Anda di halaman 1dari 26

FRAKTUR

FITRI FEBRIANTI 
LINDAWATI 
ROSA FITRIANI 

Kelompok 2
Tingkat 2C
APA ITU FRAKTUR?

fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang,


retak atau patahnya tulang yang utuh, yang
biasanya disebabkan oleh trauma/ rudapaksa
atau tenaga fisik yang ditentukan jenis dan
luasnya trauma.
ETIOLOGI
Fraktur disebabkan oleh pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan puntir
mendadak dan bahkan kontraksi otot ekstrem (Smeltzer,2002). Umumnya
fraktur disebabkan oleh trauma dimana terdapat tekanan yang berlebihan pada
tulang. Fraktur cenderung terjadi pada laki-laki, biasanya fraktur terjadi pada
umur dibawah 45 tahun dan sering berhubungan dengan olahraga, pekerjaan
atau luka yang disebabkan oleh kecelakaan kendaraan bermotor. Sedangkan
pada orangtua, perempuan lebih sering mengalami fraktur daripada laki-laki
yang berhubungan dengan meningkatnya insiden osteoporosis yang terkait
dengan perubahan hormon pada menopause. (Reeves, 2001).
ANATOMI TULANG MANUSIA
Fase Penyembuhan Fraktur
Proses penyembuhan fraktur terdiri dari beberapa fase, sebagai berikut :

1.      Reactive Phase
 Fracture and inflammatory phase

 Granulation tissue formation

2.      Reparative Phase
 Callus formation

 Lamellar bone deposition

3.      Remodeling Phase
 Remodeling to original bone contour
MANIFESTASI KLINIS FRAKTUR
1.Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang
diimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai
alamiah yang di rancang untuk meminimalkan gerakan antarfragmen tulang.
2.Setelah terjadi fraktur, bagian bagian yang tak dapat digunakan dan cenderung
bergerak secara tidak alamiah ( gerakan luar biasa) bukannya tetap rigid seperti
normalnya. Pergeseran fragmen pada fraktur lengan atau tungkai meyebabkan
deformitas (terlihat maupun teraba) ekstremitas yang bisa diketahui dengan
membandingkan ekstremitas normal. ekstremitas tak dapat berfungsi dengan baik
karena fungsi normal otot bergantung pada integritas tulang tempat
melengketnya otot.
4. Pada fraktur tulang panjang, terjadi pemendekkan tulang yang sebenarnya karena
kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah tempat fraktur. Fragmen sering
saling melingkupi satu sama lain sampai 2,5-5 cm (1-2 inchi).

5. Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang dinamakan
krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan yang lainnya. Uji
krepitus dapat mengakibatkan kerusakan jaringan lunak yang lebih berat.

6. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat
trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini bisa baru terjadi setelah
beberapa jam atau hari setelah cedera.
PENATALAKSANAAN DIAGNOSTIK
1.Pemeriksaan rontgen : menentukan lokasi/luasnya fraktur/trauma, dan jenis fraktur.

2.Scan tulang, tomogram, CT Scan/MRI: memperlihatkan tingkat keparahan fraktur,


juga dapat mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.

3.Arteriogram: dilakukan bila dicurigai adanya kerusakan vaskular.

4.Hitung darah lengkap: Ht mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau menurun


(perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada multipel trauma).
Peningkatan jumlah SDP adalah proses stres normal setelah trauma.

5.Kreatinin: trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal.

6.Profil koagulasi: perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfusi multipel
dan cedera hati. 
PENATALAKSAAN FRAKTUR
 Penatalaksaan kedaruratan

Bila dicurigai adanya fraktur, penting untuk melakukan


imobilisasi bagian tubuh segera sebelum pasien dipindahkan.
Bila pasien mengalami cedera, sebelum dilakukan
pembidaian, ekstremitas harus disangga diatas sampai
dibawah tempat patahan untuk mencegah gerakan rotasi
maupun angulasi. Pembidaian sangat penting untuk
mencegah kerusakan jaringan lunak oleh fragmen tulang.
 Prinsip Penanganan Fraktur

Prinsip penanganan fraktur meliputi reduksi, imobilisasi dan


pengembalian fungsi serta kekuatan normal dengan rehabilitasi
(smeltzer,2002). Reduksi fraktur berarti mengembalikan
fragmen tulang pada kesejajarannya dan rotasi anatomis.
Metode untuk mencapai reduksi fraktur adalah dengan reduksi
tertutup, traksi, dan reduksi terbuka. Metode yang dipilih untuk
mereduksi fraktur bergantung pada sifat frakturnya.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA
PASIEN DENGAN GANGGUAN
MUSKULOSKELETAL
‘FRAKTUR’
Pengkajian
Pemeriksan Fisik
 Keadaan umum
Observasi penampilan fisik apakah ada
penurunan tingkat kesadaran
 Pemeriksaan tanda-tanda vital
Tekanan darah, suhu, respirasi dan nadi
 Aktivitas/ Istirahat
Tanda : keterbatasan gerak atau kehilangan fungsi motorik
pada bagian yang terkena (dapat segera atau sekunder,
akibat pembengkakan atau nyeri).
Adanya kesulitan dalam istirahat-tidur akibat dari nyeri
 Sirkulasi
Tanda: hipertensi (kadang-kadang terlihat sebagai respon
terhadap nyeri atau ansietas) atau hipotensi (hipovolemia)
Penurunan atau tak teraba nadi distal, pengisian kapiler
lambar (capillary refill), kulit dan kuku pucat atau sianotik
Pembengkakan jaringan atau massa hematoma pada sisi
cedera
 Neurosensori
Gejala: hilang gerak, spasme otot.
Kebas atau kesemutan (parestesi)
 Nyeri atau kenyamanan
Gejala: nyeri berat tiba-tiba saat cedera
(mungkin terlokalisasi pada area jaringan atau
kerusakan tulang, dapat berkurang pada
imobilisasi), Spasme atau keram otot (setelah
imobilisasi).
 Keamanan
Tanda: laserasi kulit, avulsi jaringan, perdarahan,
dan perubahan warna kulit. Pembengkakan lokal
(dapat meningkat secara bertahap atau tiba-
tiba).
Diagnosa Keperawatan yang kemungkinan muncul

 
1. Resiko tinggi trauma tambahan berhubungan dengan kerusakan
neurovaskular, tekanan, dan disuse.
2. Nyeri akut berhubungan dengan spasme otot, gerakan fragmen
tulang, cedera pada jaringan lunak, stres, ansietas, alat
traksi/imobilisasi.
3. Kurang perawatan diri berhubungan dengan hilangnya
kemampuan menjalankan aktivitas kehiduoan sehari-hari.
4. Kerusakan integritas kulit atau jaringan berhubungan dengan
cedera tusuk, fraktur terbuka, pemasangan pen traksi, perubahan
sensasi, imobilisasi fisik.
5. Resiko tinggi terhadap infeksi.
6. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan
pengobatan.
Intervensi keperawatan
• DP 1 : Resiko tinggi trauma tambahan berhubungan dengan kerusakan neurovaskular,
tekanan, dan disuse.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam diharapkan trauma klien
berkurang.
Intervensi Rasional
• Pertahankan tirah baring sesuai indikasi. • Meningkatkan stabilitas, menurunkan
Berikan sokongan sendi diatas dan dibawah kemungkinan gangguan posisis atau
fraktur bila bergerak atau membalik. penyembuhan.
• Letakkan papan dibawah tempat tidur atau • Tempat tidur lembut atau lentur dapat
tempatkan klien pada tempat tidur membuat deformasi gips yang masih basah,
ortopedik. mematahkan gips yang sudah kering atau
• Pertahankan posisi netral pada bagian yang mempengaruhi dengan penarikan traksi.
sakit dengan bantal pasir, pembebat, papan • Mencegah gerakan yang tak perlu dan
kaki. perubahan posisi.  
• Tugaskan petugas yang cukup untuk • Gips panggul atau tubuh atau multiple
membantu membalik klien. dapat membuat berat dan tidak praktis
• Kolaborasi secara ekstrim.
• Kaji ulang atau evaluasi foto rontgen. • Memberikan bukti visual mulai
pembentukan kalus/proses penyembuhan
untuk menentukan tingkat aktivitas dan
tambahan terapi.
• DP 2 : Nyeri akut berhubungan dengan spasme otot, gerakan fragmen tulang,
cedera pada jaringan lunak, stres, ansietas, alat traksi/imobilisasi. 
• Tujuan : setelah dilakuakan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan
nyeri berkurang
Intervensi Rasional
• Pertahankan imobilasis bagian yang sakit • Mengurangi nyeri dan mencegah posisi tulang
dengan tirah baring, gips, pembebat. atau jaringan yang cedera.
• Tinggikan ektremitas yang sakit • Meningkatkan aliran balik vena, mengurangi
edema, dan mengurangi nyeri.
• Hindari penggunaan sprei atau bantal • Meningkatkan kenyamanan karena
plastikdibawah ektremitas dalam gips. peningkatan produksi panas dalam gips yang
kering.
• Tinggiakn penutup tempat tidur, pertahankan • Mempertahankan kehangatan tubuh tanpa
linen pada ibu jari. ketidaknyamanan karena tekanan selimut
pada lokasi yang sakit
• Evaluasi nyeri : lokasi, karakteristik, intensitas • Mempengaruhi aktivitas intervensi. Tingkat
( skala 0-10). Pertahankan petunjuk nyeri ansietas dapat mempengaruhi persepsi
( perubahan tanda vital dan emosi atau terhadao nyeri.
perilaku) • Meningkatkan sirkulasi umum, menurnkan
• Berikan alternatif tindakan kenyamanan, seperti area tekanan lokal dan kelelahan otot.
tindakan punggung, perubahan posisi.
Kolaborasi:
• Berikan obat sesuai indikasi narkotik dan • Untuk menurunkan nyeri atau spasme otot.
analgesik non narkotik, NSAID. Berikan narkotik
sesuai indikasi selama 3-5 hari.
• DP 3 :Kurang perawatan diri berhubungan dengan hilangnya kemampuan
menjalankan aktivitas kehidupan sehari-hari. 
• Tujuan :setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan klien
dapat mengetahui cara perawatan diri pada fase akut

Intervensi Rasional
• Dorong klien mengekspresikan perasaan • Fraktur mempengaruhi kemampuan
seseorang melakukan aktivitas sehari hari
seperti kehilangan pekerjaan dan gaya hidup.
• Libatkan orang yang berarti dan layanan • Orang lain dapat membantu klien melakukan
dukungan bila diperlukan. aktivitas sehari hari.
• Modifikasi lingkungan rumah bila diperlukan. • Akomodasi untuk penatalaksanaan dirumah
mungkin diperlukan untuk meningkatkan
perawatan diri dan keamanan .
• Dorong partisipasi aktivitas sehari hari dalam • Rasa harga diri dapat ditingkatkan dengan
batasan terapeutik aktivitas perawatan diri.
• Evaluasi kemampuan klien untuk melakuakn • Meyakinkan kemampuan klien untuk
perawatan diri dirumah: merencanakan regimen menangani keadaan dirumah. Kekurangan
terapi, mengenali resiko masalah, mengenali pengetahuan dan persiapan diri yang buruk
situasi yang tidak aman , dan meneruskan dirumah beresiko besardan ketidak
supervisi kesehatan. disiplinan terhadap program.
• DP 4 : Kerusakan integritas kulit atau jaringan berhubungan dengan cedera tusuk,
fraktur terbuka, pemasangan pen traksi, perubahan sensasi, imobilisasi fisik.
• Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
kerusakan integritas kulit dapat di tangani

Intervensi Rasional
• Kaji kulit dari adanya benda asing, • Memberikan informasi tentang sirkulasi
kemerahan, pendarahan, perubahan kulit dan masalah yang mungkin
warna(kelabu/memutih). disebabkan oleh alat pemasangan
gips/traksi, pembentukan edema
membutuhkan intervensi medik lanjut.
• Masase kulit dan area tonjolan tulang • Menurunkan tekanan pada area yang
peka dan resiko abrasi dan kerusakan
kulit.
• Kaji posisi cincin bebat pada alat traksi • Posisi yang tidak tepat dapat
menyebabkan cedera atau kerusakan
kulit .
• Bersihkan kulit dengan sabun dan air. • Mempertahankan gips tetap kering dn
Gosok perlahan dengan alkohol bersih.
Kolaborasi
• Buat gips dengan katup tunggal, katup • Memungkinkan mengurangi tekanan
ganda atau jendela sesuai order dan memberikan akses dan perawatan
luka atau kulit.
• DP 5 : resiko tinggi terhadap infeksi
• Tujuan : setelah dilakukan tindakan selama 3x24 jam diharapkan tidak ada
terjadinya infeksi.

Intervensi Rasional
• Inspeksi kulit dari adanya iritasi • Pin atau kawat tidak harus
atau robekan kontinuitas dimasukkan melalui kulit yang
• Lakukan perawatan pin atau terinfeksi, kemerahan atau
kawat steril sesuai protokol dan abrasi
mencuci tangan • Mencegah kontaminasi silang
• Instruksikan klien untuk tidak dan kemungkinan infeksi
menyentuh sisi insersi .
• Observasi luka dari • Meminimalkan kesempatan
pembentukan gula, krepitasi, untuk kontaminasi.
perubahan warna kulit • Gas Tanda perkiraan infeksi
kecokelatan, bau tidak enak gas gangren
 
• DP 6 :kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan pengobatan penyakit.
• Tujuan :setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3x24 jam diharapkan pasien
memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang kondisi penyakit.

I ntrevensi Rasional
• Beri penguatan metode mobilitas • Banyak fraktur memerlukan gips,
dan ambulasi sesuai intruksi terapis bebat atau penjepit selama proses
fisik bila diindikasikan. penyembuhan.

• Diskusikan pentingnya evaluasi klinis • Penyembuhan fraktur memerlukan


waktu tahunan untuk sembuh total
dan kerjasama klien dalam
• Diskusikan perawatan gips yang program pengobatan membantu
“hijau” atau basah penyatuan yang tepat dari tulang.
• Meningkatkan perawatan untuk
mencegah deformitas gips dan
iritasi kulit atau kesalahan postur.
HATUR NUHUN 

Anda mungkin juga menyukai