Anda di halaman 1dari 13

KETERSEDIAAN PERTEMUAN KE-4

PANGAN
PENGERTIAN
o Mengacu pada definisi ketersediaan pangan menurut World Food Programme
(2009), ketersediaan pangan adalah keberadaan fisik makanan di daerah yang
menjadi perhatian melalui semua bentuk produksi dalam negeri, impor komersial
dan bantuan makanan.
o Berdasarkan UU No. 18 Tahun 2012 pasal 1 ayat 7, ketersediaan pangan adalah
kondisi tersedianya pangan dari hasil produksi dalam negeri dan cadangan pangan
nasional serta impor apabila kedua sumber utama tidak dapat memenuhi
kebutuhan.
o Selain itu, aspek ketersediaan diartikan juga bahwa pangan tersedia cukup untuk
memenuhi kebutuhan seluruh penduduk, baik jumlah maupun mutunya, serta aman
untuk dikonsumsi.

© 2019 UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA - KETAHANAN PANGAN 2


KETERSEDIAAN PANGAN
Ketersediaan pangan dapat dihitung pada tingkat naisonal, regional, kabupaten dan
tingkat masyarakat.
Ketersediaan pangan ditentukan oleh:
a. produksi pangan (produksi makanan di suatu daerah),
b.perdagangan (makanan dibawa ke suatu daerah dengan mekanisme pasar), stok
(baik yang ada pada pedagang maupun yang menjadi cadangan pemerintah), dan
c. transfer (makanan yang disediakan oleh pemerintah dan atau suatu lembaga).

© 2019 UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA - KETAHANAN PANGAN 3


Produksi pangan meliputi produksi hasil pertanian, perkebunan, kehutanan,
perikanan, peternakan, dan perairan.
Proses produksi tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
a. iklim,
b.jenis dan kesuburan tanah,
c. curah hujan,
d.sistem irigasi,
e. teknologi, dsb
Perdagangan pangan juga akan menentukan ketersediaan pangan suatu daerah.
Perdagangan pangan adalah setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan dalam rangka
penjualan dan atau pembelian pangan, termasuk penawaran untuk menjual pangan
dan kegiatan lain yang berkenaan dengan pemindahtanganan pangan dengan
memperoleh imbalan (pasal 1 ayat 23).

© 2019 UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA - KETAHANAN PANGAN 4


Dalam pelaksanaannya, produksi pangan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang
pada nantinya akan berdampak pada ketersediaan pangan, seperti:
a. luas lahan,
b.produktivitas, dan
c. perubahan iklim

© 2019 UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA - KETAHANAN PANGAN 5


LUAS LAHAN
Luas lahan pertanian di Indonesia mengalami fluktuasi pada beberapa tahun terakhir.
Hal tersebut dapat dilihat dari luas lahan sawah di Indonesia mengalami penurunan
pada tahun 2003 hingga tahun 2006, setelah itu mengalami peningkatan hingga
tahun 2013, namun mengalami penurunan kembali pada tahun 2014 dan tahun 2015.

© 2019 UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA - KETAHANAN PANGAN 6


PRODUKTIVITAS
Untuk mengukur kinerja produktivitas pangan, pemerintah menggunakan beberapa komoditas pangan
sebagai indikator kinerja di RKP (Rencana Kinerja Pemerintah) atau RPJMN (Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional).
Terdapat beberapa komoditas yang digunakan pemerintah sebagai indikator di RPJMN 2015-2019 yaitu:
a. beras,
b. jagung,
c. kedelai,
d. gula,
e. garam,
f. perikanan, dan
g. daging sapi.

© 2019 UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA - KETAHANAN PANGAN 7


PERUBAHAN IKLIM
Menurut UU No. 18 Tahun 2012, faktor-faktor yang menjadi ancaman dalam produksi pangan antara lain:
a. perubahan iklim,
b. serangan organisme pengganggu tumbuhan serta wabah penyakit hewan dan ikan,
c. bencana alam,
d. bencana sosial,
e. pencemaran lingkungan,
f. degradasi sumber daya lahan dan air,
g. kompetisi pemanfaatan sumber daya produksi pangan,
h. alih fungsi penggunaan lahan, dan
i. disinsentif ekonomi.

© 2019 UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA - KETAHANAN PANGAN 8


Perubahan iklim merupakan faktor yang cukup berpengaruh terhadap produksi
pangan, dimana apabila produksi pangan terganggu maka pasti akan berdampak pula
terhadap ketersediaan pangan.
Salah satu contoh yaitu terjadinya iklim ekstrim seperti fenomena El Nino/ Southern
Oscillation (ENSO) yang dapat mengganggu produksi pangan.
Selain itu, peningkatan suhu permukaan air laut diduga juga memiliki dampak
negatif yang signifikan terhadap curah hujan.
Peningkatan suhu sebesar 1⁰C saja diduga memengaruhi curah hujan di Maluku,
Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur bagian barat, dan sebagian besar
Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah dan Jawa Timur.

© 2019 UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA - KETAHANAN PANGAN 9


IMPOR PANGAN
Berdasarkan UU No.18 Tahun 2012 yaitu kegiatan memasukkan pangan ke dalam
daerah pabean negara Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan, dan
ruang udara di atasnya, tempat-tempat tertentu di Zona Ekonomi Eksklusif, dan
landas kontinen.
Impor pangan hanya dapat dilakukan apabila produksi pangan dalam negeri tidak
mencukupi dan atau tidak dapat diproduksi di dalam negeri, dan impor pangan
pokok hanya dapat dilakukan apabila produksi pangan dalam negeri dan cadangan
pangan nasional tidak mencukupi.

© 2019 UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA - KETAHANAN PANGAN 10


PERAN HUTAN DALAM
KETAHANAN PANGAN
Hutan dan pohon yang ada di luar dan sekeliling hutan merupakan bagian dari
dimensi ketersedian dalam ketahanan pangan dengan menyediakan makanan liar,
pakan ternak, dan layanan ekosistem.
Menurut (FAO, 2014), konsumsi pangan dari hutan jumlahnya kurang dari 0,6% dari
konsumsi pangan global. Rendahnya nilai tersebut menyumbang sebagian
pemenuhan atau ketersediaan pangan dan menutupi pentingnya pangan dari hutan
pada komunitas tertentu di dunia yang bergantung pada makanan hutan.
Hutan dan pohon menyediakan jumlah yang signifikan salah satunya untuk pakan
ternak, ex: diperkirakan terdapat 75% spesies pohon di Afrika tropis digunakan
sebagai ketersediaan domestik ternak seperti domba, kambing, sapi, unta, dan
keledai (FAO, 1991).

© 2019 UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA - KETAHANAN PANGAN 11


Terdapat dua kontribusi pakan ternak untuk ketahanan pangan dan gizi, yaitu:
a. Ternak adalah sumber daging dan susu, hewan juga dapat digunakan untuk
cadangan tenaga dan pupuk untuk meningkatkan produktivitas pertanian; dan
b.Pohon dalam sistem peternakan juga memberikan keteduhan pada hewan,
contohnya pada lahan kering.
Berbagai layanan ekosistem hutan, termasuk layanan hidrologis, penyerbukan,
pengendalian hama biologis, regulasi iklim, siklus hara, dan pembentukan tanah
dapat mendukung dan meningkatkan hasil pertanian.
Misalnya pohon dalam agrofirestri meningkatkan hasil pertanian dengan cara
memperbaiki nitrogen, menaungi tanaman yang peka terhadap panas, berkontribusi
terhadap integritas tanah dan berfungsi sebagai penahan angin.
Terdapat sekitar 40% lahan pertanian global mempunyai tutupan pohon lebih dari
10% dan dapat dianggap agroforestri (Zomer, et al., 2009).

© 2019 UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA - KETAHANAN PANGAN 12


TERIMA KASIH

© 2019 UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA - KETAHANAN PANGAN 13

Anda mungkin juga menyukai