Anda di halaman 1dari 13

Tasawuf dan Pembagianya

AHMAD SAIFULHAQ ALMUHTADI, M. SI.


Istilah tasawuf dimasa Nabi SAW tidak ada, demikian pula
dimasa para sahabat Nabi SAW dan tabi’in belum ada istilah itu.
Dalam masalah ini belum ada seorang pun pengkaji masalah tasawuf
yang sampai dalam batasan ilmiah untuk mengetahui tokoh sufi
pertama dalam Islam dan siapa yang meletakkan batu pertama bagi
pemikiran tasawuf ini.

Tasawuf merupakan sebuah konsep yang tumbuh sebelum Nabi


Muhammad SAW lahir, baik dalam segi wacana, perilaku, maupun
akidah.
Tasawuf terjadi pada setiap umat dan agama-agama, khususnya
Brahmana
Hinduisme, filsafat Iluminasi Yunani, Majusi Persia, dan Nashrani
Tasawuf sebagai sebuah ilmu pengetahuan baru muncul setelah
masa sahabat dan tabi’in. Nabi SAW dan para sahabat pada hakikatnya
sudah sufi. Mereka mempraktekkan selalu terhadap hal-hal yang tidak
pernah mengagungkan kehidupan dunia, tapi juga tidak meremehkannya.
Pada masa Rasulullah SAW Islam tidak mengenal aliran tasawuf,
demikian juga pada masa sahabat dan tabi’in. Kemudian datang setelah
masa tabi’in suatu kaum yang mengaku zuhud yang berpakaian shuf
(pakaian dari buku domba), maka karena pakaian inilah mereka mendapat
julukan sebagai nama bagi mereka yaitu sufi dengan nama tarekatnya
tasawuf. Ilmu Tasawuf datang belakangan sebagaimana ilmu yang lain.
Di masa awalnya, embrio tasawuf ada dalam bentuk perilaku
tertentu.67 Ketika kekuasaan Islam makin meluas dan terjadi perubahan
sejarah yang fenomenal pasca Nabi dan sahabat, ketika itu pula kehidupan
ekonomi dan sosial makin mapan, mulailah orang-orang lalai pada sisi
ruhani. Budaya hedonisme pun menjadi fenomena umum. Saat itulah
timbul gerakan tasawuf sekitar abad ke-2 Hijriyah. Gerakan yang bertujuan
untuk mengingatkan tentang hakikat hidup
Latar
Belakang
Aborsi Narkoba

Pembunuhan
Memaksa Mendekatkan
Krisis Moral Munculnya diri pada Tuhan
Masyarakat Tasawuf
Korupsi

KDRT Dll
suatu upaya yang dilakukan seseorang untuk
mensucikan dirinya dengan cara
menjauhakan pengaruh kehidupan yang
Abdul Qodir bersifat duniawi dan akan memusatkan
Jailani seluruh perhatiannya kepada Allah. Tasawuf
juga merupakan sebuah upaya yang
Apa itu Al-Junaidi dilakukan manusia untuk memperindah diri
dengan akhlak yang bersumber pada agama
Tasawuf?? dengan tujuan mendekatkan diri kepada
Syaikh Ibnu Ajibah
Allah. Selain itu tasawuf juga merupakan
rasa kepercayaan kepada Tuhan yang dapat
H. M. Amin
mengarahkan jiwa agar selalu tertuju pada
Syukur
semua kegiatan yang dapat menghubungkan
serta mendekatkan manusia dengan Tuhan.
Pembagian Tasawuf

Pembagian tasawuf sebenarnya banyak sekali.


Namun yang dibahas pada kelompok kami pembagian tasawuf ada 2 yaitu

Tasawuf Akhlaqi Tasawuf Falsafi


Tasawuf Akhlaqi
Tasawuf akhlaqi adalah tasawuf yang berkonstrasi pada teori-teori perilaku,
akhlaq atau budi pekerti atau perbaikan akhlaq.
Dengan metode-metode tertentu yang telah dirumuskan, tasawuf seperti ini berupaya
untuk menghindari akhlaq mazmunah dan mewujudkan akhlaq mahmudah. 
Tasawuf seperi ini dikembangkan oleh ulama’ lama sufi.

Tasawuf akhlaqi mempunyai tahap sistem pembinaan akhlak disusun sebagai berikut:

Takhalli Tahalli Tajalli


Takhalli merupakan langkah pertama yang harus di lakukan oleh seorang sufi.
Takhalli adalah usaha mengosongkan diri dari perilaku dan akhlak tercela.
Takhalli
Salah satu dari akhlak tercela yang paling banyak menyebabkan akhlak
jelek antara lain adalah kecintaan yang berlebihan kepada urusan duniawi

Tahalli adalah upaya mengisi dan menghiasi diri dengan jalan membiasakan diri dengan
sikap, perilaku, dan akhlak terpuji. Tahapan tahalli dilakukan kaum sufi setelah
Tahalli mengosongkan jiwa dari akhlak-akhlak tercela. Dengan menjalankan ketentuan agama
baik yang bersifat eksternal (luar) maupun internal (dalam). Yang disebut aspek luar
adalah kewajiban-kewajiban yang bersifat formal seperti sholat, puasa, haji dll. Dan
adapun yang bersifat dalam adalah seperti keimanan, ketaatan dan kecintaan kepada Tuhan.

Kata tajalli bermakna terungkapnya nur ghaib. Agar hasil yang telah diperoleh jiwa dan
organ-organ tubuh yang telah terisi dengan butir-butir mutiara akhlak dan sudah terbiasa
Tajalli
melakukan perbuatan-perbuatan yang luhur- tidak berkurang, maka, maka rasa ketuhanan
perlu dihayati lebih lanjut. Kebiasaan yang dilakukan dengan kesadaran optimum dan rasa
kecintaan yang mendalam dengan sendirinya akan menumbuhkan rasa rindu kepada-Nya
Tokoh Tokoh
Tasawuf Akhlaqi

Haris Al Muhasabi Al Sirri Al Saqathi Al Kharraj Sahl Al Tutsuri 


Salah seorang sufi yang
Pendapatnya yang
populer dalam
populer  ialah bahwa
pembahasan tasawuf
kekuatan yang paling
akhlaki melalui
tangguh ialah
konvergensi  antara syariat Orang pertama yang
kemampuan Ajarannya yang rinci
dan akhlak. Ia menegaskan menulis konsep-konsep
mengendalikan diri. tentang ikhlash serta
bahwa segala sesuatu dasar tentang sifat-sifat
Seseorang yang mampu hal-hal yang merusak
mempunyai terpuji yang kemudian
mengendalikan perbuatan.
substansi,substansi menjadi rujukan sufi-
dirinya ,niscaya tidak
manusia dan akal budi sufi selanjutnya.
akan sanggup
yang disertai moralitas dan
mengendalikan orang
substansi akal adalah
lain.
kesabaran.
Tasawuf Falsafi
Tasawuf yang didasarkan kepada gabungan teori-teori tasawuf dan filsafat atau yang bermakana mistik metafisis, karakter
umum dari tasawuf ini sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Al-Taftazani bahwa tasawuf seperti ini: tidak dapat
dikatagorikan sebagai tasawuf dalam arti sesungguhnya, karena teori-teorinya selalu dikemukakan dalam bahasa filsafat,
juga tidak dapat dikatakan sebagai filsafat dalam artian yang sebenarnya karena teori-teorinya juga didasarkan pada rasa.
Hamka menegaskan juga bahwa tasawuf jenis tidak sepenuhnya dapat dikatakan tasawuf dan begitu juga sebaliknya.
Tasawuf seperti ini dikembangkan oleh ahli-ahli sufi sekaligus filosof. Oleh karena itu, mereka gemar terhadap ide-ide
spekulatif. Dari kegemaran berfilsafat itu, mereka mampu menampilkan argumen-argumen yang kaya dan luas tentang
ide-ide ketuhanan.
Perkembangan Tasawuf Aklaqi dan
Tasawuf Falsafi

Abad ke 3 Abad ke 5
Hijriah Hijriah

para sufi mulai menaruh perhatian terhadap muncullah Imam Al-Ghazali, yang sepenuhnya hanya
hal-hal yang berkaitan tentang jiwa dan menerima taswuf berdasarkan Al-Quran dan As-
tingkah laku. Perkembangan dan doktrin- Sunnah serta bertujuan asketisme, kehidupan
doktrin dan tingkah laku sufi ditandai dengan sederhana, pelurusan jiwa, dan pembinaan moral.
upaya menegakkan moral ditengah terjadinya Pengetahuan tentang tasawuf berdasarkan tasawuf
dekadensi moral yang berkembang saat itu. dikajinya dengan begitu mendalam. Di sisi lain, ia
Sehingga ditangan mereka, tasawuf pun melancarkan kritikan tajam terhadap para filosof,
berkembang menjadi ilmu moral keagamaan kaum Mu’tazilahdan Batiniyah. Al-Ghazali berhasil
atau ilmu akhlak keagamaan. Pembahasan mengenalkan prinsip-prinsip tasawuf yang moderat,
mereka tentang moral, akhirnya, yang seiring dengan aliran ahlu sunnah
mendorongnya untuk semakin mengkaji hal- waljama’ah, dan bertentangan dengan tasawuf Al-
hal yang berkaitan tentang akhlak. Hajjaj dan Abu Yazid Al-Busthami, terutama mengenai
soal karakter manusia.
Abad ke 6
Hijriah

muncul sekelompok tokoh tasawuf yang memadukan tasawuf mereka dengan


filsafat, dengan teori mereka yang bersifat setengah-setengah. Artinya, tidak
dapat disebut murni tasawuf, tetapi juga juga tidak dapat disebut murni
filsafat. Di antara mereka terdapat Syukhrawadi Al-Maqtul (wafat pada tahun
549 H) penyusun kitab Hikmah Al-Isyraqiah, syekh Akbar Muhyiddin Ibnu
Arabi (wafat pada tahun 638 H), penyair sufi Mesir, Ibnu Faridh wafat pada
tahun 632), Abdul Haqq Ibnu Sab’in Al-Mursi(meninggal pada tahun 669 H),
serta tokoh-tokoh yang lainnya yang sealiran. Mereka banyak menimba
berbagai sumber dan pendapat asing, seperti filsafat Yunani dan
khususnya Neo-Platonisme. Mereka pun banyak mempunyai teori mendalam
mengenai jiwa, moral, pengetahuan, wujud dan sangat bernilai baik ditinjau
dari segi tasawuf maupun filsafat, dan berdampak besar bagi para sufi
mutakhir.
Secara umum amalan zikir (wirid) dalam Tarekat Tijaniyah terdiri dari tiga unsur pokok
yaitu, Istigfar, Shalawat, dan Hailalah. Inti ajaran zikir dalam Tarekat Tijaniyah
adalah sebagai upaya mengosongkan jiwa dari sifat-sifat lupa terhadap Allah dan
mengisinya secara terus menerus dengan menghadirkan jiwa kepada Allah SWT
melalui zikir terhadap zat, sifat-sifat, hukum-hukum dan perbuatan Allah. Zikir
tersebut mencakup dua bentuk,
yaitu zikir bil al-Lisan dan zikir bi al-Qalb. Adapun bentuk amalan wirid Tarekat
Tijaniyah terdiri dari dua jenis yaitu, Wirid Wajibah dan wirid Ikhtiyaariyah, Wirid
Wajibah yakni wirid yang wajib diamalkan oleh setiap murid Tijaniyah, tidak boleh
tidak dan menjadi ukuran sah atau tidaknya
menjadi murid Tijaniyah. Wirid Ikhtiyariyah yakni Wirid yang tidak mempunyai
ketentuan kewajiban untuk mengamalkannya, dan tidak menjadi ukuran syarat sah atau
tidaknya menjadi murid Tijaniyah. Wirid Wajibah ini
terbagi lagi menjadi tiga yaitu (1)Wirid Lazimah, (2)Wirid Wadzifah, (3)Wirid hailalah.

Anda mungkin juga menyukai