Anda di halaman 1dari 10

“ KONSEP HALUSINASI “

Kelompok 8

Indria Putri Utina 1901055


Vivi Sri Utami Gobel 1901058
Yanti Tongka 1901050

KEPERAWATAN JIWA I
DEFINISI….

 Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori atau suatu


objek tanpa adanya rangsangan dari luar, gangguan persepsi
sensori ini meliputi seluruh panca indra. Halusinasi
merupakan suatu gelaja gangguan jiwa yang seseorang
mengalami perubahan sensori persepsi, serta merupakan
sensasi palsu berupa suara, penglihatan, perabaan dan
penciuman. Seseorang merasakan stimulus yang sebetulnya
tidak ada. Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa
dimana pasien mengalami perubahan sensori persepsi:
merasakan sensasi Palsu berupa suara, penglihatan,
pengecapan, perabaan dan penghidupan.
SKIZOFRENIA

 Skizofrenia adalah sekelompok reaksi psikotik yang


mempengaruhi berbagai area, fungsi individu, termasuk berfikir
dan berkomunikasi, menerima dan menginterpretasikan realita,
merasakan dan menunjukan emosi dan berperilaku dengan sikap
yang tidak dapat diterima secara sosial Skizofrenia sebagai suatu
sindrom yang dapat disebabkan oleh bermacam-macam penyebab,
antara lain keturunan, pendidikan yang salah, maladaptif, tekanan
jiwa, penyakit badani seperti lues otak, dan penyakit lain yang
belum di ketahui.
 Skizofrenia merupakan penyakit yang mempengaruhi otak dan
menyebabkan timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan, dan
perilaku yang aneh dan terganggu.
A. ETIOLOGI

1. Faktor predisposisi menurut Yosep (2011)


2. Faktor perkembangan
3. Faktor sosialkultural
4. Faktor biokimia
5. Faktor psikologis
6. Pola genetik dan pola asuh
B. FAKTOR PRESIPITASI
1. Dimensi spesifik
Halusinasi dapat di timbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti kelelahan
yang luar biasa, pengguanaan obat-obatan, demam hingga delirium,
intoksikasi alkohol dan kesulitan waktu tidur dalam waktu yang lama.
2. Dimensi emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat di
atasi merupakan penyebab halusinasi itu terjadi. Isi dari halusinasi dapat
berupa printah memaksa dan menakutkan.
3. Dimensi intelektual
Dalam dimensi intelektual ini merangsang bahwa individu dengan halusinasi
akan memperlihatkan adanya penurunan fungsi ego.
4. Dimensi sosial
Klien mengaggap bahwa hidup bersosialisasi di alam nyata itu sangatlah
membahayakan, klien asik dengan halusinasinya.
5. Dimensi spritual
Klien mulai dgn kemampuan hidup, rutinitas tdk bermakna,hilangnya
aktifitas ibadah dan jarang berupaya scara spiritual untuk mensucikan diri.
C. TANDA DAN GEJALA

1. Halusinasi pendengaran

Data Subyektif:
 Mendengar sesuatu menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya
 Mendengar suara atau bunyi
 Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap
 Mendengar seseorang yang sudah meninggal
 Mendengar suara yang mengancam diri klien atau orang lain atau
yang membahayakan
 Mengarahkan telinga pada sumber suara
 Bicara atau tertawa sendiri
 Marah marah tanpa sebab
 Menutup telinga mulut komat kamit
 Ada gerakan tangan
NEXT…

2. Halusinasi penglihatan
Data subyektif:
 Melihat orang yang sudah meninggal
 Melihat makhluk tertentu
 Melihat bayangan
 Melihat sesuatu yang menakutkan
 Melihat cahaya yang sanat terang

 Menurut Yusuf (2015) jenis halusinasi dibagi menjadi 5 yaitu :


a. Halusinasi pendegaran (audiktif, akustik)
b. Halusinasi penglihatan (visual, optik)
c. Halusinasi penciuman (olfaktorik)
d. Halusinasi pengecapan (gustatorik)
e. Halusinasi raba (taktil)
TAHAPAN HALUSINASI TERDIRI DARI
4 FASE YAITU:

a. Fase I (Comforting)
Comforting disebut juga fase menyenangkan, pada tahapan ini
masuk dalam golongan nonpsikotik.
b. Fase II (conndeming)
Pengalaman sensori menjijihkan dan menakutkan termasuk
dalam psikotik ringan
c. Fase III (Controling)
Controlling disebut juga ansietas berat, yaitu pengalaman
sensori menjadi berkuasa.
d. Fase IV (Conquering)
Conquering disebut juga fase panik yaitu klien lebur dengan
halusinasinya termasuk dalam psikorik berat
PSIKOPATOLOGI

 Proses terjadinya halusinasi diawali dari atau dengan orang


yang menderita halusinasi akan menganggap sumber dari
hasilnya berasal dari lingkungan atau stimulus eksternal
(Yosep, 2011). Pada fase awal masalah itu menimbulkan
peningkatan kecemasan yang terus dan sistem pendukung
yang kurang akan menghambat atau membuat persepsi untuk
membedakan antara apa yang dipikirkan dengan perasaan
sendiri menurun.
THANK YOU ☻♥

Anda mungkin juga menyukai