Anda di halaman 1dari 23

KELOMPOK 4

 Strongyloides stercolaris
 Balantidium coli

Disusun Oleh:

Fitria Hannan
Ensa Octara
Ramadani Hanifah
080613817221
08061381722076 08061381722098
Strongyloides
stercolaris
(cacing benang)
Klasifikasi

Kingdom : Animalia
Phylum   : Nematoda
Class       : Secernentea
Ordo       : Rhabditida
Family    : Strongyloididae
Genus     : Strongyloides
Species   : S. stercoralis
Hospes dan Nama Penyakit

 Hospes definitif : Manusia


 Hospes reservoir : Anjing dan kucing
 Nama penyakit : Strongyloidiasis
Distribusi Geografis

Cacing ini utamanya terdapat di daerah tropik


dan subtropik, sedangkan di daerah yang
beriklim dingin jarang sekali ditemukan.
 
Siklus Hidup

Mempunyai 3 macam siklus hidup:

1. Siklus langsung
2. Siklus tidak langsung
3. Autoinfeksi
Patologi dan Gejala Klinis
 Bila larva filariform menembus kulit, timbul creeping eruption
disertai rasa gatal yang hebat.
 Cacing dewasa menyebabkan kelainan pada mukosa usus muda.
 Infeksi ringan tidak menimbulkan gejala.
 Infeksi sedang menyebabkan rasa sakit seperti tertusuk-tusuk di
daerah epigastrium tengah dan tidak menjalar, disertai mual,
muntah, diare dan konstipasi.
 Infeksi berat dan kronis menyebabkan berat badan menurun,
anemi, dan disentri menahun.
 Infeksi berat disertai infeksi sekunder dapat menyebabkan
kematian.
 Pada strongyloidiasis ada kemungkinan terjadi autoinfeksi dan
hiperinfeksi.
Diagnosis
• Aspirasi duodenal. Mengambil cairan dari duodenum 
dianalisis di laboratorium untuk mendeteksi keberadaan
cacing Strongyloides.
• Tes cairan tubuh. Cairan tubuh seperti ingus, ludah, dan
cairan paru-paru dapat diambil utk mendeteksi keberadaan
larva cacing.
• Tes Darah. Utk menghitung kadar sel darah putih,
terutama eosinofil.
• Tes antigen. Tes antigen yg diambil dari darah dapat
menunjukkan terjadinya infeksi cacing Strongyloides pada
pasien. Tidak dapat membedakan infeksi yg sedang terjadi
saat ini atau yg pernah terjadi sebelumnya.
Kuratif
Tujuan --- menghilangkan
cacing di dlm tubuh tanpa
menimbulkan komplikasi dan Contoh obat ini: thiabendazole,
kematian penderita. mebendazole, dan
 Antelmintik. Pengobatan albendazole.
paling utama.  Antibiotik. Diberikan jika
Jenis antelmintik yg biasa diduga juga mengalami
digunakan: infeksi sekunder, terutama
 Benzimidazole --- Membasmi dari bakteri enterik. Dapat
cacing dg cara mencegah diberikan selama 2-4 minggu
cacing menghasilkan energi jika penderita menunjukkan
utk keperluan tubuhnya. gejala meningitis atau
bakteremia pada saat
pengobatan strongiloidiasis
dilakukan.
Preventif
 Buanglah tinja pada tempatnya.
 Sebelum memberikan terapi imunosupresif kepada
seseorang, Pastikan bahwa orang tersebut tidak
menderita strongyloidiasis.
 Periksa semua anjing, kucing, kera yang
kontak/dekat dengan manusia, obati binatang yang
terinfeksi cacing ini.
 Memperhatikan kebersihan daerah anus.
Epidemiologi

Strongyloidiasis ini endemik di daerah tropis dan


subtropis dan terjadi secara sporadis di daerah beriklim
sedang. Di daerah tropis dan subtropis prevalensi daerah
secara keseluruhan dapat melebihi 25 persen.
Sebuah penelitian di Kanada, pengungsi Asia Tenggara
diidentifikasi seroprevalensi strongyloidiasis antara
Kampucheans, Laos, dan Vietnam (76,56,dan 12%,
masing-masing). Dalam studi lain, lebih dari 40 persen
imigran Kamboja ke Australia telah atau samar-samar
strongyloides serologi positif mungkin mengindikasikan
infeksi.
Balantidium coli
Klasifikasi

Kingdom : Protista
Filum   : Protozoa
Kelas                : Cilliata
Ordo                 : Heterotrichida
Family             : Bursaridae
Genus               : Balantidium
Spesies             : Balantidium coli
Hospes dan Nama Penyakit

Hospes definitif : Manusia, babi, kera


Hospes reservoir : Babi
Nama penyakit : Balantidiasis atau
disentri balantidium.
Distribusi Geografis

• Parasitini ditemukan di seluruh dunia


yang beriklim subtropik dan tropik, tetapi
frekuensinya rendah, termasuk juga di
Indonesia. Parasit ini jarang ditemukan
pada manusia.
Siklus Hidup
Patologi dan Gejala Klinis

• Penyakit yang ditimbulkan oleh parasit ini


hampir sama dengan penyakit yang
ditimbulkan oleh Entamoeba histolytica.
Penderita yang imunokompeten biasanya tidak
memberikan gejala (asimtomatik) namun pada
penderita dengan imunokompromais dapat
menjadi berat bahkan dapat menimbulkan
kematian.
Diagnosis

• Diagnosis dibuat dengan menemukan trofozoit


dalam tinja encer atau kista dalam tinja, atau
trofozoit ditemukan melalui sigmoidoskopi.
Bila diperlukan dapat dilakukan colonoscopy.
Pada penderita dengan komplikasi paru dapat
dilakukan bronchoalveolar lavage (BAL).
Kuratif

Obat pilihan untuk balantidiasis adalah


tetrasiklin 4x500 mg/hari selama 10 hari.
Metronidazole 3x750 mg/hari.

Evaluasi hasil pengobatan dilakukan sampai 1


bulan setelah pengobatan. Pengobatan pada
hewan dengan metronidazole atau
albendazole.
Preventif
Memberi penyuluhan pada masyarakat tentang
higiene perorangan
Desinfeksi serentak
Meningkatkan sanitasi
Karantina hewan yang sakit
Vaksinasi rutin
Investigasi kontak dan sumber infeksi : pemeriksaan
mikroskopis tinja dari anggota rumah tangga dan
kontak yang dicurigai. Lakukan investigasi terhadap
mereka yang kontak dengan babi; bila perlu berikan
tetrasiklin pada babi yang terinfeksi
Epidemiologi
Parasit ini banyak ditemukan pada babi yang dipelihara
(yang berkisar antara 60 – 90%). Penularan antar babi satu
ke babi yang lainnya mudah terjadi, sekali – sekali dapat
menular pada manusia (zoonosis).
Penularan pada manusia terjadi dari tangan ke mulut atau
melalui makanan yang terkontaminasi, misalnya pada
orang yang memelihara babi dan yang membersihkan
kandang babi. bila tangan ini terkontaminasi dengan tinja
babi yang mengandung bentuk kista dan kista ini tertelan,
maka terjadilah infeksi. Kebersihan perorangan dan
sanitasi lingkungan dapat mempengaruhi terjadinya
penularan.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai