Anda di halaman 1dari 26

Filsafat

Pendidikan Islam
4. HAKEKAT MANUSIA
A. Potensi pada manusia
• Manusia makhluk Allah yang paling istimewa jika dibandingkan dengan makhluk
lainnya baik jasmani, maupun rohani
• Istimewa pada jasmani manusia adalah panca indra yang merupakan sumber
pengetahuan.
• Ruh merupakan tabi’at Ilahi yang berasal dari alam arwah dan selalu berada
dalam kesucian, maka setelah ruh ditiupkan oleh Allah kedalam jasad manusia
ia tetap dalam keadaan suci. Fngsi ruh bagimanusia adalah sebagai sumber
kehidupan dan sumber kemuliaan. Pendapat ini didasarkan kepada surat al-
Sajadah ayat 9 yang berbunyi :
• Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-
Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi)
kamu sedikit sekali bersyukur.
• Bahwa ruh pada hakekatnya merupakan kewenangan Tuhan yang tidak
mungkin manusia dapat menelaahnya secara intens, namun bukan berarti
bahwa manusia dengan akalnya tidak tahu sama sekali tentang ruh itu.
Pengetahuan manusia hanyalah sebatas memperhatikan gejala-gejala yang
ditimbulkan oleh ruh. Pemahaman yang demikian ini didasarkan kepada surah
Bani Israil ayat 85 yang berbunyi :
• Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu Termasuk
urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit".
Jasmani
• Pada aspek ini, kelebihan manusia bukan
terletak pada bentuknya fisiknya, karena fisik
akan berubah dan akan kembali kepada asalnya
tanah. Keistimewaan fisik lebih dominan kepada
kemampuannya memfungsikan panca indra
untuk dapat menghubungkan dirinya dengan
alam sekitarnya. Dengan demikian manusia
memungkinkan dapat melakukan rekayasa alam
untuk kelangsungan hidupnya kearah yang lebih
baik
Unsur Rohaniah Terdiri dari :
1. Akal dan Hati
• Daya berpikir yang terdapat di otak : Fungsinya untuk
dapat berpikir memahami sunatullah sekaligus mampu
memecahkan masalah yang dihadapi dalam realitas
kehidupan manusia. Sedangkan hati daya pikir yang
terdapat dalam jiwa manusia yang dapat merasakan
keindahan dan kebaikan
• Menurut Natsir ada dua sumber pengetahuan yang
dimiliki manusia 1. pengetahuan akal (ma’rifatu al-aqliah)
untuk mengetahui sesuatu yang baik dan yang buruk 2.
pengetahuan hati (ma’rifat al-qolbiah) manusia dapat
merasakan mana yang baik dan mana yang buruk.
2. Dhomir dan Nafsu
• Daya murni yang terdapat dalan hati manusia
yang dapat nenentukan pilihan untuk melakukan
yang baik dan menjauhi yang buruk inilah yang
dikatakan inti pemahaman dalam Islam
• Nafsu merupakan daya yang dapat mendorong
manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup dan
memelihara keberlangsungan jenisnya, seperti
kecendrungan manusia ingi hidup enak,
mendapatkan harta, kecenderungan kepada
lawan jenis, dll.
Kesatuan yang Integral Ruh, Akal,
Hati, Dhomi, dan Nafsu
• Dari berbagai komponen rohaniah yang
dimiliki manusia merupakan kebutuhan
esensial manusia secara integral untuk
mencapai tujuan hidupnya. Jika terjadi
ketimpangan, sehingga nafsu terkadang
tidak dapat dikendalikan oleh dhomir,
maka manusia akan jatuh pada derajat
yang hina lebih dari hewan.
B. Tujuan Penciptaan manusia
• Kaitannya dengan penciptaan manusia dan alam, Allah menciptakan
manusia untuk menjadi khalifah di muka bumi ini. (Q.S. al-Baqarah ayat 30
dan al-An’am ayat 165) Bila ditelusuri pengertian kata khalifah, secara
terminologi mengandung arti: pengganti, penguasa, mandataris, dan
memegang amanah. Maksudnya manusia diberi amanah untuk
menterjemahkan, menjabarkan, dan mewujudkan fungsi Allah sebagai
Rabbul-‘alamin di dunia ini.
• Di samping itu, alam diciptakan Allah sebagai sarana dan wahana yang
representatif bagi manusia dalam melaksanakan amanh kekhalifahannya.
Alam selain mempunyai potensi dan kekuatan yang laur biasa dalam
memenuhi kebutuhan manusia yang tidak terbatas, baik secara kuntitas
maupun kualitas, juga mengikuti sunnatullah yang bersifat pasti.. Karena itu,
manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi ini, dituntut kecerdasan dan
perjuangannya untuk dapat menguasai hukum alam, agar nantinya manusia
dengan mudah dapat mengelola, mengembangkan dan melestarikan
sumber dayanya.
C. Hubungan Manusia dengan
Pendidikan Sbg Khalifah
• Untuk dapat memerankan fungsinya sebagai khalifah,
manusia pada hakekatnya telah diberikan pendidikan
dengan sempurna. Di samping itu, Allah telah
menciptakan manusia dengan unsur-unsur dan
perlengkapan yang sempurna pula., sehingga
memungkinkan manusia dapat melaksanakan tugas-
tugas kekhalifahan dengan baik. Dalam penciptaan
manusia, Allah menciptakannya sebagai makhluk
alamiah dengan unsur-unsur yang sama dengan unsur-
unsur yang ada di alam dalam keadaan yang sempurna
(Q.S. At-Tin ayat 4 dan Ali-Imran ayat 110). Kemudian
Allah melengkapi manusia dengan unsur ruh yang
berasal dari Allah sendiri (Q.S. al-Hijr ayat 29) Unsur
ruh inilah yang pokok dalam diri manusia.
Pendidikan sbg Fitrah
• Manusia adalah makhluk yang sempurna yang
diciptakan Allah dibandingkan dengan makhluk
yang lainnya. Sejak diciptakan dan dalam
proses selanjutnya dilahirkan, manusia telah
diwarisi instuisi beragama dan intuisi serba ingin
tahu. Intuisi keagamaan akan mendorong
manusia untuk selalu ingin dekat dengan Allah
Sang Pencipta. Sedangkan intuisi serba ingin
tahu akan mendorong manusia mengenal dan
mengetahui berbagai penomena dan isi alam
semesta ini
Kondisi Mns Ketika Lahir
• Pada awal kelahirannya manusia tidak mengenal dan tidak
mengetahui suatu apa pun, tetapi dengan potensi yang diberikan
oleh Allah, berupa pendengaran, penglihatan dan hati (Q.S. An-
Nahl ayat 78) serta intuisi yang telah diberikan Allah. Manusia dapat
memiliki, menggali dan mengembangkan ilmu pengetahuan.
Agaknya potensi yang diberikan oleh Allah kepada manusia
bertujuan agar manusia dapat memahami ayat-ayat Allah. Menurut
Tishihiro Isutzu ayat-ayat Allah itu terdiri dari “ayat-ayat verbal, yaitu
wahyu Allah dan non verbal berupa alam semesta dan diri manusia
itu sendiri”. Bila diperhatikan ayat-ayat Allah dalam bentuk ayat-ayat
verbal berisikan tentang pedoman dan tuntunan wahyu bagi
manusia untuk mengembangkan dirinya. Adapun ayat-ayat non-
verbal berupa semua makhluk yang diciptakan Allah, yang di
dalamnya telah terdapat tata aturan yang baku, yang disebut
dengan Sunnatullah. (Jalaluddin ( 2003, hlm. 49)
Manusia dan Pendidikan
• Manusia adalah makhluk yang sempurna yang
diciptakan Allah dibandingkan dengan makhluk yang
lainnya. Sejak diciptakan dan dalam proses selanjutnya
dilahirkan, manusia telah diwarisi instuisi beragama dan
intuisi serba ingin tahu. Intuisi keagamaan akan
mendorong manusia untuk selalu ingin dekat dengan
Allah Sang Pencipta. Sedangkan intuisi serba ingin tahu
akan mendorong manusia mengenal dan mengetahui
berbagai penomena dan isi alam semesta ini
• Manusia merupakan makhluk terakhir dan juga termulia
yang lahir di bumi ini, ia terdiri dari dua unsur yaitu jasad
dan jiwa.
• Dalam ajaran Islam, pendidikan ditempatkan pada posisi
yang sangat penting. Pendidikan dalam koteks ajaran
Islam, diarahkan untuk membina dan mengarahkan
potensi akal, jiwa dan jasmaninya sehingga manusia
memiliki ilmu, akhlak dan keterampilan yang dapat
digunakan manusia untuk mendukung tugas pengabdian
sebagai khalifah-Nya dan mengantarkan manusia agar
mencapai kehidupan yang bahagia dunia dan akhirat
(Abuddin Nata, 1997, hlm. 54).
• Untuk mencapai sasaran tersebut, diperlukan adanya
pendidikan yang konprehensif dan integral. Karena
dengan pendidikan yang konprehensif dan integral akan
menjadikan manusia beradab, bermanfaat, baik untuk
dirinya maupun orang lain. Untuk memperoleh
pemahaman yang lebih konprehensif akan dijelaskan
secara konseptual tentang pendidikan Islam dan
hubungannya dengan manusia.
• Untuk melihat hubungan manusia dengan
pendidikan dapat dilihat dari istilah yang melekat
pada kata tarbiyah sebagai istilah yang secara
umum digunakan. Melihat dari asal kata tarbiyah
di atas, mengandung pengertian yang luas,
diantara lain meliputi: mencipta, mengatur,
memelihara, tumbuh, memperbaiki, brtanggung
jawab, menjaga, dan berkembang. Semua
pengertian itu dapat dirangkum dalam satu kata,
yaitu ‘mendidik’. Karena itu, untuk istilah
pendidikan di kalangan kaum muslimin secara
umum, kecuali pendapat Syed Muhammad
Naquib al-Attas, dipakai istilah Tarbiyah.
• Hasil penyelidikan yang dilakukan oleh Fuad
‘Abd al-Baqy dalam Abuddin Nata menemukan
bahwa kata yang serumpun dengan kata
tarbiyah tersebut di dalam al-Quran diulang lebih
dari 872 kali dan digunakan untuk menjelaskan
objek yang beraneka ragam, seperti digunakan
untuk menerangkan salah satu sifat Allah, yaitu
rabb al-‘alamin yang diartikan pemelihara,
pendidik, penjaga, dan penguasa sekalian alam.
Penjelasan ini dapat dilihat dalam al-Qur’an
surat Al-Fatihah ayat dua. Selain itu, masih
banyak lagi ayat-ayat al-Qur’an yang
menjelaskan tentang itu, seperti dalam surat al-
Baqarah ayat 131, al-Maidah ayat 28, dan lain-
lain.
• Kata Rabb bila dirangkai dengan kata al-‘alamin
mengndung pengertian bahwa Allah yang menciptakan,
mengatur, memelihara, memiliki, dan mendidik terhadap
manusia dan alam secara bertahap atau beransur-ansur
(evolusioner). Sehingga sebagaimana terlihat, alam ini
mempunyai keteraturan dan kesempurnaan yang laur
biasa, dan manusia mempunyai potensi yang luar biasa
pula untuk mengelola alam dan menciptakan peradaban.
• Kaitannya dengan penciptaan manusia dan alam, Allah
menciptakan manusia untuk menjadi khalifah di muka
bumi ini. (Q.S. al-Baqarah ayat 30 dan al-An’am ayat
165) Bila ditelusuri pengertian kata khalifah, secara
terminologi mengandung arti: pengganti, penguasa,
mandataris, dan memegang amanah. Maksudnya
manusia diberi amanah untuk menterjemahkan,
menjabarkan, dan mewujudkan fungsi Allah sebagai
Rabbul-‘alamin di dunia ini.
• Di samping itu, alam diciptakan Allah sebagai
sarana dan wahana yang representatif bagi
manusia dalam melaksanakan amanah
kekhalifahannya. Alam selain mempunyai
potensi dan kekuatan yang laur biasa dalam
memenuhi kebutuhan manusia yang tidak
terbatas, baik secara kuntitas maupun kualitas,
juga mengikuti sunnatullah yang bersifat pasti.
Karena itu, manusia sebagai khalifah Allah di
muka bumi ini, dituntut kecerdasan dan
perjuangannya untuk dapat menguasai hukum
alam, agar nantinya manusia dengan mudah
dapat mengelola, mengembangkan dan
melestarikan sumber dayanya.
• Untuk dapat memerankan fungsinya sebagai khalifah,
manusia pada hakekatnya telah diberikan pendidikan
dengan sempurna. Di samping itu, Allah telah
menciptakan manusia dengan unsur-unsur dan
perlengkapan yang sempurna pula, sehingga
memungkinkan manusia dapat melaksanakan tugas-
tugas kekhalifahan dengan baik. Dalam penciptaan
manusia, Allah menciptakannya sebagai makhluk
alamiah dengan unsur-unsur yang sama dengan unsur-
unsur yang ada di alam dalam keadaan yang sempurna
(Q.S. At-Tin ayat 4 dan Ali-Imran ayat 110). Kemudian
Allah melengkapi manusia dengan unsur ruh yang
berasal dari Allah sendiri (Q.S. al-Hijr ayat 29) unsur ruh
inilah yang pokok dalam diri manusia.
• Setelah Allah menciptakan manusia, sebelum memulai tugasnya
sebagai khalifah di dunia ini, Allah mengajarkan kepada manusia
tentang nama-nama atau simbol-simbol yang ada di alam ini (Q.S.
al-Baqarah ayat 31). Di samping nama-nama Allah sendiri (Asmaul
Husna) sebagai sifat-sifat fungsional Tuhan yang mesti dimiliki oleh
manusia sebagai bekal dalam membangun dunia. Firman Allah
dalam suarat al-Baqaroh 31 tersebut, mengisyaratkan adanya
suatu proses belajar mengajar yang petama sekali antara Allah
sebagai Pendidik Agung dan Adam sebagai manusia pertama
sebagai murid-Nya. Dengan demikian, sebenarnya manusia
sebelum lahir kedunia membawa potensi untuk mengenal Allah dan
alam sekitarnya. Potensi bawaan inilah dalam terminologi Islam
yang dinamakan fitrah, dengan potensi fitrah ini manusia
melaksanakan tugasnya sebagai khalifah. Kemudian ditambah lagi
dengan kelengkapan petunjuk-petunjuk langsung dari Allah melalui
wahyu. Bila ditilik dari keberadaan fitrah manusia, maka akan
ditemukan, bahwa salah satu fitrah yang melekat pada diri manusia
itu adalah fitrah bertuhan. Sehingga ahli pendidikan menyebut
manusia itu sebagai makhluk bertuhan (homo religius).
• Dengan penjelasan di atas, mengisyaratkan bahwa
pendidikan Islam adalah pendidikan yang berwawasan multi
dimensi, yang meliputi wawasan tentang Tuhan, manusia
dan alam secara terintegrasi. Ketiga wawasan ini akan
menumbuhkan tiga dimensi dalam kehidupan manusia, yaitu
iman, ilmu dan amal shaleh. Dengan demikian, pendidikan
dalam Islam adalah sesuatu yang sangat menentukan dalam
perjalanan kehidupan seseorang. Sehingga dalam ajaran
Islam ditegaskan bahwa pendidikan adalah suatu kewajiban
yang harus dilaksankan baik laki-laki maupun wanita muslim
dengan waktu yang tidak terbatas (seumur hidup).
• Dengan demikian terlihat jelas, bahwa pendidikan sebagai
bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia.
Seperti yang diungkapkan oleh John Dewey dalam Malik
Fajar bahwa pendidikan sebagai salah satu kebutuhan hidup,
fungsi sosial, sebagai bimbingan, dan sebagai sarana
pertumbuhan yang mempersiapkan manusia pada tingkat
kedewasaannya sehingga ia dapat mandiri. Pendidikan dapat
dilakukan dengan jalan mentransformasikan
• Berdasarkan atas dimilikinya berbagai potensi-potensi kodrati
manusia yang dapat berkembang dan dapat dipergunakan untuk
menyempurnakan hidupnya dan untuk menguasai serta mengelolah
alam sekitarnya, maka para ahli fikir dan ahli filsafat memberikan
sebutan pada manusia :
• Manusia adalah homo sopiens artinya makhluk yang mempunyai
budi.
• Manusia adalah animal rational yaitu binatang yang berpikir.
• Manusia adalah homo laquen yaitu makhluk yang pandai
menciptakan bahasa dan menyamakan pikiran dan perasaan dalam
kata-kata yang tersusun.
• Manusia adalah homo faber artinya makhluk yang terampil.
• Manusia adalah zoon politicon yaitu makhluk yang pandai bekerja
sama, bergaul dengan orang lain dan mengorganisasikan diri untuk
kebutuhan hidup.
• Manusia homo religious yaitu makhluk yang beragama.
• Pendidikan merupakan kebutuhan bagi makhluk hidup
yang ada di muka bumi ini karena dengan pendidikan
seseorang dapat mengenal jati dirinya. Sebagaimana
diketahui bahwa manusia adalah sebagai khalifah Allah
di alam, sebagai khalifah manusia mendapat kuasa dan
wewenang untuk melaksanakannya. Dengan demikian,
pendidikan merupakan kebutuhan hidup manusia dan
merupakan tanggung jawab manusia itu sendiri.
• Untuk mendidik diri sendiri, pertama manusia harus
memahami dirinya sendiri dan harus bisa menyesuaikan
diri dengan lingkungan di manapun ia tinggal. Dengan
adanya pendidikan maka berkembanglah pola pikir
manusia dari zaman ke zaman. Pengetahuan dapat
dikatakan ilmiah bila pengetahuan itu memenuhi empat
syarat yaitu objektif, mendidik, sistematis.
Implikasi Konsep Manusia Dalam
Pendidikan Islam
• Para ahli pendidikan muslim umumnya
sependapat bahwa teori dan praktek
kependidikan Islam harus didasarkan pada
konsepsi dasar tentang manusia. Pembicaraan
diseputar persoalan ini adalah merupakan
sesuatu yang sangat vital dalam pendidikan.
Tanpa kejelasan tentagn konsep ini, pendidikan
akan meraba-raba. Bahkan meurut Ali Ashraf,
pendidikan Islam tidak akan sapat dipahami
secara jelas tanpa terlebih dahulu memahami
penafsiaran Islam tentang pengembangan
individu seutuhnya.
• Terdapat dua implikasi terpenting mengenai filsafat penciptaan manusia
dan fungsi penciptaannya dalam alam semesta dalam hubungannya
dengan pendidikan Islam, yaitu :
• Karena manusia adalah makhluk yang merupakan resultan dari dua
komponen (materi dan Immateri ) makak konsepsi itu menghendaki proses
pembinaan yag mengacu ke arah realisasi dan pengembangan komponen-
kompenen tersebut. Hal ini berabrti bahwa sistem pendidikan Islam harus
dibangun diatas konsep kesatuan (integrasi) antara pendidikan Qalbiyah
dan Aqliyah sehingga mampu menghasilkan manusia muslim yang pintar
secara intelektual dan terpuji secara moral. Jika kedua komponen ini
terpisah atau dipisahkan dalam proses kependidikan Islam, maka manusia
akan kehilangan keseimbangannya dan tidak akan pernah menjadi pribadi-
pribadi yang sempurna.
• Al Qur’an menjelaskan bahwa fungsi penciptaan manusia di alam adalah
sebagai khlaifah dan ‘abd. Untuk melaksanakan fungsi ini Allah SWT
membekali manusia dengan seperangkat potensi. Dalam konteks ini, maka
pendidikan Islam harus merupakan upaya yang ditujukan ke arah
pengembangan potensi yag dimiliki manusia secara maksimal sehingga
dapat diwujudkan dalam bentuk konkrit, dalam arti berkemampuan
menciptakan sesuatu yang bermanfaat bagi diri sendiri, masyarakat dan
lingkungannya sebagai realisasi fungsi dan tujuan penciptaannya, baik
sebagai khalifah maupun ‘abd.
• Kedua hal diatas harus menjadi acuan dasar dalam menciptakan
dan menegmbangkan sistem pendidikan Islam masa kini dan masa
depan. Fungsionalisasi pendidikan Islam dalam mencapai tujuannya
sangat bergantung pada sejauh mana kemampuan umat Islam
menterjemahkan dan merealisasikan konsep filsafat penciptaan
manusia dan fungsi penciptaannya dalam alam semesta ini. Untuk
menjawab hal itu, maka pendidikan Islam dijadikan sebagai sarana
yang kondusif bagi proses transformasi ilmu pengetahuan dan
budaya islami dari generasi kepada generasi berikutnya. Dalam
konteks ini di fahami bahwa posisi manusia sebagai khalifah dan
‘abd menghendaki program pendidikan yang menawarkan
sepenuhnya penguasaan ilmu pengetahuan secara totalita, agar
manusia tegar sebagai khlaifah dan taqwa sebagai sub stansi dan
aspek ‘abd. Sementara itu, keberadaan manusia sebagai resultan
dari dua komponen menghendaki pula program pendidikan yang
sepenuhya mengacu pada konsep equlibrium, yaitu integrasi yang
utuh antara pendididkan aqliyah dan qalbiyah.
• Agar pendidikan umat berhasil dalam
prosesnya, maka konsep penciptaan manusia
dan fungsi penciptaannya dalam alam semesta
harus sepenuhnya diakomodasikan dalam
perumusan teori-teori pendidikan Islam melalui
pendekatan kewahyuan, empirik keilmuan dan
rasional filosofis. Dalam hal ini harus di pahami
pula bahwa pendekatan keilmuan dan filosofis
hanya merupakan media untuk menalar pesan-
pesan Tuhan yang absolut, baik melalui ayat-
ayat-Nya yang bersifat tekstual (Qur’aniyah),
maupun ayat-ayat-Nya yang bersifat kontekstual
(Kauniyah ) yang telah dijabarkan-Nya melalui
sunnatullah.
Manusia dan Pendidikan
Dilihat dari tujuan Pdd
• Dalam ajaran Islam, pendidikan ditempatkan pada posisi
yang sangat penting. Pendidikan dalam koteks ajaran Islam,
diarahkan untuk membina dan mengarahkan potensi akal,
jiwa dan jasmaninya sehingga manusia memiliki ilmu, akhlak
dan keterampilan yang dapat digunakan manusia untuk
mendukung tugas pengabdian sebagai khalifah-Nya dan
mengantarkan manusia agar mencapai kehidupan yang
bahagia dunia dan akhirat (Abuddin Nata, 1997, hlm. 54).
Untuk mencapai sasaran tersebut, diperlukan adanya
pendidikan yang konprehensif dan integral. Karena dengan
pendidikan yang konprehensif dan integral akan menjadikan
manusia beradab, bermanfaat, baik untuk dirinya maupun
orang lain. Untuk memperoleh pemahaman yang lebih
konprehensif akan dijelaskan secara konseptual tentang
pendidikan Islam dan hubungannya dengan manusia.

Anda mungkin juga menyukai