Anda di halaman 1dari 25

PENYAKIT MENULAR :

HEPATITIS
NAMA : AFRIYANI PONTOH
NIM : 711345320009
TINGKAT/SEMESTER : 1A/2
APA ITU HEPATITIS ?
Hepatitis virus akut adalah infeksi sistemik yang dominan menyerang hati. Hampir semua kasus hepatitis
virus akut disebabkan oleh salah satu dari lima jenis virus yaitu:
• Virus hepatitis A (HAV),
• Virus hepatitis B (HBV),
• Virus hepatitis C (HCV),
• Virus hepatitis D (HDV) dan
• Virus hepatitis E (HEV).
Jenis virus lain yang ditularkan pascatransfusi seperti virus hepatitis G dan virus TT telah dapat
diidentifikasi akan tetapi tidak menyebabkan hepatitis. Semua jenis hepatitis virus yang menyerang manusia
merupakan virus RNA kecuali virus hepatitis B, yang merupakan virus DNA. Walaupun virus-virus tersebut
berbeda dalam sifat molecular dan antigen, akan tetapi semua jenis virus tersebut memperlihatkan
kesamaan dalam gejala klinis dan perjalanan penyakitnya. Gambaran klinis hepatitis virus sangat bervariasi
mulai dari asimtomatik sampai yang sangat berat yaitu hepatitis fulminan yang dapat menimbulkan
kematian. Selain itu, gejala juga bisa bervariasi dari infeksi persisten subklinis sampai penyakit hati kronik
progresif cepat dengan sirosis hepatis dan karsinoma hepatoseluler yang umum ditemukan pada tipe virus
yang ditransmisi melalui darah (HBV, HCV, dan HDV)
Hepatitis virus akut merupakan urutan pertama dari berbagai penyakit hati di seluruh dunia.
Penyakit tersebut ataupun gejala sisanya bertanggung jawab atas 1-2 juta kematian setiap tahunnya.
Banyak episode hepatitis dengan klinik anikterik, tidak nyata atau subklinis. Secara global virus hepatitis
merupakan penyebab utama viremia yang persisten.

Di Indonesia berdasarkan data yang berasal dari rumah sakit, hepatitis A masih merupakan bagian
terbesar dari kasuskasus hepatitis akut yang dirawat yaitu berkisar dari 39,8-68,3%. Peningkatan
prevalensi anti HAV yang berhubungan dengan umur mulai terjadi dan lebih nyata di daerah dengan
kondisi kesehatan di bawah standar. Lebih dari 75% anak dari berbagai benua Asia, Afrika, India,
menunjukkan sudah memiliki antibody anti-HAV pada usia 5 tahun. Sebagian besar infeksi HAV didapat
pada awal kehidupan, kebanyakan asimtomatik atau sekurangnya aniktertik.
Tingkat prevalensi hepatitis B di Indonesia sangat bervariasi berkisar dari 2,5% di Banjarmasin sampai 25,61% di
Kupang, sehingga termasuk dalam kelompok negara dengan endemisitas sedang sampai tinggi. Di negara-negara Asia
diperkirakan bahwa penyebaran perinatal dari ibu pengidap hepatitis merupakan jawaban atas prevalensi infeksi virus
hepatitis B yang tinggi. Hampir semua bayi yang dilahirkan dari ibu dengan HBeAg positif akan terkena infeksi pada
bulan kedua dan ketiga kehidupannya. Adanya HbeAg pada ibu sangat berperan penting untuk penularan. Walaupun ibu
mengandung HBsAg positif namun jika HBeAg dalam darah negative, maka daya tularnya menjadi rendah. Data di
Indonesia telah dilaporkan oleh Suparyatmo, pada tahun 1993, bahwa dari hasil pemantauan pada 66 ibu hamil
pengidap hepatitis B, bayi yang mendapat penularan secara vertical adalah sebanyak 22 bayi (45,9%).
Prevalensi anti-HCV pada donor darah di beberapa tempat di Indonesia menunjukkan angka di antara
0,5%-3,37%. Sedangkan prevalensi anti HCV pada hepatitis virus akut menunjukkan bahwa hepatitis C
(15,5%-46,4%) menempati urutan kedua setelah hepatitis A akut (39,8%-68,3%) sedangkan urutan ketiga
ditempati oleh hepatitis B (6,4%-25,9%). Untuk hepatitis D, walaupun infeksi hepatitis ini erat
hubungannya dengan infeksi hepatitis B, di Asia Tenggara dan Cina infeksi hepatitis D tidak biasa dijumpai
pada daerah dimana prevalensi HBsAg sangat tinggi. Laporan dari Indonesia pada tahun 1982
mendapatkan hasil 2,7% (2 orang) anti HDV positif dari 73 karier hepatitis B dari donor darah. Pada tahun
1985, Suwignyo dkk melaporkan, di Mataram, pada pemeriksaan terhadap 90 karier hepatitis B, terdapat
satu anti HDV positif (1,1%).
Hepatitis E (HEV) di Indonesia pertama kali dilaporkan terjadi di Sintang Kalimatan Barat yang diduga
terjadi akibat pencemaran sungai yang digunakan untuk aktivitas sehari-hari. Didapatkan HEV positif
sebanyak 28/82 (34,1%). Letupan kedua terjadi pada tahun 1991, hasil pemeriksaan menunjukkan HEV
positif 78/92 orang (84,7%). Di daerah lain juga ditemukan adanya HEV seperti di kabupaten Bawen, Jawa
Timur. Pada saat terjadi letupan tahun 1992, ditemukan 2 kasus HEV dari 34 sampel darah. Dari rumah
sakit di Jakarta ditemukan 4 kasus dari 83 sampel.
APA PENYEBAB HEPATITIS ?
Hepatitis bisa disebabkan oleh beragam kondisi dan penyakit. Namun, penyebab yang paling sering adalah infeksi
virus. Berikut adalah beberapa jenis hepatitis yang disebabkan oleh infeksi virus:
• Hepatitis A
Hepatitis A disebabkan oleh infeksi virus hepatitis A (HAV). Hepatitis A ditularkan melalui makanan atau
minuman yang terkontaminasi feses penderita hepatitis A yang mengandung virus hepatitis A.
• Hepatitis B
Hepatitis B disebabkan oleh infeksi virus hepatitis B (HBV). Hepatitis B dapat  ditularkan melalui kontak langsung
dengan cairan tubuh penderita hepatitis B. Cairan tubuh yang dapat menjadi sarana penularan hepatitis B adalah
darah, cairan vagina, dan air mani.
• Hepatitis C
Hepatitis C disebabkan oleh infeksi virus hepatitis C (HCV). Hepatitis C juga ditularkan melalui cairan tubuh.
Penularan bisa terjadi saat berhubungan seksual tanpa kondom atau menggunakan jarum suntik bekas penderita
hepatitis C. Jika ibu hamil menderita hepatitis C, bayinya dapat tertular penyakit ini saat melewati jalan lahir ketika
persalinan.
• Hepatitis D
Hepatitis D disebabkan oleh infeksi virus hepatitis D (HDV). Hepatitis D merupakan jenis hepatitis yang jarang terjadi,
tetapi bisa bersifat serius. Virus hepatitis D tidak bisa berkembang biak di dalam tubuh manusia tanpa adanya
hepatitis B. Hepatitis D ditularkan melalui darah dan cairan tubuh lainnya.
• Hepatitis E
Hepatitis E disebabkan oleh infeksi virus hepatitis E (HEV). Hepatitis E mudah menular pada lingkungan yang
memiliki sanitasi yang buruk. Salah satunya melalui kontaminasinya pada sumber air.
Selain disebabkan oleh virus, hepatitis juga dapat disebabkan oleh beberapa hal kondisi berikut:
• Konsumsi alkohol secara berlebihan
Konsumsi alkohol secara berlebihan bisa menyebabkan peradangan pada hati (hepatitis) dan menimbulkan
kerusakan permanen pada sel-sel hati, sehingga fungsi hati akan terganggu. Jika dibiarkan, kondisi ini dapat
berkembang menjadi gagal hati dan sirosis.
• Obat-obatan tertentu
Penggunaan obat-obatan melebihi dosis dan paparan racun juga dapat menyebabkan peradangan pada hati.
Kondisi ini disebut toxic hepatitis.
• Penyakit autoimun
Pada hepatitis yang disebabkan oleh penyakit autoimun, sistem imun tubuh secara keliru menyerang sel-sel hati
sehingga menimbulkan peradangan dan kerusakan sel.
Faktor Risiko Hepatitis
• Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang menderita hepatitis adalah:
• Kurang menjaga kebersihan, seperti tidak mencuci tangan sebelum makan
• Mengonsumsi makanan yang terkontaminasi virus hepatitis atau makanan yang tidak dimasak hingga matang
• Berbagi penggunaan barang pribadi dan jarum suntik dengan orang lain
• Melakukan hubungan seks tanpa kondom dengan penderita hepatitis akibat infeksi virus
• Memiliki penyakit infeksi akut dan kronis
• Memiliki penyakit autoimun
• Memiliki riwayat hepatitis dalam keluarga
• Sering menerima transfusi darah, terutama bila darah yang didonorkan tidak melalui pemeriksaan ketat atau alat
yang digunakan tidak bersih
TANDA DAN GEJALA HEPATITIS
Pada tahap awal, penderita hepatitis biasanya tidak merasakan gejala apa pun, sampai akhirnya penyakit ini
menyebabkan kerusakan dan gangguan fungsi hati. Pada hepatitis yang disebabkan oleh infeksi virus, gejala hepatitis
 akan muncul setelah penderita melewati masa inkubasi. Masa inkubasi tiap jenis virus hepatitis berbeda-beda, yaitu
sekitar 2 minggu sampai 6 bulan.
• Berikut adalah beberapa gejala umum yang muncul pada penderita hepatitis:
• Mual
• Muntah
• Demam
• Kelelahan
• Feses berwarna pucat
• Urine berwarna gelap
• Nyeri perut
• Nyeri sendi
• Kehilangan nafsu makan
• Penurunan berat badan
• Mata dan kulit berubah menjadi kekuningan atau penyakit kuning
Gejala-gejala yang timbul sesuai dengan tipe hepatitis sebagai berikut :
• Hepatitis A
Gejala hepatitis A muncul beberapa minggu setelah penderita tertular virus tersebut. Gejala yang paling
disadari oleh penderita hepatitis A adalah perubahan warna mata dan kulit menjadi kuning. Tetapi sebelum
timbulnya penyakit kuning, penderita dapat mengalami:
• Demam
• Lemas
• Mual dan muntah
• Warna urine menjadi gelap
• Warna tinja menjadi pucat
• Hepatitis B
• Hepatitis B sering kali tidak menimbulkan gejala, sehingga penderitanya tidak menyadari bahwa dia telah
terinfeksi. Meski demikian, gejala tetap dapat muncul setelah 1-5 bulan sejak pertama kali terpapar virus.
Gejala yang dapat muncul adalah demam, sakit kepala, mual, muntah, lemas, serta penyakit kuning.
• Hepatitis C
• Sebagian besar penderita hepatitis C tidak mengalami gejala pada tahap awal. Hal ini mengakibatkan penderita tidak mengetahui bahwa dirinya menderita hepatitis C
hingga kondisi penyakitnya sudah kronis.
• Meski demikian, tidak semua hepatitis C berkembang menjadi kronis. Hampir setengah penderita hepatitis C akan sembuh dengan sendirinya.
• Gejala biasanya muncul bila infeksi kronis dari hepatitis sudah menimbulkan kerusakan pada hati. Gejala yang dapat ditimbulkan adalah lemas, tidak nafsu makan,
dan penyakit kuning.
• Hepatitis D
• Sebagian besar kasus hepatitis D tidak menimbulkan gejala. Bila muncul gejala, gejalanya serupa dengan hepatitis B sehingga keduanya sulit dibedakan. Gejala-gejala
tersebut dapat berupa:
• Kulit dan bagian putih mata menjadi kuning (jaundice)
• Nyeri sendi
• Nyeri perut
• Mual dan muntah
• Nafsu makan menurun
• Warna urine menjadi lebih gelap
• Warna feses menjadi lebih cerah
• Kelelahan yang tidak diketahui sebabnya
• Pada beberapa kasus yang langka, penderita juga bisa menjadi linglung dan mudah memar. Gejala-gejala di atas umumnya baru muncul 21–45 hari setelah seseorang
terinfeksi hepatitis D.
• Gejala-gejala di atas juga lebih umum dialami oleh penderita hepatitis D akut (terjadi tiba-tiba). Pasien hepatitis D kronis (terjadi secara bertahap dalam jangka waktu
yang lama) sering tidak mengalami gejala, kecuali saat kondisinya makin parah.
• Hepatitis E
• Pada umumnya, gejala HEV muncul sekitar 2–7 minggu setelah terpapar virus, dan biasanya berlangsung selama sekitar
2 bulan. Berikut ini gejala umum hepatitis E:
• Menguningnya warna kulit dan mata.
• Urine berwarna gelap seperti teh.
• Nyeri sendi dan perut.
• Hilang nafsu makan.
• Pembengkakan hati.
• Gagal hati akut.
• Mual dan muntah.
• Sering merasa lelah. 
• Demam.
PENCEGAHAN HEPATITIS
Pencegahan Hepatitis A
• Langkah utama dalam mencegah hepatitis A adalah melakukan vaksinasi hepatitis A. Vaksin ini dianjurkan bagi mereka
yang berisiko tinggi terkena hepatitis A, misalnya orang yang pekerjaannya berhubungan dengan kotoran, seperti
petugas dinas kebersihan atau petugas pembersih toilet.
• Vaksinasi hepatitis A juga dianjurkan bagi petugas yang menyiapkan makanan, untuk menghindari penularan ke banyak
orang, dan penderita penyakit liver kronis, untuk menghindari komplikasi gagal hati.
• Hepatitis A juga dapat dicegah dengan cara menjaga kebersihan. Hal ini dapat dilakukan dengan langkah-langkah mudah
berikut:
• Selalu mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun, terutama sebelum makan, sebelum mengolah makanan, dan
setelah dari toilet.
• Tidak berbagi penggunaan barang-barang pribadi, seperti sikat gigi atau handuk, termasuk juga peralatan makan.
• Selalu memasak makanan sampai matang dan merebus air sampai mendidih.
• Hindari jajan di pedagang kaki lima yang kebersihannya kurang terjaga.
• Pencegahan Hepatitis B
• Mendapatkan vaksin
• Vaksin hepatitis B adalah salah satu cara terbaik untuk mencegah penyakit ini. Vaksin ini sudah terbukti aman, efektif, dan tersedia
dalam jumlah yang banyak. Sejak 1982, lebih dari satu miliar dosis vaksin telah diberikan secara global. 
• Para ahli juga mengklaim vaksin tersebut memiliki tingkat efektivitas sekitar 98 – 100% untuk menjaga tubuh dari virus. Bayi yang baru
lahir perlu mendapatkan vaksin ini agar mereka tidak rentan terhadap virus hepatitis. 
• Berhubungan seks dengan aman
• Selain mendapatkan vaksin, Anda juga disarankan untuk melakukan aktivitas seksual dengan aman, seperti: 
• menggunakan kondom, dan
• mengetahui status HBV pasangan seksual mana saja. 
• Alangkah baiknya untuk menghindari hubungan seksual tanpa kondom, kecuali Anda benar-benar yakin pasangan tidak terinfeksi
hepatitis atau infeksi menular lainnya. 
• Hindari menyalahgunakan obat-obatan 
• Penggunaan obat-obatan terlarang tentu berbahaya bagi kesehatan tubuh. Bila hal ini terjadi pada Anda, segera cari bantuan untuk
menghentikannya. 
• Sementara itu, selalu gunakan jarum yang steril ketika menggunakan obat-obatan yang akan disuntikkan ke tubuh. Berbagi jarum dengan
orang lain berisiko tertular virus hepatitis B. 
• Berhati-hati dengan tindik atau tato
• Bila Anda ingin melakukan tindik atau tato, carilah toko dengan tingkat kebersihan yang tinggi. Tanyakan kepada mereka bagaimana
peralatan dibersihkan dan pastikan pegawai menggunakan jarum suntik steril.
Pencegahan Hepatitis C
• Belum ada vaksin khusus untuk mencegah hepatitis C. Meski demikian, ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk
mencegah terjadinya infeksi akibat virus hepatitis C. Langkah-langkah pencegahan hepatitis C, antara lain:
• Tidak berbagi penggunaan barang pribadi dengan orang lain.
• Memilih tempat tindik atau tato dengan peralatan sekali pakai.
• Tidak bergonta-ganti pasangan seksual.
• Tidak berbagi jarum suntik.
Pencegahan Hepatitis D
• Cara terbaik untuk mencegah hepatitis D adalah dengan menghindari faktor-faktor yang bisa meningkatkan risiko
terjadinya hepatitis B, di antaranya:
• Melakukan vaksinasi hepatitis B
• Melakukan hubungan seks yang aman, misalnya dengan menggunakan kondom dan tidak bergonta-ganti pasangan
• Tidak menggunakan NAPZA atau berbagi penggunaan jarum suntik dengan orang lain
• Tidak berbagi penggunaan sikat gigi dan alat cukur dengan orang lain
• Menggunakan sarung tangan jika akan merawat luka, khususnya bagi petugas medis
• Bila Anda pernah didiagnosa menderita hepatitis B atau hepatitis D, lakukan permeriksaan rutin ke dokter dan jangan
melakukan donor darah agar tidak menularkan penyakit ini ke orang lain.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
• Test Fungsi Hati
Pemeriksaan laboratorium pada hepatitis umumnya terdiri dari test fungsi hati dan serologi. Test fungsi hati yang sering
dilakukan sebagai test penyaring untuk mengetahui awal adanya gangguan atau kerusakan hati adalah SGOT, SGPT, Gamma
GT, dan Bilirubin.Sedangakantest fungsi hati lebih lanjut untuk mengetahui adanya kerusakan hati yang sudah lanjut seperti
sirosis antara lain test Protein total, Albumin, Globulin, Cholinesterase dan Protrombin Time.
SGOT, SGPT, dan Gamma GT adalah enzim-enzim metabolisme yang dibentuk dalam sel-sel hati, bila terjadi kerusakan
pada sel hati, enzim tersebut masuk berlebihan ke dalam darah sehingga kadar dalam darah meningkat. Albumin,
Cholinesterase dibentuk oleh sel-sel hati, bila sel-sel hati rusak berat (Sirosis) maka pembentukan albumin dan cholinesterase
terhambat dan kadarnya dalam darah menurun. Protrombin time adalah test untuk menilai faktor pembekuan yang
pembentukannya dipengaruhi hati, bila terjadi kerusakan berat pada sel hati maka pembentukan faktor pembekuan tersebut
akan menurun dan akibatnya protrombin time memanjang.
• Test Serologi
Pemeriksaan serologi pada hepatitis umumnya untuk mengetahui penyebab dan perkembangan penyakit hepatitis.
Pemeriksaan yang sering dilakukan untuk mengetahui penyebab Hepatitis antara lain HBsAg untuk mengetahui adanya
Hepatitis B. Anti HAV Ig Muntuk mengetahui adanya infeksi Hepatitis A akut. Anti HCV Ig Muntuk mengetahui adanya infeksi
Hepatitis C akut. Pemeriksaan serologi lainnya antara lain : Anti HBsuntuk mengetahui adanya kekebalan terhadap Virus
Hepatitis B. HBeAg untuk mengetahui adanya replikasi virus yang aktif pada pengidap Hepatitis B. Anti HBeuntuk mengetahui
adanya proses penyembuhan pada Hepatitis B. Anti HBC Ig Muntuk mengetahui adanya infeksi akut pada Hepatitis B. Anti HAV
Totaluntuk mengetahui apakah pernah terpapar Hepatitis A. Anti HCVuntuk mengetahui apakah mengidap Hepatitis C.
Anti HBc untuk mengetahui apakah pernah terpapar Hepatitis B. HBV-DNAuntuk mengetahui apakah ada replikasi aktif
Virus Hepatitis B dalam sel hati. HCV-DNAuntuk mengetahui apakah
ada replikasi aktif Virus Hepatitis C dalam sel hati.Serologi Amubauntuk mengetahui adanya abses amuba dalam hati.
• Petanda Tumor
Pemeriksaan ini dilakukan bila ada kecurigaan terhadap kanker hati, antara lain Alfa Feto Protein (AFP) dan Carsino Embrionic
Antigen (CEA).
• USG Hati
Pemeriksaan ini penting dilakukan untuk mengetahui adanya peradangan, pelemakan, pembesaran, kista, abses, dan tumor
pada hati.
• PEMERIKSAAN HATI AWAL
Pemeriksaan hati awal biasanya dilakukan pada medical check up, untuk mengetahui adanya kelainan pada fungsi hati, apakah
pengidap Hepatitis B atau C, mengetahui apakah ada kekebalan terhadap Hepatitis B, mengetahui adanya tumor, dan pelemakan
pada hati.
• Test Fungsi Hati
• SGOT, SGPT, Gamma GT, Bilirubin, Protein Total, Albumin, dan Globulin.
• Test Serologi
• HBsAg, Anti HBs, dan Anti HCV
• Tumor Marker
• AFP
• USG Hati
• PEMERIKSAAN HATI KHUSUS
• Pemeriksaan hati khusus dilakukan bila ditemukan ada kelainan pada pemeriksaan test hati awal. Pemeriksaan dipilih
sesuai petunjuk dokter, ke arah mana kelaianan tersebut harus ditindaklanjuti seperti Cholinesterase, Elektroforesa
protein, Protombin time, Hbe Ag, Anti Hbe, Anti HBc Ig M, Anti HBc, Anti HCV Ig M, Anti HCV, HBV-DNA, HCV-RNA, Biosi
Hati.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai