Anda di halaman 1dari 43

NEFRO-VESIKO-

UROLITHIASIS
RSUD Ende
ANATOMI
ANATOMI
ANATOMI

■ Vesika urinaria terletak


di dalam rongga pelvis
di belakang simfisis pubis

■ Terdiri dari
Fundus
Korpus
verteks
ANATOMI
EPIDEMIOLOGI
■ Penyakit ketiga terbanyak di bidang urologi. (setelah ISK dan BPH)
■ Di seluruh dunia rata-rata 1-12% penduduk.
■ Di negara berkembang  >> batu buli – buli
■ Di negara maju  >> batu saluran kemih bagian atas

■ Laki-laki lebih sering dibandingkan wanita (2:1) dengan puncak insidensi


antara dekade ketiga dan keempat

■ Prevalensi tertinggi penyakit nefrolitiasis yaitu di daerah DI Yogyakarta


(1,2%), diikuti Aceh (0,9%), Jawa Barat, Jawa Tengah , dan Sulawesi
Tengah masing-masing (0,8%)
FAKTOR RISIKO
FAKTOR INTRINSIK FAKTOR EKSTRINSIK

• Herediter • Geografi  stone Belt (sabuk batu)


• Umur  paling sering usia 30-50 tahun • Iklim dan tempratur
• Jenis kelamin  laki-laki : perempuan • Asupan air  kurangnya asupan air dan
(3:1) tingginya kadar mineral kalsium pada air
yang dikonsumsi
• Diet  banyak purin, oksalat dan kalsium
• Pekerjaan  banyak duduk / kurang
aktifitas / sedentary life
• Konsumsi alkohol, kopi dan teh yang
berlebihan
Riwayat pola makan dan Pengobatan
■ Riwayat pola makan juga ditanyakan sebagai predisposisi batu pada pasien, antara lain
asupan kalsium, cairan yang sedikit, garam yang tinggi, buah dan sayur kurang, serta
makanan tinggi purin yang berlebihan, jenis minuman yang dikonsumsi, jumlah dan
jenis protein yang dikonsumsi.
■ Riwayat pengobatan dan suplemen seperti probenesid, inhibitor protease, inhibitor
lipase, kemoterapi, vitamin C, vitamin D, kalsium, dan inhibitor karbonik anhidrase.
TEORI PROSES PEMBENTUKAN BSK
TEORI NUKLEASI TEORI INHIBITOR

Terbentuk atau tidaknya batu di


Terdiri atas kristal presipitasi
–kristal salam saluran kemih ditentukan
Dipengaruhi oleh : oleh adanya keseimbangan antara
• Suhu zat pembentuk batu dan inhibitor
• PH larutan
• Konsentrasi solut dalam urin
• Laju aliran urin
• Korpus alienum

Agregasi nukleasi

Menempel pada epitel saluran kemih


(membentuk retensi kristal)
KOMPOSISI BATU
KOMPOSISI BATU
BATU KALSIUM • Paling banyak dijumpai  70-80%
• Terdiri dari  kalsium oksalat, kalsium fosfat, campuran
• Bentuk bergerigi
Faktor terjadinya batu kalsium
hiperkalsiuria Kadar kalsium urin >250-300 mg/hari Penyebab :
Adanya gangguan pada
1. Absorbsi
2. Renal
3. resorptif

hiperoksaluria Ekskresi oksalat urine > 45 gr/hari • Gangguan usus


• Konsumsi oksalat >>
hiperurikosuria Kadar asam urat dalam urine > 850 mg/24 Konsumi purin >>
jam
hipositraturia • Penyakit RTA (renal tubular asidosis)
• Pemakaian diuretik golongan thiazide jangka lama
hipomagnesuria Penyakit inflamasi usus (inflamatory bowel disease)
KOMPOSISI BATU
BATU STRUVIT = BATU INFEKSI
Kuman golongan pemecah urea
(urea splitter) = enzim urease

Proteus Spp, Klebsiella, Serratia,


Enterobakter, Pseudomonas, dan CO(NH2)2 + H20  2NH3 + CO2
Stafilokokus

Urine menjadi basa

Garam Magnesium,amonium fosfat, karbonat  Batu triple-phospat (Ca, Mg, NH4)


• Batu magnesium amonium fosfat (MAP)
[MgNH₄PO₄.H₂O]
• karbonat apatit [Ca₁₀[PO₄]₆CO₃]
KOMPOSISI BATU
BATU ASAM URAT
■ 5-10% dari seluruh batu saluran kemih
■ 75-80% asam urat murni, sisanya campuran kalsium oksalat
Faktor predisposisi
- Penyakit gout,
- Terapi antikanker, obat urikosurik (sulfinpirazone, thiazide, dan salisilat)
- kegemukan, peminum alkohol, dan diet tinggi protein
FAKTOR PENYEBAB
• Urin yang bersifat asam (pH <6)
• Volume urin sedikit (<2L/hari), dehidrasi
• Hiperurikosuria  Kadar asam urat dalam urine > 850 mg/24 jam

SIFAT BATU
• Ukuran batu  bervariasi  besar : staghorn (mengisi seluruh pelvikalises ginjal)
• Bentuk batu  Batu bulat, halus  seringkali keluar spontan

PENCEGAHAN
■ minum banyak (usahakan produksi urin 1500-2000
mL/hari)
■ Pemeriksaan pH urin setiap hari dengan kertas
nitrazin (alkalinisasi urin  pertahankan PH diantara
6,5-7
■ Pemeriksaan kadar asam urat darah secara berkala
(bila hiperurisemia, konsumsi obat inhibitor xanthin
oksidase allupurinol
BATU JENIS LAIN

• Batu sistin  kelainan absorpsi sistin di mukosa usus


• Batu xanthin  defisiensi enzim xanthin oxidase
• Batu silikat  penggunaan antasida berlebihan atau jangka panjang
KLASIFIKASI BATU
(BERDASARKAN POSISI)

BATU GINJAL
(nefrolithiasis)

BATU URETER
(ureterolithiasis)

BATU BULI
(vesikolithiasis)

BATU URETRA
(uretrolithiasis)
Etiologi:

Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan


 gangguan aliran urin,
 gangguan metabolik,
 infeksi saluran kemih,
 dehidrasi,
 Sering menahan ketika akan buang air kecil (stagnansi urin ) dan
 keadaan-keadaan lain yang masih belum terungkap (idiopatik).(3)
BATU GINJAL
(NEFROLITHIASIS)

MANIFESTASI KLINIS
Batu staghorn
- Nyeri  pinggang (paling sering)
• Nyeri kolik  aktivitas peristaltik otot polos sistem kalises yang meningkat  tekanan
intraluminal meningkat  peregangan dari terminal saraf  sensasi nyeri
• Nyeri non-kolik  Peregangan kapsul ginjal (Hidronefrosis, infeksi ginjal)
- Hematuria  trauma mukosa oleh batu
- Demam  curiga urosepsis
- Tanda ISK Pernah mengeluarkan batu kecil ketika kencing

Pemeriksaan fisik :
Nyeri ketok CVA
Teraba ginjal  hidronefrosis
BATU BULI
(VESIKOLITHIAS
IS)

MANIFESTASI KLINIS
• Khas  gejala iritasi
• Nyeri suprapubik
• Sifat nyeri  refered pain (ujung penis,
skrotum, perineum, pinggang, sampai kaki)
• Jika batu berada di pangkal uretra  aliran
miksi dapat berhenti tiba- tiba  lencar
kembali setelah perubahan posisi

PEMERIKSAAN FISIK
• Nyeri tekan suprapubik
• Buli teraba penuh
BATU URETRA
(URETROLITHIAS• Asal  biasanya dari batu ginjal / ureter  buli  uretra
IS)
Angka kejadian  1% dari seluruh batu saluran kemih

MANIFESTASI KLINIS

 Paling sering (Miksi tiba- tiba


terhenti)  retensi urin , sebelumnya
didahului nyeri pinggang

 Urin menetes

 Batu uretra anterior  dapat diraba oleh


pasien berupa benjolan keras di uretra
pars bulbosa ataupun pendularis, kadang
tampak di meatus uretra eksternum

 Batu uretra posterior  nyeri perineum


atau rektum
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Fisik
• Penderita dengan keluhan nyeri kolik hebat, dapat disertai
takikardi, berkeringat, dan nausea.
• Masa pada abdomen dapat dipalpasi pada penderita dengan
obstruksi berat atau dengan hidronefrosis.
• Bisa didapatkan nyeri ketok pada daerah kostovertebra,
tanda gagal ginjal dan retensi urin.
• Demam, hipertensi, dan vasodilatasi kutaneus dapat
ditemukan pada pasien dengan urosepsis.
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
PEMERIKSAAN
LABORATORIUM
Pemeriksaan Lainnya :
Pemeriksaan Urin:
kadar hormon PTH dan kadar vitamin D, bila dicurigai
Leukosituria, hematuria, kristal pembentuk batu
hiperparatiroid primer
Bakteriuri (nitrit), Ph urin

Kultur urin

Pemeriksaan Darah :

Ureum, kreatinin, uji koagula- Panduan Penatalaksaan Klinis


Batu Saluran Kemih 6 si (activated partial thromboplastin
time/aPTT, international normalised ratio/INR), natrium, dan
kalium. Bila diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan
kalsium dan atau C-reactive protein (CRP)
Asam urat
Foto polos abdomen (BNO)  melihat batu radioopak

BNO POLOS NORMAL NEFROLITHIASIS SINISTRA


Pielografi intravena (IVP)  menilai anatomi dan fungsi ginjal, deteksi
batu semi opak / non opak
■ USG
- Bila IVP tidak memungkinkan
- Dapat melihat semua jenis batu
■ CT Urografi tanpa kontras

- Standar baku untuk evaluasi batu pada ginjal dan traktus urinarius, termasuk batu asam
urat

- Sensivitas dan spesivitas terbaik


TATALAKSANA

Tujuan tatalaksana : Terapi konservatif / ESWL(Extracorporea


terapi ekspulsif l Shockwave
1. Mengurangi nyeri medikamentosa Lithotripsy)
2. Menghilangkan batu yang sudah ada
3. Mencegah pembentukan batu
berulang
endoneurologi Pembedahan
Terapi konservatif / • Ukuran batu < 5 mm  batu keluar spontan
terapi ekspulsif • Tujuan  mengurangi nyeri, memperlancar aliran urin
medikamentosa
(+ diuretikum), minum banyak

Terapi konservatif
1. Peningkatan asupan minum dan pemberian diuretik  target diuresis 2liter/hari
2. α-blocker  nifedipin, tamsulosin
3. NSAID

syarat lain untuk observasi adalah :


1. berat ringannya keluhan pasien
2. ada tidaknya infeksi dan obstruksi
3. Ada tidaknya kolik berulang atau ISK

Pemantauan berkala setiap 1-14 hari


sekali selama maksimal 6 minggu
INDIKASI PENGELUARAN BATU SALURAN KEMIH (EAU
2014)

Didasarkan pada :
• KEMUNGKINAN KECIL UNTUK BATU KELUAR SPONTAN
• ukuran,
• OBSTRUKSI SALURAN KEMIH PERSISTEN
• UKURAN BATU > 15 MM • lokasi,
• INFEKSI • ada tidaknya infeksi,
• NYERI MENETAP ATAU BERULANG
• fungsi ginjal
• DISERTAI INFEKSI
• BATU METABOLIK YANG CEPAT TERBENTUK
• ADANYA GANGGUAN FUNGSI GINJAL Tujuan tatalaksana :
1. Mengurangi nyeri
2. Menghilangkan batu yang sudah ada
3. Mencegah pembentukan batu
berulang
Menggunakan gelombang kejut yang dialirkan melalui
ESWL(Extracorporeal
Shockwave Lithotripsy) air dan dipusatkan pada batu  batu diharapkan pecah
menjadi ukuran < 2mm  keluar bersama urin

• Diperkenalkan pertama kali oleh Caussy (1980)


• Non invasif
• Dapat menimbulkan nyeri kolik dan hematuria
• Kontraindikasi  hamil, perdarahan diastesis, ISK tidak terkontrol, obesitas berat, aneurisma arteri
sekitar batu, obstruksi anastomosis distal dari batu
endoneurologi

• Invasif minimal  memecah dan mengeluarkan batu, melalui alat


yang dimasukan langsung ke dalam saluran kemih
• Macam tindakan:
1. Percutaneous Nephro Litholapaxy (PNL)
2. Litotripsi
3. Ureteroskopi/URS (uretero-renoskopi)
4. Ekstraksi Dormia
Percutaneous Nephro Litholapaxy (PNL)

Pengeluaran batu saluran ginjal

Litotripsi

Memecah batu buli-buli atau uretra


Ureteroskopi/URS (uretero-renoskopi)

Melihat keadaan ureter dan sistem


pelvikalises

Ekstraksi dormia

Mengeluarkan batu ureter dengan menjaring


melalui alat keranjang dormia
Pembedahan

Indikasi Pembedahan :
• Batu kaliks  adanya hidrokaliks, kasus nefrolithiasus kompleks, tidak berhasil dengan ESWL
• Batu Pelvis  Jika terjadi hidronefrosis, infeksi, atau nyeri hebat, batu staghorn
• Batu ureter  telah terjadi gangguan fungsi ginjal, nyeri hebat, terdapat impaksi ureter
• Batu buli  ukuran > 3 cm
• Ukuran batu >15 mm;
• Sosial Paisen

Berupa :
- Pielolitotomi atau nefrolitotomi (mengambil batu saluran ginjal)
 ginjal sudah tidak berfungsi
- Ureterolitotomi (batu ureter)
 Berisi nanah (Pionefrosis)
- Vesikolitotomi (batu vesika urinaria)
 Korteks sudah sangat tipis
- Nefrektomi atau pengambilan ginjal  jika :
 Mengalami pengkerutan
REKOMENDASI PILIHAN METODE AKTIF
PENGELUARAN BATU URETER
(IAUI 2007 DAN EAU 2004)

LOKASI UKURA LINI PERTAMA LINI


N KEDUA
Ureter < 10 MM SWL URS atau
Proksima Uretero
l(di atas litotomi
pelvic brim)
> 10 MM URS atau SWL
Ureterolitotomi
Ureter < 10 MM URS atau SWL Uretero
Distal litotomi
(di bawah
pelvic brim) > 10 MM URS Uretero
Litotomi
atau SWL
Komplikasi
■ Komplikasi Akut ■ Komplikasi Jangka Panjang
1. Kematian. 1. Striktura
2. Kehilangan fungsi ginjal 2. Obstruksi
3. Kebutuhan transfusi dan 3. Hidronefrotis, berlanjut dangan atau
tanpa pionefrosis, dan berakhir dengan
4. Tambahan invensi sekunder
kegagalan faal ginjal yang terkena.
Pencegahan

■ Angka kekambuhan rata-rata 7% per tahun atau kurang lebih 50% dalam 10 tahun.
■ Didasarkan pada  Analisis batu
Pencegahan umum
1. menghindari dehidrasi (produksi urin 2-3L/hari)
2. diet (rendah protein, oksalat, garam, dam purin)
3. aktivitas harian cukup
4. medikamentosa

Anda mungkin juga menyukai