang masih membutuhkan uluran tangan dari kaum dermawan, kesemuanya itu dapat dimasukkan dalam kategori sedekah jariyah. • Wakaf adalah kata yang berasal dari kata kerja waqofa (fiil madi ), yaqifu (fiil mudori’), waqfan (isim masdar) yang berarti berhenti atau berdiri. Sedangkan wakaf menurut syara’ adalah menahan harta yang mungkin diambil manfaatnya tanpa menghabiskan atau merusakkan bendanya (ainnya) dan digunakan untuk kebaikan. • Menurut para ulama, wakaf ada dua macam, yaitu wakaf ahli (khusus) dan wakaf khairi (umum). Dalam fiqih Islam dikenal ada 4 (empat) rukun atau unsur wakaf, antara lain adalah: 1. Orang yang berwakaf (waqif); 2. Benda yang diwakafkan (mauquf); 3. Penerima wakaf (nadzir); 4. Lafaz atau pernyataan penyerahan wakaf. Pelaksanaan wakaf dianggap sah apabila terpenuhi syarat-syarat yaitu: • Wakaf harus orang yang sepenuhnya menguasai sebagai pemilik benda yang akan diwakafkan. Si Wakif tersebut harus mukallaf (akil baligh) dan atas kehendak sendiri. • Benda yang akan diwakafkan harus kekal dzatnya, berarti ketika timbul manfaatnya dzat barang tidak rusak. Harta wakaf hendaknya disebutkan dengan terang dan jelas kepada siapa dan untuk apa diwakafkan. • Penerima wakaf haruslah orang yang berhak memiliki sesuatu, maka tidak sah wakaf kepada hamba sahaya. • Ikrar wakaf dinyatakan dengan jelas baik dengan lisan maupun tulisan. • Dilakukan secara tunai dan tidak ada khiyar (pilihan) karena wakaf berarti memindahkan wakaf pada waktu itu. Jadi, peralihan hak terjadi pada saat ijab qobul ikrar wakaf oleh Wakif kepada Nadzir sebagai penerima benda wakaf. TERIMAKASIH